Anda di halaman 1dari 12

Makalah Hukum Administrasi Negara (HAN)

Mengenai Hukum Perizinan


KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan malakah yang berjudul

: “Perizinan ”. Untuk terwujudnya makalah ini penulis sangat berterima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini

sehingga dapat diselesaikan sesuai rencana.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan mata kuliah

Hukum Administrasi Negara . Selain itu, makalah ini didekasikan kepada seluruh pihak

yang peduli akan pentingnya Perizinan yang digunakan untuk mendirikan bangunan.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

pihak-pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis berharap makalah ini

dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Penulis mengharapkan kritik dan saran akan

makalah yang telah disusun ini, agar kedepannya dapat menjadi lebih baik.

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUA ..................................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 5

1.3 Tujuan Penitian....................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 6

2.1 Pengertian Hukum Administrasi Negara ....................................................... 7

2.2 Ruang Lingkup Hukum Administrasi Negara ............................................... 8

2.3 Hukum Administrasi Negara (Perizinan) ..................................................... 8

2.3.1. Pengertian Perizinan ............................................................................ 9

2.3 2. Permasalahan Dalam Perjanjian .......................................................... 10

2.3.3. Contoh Kasus Surat Perizinan ............................................................ 10

2.3.4. Analisa Kasus ...................................................................................... 10

2.3.5. HAN dalam pencegahan penyalahgunaan wewenang tentang


perizinan ........................................................................................................ 11

BAB III PENUTUP....................................................................................................... 11

3.1 KESIMPULAN ................................................................................................. 11


3.2 SARAN ............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Perizinan, Izin merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara


yang diterapkan dalam peraturan berdasarkan prosedur dan persyaratan
sebagaimana ketentuan perundang-undangan. Hal ini menjadikan persoalan dalam
kehidupan sehari-hari. Dari masyarakat hingga pejabatpun, berkutat dengan
perizinan, karena perizinan berkaitan dengan kepentingan yang diinginkan oleh
masyarakat untuk menjalankan aktivitasnya agar mendapat persetujuan atau
legalitas dari pejabat negara sebagai alat administrasi didalam pemerintahan suatu
negara. Sebagai bentuk dari suatu kebijakan tentunya izin tidak boleh
bertentangan dengan suatu perundang-undangan serta norma-norma didalam
masyarakat.

Antara penguasa dan masyarakat terjalin suatu hubungan timbal balik. Pada
satu sisi masyarakat mempengaruhi penguasa dalam menjalankan tugasnya, dan
pada sisi lain penguasa memberi pengaruh tertentu pada masyarakat. Untuk
mengatur ketertiban bagi masyarakat, maka pemerintah diberi wewenang untuk
membuat peraturan. Peraturan tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat,
artinya ketika suatu kegiatan tertentu menginginkan suatu pengaturan, maka tugas
pemerintah adalah membuat peraturan yang akhirnya dituangkan secara tertulis
dan dibuat oleh organ yang berwenang, sehingga lazim disebut dengan peraturan
perundang – undangan.

Yang dimaksud dengan peraturan perundang – undangan disini adalah setiap


peraturan tertulis yang dibuat, ditetapkan dan dikeluarkan oleh lembaga atau
pejabat negara yang mempunyai ( menjalankan ) fungsi legislative sesuai cara
yang berlaku, salah satunya dengan pemberian izin.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud dengan Perizinan?

2. Permasalahan apa saja yang muncul dilapangan dalam Perizinan?

3. Contoh Kasus yang berkaitan dengan Perizinan dan analisis ?

4. Bagaimana peran HAN dalam pencegahan penyalahgunaan wewenang


tentang perizinan?

3
1.3 Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui mengenai perizinan serta manfaat


dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari.

2. Bagaimana Mahasiswa diharapkan bisa memberikan solusi terkait


masalah yang sering terjadi didalam Perizinan

3. Dan diharapkan pula informasi ini dapat menjadi referensi dalam


pembelajaran Hukum Administrasi Negara.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hukum AdministrasiNegara

Hukum Administrasi Negara adalah rangkaian aturan-aturan hukum yang


harus diperhatikan oleh alat-alat perlengkapan Negara di dalam menjalankan
tugasnya. Terhadap perumusan ini banyak diajukan keberatan-keberatan. Perlu
diketahui bahwa Negara adalah suatu pengertian yang abstrak dan berwujud
suatu bada hukum. Maka sudah barang tentu perbuatan-perbuatan hukum yang
dilakukan alat-alat perlengkapan Negara sebagai organ suatu badan hukum
sangat heterogen, tidak hanya perbuatan-perbuatan dalam hukum publik saja,
akan tetapi juga melakukan perbuatan-perbuatan dalam hukum perdata, hukum
dagang, dan sebagainya. Hukum Administrasi Negara diartikan sebagai
rangkaian-rangkaian aturan- aturan hukum yang mengatur cara bagaimana
alat-alat perlengkapan Negara menjalankan tugasnya.
Selain itu, ada beberapa pula pendapat lain tentang pengetian Hukum
Administrasi Negara ini yang dikemukakan para sarjana, yaitu sebagai berikut.

1. Hukum administrasi Negara adalah peraturan hukum yang mengatur


administrasi, yaitu hubungan antara warga Negara dan pemerintahnya
yang menjadi sebab hingga Negara itu berfungsi. (R. AbdoelDjamali)

2. Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan hukum yang


mengatur bagaimana Negara sebagai penguasa menjalankan usaha-usaha
untuk memenuhi tugasnya. (Kusumadi Poedjosewojo)

3. Hukum Administrasi Negara adalah hukum yang menguji hubungan


hukum istimewa yang diadakan, akan kemungkinan para pejabat
melakukan tugas mereka yang khusus. (E. Utrecht)

4. Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan aturan yang harus


diperhatikan oleh para penguasa yang diserahi tugas pemerintahan dalam
menjalankan tugasnya. (Van Apeldoorn)

5. Hukum administrasi Negara adalah hukum yang mengatur hubungan-


hubungan hukum antara jabatan-jabatan dalam Negara dengan para warga
masyarakat.(Djokosutono)

5
2.2 Ruang lingkup Hukum Administrasi Negara
Menurut Prof. Walther Burckhardt bagian hukum tata usaha (Ver
waltungsrecht) ialah:

1. Hukum Kepolisian(Polizeirecht)
2. Hukum Perlembagaan(Anstaltsrecht)
3. Hukum Keuangan(Finanzrecht)

Sedangkan menurut E. Utrecht, Hukum Administrasi Negara meliputi:

1. Hukum Agraria (Hukum Tanah)


2. Hukum Administrasi Perbendaharaan (Hukum Administrasi Keuangan,
Comptble administratie-recht).
3. Hukum Administrasi pemodalan dan koperasi Asing.

2.3 Hukum Administrasi Negara

2.3.1 Pengertian Perizinan

Dispensasi adalah keputusan administrasi negara yang membebaskan sutau


perbuatan dari kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan tersebut,WF prince
mengatakan bahwa dispensasi adalah tindakan pemerintahan yang meyebabkan suatu
peraturan perundang-undangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa.
Lisensi adalah suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarkan suatu
perusahaan,lisensi digunakan untuk menyatakan suatu izin yang memperkenankan
seseorang untuk menjalankan suatu perusahaan dengan izin khusus atau istimewa.
Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang besar dimana
kepentingan umum terlibat erat sekali sehingga sebenarnya pekerjaan itu menjadi
tugas dari pemerintah,tetapi oleh pemerintah diberikan hak penyelenggaraannya
kepada konsesionaris (pemegang izin) yang bukan pejabat pemerintah. Izin menurut
sjahran basah adalah perbuatan hukum administrasi Negara bersegi satu yang
mengaplikasikan peraturan dalam hal konkrit berdasarkan persyaratan dan prosedur
sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.

Oleh karena itu, merupakan seperangkat dispensasi-dispensasi, izin-izin, serta


lisensi-lisensi disertai dengan pemberian semacam wewenang pemerintah terbatas
pada konsensionaris. Konsesi tidak mudah diberikan oleh karena banyak bahaya
penyelundupan, kekayaan bumi dan kekayaan alam negara dan kadang-kadang
merugikan masyarakat yang bersangkutan. Wewenang pemerintah diberikan kepada
konsensionaris walupun terbatas dapat menimbulkan masalah pilitik dan social yang
cukup rumit, oleh karena perusahaan pemegang konsesi tersebut dapat memindahkan
kampong, dapat membuat jaringan jalan, listrik dan telepon, membentuk barisan
keamanan, mendirikan rumah sakit dan segala sarana lainnya

6
Beberapa peraturan perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah:

1. Izin Mendirikan Bangunan (IMB), diatur oleh Perda, oleh Dinas Pekerjaan
Umum atau Dinas Tata Kota.

2. Izin Perubahan Penggunaan Tanah (IPPT), diatur dengan keputusan


Walikota/Bupati dibantu Kantor Pertanahan atau Kantor Agraria, Tujuannya
mengarahkan dan mengendalikan aktifitas perubahan tanah ( misalnya tanah yang
dianggap tidak produktif)

3. Izin Tempat Usaha /HO, batas-batas tempat usaha

4. Izin Tebang Kayu dan pengangkutannya,untuk mencegah bahaya bagi


lingkungan; dengan cara mengajukan izin kepada Kepala Desa atau Pemerintah
Setempat (Retribusi)

2.3.2 Permasalahan dalam Perizinan

Hasil yang dilakukan Bank Dunia (2006-2008) di beberapa daerah di Indonesia


terhadap pelaku usaha tentang kondisi perizinan di Indonesia menggambarkan hal
yang sama dengan data-data angka yang ditampilkan Doing Business (Bank Dunia).
Beberapa komentar pelaku usaha dan menjadi masalah utama perizinan di Indonesia
antara lain:

1. Waktu pengurusan izin relatif lama, karena proses yang berbelit-belit dan
menyangkut banyak lembaga teknis.

2. Biaya yang relatif tinggi karena proses yang panjang dan tidak transparan
sehingga terbuka peluang untuk terjadinya pungutan liar.

3. Tidak ada kejelasan baik biaya maupun waktu penyelesaian.

Hal ini yang kadang kala dalam menjalankan Otonomi Daerah tidak pernah
berhasil, karena adanya pelaku birokrasi yang tidak mengutamakan kualitas dalam
pelayanan publik, terlebih khusus untuk pemberian izin mendirikan usaha. Ada tiga
level pembahasan dalam kerangka meningkatkan pelayanan publik, pertama
kebijakan (peraturan perundang-undangan), apakah kebijakan dalam pemberian
pelayanan publik sudah benar-benar ditujukan untuk kepentingan masyarakat; kedua,
kelembagaan, apakah lembaga-lembaga yang dibentuk pemerintah daerah sesuai
dengan kebutuhan masyarakat atau hanya berdasar pada kebutuhan eksistensi
lembaga-lembaga di daerah agar tidak dilakukan likuidasi lembaganya termasuk juga
kepentingan-kepentingan politis yang sangat kental terutama ketika masuk dalam
pembahasan di tingkat legislatif; ketiga, sumber daya manusia, apakah sumber daya
manusia yang memberikan pelayanan juga memerlukan kecakapan-kecakapan
tertentu, karena saat ini telah terjadi berbagai perubahan dimana masyarakat juga
memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik, maka administrasi
negara tidak bisa bertindak hanya berdasar pada perintah atasan, namun tuntutan
masyarakat juga menjadi bagian penting. Sebenarnya jika pelayanan publik di
Indonesia khususnya bidang perizinan bisa berjalan sesuai Undang-Undang yang
berlaku maka dapat menunjang perekonomian di Negara Indonesia sendiri.

7
2.3.3 Contoh Kasus Surat Perizinan

Kamis, 7 Agustus 2014 |

Kasus Suap Bupati Bogor Mulai Disidangkan

Metro Online.co, Jakarta – Kasus suap terhadap Bupati Bogor Rachmat Yasin
berkaitan dengan pengurusan izin tukar-menukar kawasan hutan seluas 2.754 hektare
di Bogor, Jawa Barat, Kamis, 7 Agustus 2014, mulai disidangkan di Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi Bandung, Jawa Barat. Dalam sidang perdana itu duduk
sebagai terdakwa Fransiscus Xaverius Yohan Yap, tangan kanan Direktur PT Sentul
City sekaligus Komisaris Utama PT Bukit Jonggol Asri, Cahyadi Kumala Kwee alias
Swee Teng.

Staf Hubungan Masyarakat Pengadilan Negeri Bandung, Joko Indiarto, membenarkan


persidangan perdana terhadap Fransiscus. Agendanya berupa pembacaan dakwaan
oleh jaksa penuntut umum. “Benar, sidang dimulai pukul 09.00 WIB,” kata Joko
melalui pesan pendek, Kamis, 7 Agustus 2014.

Seperti diberitakan sebelumnya, F.X. Yohan berperan sebagai kurir duit suap, meski
dia tidak tercatat sebagai karyawan Bukit Jonggol maupun Sentul City. Selain F.X.
Yohan, dalam kasus itu, Bupati Bogor Rachmat Yasin dan Kepala Dinas Pertanian
dan Kehutanan Kabupaten Bogor M. Zairin telah ditetapkan sebagai tersangka.

Cahyadi Kumala diduga juga bakal terseret dalam kasus itu. Sebab, dalam
rekonstruksi kasus yang digelar penyidik KPK pada 11 Juni 2014, kronologi
penyuapan dimulai dari rumah Cahyadi Kumala. Dalam rekonstruksi tersebut, nama
Cahyadi juga disebut.

Penyidik menduga kejadian di rumah di Jalan Wijaya Kusumah Nomor 103,


Kompleks Taman Yasmin, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, itu berkaitan dengan
penyuapan, yang kemudian terungkap setelah petugas KPK melakukan operasi
tangkap tangan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan secara intensif terhadap para saksi
yang ditangkap KPK, penyidik menduga komitmen suap kepada Bupati Rachmat
Yasin mencapai Rp 5 miliar.

Cahyadi memerintahkan F.X. Yohan Yap untuk mengeksekusi pemberian duit suap.
Cahyadi diduga berkali-kali menelepon Yohan menjelang berlangsungnya pemberian
uang suap kepada Bupati Bogor. “Sumber uang juga datangnya dari Cahyadi,” ujar
sumber itu.

Setelah mendapat perintah, F.X. Yohan menemui M. Zairin di Taman Budaya, Sentul
City. Di sana, negosiasi berlangsung. Lantas, mereka bertolak menuju lokasi
penyerahan uang yang lokasinya tak jauh dari Taman Budaya.

Seorang bawahan Cahyadi lainnya sudah menunggu sambil menjaga duit itu. Setelah
menyerahkan duit, Yohan berpisah dengan Zairin. Sesaat kemudian, penyidik KPK
menangkap mereka bersama beberapa orang lainnya.

Sejak 8 Mei 2014, Cahyadi dikenai status cegah oleh Direktorat Jenderal Imigrasi
untuk mengantisipasi agar tidak melarikan diri ke luar negeri. Status yang sama juga

8
telah dikenakan kepada Dian Purwheny dan Roselly Tjung alias Shirley Tjung, sejak
21 Mei lalu. Keduanya ditengarai sebagai tangan kanan Cahyadi.

2.3.4 Analisa

Kasus Suap Perizinan sedang marak terjadi diberbagai wilayah, utamanya terjadi
di daerah perkotaan maupun kabupaten. Hal ini sering terjadi karena perizinan,
termasuk alih fungsi lahan, menjadi otorisasi pemerintah daerah, dalam hal ini bupati
atau Wali kota. Dan hal ini sering dipersulit untuk memperoleh surat perizinan
maupun alih fungsi lahan, Sejauh ini masih terjadi praktik biaya tinggi, yang
memungkinkan pengajuan surat perizinan dibebankan biaya yang tinggi.

Dalam kasus ini sungguh merasa dirugikan pengaju surat perizinan tersebut, hal
ini juga bisa mengakibatkan lesunya investasi yang terjadi di suatu wilayah kota /
kabupaten karena surat perizinan dagang/usahanya dipersulit oleh pemerintah
setempat. Apalagi jika harus melihat lagi, para pemilik usaha pun juga malas untuk
mengurus surat perizinan mendirikan suatu badan usaha/ dagang. Seharusnya ada
itikad baik dari pemerintah setempat untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi
para pengurus surat perizinan.

Dalam kasus ini intinya, kepala pemerintahan daerah (bupati/walikota) harus


mampu menjadi pemimpin yang bijak dan arif dalam hal surat perizinan sesuai
dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik, tidak malah untuk mempersulit
keluarnya surat perizinan. Sehingga tindak suap menyuap surat perizinan tidak terjadi
lagi. Dan perlunya pengurangan biaya pengurusan surat perizinan, ataupun
meniadakan biaya surat perizinan, sehingga tidak ada lagi kasus suap surat perizinan.
Investasi di daerah akan semakin meningkat dan mengakibatkan perekonomian akan
berkembang pesat.

2.3.5 HAN dalam pencegahan penyalahgunaan wewenang tentang perizinan.

Disini HAN itu perlu berfungsi untuk :

Melakukan kontrol terhadap jalannya insrumen-instrumen pemerintah seperti


badan-badan milik pemerintah dan pejabat-pejabat pemerintah yang melakukan
pelanggaran baik itu pencurian atau penyalahgunaan wewenangnya yang dimana akan
menyinggung perlindungan bagi subyek hukum yang dirugikan oleh negara maupun
person yang mewakili negara dan perlindungan hukum dalam HAN. Kebebasan
Pemerintah menggunakan wewenang paksaan pemerintahan ini harus dibatasi oleh
asas-asas umum pemerintahan yang layak seperti : Asas kecermatan,asas
keseimbangan,asas kepastian hukum dan lain lain.

Jadi ketika pemerintahan menghadapi suatu kasus pelanggaran kaidah hukum


administrasi negara, misalnya pelanggaran ketentuan perizinan, pemerintah harus
mengunakan asas kecermatan, asas kepastian hukum,atau asas kebijaksanaan dengan
mengkaji secara cermat apakah pelanggaran izin tersebut bersifat subtansial atau
tidak.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan Hukum


Perizinan merupakan seperangkat dispensasi-dispensasi, izin-izin, serta lisensi-lisensi
disertai dengan pemberian semacam wewenang pemerintah terbatas pada
konsensionaris. Beberapa peraturan terkait perizinan yang dikeluarkan pemerintah
seperti izin mendirikan bangunan, Izin perubahan penggunaan tanah, Izin tempat
usaha, Izin tebang kayu memiliki tata cara yang berbeda untuk memperoleh izinnya.

Terkait permasalahan perizinan. sering dijumpai dalam membuat perizinan, orang


atau badan hukum yang membuat perizinan menngalami beberapa kendala seperti :
Waktu pengurusan izin relatif lama, Biaya yang relatif tinggi, Tidak ada kejelasan
baik biaya maupun waktu penyelesaian. Hal ini karena adanya pelaku birokrasi yang
tidak mengutamakan kualitas dalam pelayanan publik, terlebih khusus untuk
pemberian izin mendirikan usaha.

Disini Peranan Hukum Administrasi Negara (HAN) dalam mengatasi


permasalahan perizininan ialah dalam melakukan kontrol terhadap jalannya
istrumen-instrumen pemerintah seperti badan-badan milik pemerintah dan pejabat-
pejabat pemerintah. Berdasarkan berbagai yurispundensi di negeri Belanda atau
peraturan undang-undang di Indonesia, tampak bahwa pelaksanaan paksaan
pemerintah adalah wewenang yang diberikan undang-undang kepada pemerintah
yang bersifat bebas, dalam arti pemerintah diberi kebebasan untuk
mempertimbangkan menurut inisiatifnya sendiri apakah mengunakan bestuursdwang
atau tidak atau bahkan menerapkan sanksi lainnya.

3.2 Saran

Disini penulis memberi saran agar pemerintah dalam menangani permasalahan-


permasalahan terkait perizinan tidak terjadi atau meminimalisir pelanggaran terkait
perizinan :

1. Mengurangi atau bila perlu meringankan dan menghilangkan sama sekali biaya
pengurusan perizinan.

2. Perlunya dilakukan pengawasan terhadap pelaksanaan perizinan di bidang usaha,


untuk menghindari tindak aksi pelanggaran perizinan.

3. Perlunya disederhanakan persyaratan administrasi dengan mengurangi jumlah


persyaratan, tetapi sesuai dengan ketentuan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Cetakan Kedua, Yogyakarta,
2003

Ridwan, Juniarso & Achmad Sodik Sudrajat, 2010, Hukum Adminstrasi Negara
dan Kebijakan Pelayanan Publik, cet.ke-1, Bandung: Nuansa.

http://metroonline.id/kasus-suap-bupati-bogor-mulai-disidangkan/

Hadisoeprapto, Hartono. 2000. Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Yogyakarta:


Liberty Yogyakarta, Cet. IV).

Kansil, C.S.T., Christien, S.T. Kansil. 2003. Pengantar Hukum Indonesia Jilid II,
(Jakarta: Balai Pustaka).

Soetami, A. Siti. 2003. Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung: PT Refika


Aditama).

Sudarsono. 1991. Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta)


.

11

Anda mungkin juga menyukai