Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AGAMA DAN MULTIKULTURALISME

Disusun oleh :

Kelompok 1

RINA MISRA : 4519016

SRI WAHDINI PERTAMASARI : 4519020

Dosen Pengampu:

NOVI HENDRI

PRODI AKIDAH FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI(IAIN BUKITTINGGI)

TP 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perbincangan toleransi beragama tetap penting. Terlebih dalam
konteks bangsa Indonesia yang majemuk. Kemajemukan dalam agama,
bahasa, etnis, suku, dan adat istiadat memerlukan sebuah sofistifikasi
manajemen konflik, sehingga konflik dengan ketegangan secara
berkesinambungan dapat dikelola dengam baik. Elemen-elemen
kemajemukan tersebut, baik sendirian maupun bersama-sama, dapat
mengancam integrasi bangsa.
Dalam kerangka multikulturalisme, agama harus melampaui batas-
batas bahasa, etnis dan juga kultur-kultur partikular. Agama tidak lagi
menjadi diri sendiri yang terpisah dari proyek-proyek keduniaan dan
dimensi lain.
Maka dalam makalah ini akan dijelaskan apa itu agama dan apa itu
muktikultularisme, agar kita bisa mengetahui dan menambah wawasan kita
tentang keduanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dan bagaimana agama?
2. Apa dan bagaimana multikulturalisme?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami makna dari sebuah agama
2. Untuk mengetahui dan memahami makna dari sebuah
multikulturalisme
BAB II
PEMBAHASAN
A. Agama
1. Definisi agama
Secara umum, agama dapat didefisinikan sebagai sistem
yang mengatur kepercayaan dan peribadatan Kepada Tuhan serta
tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, serta pandangan
dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan.
Agama berasal dari bahasa Sansakerta. Ada yang
berpendapat bahwa kata itu terdiri atas dua kata, “a” berarti tidak
dan “gama” berarti pergi, jadi agama artinya tidak pergi; tetap di
tempat; diwarisi turun temurun. Agama memang mempunyai sifat
yang yang demikian. Pendapat lain mengatakan bahwa agama
berarti teks atau kitab suci. Selanjutnya dikatakan bahwa “gama”
berarti tuntunan. Agama juga mempunyai tuntunan, yaitu kitab
suci.
Dan agama menurut beberapa ahli sebagai berikut :
a. Edward Burnett Tylor
Agama adalah kepercayaan seseorang terhadap
makhluk spiritual, misalnya roh, jiwa, dan hal-hal lain yang
punya peran dalam kehidupan manusia.
b. James George Frazer
Dalam bukunya berjudul The Golden Bough
cenderung sepakat dengan Tylor, namun ia membedakan
sihir dengan agama. Menurutnya, agama adalah keyakinan
bahwa dunia alam dikuasai oleh satu atau lebih dewa
dengan karakteristik pribadi dengan siapa bisa mengaku,
bukan oleh hukum.
c. Koentjaraningrat
Didalam Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan (1974)
memaparkan, di Indonesia, istilah agama digunakan untuk
menyebut enam agama yang diakui resmi negara: Islam,
Katolik, Protestan, Hindu, Budhisme, dan Khonghuchu.
Selain itu, Koentjaraningrat juga menyimpulkan bahwa
agama merupakan rasa percaya seorang manusia agar bisa
nyaman ketika menjalani kehidupan, meliputi kenyamanan
jasmani (fisik) dan rohani (jiwa).1

2. Unsur-unsur Agama
Dari beberapa definisi tersebut di atas, dapat dijumpai 4 unsur yang
menjadi karakteristik agama sebagai berikut:
Pertama, unsur kepercayaan terhadap kekuatan gaib.
Kekuatan gaib tersebut dapat mengambil bentuk yang
bermacammacam. Dalam agama primitif kekuatan gaib tersebut
dapat mengambil bentuk benda-benda yang memiliki kekuatan
misterius (sakti), ruh atau jiwa yang terdapat pada bnda-benda
yang memiliki kekuatan misterius; dewa-dewa dan Tuhan atau
Allah dalam istilah yang lebih khusus dalam agama Islam.
Kepercayaan pada adanya Tuhan dalah dasar yang utama
sekali dalam paham keagamaan. Tiap-tiap agama kecuali
Buddhisme yang asli dan beberapa agama lain berdasar atas
kepercayaan pada sesuatu kekuatan gaib dan cara hidup tiap-tiap
manusia yang percaya pada agama di dunia ini amat rapat
hubungannya dengan kepercayaan tersebut.
Kedua, unsur kepercayaan bahwa kebahagiaan dan
kesejahteraan dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula.
Hubungan baik ini selanjutnya diwujudkan dalam bentuk
peribadatan, selalu menginat-Nya, melaksanakan segala
perintahNya, dan menjauhi larangan-Nya.

1
Prof. Dr. H. Abdullah Ali, Agama dalam Ilmu Perbandingan, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007)
Ketiga, unsur respon yang bersifat emosional dari manusia.
Repon tersebut dapat mengambil bentuk rasa takut, seperti yang
terdapat pada agama primitif, atau perasaan cinta seperti yang
terdapat pada agama-agama monoteisme. Selanjutnya respon
tersebut mengambil bentuk dan cara hidup tertentu bagi
masyarakat yang bersangkutan.
Keempat, unsur paham adanya yang kudus (sacred) dan
suci, dalam bentuk kekuatan gaib, dalam bentuk kitab suci yang
mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan,
tempattempat tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan upacara,
dan sebagainya.2

3. Fungsi Agama
Agama ada di Indonesia bukan tanpa fungsi tertentu. beberapa
fungsi dari eksistensi agama di dunia ini adalah diantaranya :
a. Mampu memberikan pandangan dunia kepada manusia dan
berpengaruh pada kebudayaan manusia.
b. Mampu menjawab berbagai macam pertanyaan yang
mungkin tidak mampu dijawab oleh sesama manusia lain.
c. Mampu memberikan rasa kekitaan yang nantinya akan
dipunyai dan diyakini oleh sekumpulan manusia.
d. Mampu berperan dalam sebuah peranan sosial karena
mengandung garis kode etika bagi setiap penganutnya.
e. Mampu dijadikan sebagai sumber pedoman dalam
berkehidupan.
f. Mampu dijadikan aturan dalam berhubungan antara
manusia dengan Tuhannya, antar sesama makhluk hidup,
dan hubungan lainnya dalam kehidupan.
g. Menentukan suatu tuntunan mengenai prinsip yang salah
dan yang benar.

2
Harun Nasution, islam DItinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta:Bulan Bintang, 1979),
h. Menjadikan pedoman untuk dapat mengungkap suatu
kebersamaan.
i. Dijadikan pedoman dalam membentuk sebuah keyakinan
dan membentuk nilai nilai dalam kehidupan.
j. Mengungkapkan bentuk dari keindahan dan sebagai
pedoman dalam berekreasi atau hiburan, serta
k. Berfungsi untuk memberi suatu identitas pada umat
manusia karena telah menjadi bagian dari sebuah agama.3

4. Tujuan Agama
Agama mempunyai tujuan untuk menjadi tatanan
kehidupan (aturan) yang berasal dari Tuhan dimana hal tersebut
nantinya mampu membimbing manusia menjadi seseorang yang
berakal dan berusaha mencari kebahagiaan hidup baik itu di dunia
ataupun di akhirat sebagai bekal dalam kehidupan di tahap yang
selanjutnya di alam fana.
Selain itu, agama juga bertujuan memberikan pengajaran
kepada para penganutnya agar dapat mengatur hidupnya
sedemikian rupa guna memperoleh kebahagiaan untuk dirinya
sendiri ataupun untuk masyarakat sekitar. Lebih lanjut lagi, agama
dapat menjadi sebuah pembuka jalan untuk bertemu dengan Sang
Pencipta Mansuia yaitu Tuhan Yang Maha Esa ketika manusia
mati kelak.4

B. Multikultularisme
1. Defenisi multikulturalisme
Secara bahasa multikulturalisme berasal dari bahasa Inggris
yaitu dari kata “multi” dan “kultural”. Multi berarti banyak atau
lebih dari satu sedangkan kultural berarti budaya. Jadi

3
Op.cit
4
ibid
multikultural adalah budaya yang banyak atau lebih dari satu.
Sedangkan secara istilah multikulturalisme adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam
kehidupan di dunia.
Multikulturalisme juga dapat disebut sebagai kebijakan
kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap
adanya keragaman dan berbagai macam budaya (multikultural)
yang ada dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan tersebut
menyangkut nilai-nilai, norma-norma, sistem, budaya, kebiasaan,
adat istiadat, dan politik yang dianut oleh mereka.
Para ahli mengemukakan pendapat mereka mengenai pengertian
dari multikulturalisme, diantaranya adalah sebagai berikut ini :
a. Lawrence Blum
Multikulturalisme adalah suatu hal yang meliputi
pemahaman, apresiasi, dan penilaian budaya seseorang,
serta penghormatan dan keingintahuan tentang budaya etnis
dari orang lain.
b. Azyumardi Azra
Multikulturalisme adalah pandangan dunia yang
dapat diterjemahkan ke dalam berbagai kebijakan
kebudayaan. Kebijakan kebudayaan tersebut menekankan
penerimaan realitas pluralitas agama dan multikultural yang
terdapat dalam kehidupan suatu masyarakat.
Multikulturalisme juga dapat dipahami sebagai pandangan
dunia yang kemudian diwujudkan dalam kesadaran politik.
c. Parekh
Multikuturalisme adalah kesepakatan yang ada di
dalam masyarakat yang dilakukan untuk mengantisipasi
konflik sosial melalui kerjasama. Kesepakatan itu sendiri
dilakukan karena adanya kesempatan mengenai beragam
perbedaan, seperti kebiasaan maupun adat istiadat.
d. Nasikun
Multikulturalisme merupakan suatu kondisi
masyarakat yang bersifat majemuk yang secara struktur
memiliki sub kebudayaan yang ditandai dengan kurang
berkembangnya sistem nilai, sehingga muncul beragam
konflik.
e. Rifai Harahap
Multukulturalisme adalah kesatuan masyarakat yang
ditandai dengan bersatunya berbagai bentuk perbedaan
untuk dapat hidup secara bersamaan.
Dengan hidup bersama yang telah direncanakan,
diharapkan dapat menangani adanya dampak gejala sosial
seperti konflik yang masih sering terjadi di lingkungan
masyarakat.5

2. Unsur Multikulturalisme
Terdapat beberapa unsur multikulturalisme, khususnya di
Indonesia. Berikut adalah unsur -unsur multikulturalisme yang ada
di Indonesia :
a. Suku Bangsa, suku bangsa di Indonesia sangatlah beragam,
mulai dari Sabang sampai Merauke.
b. Ras, ras di Indonesia muncul karena adanya
pengelompokan besar manusia yang memiliki ciri biologis,
seperti warna rambut, warna kulit, ukuran tubuh, dan lain
sebagainya.
c. Agama dan Keyakinan, agama dan keyakinan di Indonesia
cukup beraneka ragam, mulai dari agama islam, kristen,
katolik, hindu, budha, hingga kong hu cu.
d. Ideologi, ideologi memiliki pengaruh yang kuat terhadap
tingkah laku.

5
Parsudi Suparlan . "Multikulturalisme". (Ketahanan Nasiona : 2002).
e. Politik, politik merupakan usaha untuk menegakkan
ketertiban sosial.
f. Tata Krama, tata krama merupakan segala tindakan,
perilaku, adat istiadat, sopan santun, tegur sapa, ucap dan
cakap sesuai dengan kaidah maupun norma tertentu.
g. Kesenjangan Sosial, adanya penggolongan manusia
berdasarkan kasta.
h. Kesenjangan Ekonomi, adanya penghasilan yang berbeda
antar manusia.6

3. Jenis Multikulturalisme
Multikulturalisme terbagi menjadi 5 jenis, yaitu :
a. Multikulturalisme Akomodatif
Multikulturalisme akomodatif ini meliputi
masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat
penyesuaian dan akomodasi -akomodasi tertentu bagi
kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat di sini
merumuskan dan menerapkan hukum, undang -undang, dan
ketentuan -ketentuan yang sensitif secara kultural.
Masyarakat juga memberikan kebebasan kepada
kaum minoritas untuk mempertahankan dan
mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun
sebaliknya, kaum minoritas juga tidak menantang kultur
dominan. Multikulturalisme akomodatif ini diterapkan di
beberapa negara yang ada di Eropa.
b. Multikulturalisme Otonomis
Multikulturalisme otonomis meliputi masyarakat
plural di mana kelompok -kelompok kultural utama
berusaha mewujudkan kesetaraan atau equality. Mereka

6
Azyumardi Azzra, “Identitas dan Krisis Budaya, Membangun Multikulturalisme Indonesia”,
(Jakarta: Pustaka Indonesia 2007).
menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan
suatu masyarakat di mana semua kelompok bisa eksis
secara sejajar.
c. Multikulturalisme Interaktif atau Kritikal
Multikulturalisme interaktif atau kritikal meliputi
masyarakat plural di mana kelompok-kelompok kultural
tidak terlalu terfokus atau concern dengan kehidupan
kultural otonom. Mereka lebih membentuk penciptaan
kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-
perspektif distingtif mereka sendiri.
d. Multikulturalisme Isolasionis
Multikulturalisme isolasionis ini mengacu pada
masyarakat di mana berbagai kelompok kultural
menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam
interaksi yang hanya minimal satu sama lainnya.
e. Multikulturalisme Kosmopolitan
Multikulturalisme kosmopolitan ini mencangkup
usaha penghapusan batas-batas kultural untuk menciptakan
sebuah masyarakat yang tidak lagi terikat kepada budaya
tertentu. Dan sebaliknya, secara bebas terlibat dalam
percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus
mengembangkan kehidupan kultural secara masing-masing.

4. Faktor Multikulturalisme
Multikulturalisme terjadi pasti ada sebabnya. Berikut adalah
beberapa faktor dari terjadinya multikulturalisme :
a. Faktor geografis, dalam suatu daerah yang memiliki kondisi
geografis berbeda pasti akan terdapat perbedaan di dalam
masyarakatnya.
b. Faktor iklim,dalam suatu daerah yang memiliki kondisi
iklim berbeda pasti akan terdapat perbedaan di dalam
masyarakatnya.
c. Pengaruh budaya asing, masyarakat yang sudah mengetahui
budaya-budaya asing kemungkinan besar akan terpengaruh
dengan kebiasaan budayaasingtersebut.7

7
Ibid
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Agama
Secara umum, agama dapat didefisinikan sebagai sistem
yang mengatur kepercayaan dan peribadatan Kepada Tuhan serta
tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, serta pandangan
dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan.
Agama memiliki 4 unsur, yaitu: kepercayaan terhadap
kekuatan gaib, kepercayaan bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan
dan kebahagiaan yang dicari akan hilang pula, respon yang bersifat
emosional dari manusia, dan paham adanya yang kudus (sacred)
dan suci
2. Multikulturalisme
Secara bahasa multikulturalisme berasal dari bahasa Inggris
yaitu dari kata “multi” dan “kultural”. Multi berarti banyak atau
lebih dari satu sedangkan kultural berarti budaya. Jadi
multikultural adalah budaya yang banyak atau lebih dari satu.
Sedangkan secara istilah multikulturalisme adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam
kehidupan di dunia.
Multikulturalisme memiliki beberapa unsur, diantaranya,
adalah: suku bangsa, ras, agama, ideologi, politik, tata krama,
kesenjangan pilitik, dan kesenjangan ekonomi.

B. Saran
Demikianlah yang dapat kami buat, sebagai manusia kami
menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya, semoga
makalah ini bemanfaat bagi kita semua. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Abdullah. 2007. Agama dalam Ilmu Perbandingan. (Bandung: Nuansa Aulia)
Azzra, Azyumardi. 2007. Identitas dan Krisis Budaya, Membangun
Multikulturalisme Indonesia. (Jakarta: Pustaka Indonesia)
Nasution, Harun. 1979. Islam DItinjau dari Berbagai Aspeknya. (Jakarta:Bulan
Bintang)
Suparlan, Parsudi. 2002. Multikulturalisme. (Ketahanan Nasiona)

Anda mungkin juga menyukai