Bismillahhirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan malakah yang berjudul
: “Perizinan ”. Untuk terwujudnya makalah ini penulis sangat berterima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan mata kuliah
Hukum Administrasi Negara . Selain itu, makalah ini didekasikan kepada seluruh pihak
yang peduli akan pentingnya Perizinan yang digunakan untuk mendirikan bangunan.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis berharap makalah ini
dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Penulis mengharapkan kritik dan saran akan
makalah yang telah disusun ini, agar kedepannya dapat menjadi lebih baik.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Antara penguasa dan masyarakat terjalin suatu hubungan timbal balik. Pada
satu sisi masyarakat mempengaruhi penguasa dalam menjalankan tugasnya, dan
pada sisi lain penguasa memberi pengaruh tertentu pada masyarakat. Untuk
mengatur ketertiban bagi masyarakat, maka pemerintah diberi wewenang untuk
membuat peraturan. Peraturan tersebut dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat,
artinya ketika suatu kegiatan tertentu menginginkan suatu pengaturan, maka tugas
pemerintah adalah membuat peraturan yang akhirnya dituangkan secara tertulis
dan dibuat oleh organ yang berwenang, sehingga lazim disebut dengan peraturan
perundang – undangan.
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
3
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.2 Ruang lingkup Hukum Administrasi Negara
Menurut Prof. Walther Burckhardt bagian hukum tata usaha (Ver
waltungsrecht) ialah:
1. Hukum Kepolisian(Polizeirecht)
2. Hukum Perlembagaan(Anstaltsrecht)
3. Hukum Keuangan(Finanzrecht)
6
Beberapa peraturan perizinan yang dikeluarkan oleh Pemerintah:
1. Izin Mendirikan Bangunan (IMB), diatur oleh Perda, oleh Dinas Pekerjaan
Umum atau Dinas Tata Kota.
1. Waktu pengurusan izin relatif lama, karena proses yang berbelit-belit dan
menyangkut banyak lembaga teknis.
2. Biaya yang relatif tinggi karena proses yang panjang dan tidak transparan
sehingga terbuka peluang untuk terjadinya pungutan liar.
Hal ini yang kadang kala dalam menjalankan Otonomi Daerah tidak pernah
berhasil, karena adanya pelaku birokrasi yang tidak mengutamakan kualitas dalam
pelayanan publik, terlebih khusus untuk pemberian izin mendirikan usaha. Ada tiga
level pembahasan dalam kerangka meningkatkan pelayanan publik, pertama
kebijakan (peraturan perundang-undangan), apakah kebijakan dalam pemberian
pelayanan publik sudah benar-benar ditujukan untuk kepentingan masyarakat; kedua,
kelembagaan, apakah lembaga-lembaga yang dibentuk pemerintah daerah sesuai
dengan kebutuhan masyarakat atau hanya berdasar pada kebutuhan eksistensi
lembaga-lembaga di daerah agar tidak dilakukan likuidasi lembaganya termasuk juga
kepentingan-kepentingan politis yang sangat kental terutama ketika masuk dalam
pembahasan di tingkat legislatif; ketiga, sumber daya manusia, apakah sumber daya
manusia yang memberikan pelayanan juga memerlukan kecakapan-kecakapan
tertentu, karena saat ini telah terjadi berbagai perubahan dimana masyarakat juga
memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik, maka administrasi
negara tidak bisa bertindak hanya berdasar pada perintah atasan, namun tuntutan
masyarakat juga menjadi bagian penting. Sebenarnya jika pelayanan publik di
Indonesia khususnya bidang perizinan bisa berjalan sesuai Undang-Undang yang
berlaku maka dapat menunjang perekonomian di Negara Indonesia sendiri.
7
2.3.3 Contoh Kasus Surat Perizinan
Metro Online.co, Jakarta – Kasus suap terhadap Bupati Bogor Rachmat Yasin
berkaitan dengan pengurusan izin tukar-menukar kawasan hutan seluas 2.754 hektare
di Bogor, Jawa Barat, Kamis, 7 Agustus 2014, mulai disidangkan di Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi Bandung, Jawa Barat. Dalam sidang perdana itu duduk
sebagai terdakwa Fransiscus Xaverius Yohan Yap, tangan kanan Direktur PT Sentul
City sekaligus Komisaris Utama PT Bukit Jonggol Asri, Cahyadi Kumala Kwee alias
Swee Teng.
Seperti diberitakan sebelumnya, F.X. Yohan berperan sebagai kurir duit suap, meski
dia tidak tercatat sebagai karyawan Bukit Jonggol maupun Sentul City. Selain F.X.
Yohan, dalam kasus itu, Bupati Bogor Rachmat Yasin dan Kepala Dinas Pertanian
dan Kehutanan Kabupaten Bogor M. Zairin telah ditetapkan sebagai tersangka.
Cahyadi Kumala diduga juga bakal terseret dalam kasus itu. Sebab, dalam
rekonstruksi kasus yang digelar penyidik KPK pada 11 Juni 2014, kronologi
penyuapan dimulai dari rumah Cahyadi Kumala. Dalam rekonstruksi tersebut, nama
Cahyadi juga disebut.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan secara intensif terhadap para saksi
yang ditangkap KPK, penyidik menduga komitmen suap kepada Bupati Rachmat
Yasin mencapai Rp 5 miliar.
Cahyadi memerintahkan F.X. Yohan Yap untuk mengeksekusi pemberian duit suap.
Cahyadi diduga berkali-kali menelepon Yohan menjelang berlangsungnya pemberian
uang suap kepada Bupati Bogor. “Sumber uang juga datangnya dari Cahyadi,” ujar
sumber itu.
Setelah mendapat perintah, F.X. Yohan menemui M. Zairin di Taman Budaya, Sentul
City. Di sana, negosiasi berlangsung. Lantas, mereka bertolak menuju lokasi
penyerahan uang yang lokasinya tak jauh dari Taman Budaya.
Seorang bawahan Cahyadi lainnya sudah menunggu sambil menjaga duit itu. Setelah
menyerahkan duit, Yohan berpisah dengan Zairin. Sesaat kemudian, penyidik KPK
menangkap mereka bersama beberapa orang lainnya.
Sejak 8 Mei 2014, Cahyadi dikenai status cegah oleh Direktorat Jenderal Imigrasi
untuk mengantisipasi agar tidak melarikan diri ke luar negeri. Status yang sama juga
8
telah dikenakan kepada Dian Purwheny dan Roselly Tjung alias Shirley Tjung, sejak
21 Mei lalu. Keduanya ditengarai sebagai tangan kanan Cahyadi.
2.3.4 Analisa
Kasus Suap Perizinan sedang marak terjadi diberbagai wilayah, utamanya terjadi
di daerah perkotaan maupun kabupaten. Hal ini sering terjadi karena perizinan,
termasuk alih fungsi lahan, menjadi otorisasi pemerintah daerah, dalam hal ini bupati
atau Wali kota. Dan hal ini sering dipersulit untuk memperoleh surat perizinan
maupun alih fungsi lahan, Sejauh ini masih terjadi praktik biaya tinggi, yang
memungkinkan pengajuan surat perizinan dibebankan biaya yang tinggi.
Dalam kasus ini sungguh merasa dirugikan pengaju surat perizinan tersebut, hal
ini juga bisa mengakibatkan lesunya investasi yang terjadi di suatu wilayah kota /
kabupaten karena surat perizinan dagang/usahanya dipersulit oleh pemerintah
setempat. Apalagi jika harus melihat lagi, para pemilik usaha pun juga malas untuk
mengurus surat perizinan mendirikan suatu badan usaha/ dagang. Seharusnya ada
itikad baik dari pemerintah setempat untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi
para pengurus surat perizinan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Mengurangi atau bila perlu meringankan dan menghilangkan sama sekali biaya
pengurusan perizinan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Cetakan Kedua, Yogyakarta,
2003
Ridwan, Juniarso & Achmad Sodik Sudrajat, 2010, Hukum Adminstrasi Negara
dan Kebijakan Pelayanan Publik, cet.ke-1, Bandung: Nuansa.
http://metroonline.id/kasus-suap-bupati-bogor-mulai-disidangkan/
Kansil, C.S.T., Christien, S.T. Kansil. 2003. Pengantar Hukum Indonesia Jilid II,
(Jakarta: Balai Pustaka).
11