Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN RESMI

PRAKTEK PENCAPAN I

Pencapan Zat Warna Reaktif Dengan Cara Steaming dan


Baking pada Serat Katun

Oleh :
Annisa Ela P (204002)

Laras Fajar R (204007)

Program Studi Kimia Tekstil Sekolah


Tinggi Teknologi Warga Surakarta
Tahun Ajaran 2022
I. TUJUAN PRAKTIKUM

a. Melakukan pencapan pada kain katun dengan zat warna reaktif

b. Membandingkan hasil pencapan dengan cara fiksasi yang berbeda (steaning dan
baking)
II. DASAR TEORI
Pencapan adalah suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil dengan melekatkan zat
warna pada kain secara tidak merata sesuai dengan motif yang diinginkan. Motif yang
akan diperoleh pada kain cap terlebih dahulu dibuat gambar pada kertas. Kemudian
dari gambar ini masing-masing warna dalam komponen gambar yang akan dijadikan
motif dipisahkan dalam kertas film. Dari kertas film inilah motif dipindahkan ke screen,
dimana dalam screen ini bagian-bagian yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh
zat peka cahaya sedangkan untuk bagian-bagian yang merupakan gambar akan
berlubang dan dapat meneruskan pasta cap ke bahan yang akan dicap.
a. Serat Kapas/Katun
Serat selulosa merupakan serat yang bersifat hidrofil yang strukturnya berupa
polimer selulosa, dengan derajat polimerisasi yang bervariasi. Makin rendah DP
maka daya serap serat makin besar contoh : (MR) rayon 11-13% dan kapas 7-8%
Struktur serat selulosa adalah sebagai berikut:

Gugus hidroksil primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan
untuk mengadakan ikatan dengan zat warna direk berupa ikatan hidrogen. Serat
selulosa umumnya lebih tahan alkali tapi kurang tahan asam, sehingga pengerjaan
proses persiapan penyempurnaan dan pencelupannya lazim dilakukan dalam
suasana netral atau alkali. Bahan yang akan dicelup biasanya sudah melalui proses
pre-treatment.
Sifat kimia kapas

Sifat-sifat kimia serat kapas merupakan sifat-sifat kimia selulosa, yaitu :

1. Tahan kondisi penyimpanan, pengolahan, dan pemakaian normal.

2. Rusak oleh oksidator dan penghirolisa.

3. Rusak cepat oleh asam kuat pekat dan rusak perlahan oleh asam encer.

4. Sedikit terpengaruh oleh alkali, kecuali larutan alkali kuat yang menyebabkan
penggelembungan serat.
5. Mudah terserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan hangat.
Gugus-gugus hidroksil yang dimilki oleh serat selulosa mampu menarik
gugus hidroksil dari molekul lainnya, selain itu juga mampu menarik gugus
hidroksil dalam molekul air. Sehingga serat yang memiliki banyak gugus
hidroksil akan lebih mudah menyerap air. Maka akan dengan mudahnya
molekul- molekul air terserap kedalam serat dan hal tersebut akan menyebabkan
serat mudah dicelup. Alkali mempunyai sedikit pengaruh pada kapas kecuali
alkali kuat akan dengan konsentrasi tinggi menyebabkan penggelembungan
yang besar pada serat.
b. Zat Warna Reaktif
Zat warna reaktif adalah zat warna yang dapat bereaksi dengan serat
selulosa secara kovalen. Oleh karenanya mempunyai ketahanan luntur yang sangat
baik. Zat warna ini terdiri dari dua jenis yaitu reaktif panas dan reaktif dingin.
Reaktif dingin mempunyai gugus reaktif yang lebih banyak sehingga kurang
memerlukan suhu tinggi (jenis triklorotriazin) sedang reaktif panas memerlukan
suhu tinggi dalam penggunaannya. Keunggulan zat warna reaktif dalam
pemakaiannya adalah warna yang dihasilkannya sangat cerah dan mudah sekali
penggunaannya. Disini cara fiksasinya dapat dilakukan dengan beberapa cara
ditinjau dari segi ekonomi, diantara cara-cara tersebut yang paling menguntungkan
adalah cara fiksasi tunggal, yaitu fiksasi yang dilakukan bersamaan antara alkali
dan zat warnanya. Proses fiksasi zat warna ini berlangsung dengan bantuan alkali,
untuk itu dipilih medium pengental yang tahan terhadap alkali dan tidak melakukan
reaksi dengan zat warna reaktif yakni alginate atau emulsi yang terbuat dari agar-
agar rumput laut. Sebagai alkali biasanya dipakai soda kue, soda abu atau kostik
soda; sedangkan untuk mencegah terjadinya reduksi yang dapat menurunkan
warna dipakai resist salt atau zat anti reduksi. Pencapan Zat Warna Reaktif Secara
umum terdiri dari dua cara yaitu :
a. Larutan / pastanya telah mengandung zat warna, alkali, dan zat lainnya.
Kemudian pasta tersebut dicapkan pada bahan, selanjutnya bahan
dikeringkan,dibiarkan proses fiksasi dengan waktu yang tertentu. Setelah itu
dilakukan pencucian dan dievaluasi. Hal tersebut dilakukan untuk metode air-
hanging.
b. Larutan / pastanya hamya mengandung zat warna, pengental dan zat pembantu
lainnya, kemudian dicapkan pada bahan. Setelah kering kemudian dicapkan
pada motip tersebut yaitu pasta yang mengandung Na.Silikat dan NaOH untuk
fiksasinya. Setelah dibiarkan dengan waktu yang tertentu kemudian bahan
dicuci, disabun dan dievaluasi. Hal ini dilakukkan untuk metode batching atau
blok Na.silikat.
III. ALAT DAN BAHAN
1. Alat: 2. Bahan :
- Screen - Zat warna Reaktif
(Black PEBS)
- Rakel
- Urea
- Beaker glass
- Natrium karbonat
- Gelas plastik
- Tapioka
- Timbangan analitik
- Air
- Bunsen

- Pengaduk

- Pipet

- Oven

- Steamer
IV. RESEP DAN PERHITUNGAN
Pengental Tapioka

- Zat warna Reaktif = 5 gr


(Black PEBS)
- Urea = 3 gr

- Natrium Karbonat = 7 gr

- Pengental Tapioka 10% = 23 gr

- Air = 17 gr

= 100 gr

Pengental manutex

- Zat warna Reaktif = 5 gr


(Black PEBS)
- Urea = 3 gr

- Natrium Karbonat = 7 gr

- Pengental manutex 4% = 23 gr

- Air = 17 gr

= 100 gr

Pengental induk

- Tapioka 10% = 10 gr

- Air = 90 gr

= 100 gr

Pengental manutex 4% = 4 gr
Air = 96 gr
= 100 gr
V. FLOW PROSES
a. Fiksasi dengan steam

Pencapan Pre Dry- Dry Steam


(S: 70-100℃, t: 5’) (S: 100℃, t: 30’)

Pencucian :
- Dingin
- Panas
Pengeringan
- Sabun
- Panas
- Dingin

b. Fiksasi dengan baking

Pre Dry Dry


Pencapan
(S: 70℃, t: 5’) (S: 100℃, t: 3’)

Pencucian :
- Dingin
- Panas Baking
Pengeringan
- Sabun (S:130℃, t: 1’)
- Panas
- Dingin

VI. PROSEDUR/CARA KERJA

a. Pengental Induk :

 Pengental tapioka 10%

- Menyiapkan alat dan bahan

- Menimbang tapioka sebanyak 10 gr dan air sebanyak 90 gr.

- Larutkan tapioka dengan air dingin, kemudian panaskan hingga


membentuk suatu lem dengan mempunyai viskositas tertentu dan kelihatan
jernih.

- Pengental bisa digunakan dalam keadaan kering.


 Pengental Manutex :
- Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
- Timbanglah manutex sebanyak 4 gr dan air sebanyak 96 gr
- Taburkan manutex sedikit demi sedikit ke dalam air dingin sambil diaduk
hingga rata, kemudian diamkan kurang lebih setengah jam. Pasta pengental
siap dipakai.
b. Pasta cap :

1. Menyiapkan meja cap (harus bersih, meja dilap bila perlu), kain, kasa, dan alat
pencapan lainnya.
2. Menyiapkan zat warna reaktif dan zat pembantunya untuk pencapan serat
kapas.
3. Menghitung dan menimbang kebutuhan pengental, zat warna, air, urea,
Natrium karbonat sesuai resep.
4. Membuat pasta zat warna
- Larutkan zat warna dengan air dingin
- Tambahkan urea
- Tambahkan natrium karbonat dan aduk hingga larut menjadi homogen
5. Membuat pasta pencapan

Pasta pengental dan zat warna dicampur menjadi satu dan diaduk-aduk terus
sampai homogen, pasta cap siap digunakan.

VII. DISKUSI ANALISA


Pada percobaan praktikum kali ini dilakukan proses pencapan pada kain kain katun
dengan menggunakan zat awarna reaktif pada metode fiksasi yang berbeda yaitu
steaming dan baking. Kain katun yang dicap dengan pengental manutex didapatkan
hasil yaitu gambar blobor dan kurang tajam jika dibandingkan dengan kain yang telah
dicap dengan pengental tapioka. Hal ini dikarenakan pengental induk manutex yang
dibuat terlalu encer dengan presentase 4%, berbeda dengan pengental tapioka yang
viskositas lebih tinggi dengan presentase 10% karena viskositas pengental tersebut
dihasilkan kain yang dicap memiliki motif tajam.
Untuk kain yang difiksasi dengan baking hasil cap yang dihasilkan yaitu tidak
terjadi staining, hal ini dikarenakan proses fiksasinya menggunakan udara panas
sehingga tidak menodai kain. Sedangkan untuk kain katun yang difiksasi dengan
steaming didapatkan hasil yang staining, hal ini dikarenakan penggunaan udara basah.
Dimana uap-uap yang terkumpul dibawah tutup dandang akan menetesi kain
menyebabkan hasilnya staining. Kain yang menggunakan pengental manutex
didapatkan hasil kain pegangan yang lebih halus dibandingkan kain yang menggunakan
pengental tapioka. Hal ini dikarenakan pengental manutex yang digunakan memiliki
viskositas yang rendah sehingga tidak mempengaruhi dari pegangan kainnya. Berbeda
dengan pengental tapioka yang menggunakan viskositas tinggi yang menyebabkan
pegangannya menjadi kaku. Staining pada kain hasil pencapan selain dari proses
fiksasinya juga dikarenakan pada pencucian pertama yaitu pencucian dingin kurang
bersih sehingga warna yang tidak terfiksasi akan menodai kain.
VIII. KESIMPULAN
- Kain katun yang menggunakan manutex didapat hasil cap yang kurang tajam
dibanding dengan hasil cap dengan pengental tapioka.
- Kain katun yang difiksasi dengan baking menghasilkan hasil cap yang lebih bersih
dibandingkan hasil cap dengan fiksasi steaming.
- Kain katun yang menggunakan manutex memiliki pegangan yang lebih halus
dibanding hasil cap dengan menggunakan pengental tapioka.
IX. DAFTAR PUSTAKA

a. https://pdfcoffee.com/pencapan-kain-kapas-dengan-zat-warna-reaktif-
pdf- free.html.
b. https://id.scribd.com/embeds/396342705/content?start_page=1&view_mode=scr
o ll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf.
c. Subiyati, MT, Pedoman Praktek Teknologi Pencapan I

Anda mungkin juga menyukai