Anda di halaman 1dari 26

1

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sirip ikan memiliki bentuk dan posisi yang bervariasi antara spesies satu
dengan yang lainnya. sirip yang terdapat pada tubuh ikan terdiri dari 2 macam
sirip berpasangan seperti sirip perut (Ventral fin), sirip dada (Pectoral fin). dan
juga ada 3 macam sirip ang tidak berpasangan yaitu sirip ekor (Caudal fin), sirip
anus (ana fin) dan juga sirip punggung (dorsal fin).
Sirip berperan sebagai alat gerak ketika ikan berada didalam perairan. masin-
masin sirip memiliki perannya dan saling berinteraksi. kemampuan sirip ikan
juga mempngaruhi kecepatan gerak tubuh ikan tersebut. gerakan ini dipengaruhi
oleh urat daging bergaris (otot lurik) yang terdapat pada sendi pangkal sirip.
Makan adalah suatu aktivitas memasukkan makanan kedalam mulut. cara
ikan mengambil makanan dari alam dan lingkungan sekitarnya sangat bervariasi,
tergantung dari ukuran/umur ikan, spesies dan juga sifat ikan. upaya yang
dilakukan ikan untuk mendapatkan makanandan memakanna sangat dipengaruhi
oleh posisi dan keberadaan mangsa yang akan dimakan.
Ikan tidak pernah mengunyah atau menghancurkan makanan secara fisik
didalam rongga mulut, karena ikan tidak memiliki gigi geraham seperti mamalia.
oleh karena itu, proses nya terjadi didalam lambung. pada ikan karnivora,
makanan dihancurkan pada lambung sejati, pada ikan cyprinadae makanan
dihancukan pada lambung palsu, sedangkan pada ikan herbivore makanan
dihancurkan di intestinum.
1.2. Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati aktivitas pergerakan dari masing-
masing sirip pada ikan uji dan untuk mempelajari cara pengambilan makanan dan
penghancuran makanan pada ikan.
2

1.3. Manfaat Praktikum


Praktikum ini bermanfaat bagi praktikan agar mampu memahami serta
mengamati bagaimana aktivitas pergerakan sirip ikan serta cara pengambilan dan
penghancuran makanan pada system pencernaan ikan.
3

II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 12 April 2022 pukul
08.30-11.30 WIB. dan tempat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Laboratorium Biologi Perairan.
2.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu akuarium atau toples
bening 3 buah,tangguk ikan,gunting bedah, nampan dan penggaris. sedangkan
bahannya adalah Ikan lele 10 ekor dan pellet, tubifex dan kutu air.
2.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah pengamatan secara
langsung dengan memperhatikan pergerakan sirip ikan dan membedah perut ikan.
2.4. Prosedur Praktikum
2.4.1. Pengamatan Pergerakan Sirip-Sirip Ikan
Persiapkan akuarium atau toples bening yang berisi air sekitar 15 cm.
Ukur panjang SL, TL, DLH dan HDL pada ikan uji. Masukkan ikan uji kedalam
wadah yang telah berisi air. Perhatikan pergerakan sirip-sirip ikan tersebut dan
catatlah pada table yang sudah dibuat.lalu Perhatikan juga pergerakan sirip-sirip
ikan saat diberi makan, saat mengambil makanan yang berada didasar wadah,
ataupun yang bergerak keatas dan kebawah. amati dan catat hasil pengamatan
tersebut.
2.4.2. Pengamatan Laju Ikan Mengahancurkan Makanan
Persiapkan akuarium atau toples bening yang telah berisi air, masukkan
ikan uji kedalam wadah tersebut. lalu masukkan jenis makanan yang berbeda
pada tiap Wadah yang berisi ikan dengan ketentuan : Wadah A tanpa pakan,
wadah B dengan pellet dan tubifex, wadah C dengan pellet dan Kutu air. Amati
pererakan ikan pada setiap wadah lalu aturlah waktu ketika ikan sudah mulai
memakan pakan yang berada diwadah dengan waktu 5 menit, 10 menit, dan 15
menit. pada setiap waktu tersebut dan paad setiap wadah ikan di ambil
4

menggunakan tangguk lalu perut ikan tersebut dibelah menggunakan gunting


bedah secara perlahan dan hati-hati, lalu amati pada saluran pencernaaanya
apakah pada waktu tersebut pakan itu hancur, setengah hancur, atau utuh.
5

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara langsung pada ikan lele
tersebut, maka didapatlah hasilnya sebagai berikut :

Tabel 1. Pengukuran pada ikan uji


Wada TL SL BLH HDL
h
A 7 CM 5,6 CM 1,5 CM 1,5 CM
B 6,5 CM 6 CM 1,4 CM 1,5 CM
C 6 CM 5,5 CM 1,3 CM 1,5 CM

Tabel 2. Pergerakan sirip ikan


Sirip Maju Mundu Atas Bawah Kiri Kanan Belok
r
Dorsal       
Fector       
al
Ventra     - - 
l
Anal       
Caudal       
1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisiologi hewan air merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang
mempelajari tentang fungsi, rnekanisrne, dan cara kerja dari organ, jaringan, serta
sel-sel dalarn tubuh suatu organisme perairan. Ikan merupakan hewan bertulang
belakang, berdarah dingin dan hidup di perairan, berenang menggunakan sirip
dan bernafas dengan ingsang.Bentuk darah pada ikan bervariasi dan jumlah sel-
sel darah merah ikan berkisar 2-3 juta sel/ml.
Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi air tawar.
Ikan lele termasuk ikan jenis catfish atau kata lain ikan yang memiliki kumis. Ciri
dari ikan lele yaitu bentuk tubuh memanjang dan agak bulat, pada sirip dada
terdapat duri yang keras dan runcing/tajam (patil), warna tubuh belang dengan
kepala pipih dan terdapat kumis serta licin karena tidak memiliki sisik. Kemudin
ikan ini memiliki alat pernafasan tambahan berupa dari modifikasi dari busur
insangnya yaitu arborescent. Dibeberapa daerah ikan lele mempunyai banyak
nama. Antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Aceh), ikan sibakut (Karo),
ikan pintet (Banjarmasin), ikan keling (Makassar), ikan lele atau lindi (Semarang).
Habitat ikan lele adalah sungai dengan arus air yang tenang seperti danau,
rawa, telaga dan waduk. Ikan lele memiliki sifat nokturnal, yaitu aktif dan
bergerak mencari makanan pada malam hari sedangkan pada siang hari hanya
berdiam diri dan berlindung di tempat gelap.
Darah adalah suatu fluida (yang dinamakan plasma) yang merupakan
tempat beberapa bahan terlarut dan tempat eritrosit, leukosit, dan beberapa bahan
lain tersuspensi. Ada tiga komponen utama dalam sistem peredaran darah yaitu :
Jantung, pembuluh darah (Vena, arteri dan limfatik) dan darah. Sistem peredaran
darah ikan merupakan sistem peredaran darah tunggal, hal ini berarti bahwa darah
mengalir dari jantung ke insang kemudian keseluruh tubuh dan akhirnya kembali
ke jantung (darah hanya sekali melewati jantung).
2

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum ini adalah untuk mengamati dan mengetahui cara


mengidentifikasi atau mengamati Sel darah merah pada ikan Lele (Clarias sp.)
secara makroskopis dan mikroskopis setelah proses Haemolisis, serta memahami
tahanan osmotik pada sel darah ikan, Untuk mengetahui proses apa yang terjadi
terhadap rupa sel darah merah ikan ketika diberi aquades dan NaCl 3 %.

1.3 Manfaat Praktikum


Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu
mengidentifikasi atau mengamati sel darah merah pada ikan lele ( Clarias sp. ),
dapat memahami tentang tahanan osmotik yang terjadi pada sel darah merah ikan
lele dan mengetahui pengaruh konsentrasi NaCl dan aquades yang dicampur pada
sampel darah.

BAB 2
II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29 Maret 2022.


Pukul 08.30 – 11.30 WIB. Tempat yang digunakan dalam melakukan praktikum
ini adalah Laboratorium Biologi Perairan.

2.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
berikut.

Alat :

a. Suntik dan Spuit untuk pengambilan sampel darah merah


b. Serbet untuk menutupi kepala ikan lele
c. Tissu gulung untuk membersihkan peralatan praktikum
3

d. Tabung ependorf sebagai media sampel darah merah


e. Pipet tetes untuk mengambil sampel darah dari ikan
f. Mikroskop sebagai media pengamatan mikroskopis
g. Objek glaas dan cover glass
h. Kertas label untuk melabeli setiap tabung reaksi
i. Nampan sebagai wadah ikan saat akan disuntik
j. Ember sebagai wadah ikan

Bahan :

a. Ikan lele 4 ekor


b. Sampel darah yang telah diambil
c. Aquades
d. NaCl 3%
e. EDTA 10%
f. Ethanol
g. Pewarna Giemsa
h. Minyak cengkeh

2.3 Metode Praktikum

Dalam melakukan praktikum ini, metode yang digunakan adalah metode


pengamatan secara Makroskopis dan Mikroskopis terhadap sel darah merah yang
diamati, serta berpedoman pada buku penuntun praktikum. Praktikum ini
berlangsung berdasarkan arahan Asisten laboratorium.

2.4 Prosedur Praktikum

1. Cara mengambil darah ikan :

a. Sebelum melakukan pengamatan, dilakukan pengecekan pada alat-


alat yang akan di gunakan untuk praktikum yaitu dengan
4

mensterilisasikan semua alat dengan cairan EDTA 10% agar sampel


darah ikan tidak menggumpal.
b. Setelah itu, siapkan air untuk pembiusan ikan. Beri tetesan minyak
cengkeh sebanyak 5 tetes/liter air kedalam ember yang sudah berisi
air dan ikan. Biarkan beberapa menit hingga ikan pingsan

c. Setelah ikan pingsan, letakkan ikan medalam nampan plastik. Kepala


ikan tutup dengan serbet yang basah supaya tidak licin dan
mengurangi stres pada ikan. Jarum suntik dan spuit yang sudah
dibasahi dengan EDTA 10% tadi ditusukkan ke Vena caudalis
(kemiringan 45o c) dengan memperhatikan garis linea lateralis nya.
Hentikan tusukan bila sudah terasa keras/ menyentuh tulang dan vena
caudalis sudah tertusuk. Kemudian tarik spuit perlahan sampai
mendapatkan volume darah yang diinginkan. Setelah itu masukkan
darah kedalam Tabung ependorf yang sudah dibasahi dengan EDTA
10%.

Gambar 1. Pengambilan sampel darah menggunakan jarum suntik

dan spuit

2. Cara menyiapkan sampel darah ikan untuk proses Haemolisis


5

a. Ambil tiga buah tabung reaksi dan diberi label A, B, dan C. Lalu
masukkan 1 cc darah ikan kesetiap tabung. Untuk tabung A
tambahkan dengan cairan 1 cc aquades, pada tabung B masukkan 1 cc
NaCl 3%, dan untuk tabung C hanya darah murni. Tunggu beberapa
saat sampai tampak reaksi dari sampel darah pada tiap tabung
tersebut.

Gambar 2. Tabung reaksi A dengan 1 cc darah + Aquades, dan Tabung reaksi B


dengan 1 cc aquades + NaCl 3%

b. Setelah itu, buatlah preparat ulas dari darah yang ditabung. Ambil 1
tetes darah dari setiap tabung dan teteskan ke preparat yang berbeda,
kemudian ambil objek glass lain lalu sentuhkan ujungnya pada tetesan
darah dengan kemiringan 45oc dan geser perlahan hingga darah
menyeluruh diobjek glass. Jika ada darah yang menggumpal, ambil
menggunakan tissu dengan cara menempelkan tissu perlahan pada
darah diatas objek glass tersebut.
c. Setelah darah diteteskan tunggu kering beberapa menit, lalu basahi
dengan ethanol dan tunggu lagi beberapa menit hingga kering.
d. Setelah kering, rendam menggunakan pewarna giemsa, tunggu
beberapa menit.
e. Terakhir rendam dengan air bersih lalu keringkan, untuk kemudian
siap diamati dibawah mikroskop. Amati dibawah mikroskop dengan
6

perbesaran lensa 40/0.65 (160/0.17), umumnya menggunakan lensa 40


x 10.
f. Pada tabung A tambah dengan cairan NaCl 3% sebanyak 1 cc.dan
pada tabung B ditambah dengan 1 cc aquades. Setelah beberapa

saatetesi ke objek glass untuk diamati dibawah mikroskop.

Gambar 3. Preparat ulas dengan kemiringan 45 o C

C. Menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah

a. Siapkan 9 tabung reaksi yang telah disterilisasi oleh EDTA, dan labeli
setiap tabung 1-9
b. Buatlah larutan NaCl 0%, 0.3%, 0.5%, 0,6%, 0,7%, 0,8%, 0,9%, 1%
dan 3% pada setiap tabung sesuai dosis NaCl.
c. Kemudian, teteskan 10 tetes darah ikan kedalam setiap tabung, dan
tunggu selama 30 menit.
d. Lalu Ambillah dari tiap-tiap tabung satu tetes campuran darah dan
larutan NaCl, teteskan diatas objek glass dan tutup menggunakan
cover glass. Kemudian amati dibawah mikroskop.
7

Gambar 4. Tabung reaksi dengan 9 sampel Darah + Nacl


8

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di bawah mikroskop pada


sampel darah merah ikan lele ( Clarias sp. ), maka didapatlah hasil pengamatan
sebagai berikut :

1) Tabung A dan B
Hasil pengamatan pada tabung A dan B terjadi perubahan warna, dimana
pada tabung A memiliki warna yang lebih gelap dibandingkan tabung B
yang tidak dapat ditembus cahaya.

2) Tabung A+ dan B+
Rupa darah pada tabung A*, sel darah mengerut terdapat endapan dibawah
tabung. Sedangkan rupa darah B* tampak menggumpal didasar tabung dan
terlihat lebih pekat.

3) Pada 9 tabung reaksi


a. Darah ikan + NaCl 0,0 %
Pada tabung ini, hasil yang didapatkan adalah tetap. Karena darah
murni atau sama dengan tanpa campuran NaCl.
b. Darah ikan + NaCl 0,3%
Darah sedikit menggumpal dan mengendap masih dapat ditembus
cahaya saat diamati menggunakan mikroskop.
c. Darah ikan + NaCl 0,5%
Pada konsentrasi ini, saat diamati dibawah mikroskop tampak lebih
menggumpal dan mengendap dibandingkan kadar NaCl 0.3%.
d. Darah ikan + NaCl 0,6%
Saat diamati dimikroskop tampak sel darah menggumpal dan masih
tembus cahaya.
e. Darah ikan + NaCl 0,7%
9

Darah menggumpal dan mengendap dan masih tembus cahaya saat


diamati dibawah mikroskop.
f. Darah ikan + NaCl 0,8%
Darah menggumpal dan mulai merapat saat diamati dibawah
mikroskop.
g. Darah ikan + NaCl 0,9%
Sel darah semakin rapat dan menggumpal, namun masih ada space
untuk cahaya tembus
h. Darah ikan + NaCl 1%
Sel darah ikan semakin rapat dan memenuhi objek sehingga hampir
sulit untuk cahaya tembus.
i. Darah ikan + NaCl 3%
Susunan sel darah sudah susah untuk terlihat, karena makin merapat
dan saling berhimpitan.

Pada pratikum rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum


dan sesudah haemolisis, didapatkan hasil pengamatan sebagai berikut:

NaCl 0,0% NaCl 0,3%


10

NaCl 0,5 % NaCl 0,6 %

NaCl 0,7 % NaCl 0,8 %


11

NaCl 0,9 % NaCl 1 %

NaCl 3 %

3.2 Pembahasan

1. Rupa darah secara Makroskopis dan mikrokospis sebelum dan


sesudah haemolisis
12

Pada tabung A yang ditambahkan 1 cc darah ikan dan cc aquades


darah menjadi terpisah dari aquades, darah merah terletak di lapisan
bawah dan aquades berada di lapisan atas, warna merah di lapisan bawah
lebih kental dan dilapisan tengah bewarna merah pucat dan dilapisan
paling bawah bewarna merah pekat.
Pada preparat ulas A yang telah diamati dibawah mikroskop
dijelaskan bahwa sel darah merah bewarna unggu karena pengaruh
giemsa, sel-sel darah tidak tersusun rapat dan terdapat nucleus atau ini sel
pada darah. Pada preparat ulas B yang telah diamati dibawah mikroskop
dijelaskan bahwa sel darah berwarna ungu karena pengaruh giemsa, sel
darah tersusun sangat rapat antara sel darah yang satu dengan sel darah
yang lainnya dan terdapat inti sel darah.

2. Menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah


a. NaCl 0,0% yang ditambabhkan darah murni sama dengan tidak
bereaksi, karena sama dengan darah murni yaitu tanpa reaksi.
b. NaCl 0.3 % yang ditambahkan darah 10 tetes dijelaskan bahwa darah
bersifat hypertonis, darah kelihatan seperti mengkerut dan darah
dilapisan bawah bewarna merah pekat.
c. NaCl 0,5% yang ditambahkan 10 tetes darah dijelaskan bahwa darah
bersifat hipotonis, darah kelihatan seperti mengembang.
d. NaCl 0.6% yang ditambahkan 10 tetes darah dijelaskan bahwa darah
bersifat hipotonis, darah kelihatan seperti mengembang dan darah
dibagi dua lapisan. Bagian atas lebih jernih daripada bagian bawah
tabung, namun kelihtan lebih pekat dibandingkan NaCl 0,5%.
e. NaCl 0.7% yang ditambahkan 10 tetes darah dijelaskan bahwa darah
bersifat hipotonis , darah terbagi menjadi tiga lapisan, dimana lapisan
paling atas jernih, lapisan tengah bewarna merah muda dan lapisan
paling bawah bewarna merah pekat.
13

f. NaCl 0.8 % yang ditambahkan 10 tetes darah dijelaskan bahwa darah


bersifat isotonis
g. NaCl 0.9% yang ditambahkan 10 tetes darah, dijelaskan bahwa darah
bersifat isotonis dan seimbang antara darah dengan NaCl.
h. NaCl 1% yang ditambahkan 10 tetes darah dijelaskan bahwa darah
bersifat hipertonis, hampir semua NaCl bersatu dengan darah dan
darah seperti mengkerut.
i. NaCl 3% yang ditambahkan 10 tetes darah dijelaskan bahwa darah
bersifat hipertonis, darah dilapisan bewarna merah pekat, darah
kelihatannya seperti mengkerut dan lapisan atas bewarna merah pucat.
14

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pada pratikum mengenai rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis


sebelum dan sesudah haemolisis disimpulkan bahwa Sel- sel darah yang
dicampurkan dalam suatu larutan yang berbeda konsentrasi NaCl dan Aquades
nya, maka reaksi nya akan berubah atau berbeda. jika konsentrasi NaCl lebih
tinggi dari sel darah maka sel darah akan mengisut. Dan semakin besar dosis
NaCl, maka sel darah akan semakin merapat, begitu pula sebaliknya.

Pada percobaan menentukan tahanan osmotik, sel-sel darah merah


disimpulkan bahwa darah yang dicampur NaCl 0.5 % , 0,6 % , 0.7% bersifat
hipotonis, darah yang dicampur larutan NaCl 0.8%, dan 0.9 % bersifat isotonis
dan darah yang dicampur larutan NaCl 0.3 %, 1% dan 3% bersifat hipertonis,
jadi kesimpulannya bila sel-sel darah dimasukan kedalam suatu cairan hipotonis,
isotonis atau hipertonis maka akan terjadi proses osmotic dan difusi.

4.2 Saran

Saran saya untuk para praktikan, agar lebih hati-hati saat proses
penyuntikan ikan untuk pengambilan sampel. Dan menggunakan waktu dengan
efisien sesuai jadwal yang telah ditentukan agar hasil nya juga optimal.
15

DAFTAR PUSTAKA

Windarti dkk, 2022. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air, Pekanbaru.


https://www.academia.edu/31973384/
LAPORAN_PRAKTIKUM_RUPA_DARAH_SECARA_MAKROSKOPIS_DAN_M
IKROSKOPIS_SEBELUM_DAN_SESUDAH_HAEMOLISIS_docx?
email_work_card=view-paper
http://windarti-nofriyan.blogspot.com/2012/05/rupa-darah-secara-makroskopis-
dan.html
http://teguhheriyanto.blogspot.com/2011/04/rupa-darah-secara-makroskopis-
dan.html
16
17

LAMPIRAN

Lampiran. 1 Alat dan Bahan

1.1 Tabung reaksi 1.2 jarum suntik dan spuit


1.3 Objek glass 1.4 Cover glass
18

1.5 Mikroskop 1.6 pipet tetes

1.6 Tissu gulung 1.7 Nampan, Ember, Serbet

1.8 Minyak cengkeh 1.9 Pewarna Giemsa


19

1.10 Pipet tetes 1.11 NacL

1.12 Ethanol 1.13 aquades

1.15 Ikan lele


1.14 EDTA
20

Lampiran. 2 Hasil Pengamatan Sel darah merah ikan Lele ( Clarias sp. )

2.1 sampel A 2.2 Sampel B

2.3 Proses pencelupan pewarna Giemsa


21

2.4 Persiapan penetesan ke objek glass

2.5 3 tabung percobaan satu, 9 tabung percobaan dua

Preparat A Preparat B

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover Proper
    Cover Proper
    Dokumen8 halaman
    Cover Proper
    Widia Wulandari 2004136700
    Belum ada peringkat
  • PRAKERIN SMK
    PRAKERIN SMK
    Dokumen7 halaman
    PRAKERIN SMK
    Widia Wulandari 2004136700
    Belum ada peringkat
  • Biotum 2 Sementara
    Biotum 2 Sementara
    Dokumen2 halaman
    Biotum 2 Sementara
    Widia Wulandari 2004136700
    Belum ada peringkat
  • Proper 3
    Proper 3
    Dokumen4 halaman
    Proper 3
    Widia Wulandari 2004136700
    Belum ada peringkat
  • TUMBUHAN AIR
    TUMBUHAN AIR
    Dokumen5 halaman
    TUMBUHAN AIR
    Widia Wulandari 2004136700
    Belum ada peringkat
  • Biotum 2 Biomassa
    Biotum 2 Biomassa
    Dokumen17 halaman
    Biotum 2 Biomassa
    Widia Wulandari 2004136700
    Belum ada peringkat