Anda di halaman 1dari 15

Nama : Aidil Ihsan Ansharie

NIM : 2002110954
RMK Audit
BUKTI AUDIT

Bukti Audit (Audit Evidence) merupakan segala jenis informasi relevan yang nanti
akan digunakan oleh akuntan publik/konsultan hukum/auditor sebagai dasar dalam
mengeluarkan opini auditnya. Bukti ini dalam laporan keuangan umumnya berbentuk
nominal, dalam legal audit berbentuk dokumen hukum. Selain itu, bukti bisa juga berupa
hasil observasi auditor dan hasil wawancara yang dilakukan kepada pihak terkait.

Seorang auditor pasti membutuhkan bukti audit ini sebagai dasar dalam mengeluarkan
opini yang dapat dipercaya dan berkualitas. Bukti ini bisa didapatkan melalui beragam cara
yakni bisa melalui inspeksi, pengamatan, meminta keterangan dari pihak terkait, dan
melakukan konfirmasi atas laporan-laporan yang sebelumnya telah dikirimkan kepada
auditor.

Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu,
auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar
kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk
menghindar dari tuntutan pihak – pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila
pendapat yang diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti
dokumenter) juga penting bagi auditor.
Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam organisasi
klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya pengecekan
dari pihak luar yang bebas. Dalam makalah ini berbagai tipe bukti audit yang dikumpulkan
oleh auditor selama auditnya dan berbagai faktor yang harus diperhatikan oleh auditor dalam
pengumpulan bukti audit. Makalah ini diakhiri dengan pembahasan berbagai pengambilan
keputusan yang harus dilakukan oleh auditor dalam proses pengumpulan bukti audit.

Bagaimana Cara Auditor Mengukur Kelayakan Bukti Audit?

Perusahaan umumnya selalu menyediakan bukti atas informasi yang diberikan kepada
auditor. Bahkan, bukti yang dihadirkan terkadang berjumlah besar dan bertumpuk antara satu
jenis bukti dengan bukti lainnya. Diantara berbagai bukti yang disediakan seringkali
perusahaan menyuguhkan bukti-bukti yang sesungguhnya tidak relevan dengan maksud
dilakukannya audit. Oleh karena itu, umumnya auditor akan melakukan seleksi terhadap
kelayakan bukti audit ini. Adapun beberapa hal yang umumnya dijadikan dasar oleh auditor
untuk mengukur kelayakan audit evidence adalah sebagai berikut:

1. Pertimbangan Profesional Auditor

Auditor wajib menguasai bidang keilmuan baik teoritis maupun praktis terhadap objek
yang diaudit. Dalam audit hukum, auditor harus menguasai keilmuan bidang hukum.
Demikian halnya dalam bidang audit keuangan, auditor haruslah seorang akuntan publik.
Kompetensi tersebut nantinya akan digunakan oleh auditor melakukan screening secara cepat
dan tepat terhadap laporan keuangan atau dokumen hukum yang disediakan oleh perusahaan.
Melalui pertimbangan profesional, seorang auditor akan dengan mudah menilai mana bukti
yang relevan dan bukti non-relevan.

2. Integritas Manajemen

Terkadang seorang auditor juga menilai track record dari pihak manajemen, bagaimana
selama ini profil mereka, bagaimana tingkat integritas mereka. Ini juga mempengaruhi
keyakinan auditor terhadap segala bukti yang diajukan.

3. Status Badan Hukum

Status badan hukum dari suatu perusahaan juga akan mempengaruhi cara penilaian
bukti oleh auditor. Badan hukum perseroan terbatas tentu akan dinilai lebih detail
dibandingkan dengan badan hukum CV, dan seterusnya.

4. Kondisi Keuangan

Dalam audit keuangan, financial condition menjadi faktor yang sangat menentukan
apakah auditor akan menilai secara detail (satu per-satu) bukti yang disodorkan atau hanya
melihat sampel saja. Semakin baik kondisi keuangan yang baik tentu buktinya berbeda
dengan ketika kondisi keuangan perusahaan buruk.
Hakekat Bukti Audit
Keputusan utama yang harus ditetapkan oleh auditor adalah menyangkut banyaknya
bukti pendukung yang memadai untuk dikumpulkan, agar auditor merasa yakin bahwasannya
unsur-unsur laporan keuangan dan semua laporan lainnya dari klien dibuat sewajarnya.
Pertimbangan ini penting karena tingginya biaya pemeriksaan dan penilaian seluruh bukti
yang tersedia.
Sebagai dasar menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, auditor
mengumpulkan bukti audit. Meskipun secara akuntansi menyediakan bukti audit yang cukup
untuk mendukung pendapat auditor, namun catatan tersebut bukan merupakan satu-satunya
bukti audit yang dikumpulkan oleh auditor. Bahwasannya auditor juga mengumpulkan bukti
audit dengan melakukan pengmatan langsung terhadap penghitungan fisik sediaan,
mengjukan permintaan keterangan dan mendapatkan bukti dari berbagai sumber dari luar
perusahaan klien.
Adapun pengertian dari bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-
angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh
auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya. Bukti audit yang
mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat
(corroborating information) yang tersedia bagi auditor.
Keputusan Bahan Bukti Audit
Keputusan auditor mengenai bukti pendukung audit dapat dipisahkan menjadi empat
golongan, yaitu sebagai berikut;
1.      Prosedur audit mana yang akan digunakan.
2.      Jumlah sampel yang akan dipilih untuk suatu prosedur tertentu.
3.      Item (transaksi) mana yang akan dipilih dari keseluruhan data/populasi.
4.      Kapan prosedur-prosedur itu akan dilaksanakan.
 Prosedur audit. 
Prosedur audit adalah petunjuk terinci mengenai pengumpulan jenis bukti audit tertentu
yang harus diperoleh pada suatu saat selama proses audit. Contoh, bukti seperti penghitungan
fisik pesediaan, perbandingan antara cek-cek yang telah diuangkan dengan pengeluaran kas,
ayat-ayat jurnal dan perincian dikumen pengiriman yang semuanya dikumpulkan dengan
menggunakan prosedur audit.Dalam merancang prosedur audit, biasanya perlu perumusan
dengan menggunakan istilah-istilah yang cukup jelas agar prosedur tersebut dapat digunakan
sebagai petunjuk dalam pelaksanaan audit.

 Ukuran sampel. 
Setelah prosedur audit dipilih, adalah mungkin bagi auditor untuk mengubah ukuran
sampel dari satu sampai seluruh bagian populasi yang sedang diuji. Dalam prosedur audit,
misalkan terdapat 6.000 cek yang tercatat dalam jurnal pengeluaran kas. Auditor dapat
memilih ukuran sampel sebanyak 200 untuk dibandingkan dengan jurnal pengeluaran kas.
Kemudian, auditor harus membuat keputusan tentang berapa banyak item yang harus diuji
untuk setiap prosedur audit. Adapun ukuran sampel untuk suatu prosedur dapat berubah-ubah
dari satu audit ke audit lainnya.
 Item-item yang dipilih. 
Sesudah ukuran sampel ditentukan untuk suatu prosedur audit tertentu, maka masih perlu
diputuskan item-item tertentu yang harus diperiksa. Misalnya, jika auditor memilih 200 cek
yang dibatalkan dari populasi 6.600 sebagai perbandingan dengan jurnal pengeluaran kas,
berbagai metode yang berbeda dapat digunakan untuk memilih cek-cek tertentu yang akan
diperiksa. Auditor dapat :
(1) memilih satu minggu dan memilih 200 cek pertama;
(2) memilih 200 cek dengan jumlah yang terbesar;
(3) memilih cek-cek secara acak; atau
(4) memilih cek-cek yang menurut pendapat auditor mengandung kekeliruan. Atau
menggunakan kombinas dari metode-metode yang sudah dijelaskan di atas.
 Pengaturan waktu (timing). 
Audit laporan keuangan biasanya meliputi jangka waktu misalnya satu tahun, dan audit
tersebut biasanya akan diselesaikan sampai lewat beberapa minggu atau beberapa bulan
setelah akhit periode. Pengaturan waktu peosedur audit dapat berkisar dari awal periode
akuntan yang panjang sampai periode itu berakhir. Dalam mengaudit laporan keuangan,
biasanya klien menginginkan agar audit diselesaikan satu samapai tiga bulan setelah akhir
tahun.
 Program audit. 
Uraian terperinci mengenai hasil-hasil dari keempat golongan keputusan dengan bukti
audit tertentu disebut program audit. Program audit selalu memuat daftar prosedut audit.
Biasanya dinyatakan juga ukuran sampel, item-item tertentu yang dipilih dan pengaturan
waktu pengujian. Lazimnya, terdapat bagian program audit untuk setiap komponen audit.
Oleh sebab itu, akan terdapat bagian program audit untuk piutang usaha, untuk penjualan dan
lainnya.

Karakteristik yang Menentukan Bukti yang Mendukung

Standar ketiga kerja lapangan mensyaratkan bahwa auditor harus menumpulkan bukti
yang kompeten untuk mendukung pendapat yang dikeluarkan. Karena hakikatnya bukti audit
dan pertimbangan biaya pelaksanaan audit itu sendiri, yidak memungkinkan bagi auditor
untuk yakin seratus persen bahwa pendapat yang dikeluarkannya adalah benar. Namun,
seorang auditor harus memiliki pendirian bahwasannya pendapatnya adalah benar tanpa ada
keragu-raguan sedikit pun. Dengan menggabungkan seluruh bukti audit secara keseluruhan,
auditor dapat memutuskan untuk mengeluarkan laporan audit juka sudah tidak ada lagi
keraguan dipihaknya.

Ada tiga faktor penentu dari bukti yang meyakinkan adalah kompetensi, kecukupan
dan ketepatan waktu. Perhatikan bahwa faktor yang disebutkan terdahulu diambil langsung
dari standar ketiga kerja lapangan.

 Kompetensi
Kompetensi merupakan tingkatan samapai di mana suatu bukti dianggap kompeten sekali.
Bukti tersebut akan banyak membantu auditor dalam menyakinkan bahwasannya laporan
keuangan disajikan dengan wajar. Sebagai contoh, jika seorang auditor menghitung
persediaan, maka bukti yang ditemukannya akan lebih kompeten daripada jika memejemen
memberikan auditor angka-angkanya sendiri. Kebanyakan auditor menggunakan
istilah dapat dipercayakan bukti sebagai sinonim dari kompetensi.
Kompetensi bukti hanya menyangkut prosedur-prosedur audit yang dipilih. Kompetensi
tidak dapat ditingkatkan dengan memilih sampel yang lebih besar atau pemilihan item
(transaksi) lain dari populasi. Kompetensi hanya dapat ditingkatkan dengan memiliki
prosedur audit yang bermutu tinggi dari salah satu atau lebih dari keenam ciri-ciri bukti yang
kompeten, yaitu;
a.       Relevansi
Bukti harus berhubungan atau relevan denga tujuan yang sedang diuji oleh auditor
sebelum dapat dianggap meyakinkan. Misalnya, anggaplah auditor menduga bahwa seorang
klien tidak menagih pelanggan atas pengiriman barang (tujuan kelengkapan). Jika auditor
memilih sampel salinan fuktur penjualan dan menelusuri masing-masing faktur ke dokumen
pengiriman yang bersangkutan, maka bukti yang diperoleh tidak akan relevan dengan tujuan
kelngkapan. Prosedur yang relevan seharusnya membandingkan sampel dikumen pengiriman
dengan salinan faktur penjualan yang bersangkutan untuk menetapkan bahwa masing-masing
pengiriman telah ditagih.
b.      Independensi pemberi bukti
Bukti yang diperoleh dari sumber di luar perusahaan adalah lebih dapat dipercaya
daripada yang didapat dari perusahaan. Sebagai contoh, bukti eksternal seperti yang diperoleh
dari bank, pengacara, atau pelanggan biasanya dapat lebih dipercaya daripada jawaban yang
diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan terhadap klien dan dari dokumen yang bukan organisasi
klien.
c.       Keefektifan struktur pengendalian internal klien
Apabila struktur pengendalian internal klien efektif, bukti yang didapat dari klien akan
lebih dapat dipercaya daripada jika pengendalian internalnya lemah. Sebagai contoh, jika
pengendalian internal terhadap penjualan dan penagihan efektif, auditor dapat memperoleh
bukti yang kompeten dari faktir penjualan dan dikumentasi pengiriman daropada jika
pengendaliannya tidak memadai,
d.      Pengetahuan langsung dari auditor
Bukti yang didapat secara langsung oleh auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi,
penghitungan dan pengawasan adalah lebih kompeten dari marjin kotor sebagai persentase
penjualan dan membandingkannya dengan periode-periode sebelumnya., bukti yang
ditemukannya akan lebih dapat dipercaya daripada jika auditor percaya pada perhitungan
yang dibuat oleh kontroler.
e.       Kualifikasi orang-orang yang memberikan informasi
Meskipun sumber informasi adalah independen, bukti tidak akan dapat dipercaya kecuali
jika orang yang memberikannya benar-benar mematuhi persyaratan untuk itu. Karena itu,
konfirmasi pengacara dan bank lebih dihargai daripada konfirmasi piutang usaha yang
berasal dari orang-orang yang tidak akan dapat dipercaya jika dia tidak berpengalaman dalam
dunia usaha. Selain itu juga, bukti yang didapatkan langsung oleh auditor tidak akan dapat
dipercaya jika auditor tidak memenuhi persyaratan untuk mengevaluasi bukti itu. Misalnya,
pemeriksaan penyediaan berupa berlian oleh seorang auditor yang tidak dididik untuk
membedakan antara berlian dan kaca biasa, maka tidak akan menghasilkan bukti yang dapat
dipercaya mengenai keberadaan berlian tersebut.
f.       Tingkat obyektivitas
Bukti yang obyektif akan lebih dapat diandalkan daropada bukti yang banyak
membutuhkan pertimbangan untuk memutuskan apakah bukti itu benar. Contoh bukti yang
obyektif adalah konfirmasi mengenai piutang usaha dan saldo bank, usaha untuk mencek
apakah jumlahnya sama dengansaldo dalam buku besar.
   Kecukupan bukti
Kuantitas bukti yang diperoleh akan menentukan apakah bukti itu cukup. Karena itu,
ukuran sampel yang dipilih oleh auditor adalah penting dalam menentukan kecukupan bukti.
Untuk prosedur audit tertentu, bukti yang diperoleh dari sampel sebanyak dua ratus umumnya
akan lebih memadai daripada sampel sebanyak seratus.
Disamping ukuran sampel, transaksi (item) tertentu yang diuji akan mempengaruhi
kecukupan bukti. Sampel yang terdiri dari transaksi (item) dengan jumlah rupiah yang besar,
dengan kemungkinan kekeliruan yang tinggi, dan item yang mewakili keseluruhan data
biasanya dianggap cukup. Dilain pihak, kebanyakan auditor menganggap bahwa sampel yang
hanya terdiri dari transaksi (item) dengan jumlah rupiaah terbanayk dari populasi adalah tidak
cukup.

     Ketepatan waktu
Ketepatan waktu dari bukti audit dapat menyangkut saat dicakup oleh audit. Biasanya
bukti audit untuk perkiraan neraca akan lebih meyakinkan apabila bukti itu didapat sedekat
mungkin dengan tanggal neraca. Contohnya, penghitungan auditor atas surat-surat berharga
yang dapat dipasarkan pada tanggal neraca akan lebih meyakinkan daripada penghitungan
dua bulan sebelumnya. Kemudian, untuk perkiraan perhitungan rugi-laba, bukti akan lebih
menyakinkan jika ada sampel dari seluruh periode yang dicakupaudit daripada hanya
sebagian periode. Misalnya, suatu sampel acak dari transaksi penjualan untuk keseluruhan
tahun akan lebih meyakinkan daripada sampel dari hanya enam bulan pertama.
      Hasil gabungan
Masalah menyakinkan bukti hanya dapat dievaluasi setelah mempertimbangkan gabungan
dari kompetensi, kecukupan dan ketepatan waktu. Sempel dari bukti yang sangat kompeten
tidak meyakinkan kecuali jika bukti itu juga tepat waktu. Demikian juga, sampel yang besar
dari bukti yang tidak dapat dipercaya adalah tidak meyakinkan.
      Masalah biaya dan meyakinkan bukti
Pengambilan keputusan mengenai bukti untuk audit tertentu, baik biaya dan masalah
meyakinkannya bukti harus dipertimbangkan. Jarang terjadi bahwa hanya ada satu macam
bukti untuk pengujian informasi. Biaya dan meyakinkannya bukti dari semua alternatif yang
ada harus dipertimbangkan sebelum memilih jenis-jenis bukti yang terbaik. Tujuan auditor
adalah untuk mendapatkan bukti yang tepat waktu dan dapat dipercaya dalam jumlah yang
cukup, yang dapat diterapkan pada informasi yang sedang diuji dan melaksanakannya dengan
biaya total yang serendah mungkin.
Tujuan Bukti Audit
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk meyatakan pendapat apakah
laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Sebab, kewajaran laporan keuangan
sangatlah ditentukan integritas berbagai asersi manajmen yang terkandung dalam laporan
keuangan, maka hubungan antara asersi manajemen dengan tujuan umum audit dapat
digambarkan pada bagan dibawah ini:
Asersi Mnaajemen Tujuan Umum Audit
Keberadaaan atau keterjadian Aktiva dan kewajiban entitas ada pada
tanggal tertentu dan transaksi
pendapatan serta biaya terjadi dalam
periode tertentu.
Kelengkaoan Semua transaksi dan akun yang
seharusnya telah disajikan dalam
laporaan keuangan.
Hak dan kewajiban Aktiva adalah hak entitas dan utang
adalah kewajiban entitas pada tanggal
tertentu.
Penilaian dan alokasi Komponen aktiva, kewajiban,
pendapatan dan biaya telah disajikan
dalam laporan keuangan pada jumlah
yang semestinya.
Penyajian dan pengungkapan Komponen tertentu laporan keuangan
telah digolongkan, digambarkan dan
ditungkan secara semestinya.
Jenis-jenis Bahan Baku Audit
Dalam memutuskan prosedur audit aman yang akan digunakan, ada tujuh kategori
umum bukti audit yang dapat dipilih oleh auditor. Kategori ini yang disebut juga jenis, yaitu
sebagai berikut:

1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan atau perhitungan oleh dihubungkan dengan
persediaan dan kas, tetapi dapat juga ditetapkan dalam verifikasi surat-surat berharga, wesel
tagihan dan aktifa tetap berwujud. Pemeriksaan fisik yang merupakan cara langsung untuk
menguji apakh aktiva memang benar-benar ada, biasanya dipandang sebagai salah satu jenis
bukti audit yang paling dapat dipercaya dan berguna. Umumnya, pemeriksaan fisik
merupakan cara obyektif untuk mengecek kuantitas maupun keterangan ,engenai aktiva.
Dalam beberapa kasus, pemeriksaan fisik juga merupakan metode yang bermanfaat untuk
mengevaluasi kondisi atau kualitas aktiva. Akan tetapi, pemeriksaan fisik bukan merupakan
bukti yang cukup untuk menguji bahwa aktiva yang benar-benar dimiliki oleh kalien, dan
dalam banyak kasus auditor tidak mampu meniali faktor-faktor kualitatif, seperti masalah
keusangan atau keaslian. Penilaian yang wajar untuk tujuan laporan kuangan biasanya juga
tidak dapat ditetapkan dengan pemerikasan fisik.

2. Konfirmasi
Konfirmasi adalah penerimaan jawaban tertulis dari pihak ketiga yang independen, yang
menguji ketetapan informasi yang diminta auditor. Jawaban tersebut seyogyanya
langsung disampaikan kepada auditor. Proses konfirmasi adalah sebagai berikut:

1) Informasi dikirimkan ke pihak ketiga yang independen.


2) Pihak ketiga memeriksa akurasi informasi tersebut.
3) Pihak ketiga langsung mengirimkan hasil pemeriksaannya kepada
auditor.
Karena konfirmasi datang dari sumber yang independen dan klien, konfirmasi ini sayang
dihargai dan merupakan jenis bukti yang seringkali digunakan. Namun, konfirmasi akan
menelan biaya dan dapat menyulitkan/mengganggu bagi orang yang diminta untuk
memberikannya. Karena itu, konfirmasi tidak selalu digunakan dalam setiap kesempatan
meskipun dapat dilakukan.

3. Dokumentasi
Dokumentasi atau yang sering disebut vouching adalah pemeriksaan auditor atas
dokumen-dokumen dan catatan-catatan klien untuk melengkapi/membuktikan informasi yang
dicantumkan atau harus dicantumkan dalam laporan keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh
auditor adalah catatan yang digunakan klien untuk mengumpulkan informasi dalam
pengelolaan usahanya secara terorganisir. Karena setiap transaksi dalam perusahaan, klien
biasanya didukung oleh paling sedikit satu dokumen dan akan ada banyak jenis bukti
semacam ini yang tersedia.

4. Observasi.
Observasi adalah penggunaan penglihatan dan indera lain untuk menilai atau memeriksa
kegiatan – kegiatan tertentu, misalnya jika di catatan kepegawaian ada 15 personil di bagian
akuntansi, auditor dapat berkunjung ke bagian akuntansi untuk melihat apakah ada 15 orang
yang bekerja di bagian akuntansi. Jika kurang dari 15 orang, perlu ditanyakan apakah ada
personil yang cuti atau sedang keluar kantor. Demikian juga, jika di catatan tidak ada barang
setengah jadi (work in proccess), auditor dapat berkunjung ke pabrik untuk melihat
bagaimana proses produksi di perusahaan, untuk memastikan tidak adanya barang
setengah jadi. Juga, misalnya menurut catatan dan informasi di perusahaan mesin
yang baru dibeli perusahaan, kapasitasnya dapat menghasilkan 1.000 unit produk per
jam. Untuk memeriksa hal diatas, auditor dapat meminta untuk melakukan observasi
beroperasinya mesin tersebut.

5. Tanya Jawab (wawancara, interview, Inquiries).


Tanya jawab dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Tanya jawab dilakukan
kepada personil atau pihak perusahaan. Apa saja yang kurang jelas, boleh ditanyakan
kepada pihak perusahaan, misalnya mengenai metode pencatatan, proses produksi, proses
pembayaran gaji/upah dan sebagainya. Tetapi dalam tanya jawab ini harus hati–hati, karena
pihak perusahaan bukanlah pihak yang independen, sehingga kemungkinan memperoleh
jawaban yang bias tetap ada. Dalam tanya jawab sebaiknya dilakukan dengan menggunakan
alat komunikasi yang dimengerti oleh pihak yang ditanya, sehingga informasi yang
diperoleh lebih baik. Sebagian hasil tanya jawab ini mungkin saja dapat
diperkuat atau di cek kesesuaiannya dengan bukti lain seperti observasi atau dokumen
dapat dicek
kesesuaiannya dengan tanya jawab.

6. Ketepatan mekanis
Pengujian ketepatan mekanis menyangkut penelitian kembali terhadap sampel
perhitungan dan pemindahan informasi yang dibuat oleh klien selama periode yang diaudit.
Penelitian mencakup prosedur seperti pengalihan kembali faktur penjuaan dan penjualan,
penjumlahan angka-angka jurnal dan buku tambahan serta penegcekan kalkulasi beban
penyusutan dan beban yang dibayar di muka.

7. Prosedur analitis
Prosedur analitis menggunakan berbagai perbandingan dan hubungan untuk menentukan
apakah saldo-saldo perkiraan tampak wajar. Perhitungan auditor sendiri umumnya merupkan
informasi yang dipakai untuk prosedur analitis, prosedur analitis harus dilaksanakan pada
tahap awal audit untuk membantu memutuskan perkiraan-perkiraan mana yang tidak
membutuhkan verifikasi lanjut, di mana bukti lain dapat dikurangi dan bidang audit mana
yang harus diselidiki lebih teliti.

8. Pengerjaan Kembali
Pengerjaan kembali adalah mengulangi apa yang telah dilakukan atas suatu data atau
informasi. Misalnya suatu faktur penjualan,jumlah rupiah di faktur tersebut Rp. 5 juta.
Auditor akan menghitung Kembali dengan mengalikan kuantitas barang yang dijual dengan
harga per unit dari barang tersebut, kemudian menguranginya jika ada diskon dan
sebagainya,
sehingga diperoleh angka Rp. 5 juta.

Tipe-Tipe Prosedur Analitis dan Tujuannya


Prosedur analitis terdiri dari evaluasi informasi keuangan melalui analisis atas
hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan nonkeuangan.
1) Memahami industri dan bisnis klien.
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang industri dan bisnis klien sebagai bagian
dari perencanaan audit. Dengan melakukan prosedur analitis dimana informasi tahun berjalan
yang belum di audit dibandingkan dengan informasi tahun sebelumnya yang sudah di audit
atau data industry, perubahannya akan disiroti. Perubahan ini bisa merupakan tren yang
penting atau peristiwa khusus, yang semuanya akan mempengaruhi perencanaan audit.
Sebagai contoh, penurunan persentase marjin kotor selama waktu bersangkutan bisa
menunjukkan meningkatnya persaingan di area pasar perusahaan dan kebutuhan untuk
mempertimbangkan penetapan harga persediaan secara lebih cermat dalam audit. Demikian
pula kenaikan saldo aset tetap dapat menunjukkan akuisisi penting yang harus di review.

2) Menilai kemampuan entitas untuk terus going concern


Prosedur analitis seringkali menjadi indikator yang berguna untuk menentukan apakah
perusahaan klien memiliki masalah keuangan. Prosedur analitis tertentu dapat membantu
auditor dalam menilai kemungkinan terjadinya kegagalan bisnis. Sebagai contoh, jika rasio
utang jangka panjang terhadap kekayaan bersih yang lebih tinggi dari normal digabung
dengan rasio laba terhadap total aktiva yang lebih rendah dari rata-rata, resiko kegagalan
keuangan yang relatif tinggi dapat diindikasikan. Kondisi demikian tidak saja akan
mempengaruhi rencana audit, tetapi dapat juga menunjukkan keraguan yang substansial
tentang kemampuan entitas untuk terus going concern.

3) Menunjukkan adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan


Perbedaan signifikan yang tidak diharapkan antara datang ruangan tahun berjalan yang
belum di adit dan data lainnya yang digunakan dalam perbandingan biasanya disebut
fluktuasi tidak biasa. Fluktuasi tidak biasa terjadi apabila perbedaan yang signifikan tidak
diperkirakan terjadi tetapi terjadi atau apabila perbedaan yang signifikan diperkirakan terjadi
tetapi pada kenyataannya tidak terjadi. Dalam kedua kasus, keberadaan salah saji akuntansi
adalah salah satu alasan yang mungkin bagi terjadinya fluktuasi tidak biasa. Jika fluktuasi
tidak biasa cukup besar, auditor harus menentukan alasannya dan yakin bahwa penyebabnya
adalah peristiwa ekonomi yang sah, dan bukan salah saji. Sebagai contoh, dalam
membandingkan rasio penyisihan piutang usaha tak tertagih terhadap piutang usaha kotor
dengan rasio serupa tahun sebelumnya, anggaplah rasionya telah menurun, pada waktu yang
sama, perputaran piutang usaha juga menurun. Kombinasi dari kedua bagian informasi
tersebut menunjukkan kemungkinan adanya kurang saji penyisihan. Aspek prosedur analitis
ini sering kali disebut pengarahan perhatian karena hal itu menghasilkan prosedur yang lebih
rinci dalam area audit khusus di mana salah saji dapat ditemukan.

4) Mengurangi pengujian audit yang terinci.


Apabila prosedur analitis tidak mengungkapkan fluktuasi tidak biasa, ini menyiratkan
bahwa salah saji yang material mungkin telah di minimalkan. Dalam kasus semacam ini,
prosedur analitis memberikan bukti susanti dalam mendukung pernyataan yang wajar atau
saldo akun terkait, dan hal itu memungkinkan untuk melakukan pengujian terinci yang lebih
sedikit dalam hubungannya dengan akun akun tersebut. Dalam kasus lain, prosedur audit
tertentu dapat dihilangkan, ukuran sampel bisa dikurangi, atau penetapan waktu prosedur bisa
digeser lebih jauh dari tanggal neraca.

Tujuan Dokumentasi Audit


Menurut Standar Audit (SA) 230 yang dimaksud dengan dokumentasi audit atau
kertas-kerja audit adalah dokumentasi atas prosedur audit yang telah dilakukan, bukti audit
relevan yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik. Dokumentasi audit harus
mencakup semua informasi yang dipandang perlu oleh auditor untuk memenuhi pelaksanaan
audit dan menjadi pendukung atas laporan audit.
Tujuan Dokumentasi Audit adalah untuk membantu auditor dalam mendapatkan
jaminan yang layak bahwa audit telah dilaksanakan secara memadai sesuai dengan
standar auditing. Secara spesifik, dokumentasi audit dapat memberikan :

1. Suatu Dasar untuk Merencanakan Audit


Apabila auditor akan membuat perencanaan audit, maka referensi informasi
yang diperlukan harus tersedia dalam file audit yang mencakup berbagai informasi
yang diperlukan untuk perencanaan audit seperti informasi tentang pengendalian
internal, anggaran waktuuntuk setiap bagian audit, program audit, dan hasil audit
dari tahun-tahun yang lalu.
2. Suatu Catatan tentang Bukti yang Dikumpulkan dan Hasil Pengujian
Dokumentasi audit adalah alat penting yang mendokumentasikan bahwa audit
telah dilaksanakan secara memadai sesuai standar auditing. Dalam hal diperlukan,
auditor harus bisamenunjukkan kepada badan pengatur atau pengadilan bahwa audit
telah direncanakan denganbaik dan disupervisi secukupnya; bukti yang
dikumpulkan cukup dan kompeten, dan berdasarkan hasil audit telah dibuat
laporan audit yang tepat.

3. Data untuk Menentuka Jenis Laporan Audit yang Tepat


Dokumentasi audit merupakan sumber informasi penting untuk membantu
auditor dalam memutuskan apakah bukti audit yang tepat dan mencukupi telah
terkumpul untuk menyusun laporan audit sesuai dengan situasi yang dihadapi.

4. Suatu Dasar untuk Mereview oleh Supervisor dan Partner


File audit adalah referensi utama yang digunakan oleh supervisor untuk
mereview pekerjaan para asisten. Review yang cermat oleh supervisor akan menjadi
bukti bahwa audit telah disupervisi dengan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Alvin A. Arens, James K. Loebbecke.Auditing Suatu Pendekatan Terpadu. Jakarta:


ERLANGGA. 1995.
Mulyadi.Auditing. Jakarta: Salemba Empat. 2002.

Anda mungkin juga menyukai