Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Lanjut usia (Lansia) adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara
tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya
menjadi tua. Lansia pada umumnya akan memiliki tandatanda terjadinya penurunan fungsi-
fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi (Mubarak dkk, 2009). Menurut Depkes RI
(2005), secara alamiah, proses penuaan mengakibatkan kemunduran kemampuan fisik dan
mental. Lansia umumnya mengalami gangguan organ tubuh dan penyakit kronis. Penyakit
kronis adalah penyakit yang membutuhkan waktu yang cukup lama, tidak terjadi secara
tibatiba atau spontan, dan biasanya tidak dapat disembuhkan dengan sempurna (Adelman &
Daly, 2004). Salah satu penyakit kronis adalah hipertensi (Meiner, 2006).
Hipertensi adalah kondisi yang kompleks dimana tekanan darah secara menetap
berada di atas normal. Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk
pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140
mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Riskesdas 2013). Hipertensi sering tidak
menimbulkan gejala sehingga disebut sebagai silent killer, sementara tekanan darah yang
terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh
karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara
berkala(kontrol tekanan darah) (Kemenkes RI, 2016).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012 Hipertensi memberikan
kontribusi untuk hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahun. Hal
ini juga meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan
risiko stroke sebesar 24% (WHO, 2012). Data Global Status Report on Noncommunicable
Diseases 2010 dari WHO, menyebutkan 40% negara ekonomi berkembang memiliki
penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Asia Tenggara,
terdapat 36% orang dewasa yang menderita hipertensi dan telah membunuh 1,5 juta orang
setiap tahunnya. Jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat tajam, diprediksikan
pada tahun 2025 sekitar 29% atau sekitar 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia
menderita hipertensi (Kemenkes RI, 2016).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018 prevalensi
hipertensi di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar
34,1%. Hal ini menandakan bahwa terjadi peningkatan jumlah penderita hipertensi dimana
pada Riskesdas tahun 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8 %. Hipertensi
juga merupakan penyebab kematian ke-3 di Indonesia pada semua umur dengan proporsi
kematian 7,6 % (Riskesdas, 2018).
Profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2018 menyebutkan kasus
tertinggi penyakit tidak menular (PTM) adalah kelompok penyakit jantung dan pembuluh
darah khususnya pada kelompok hipertensi essensial yaitu sebanyak 17.376 kasus dari
total 743.204 kasus penyakit jantung dan pembuluh darah. Prevalensi hipertensi di
Kalimantan Barat yaitu 26,4% dan berada pada peringkat ke-6 pada 10 besar provinsi di
Indonesia dengan kejadian kasus hipertensi terbanyak. Di kalimatan Barat menurut
Riskesdas 2018 prevalensi hipertensi tertinggi berada di wilayah Kapuas Hulu (12,18%)
dan terendah di Kabupaten Sintang (4,84%) sedangkan Kabupaten Kayong Utara tercatat
sebanyak (8,78%).
Data hasil rekapitulasi Puskesmas pembantu Desa Durian Sebatang Kecamatan
Seponti Kayong Utara pada tahun 2016 terdapat 230 kasus, tahun 2017 mengalami
penurunan menjadi 66 kasus hipertensi dan pada tahun 2018 hingga bulan September
terdapat 196 pasien dengan hipertensi yang rutin melakukan perawatan dan berkunjung ke
puskesmas. Penyakit hipertensi ini bagi masyarakat sangat penting untuk dicegah dan
diobati. Hal ini dikarenakan dapat menjadi pencetus terjadinya stroke yaitu kerusakan
pembuluh darah di otak.
Di Indonesia sendiri kesadaran dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi masih
sangat rendah, sehingga pendidikan kesehatan pada Lansia dengan hipertensi sangat
penting, Pendidikan kesehatan sebagai intervensi keperawatan mandiri dapat direncanakan
untuk meningkatkan kemampuan lansia dan keluarga dalam menjalani perawatan
hipertensi. Keluarga merupakan sumber daya penting pemberian layanan kesehatan, baik
bagi individu maupun keluarga. Saat perawatan difokuskan pada keluarga, efektifitas
perawatan terbukti meningkat. Pengkajian dan pemberian layanan kesehatan keluarga
adalah hal yang penting dalam membantu tiap anggota keluarga mencapai tingkat
kesejahteraan yang optimum (Gilliss & Davis, 1993 dalam Friedman, 2010). Pendidikan
kesehatan merupakan prioritas utama dan merupakan salah satu intervensi keperawatan
yang efektif untuk meningkatkan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya
pemahaman yang benar mengenai hipertensi. Namun demikian, efektifitas pendidikan
kesehatan belum sepenuhnya diketahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan lansia dan keluarga terutama dalam
merawat anggota keluarga dengan hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan Lansia
dengan hipertensi.
Pada Lansia dengan hipertensi, pendidikan Kesehatan dan dukungan keluarga
berperan sangat penting untuk menjaga dan mengontrol agar tekanan darah tidak
meningkat dan diharapkan bisa kembali normal. Selain itu pengukuran tekanan darah juga
dapat dilakukan oleh pihak keluarga yang telah belajar dari tenaga kesehatan (Harrison,
2010). Pasien hipertensi yang tidak mendapat pendidikan Kesehatan dan dukungan
keluarga secara efektif menjadikan sulitnya pasien untuk selalu menjaga dalam perawatan
hipertensi secara baik. Kurangnya dukungan keluarga sejalan dengan hasil penelitian
Masmuri (2016) yang meneliti dukungan keluarga pada penderita hipertensi di kelurahan
sumur Boto Kecamatan Banyumanik Kota Semarang. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa keluarga yang kurang mendukung menjadikan pasien hipertensi sulit menjadikan
tekanan darahnya normal. Sumber dukungan yang paling sering dan umum adalah
diperoleh dari pasangan hidup, anggota keluarga, teman dekat, dan sanak saudara yang
akrab dan memiliki hubungan yang harmonis (Kuntjoro, 2002). Selain dari dukungan
keluarga agar pasien hipertensi tidak mengalami kekambuhan, maka diperlukan motivasi
dari pasien yang bersangkutan untuk mau bertindak agar penyakit hipertensinya tidak
kambuh kembali. Menurut Uno (2012) motivasi merupakan dorongan internal dan
eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya hasrat dan minat untuk
melakukan kegiatan, termasuk bagaimana seorang pasien hipertensi memiliki motivasi
untuk sehat dengan cara berobat ke rumah sakit.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan metode wawancara
terhadap 11 responden di Puskesmas pembantu Desa Durian Sebatang Kecamatan Seponti
Kayong Utara, didapatkan data 7 Responden mengatakan kurang mengetahui penyebab,
tanda dan gejala hipertensi. Responden menyatakan hanya merasakan keluhan seperti
pusing dan mual. Pasien juga menyatakan bahwa jarang melakukan kontrol ke puskesmas,
karena pasien merasa sehat dan tidak merasakan pusing-pusing sehingga tidak melakukan
kontrol ke puskesmas. Selain itu jarak rumah yang cukup jauh dengan puskesmas
menjadikan pasien hipertensi enggan untuk kontrol pengobatan. Berbeda halnya dengan 4
Responden penderita hipertensi pertanyaan yang diajukan mengenai pengertian, tanda dan
gejala hipertensi keempat Responden tersebut dapat menjawab tetapi pasien hipertensi
tidak selalu kontrol ke puskesmas sesuai jadwal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian
yaitu Pengaruh Penkes tentang Faktor resiko Hipertensi terhadap peningkatan pengetahuan
lansia dengan Hipertensi di Puskesmas Pembantu Desa Durian Sebatang kecamatan
Seponti Kayong Utara Tahun 2019?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Mengetahui Pengaruh Penkes tentang Faktor resiko Hipertensi
terhadap peningkatan pengetahuan lansia dengan Hipertensi di Puskesmas Pembantu
Desa Durian Sebatang kecamatan Seponti Kayong Utara Tahun 2019
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan lansia terhadap Faktor resiko hipertensi
b. Menganalisis hubungan penkes tentang faktor resiko Hipertensi terhadap
peningkatan pengetahuan lansia dengan hipertensi di Puskesmas Pembantu Desa
Durian Sebatang kecamatan Seponti Kayong Utara Tahun 2019

D. Manfaat Penelitian
Setelah dilakukan penelitian mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap pasien
hipertensi di Puskesmas Pembantu Desa Durian Sebatang kecamatan Seponti Kayong
Utara Tahun 2019 diharapkan:
1. .Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang pentingya Pendidikan kesehatan dalam perawatan
pasien hipertensi yang tepat dan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Pasien
Mengetahui dampak yang diakibatkan dari adanya pendidikan kesehatan dengan
kondisi pasien hipertensi.
3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan bagi perawat dalam melaksanakan pendidikan kesehatan kepada
penderita hipertensi terutama lansia dalam menjalankan terapi hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai