Disusun oleh:
NIM : 210310061
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2022
Latar Belakang
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik) menyatakan
terdapat pengurangan lahan sawah di kota Bandung sekitar 30-40 ha per tahun yang
dinilai berkurang karena harga jual tanah yang cukup tinggi. Selain itu, pemerintah
Bandung juga belum menyediakan insentif agar pemilik lahan tidak menjual tanahnya
untuk pembangunan sehingga karena hal-hal tersebut menyebabkan pengalihan lahan
tanah pertanian menjadi pemukiman warga. Beberapa permasalahan yang terjadi
akibat pengalihan lahan pertanian menjadi pemukiman ini antara lain: kualitas air,
kesuburan dan kegemburan tanah. Lahan bekas pertanian atapun persawahan
menyebabkan tanah bersifat masam terutama karena adanya dekomposisi dari bahan
organik dan pupuk yang digunakan sehingga menyebabkan logam Fe, Al dan Cu
mudah larut dalam air
Adanya logam ini yang terlarut dalam air maupun tanah menyebabkan air tanah
menjadi berbau dan berwarna coklat kemerahan. Selain itu, masalah utama yang
muncul mengenai isu ini adalah pemukiman disebelah bahu kiri jalan memiliki harga
pasaran yang lebih rendah daripada bahu kanan jalan dikarenakan kualitas air dan
tanah nya yang kurang baik. Untuk mengetahui reaksi tanah yang menunjukkan
kemasaman atau alkalinitas tanah dapat dilakukan pengukuran nilai pH. Nilai pH
menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H) dalam tanah. Nilai pH berkisar
antara 0- 14 dimana makin tinggi kepekatan atau konsentrasi (H+ ) dalam tanah maka
makin rendah pH tanah dan sebaliknya. Nilai pH tanah sebenarnya dipengaruhi oleh
sifat dan ciri tanah yang komplit sekali, yang diantaranya adalah kejenuhan basa, sifat
isel dan macam kation yang diserap.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diketahui parameter pH suatu tanah melalui
percobaan dengan perbandingan pengukuran pada tanah sebelah kanan jalan dan kiri
jalan sehingga dengan data ilmiah ini akan tergambar pula 2 mengenai tanah yang
baik untuk pemukiman penduduk berdasarkan reaksi tanah atau pH.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa sifat kimia darijenis media
tanah yang berbeda sebelum dan sesudah diinkubasi dengan pupukkandang dan
kompos.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana akibat dari pH yang tidak baik?2. Apakah solusi untuk menormalkan
kadar pH?
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah
Tanah adalah kumpulan dari bagian - bagian padat yang tidak terikat antara satu
dengan yang lain (diantaranya mungkin material organik) dan rongga -rongga
diantara bagian - bagian tersebut berisi udara dan air. Tanah didefinisikan oleh Das
(1995) sebagai material yang terdiri dari agregat mineral -mineral padat yang tidak
tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan - bahan organik
telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi
ruang- ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. Tanah terjadi sebagai
produk pecahan dari batuan yang mengalami pelapukan mekanis atau kimiawi.
Pelapukan mekanis terjadi apabila batuan berubah menjadi fragmen yang lebih kecil
tanpa terjadinya suatu perubahan kimiawi dengan faktor - faktor yang mempengaruhi,
yaitu pengaruh iklim, eksfoliasi, erosi oleh angin dan hujan, abrasi, serta kegiatan
organik. Sedangkan pelapukan kimiawi meliputi perubahan mineral batuan menjadi
senyawa mineral yang baru dengan proses yang terjadi antara lain seperti oksidasi,
larutan (solution), pelarut (leaching).
Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan bercampur dengan sisa-sisa bahan organik
dari organisme (vegetasi atau hewan) yang hidup diatasnya atau di dalamnya. Selain
itu di dalam tanah juga terdapat udara dan air. Unsur pembentuk tanah berupa bahan
mineral, bahan organik, air, dan udara. Unsur pembentuk tanah tersebut akan berbeda
sesuai dengan susunan mineral batu-batuan yang lapuk
Reaksi tanah adalah salah satu sifat kimia tanah yang melingkupi berbagai unsur-
unsur dan senyawa-senyawa kimia yang lengkap. Reaksi tanah menunjukkan tentang
status atau keadaan kimia yang terkandung di dalam tanah dan merupakan faktor
yang mempengaruhi proses-proses biologis pada pertumbuhan tanaman. Bila keadaan
kimia tanah dalam proses biologis yang terganggu maka biasanya ditunjukkan dengan
reaksi atau pH yang ekstrim (Pairunan dkk, 1985).
PEMBAHASAN
Tanah Basa
Tanah basa merupakan tanah yang mempunyai pH tanah tinggi atau banyak
mengandung ion OHatau yang mempunyai derajat kemasaman rendah. Di
daerah tropika basah, tanah yang mempunyai pH tinggi dirajai oleh tanah-
tanah bergaram seperti tanah salin, tanah sodik dan tanah alkalin. Dalam
klasifikasi USDA, yang merupakan tanah basa adalah Mollisol, Vertisol,
Aridisol, dan beberapa tanah Marin. Selain itu kita mengenal istilah tanah
bergaram yang terdiri dari tanah Salin, Alkalin dan Sodik. Tanah-tanah salin
dan sodik yang biasa disebut Aridisol adalah tanah-tanah yang tersebar di
daerah beriklim kering dengan curah hujan rerata kurang dari 500 mm per
tahun. Jumlah air yang berasal dari presipitasi tidak cukup untuk menetralkan
jumlah air yang hilang akibat evaporasi dan evapotranspirasi. Sewaktu air
diuapkan ke atmosfer, garam-garam tertinggal dalam tanah. Proses
penimbunan garam mudah larut dalam tanah ini disebut salinisasi. Garam-
garam tersebut terutama adalah NaCl, Na2SO4, CaCO3, dan/ atau MgCO3.
Jenis tanah ini sering kahat dalam Fe, Cu, Zn, dan/atau Mn. Adanya ion Na+
dalam jumlah tinggi dapat mempertahankan partikelpartikel tanah tetap
tersuspensi. Sebaliknya tanah yang memiliki Ca tinggi dapat menghambat
serapan hara yag lain, dapat juga menyebabkan kekahatan K atau Mg. Jika K
berlebihan tidak secara langsung meracuni tanaman. Kadar K dalam tanah
yang tinggi dapat menghambat penyerapan kation yang lain (antagonis) dapat
mengakibatkan kekahatan Mg dan Ca. Selain pH tanah, tanah-tanah basa juga
memiliki nilai salinitas yang umumnya relatif tinggi. Tingginya nilai salinitas
dapat berakibat buruknya pertumbuhan tanaman. Tanaman akan mengalami
plasmolisis, sehingga tanaman akan menampakan kelayuan dan akhirnya
tanaman dapat mengalami kematian. Tanah-tanah basa atau alkalis umumnya
memiliki kandungan klei yang relatif tinggi. Umumnya dijumpai klei tipe 2:1
yang dapat mengembang mengkerut. Pada saat musim penghujan tanah-tanah
tersebut mengalami genangan sebaliknya pada saat musim kemarau tanah
akan mengalami retak-retak atau mengalami bengkah (Cracking). Dengan
pengeringan, tanah membentuk lempeng-lempeng keras, dan terjadi
pembentukan kerak di permukaan. Yang tersebut terakhir ini menurunkan
porositas tanah dan aerasi terhambat.
a.Oksidasi-Reduksi
B.Hidrolisis
C. Reaksi Asam-Basa
Reaksi asam basa, seperti reaksi pyrite (FeS2) dalam tanah membentuk asam
sulfat, sehingga membentuk tanah-tanah “cat clays” yang kemungkinan
mempunyai pH lebih kecil dari 3 (tanah sangat asam). Reaksinya : FeS2 +
7O2 + H2O Fe2+ + 2H+ + SO42- Tanah-tanah asam ini tak baik untuk
pertumbuhan tanaman. sehingga perlu dinetralisir, misalnya dengan
menggunakan kalsium karbonat (pengapuran).
D. Serapan
5.1 Kesimpulan
1. Akibat dari pH tanah yang tidak baik (terlalu asam) dapat menyebabkan
akar
rusak sehingga kualitas dan jumlah panen turun. Terlihat pada saat perubahan
Arif Ghazali Ritonga. Abdul Rauf. (2016). Karakteristik Biologi Tanah pada
Berbagai Penggunaan Lahan di Sub DAS Petani Kabupaten Deli Serdang
Sumatera Utara. Fakultas Pertanian, USU, Medan. Jurnal Agroekoteknologi .
Vol.4. No.3 pp. 1983 – 1988.
Azmul, Yusran, Irmasari. (2016). Sifat Kimia Tanah Pada Berbagai Tipe
Penggunaan Lahan Di Sekitar Taman Nasional Lore Lindu (Studi Kasus Desa
Toro Kecamatan Kulawi Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah). Warta Rimba
Volume 4, Nomor 2 pp. 24-31.
Bima Purna Putra. Yulia Nuraini. (2017). Kajian Inkubasi Berbagai Dosis
Pupuk Cair Fermentasi Lendir Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) Terhadap
Fosfor, C-Organik Dan Ph Pada Inceptisol. Jurnal Tanah dan Sumberdaya
Lahan. Vol 4 No 2 : 521-524.
BPS. 2017. Kecamatan Manisrenggo dalam Angka 2017. Klaten. Badan Pusat
Statistik.
Campbell & Reece. 2011. “Biologi - Edisi 9 Jilid 3”. Jakarta: Penerbit
Erlangga.