Abstrak
Selama ini sering ada pandangan yang kurang tepat bahwa seni Budaya Islam diidentikkan
dengan kreasi seni yang mengandung ajaran islam formal saja. Menyajikan pemikiran bahwa
seni budaya dalam islam tidak sesederhana itu. Tujuan penulisan ini adalah mendeskripsikan
kreasi seni menurut ajaran islam, hukum berseni dalam islam, kriteria kesenian islami,
implikasi seni islami. Analisis dilakukan dengan adanya fenonema seni budaya di tengah
masyarakat. Hasil kajian ini adalah islam mendorong umatnya untuk berkreasi seni sebagai
ekpresi keindahan, hukum asal berkreasi seni dalam islam adalah mubah namun dapat
berubah jika dalam penampilan dan penyajian dicampur dengan unsur haram, kriteria seni
islam yaitu seni yang mampu mendorong penikmatnya memiliki spirit dalam dimensi
insaniah dan ilahiyah, implikasi seni islam dalam kehidupan adalah kreasi seni tidak identik
dengan bahasa Arab dan ajaran islam formal lainnya melainkan lebih pada esensi seni dan
penyajiannya yang mampu mendorong penikmatnya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kata Kunci: Seni budaya Islam, dimensi insaniah, dimensi Ilahiyah, mendekatkan diri kepada
Allah.
1. Pendahuluan
“Sesungguhnya Allah itu maha indah dan (Dia) menyukai keindahan” (H.R. Muslim)
Banyak ayat al-quran yang mengisyaratkan kepada kita untuk menyaksikan estetika bumi dan
langit terbentang di bumi, hamparan awan nan menawan di langit, karya Sang Khaliq.
Daratan, pegunungan, lautan dan langit yang cerah. Begitu indah alam ciptaan Allah yang
Mahakuasa.
Al-quran juga memotivasi umat manusia agar mau memperhatikan dan menghayati
ciptaan Allah yang ada di bumi dan langit serta lautan sebagi tanda-tanda kekuasaan dan
kebesaran Allah yang Mahatinggi. Dengan friman-firman Nya Allah mendorong umat
manusia untuk mengamati dan menghayati dengan jeli segala cipataan-Nya agar manusia
semakin mensyukuri nikmat-Nya. Pada gilirinnya manusia akan mendekatlan diri kepda
Allah SWT. Ia juga ingin memenuhi hasrat mata dan hati kita dengan cahaya kebahagiaan
dan kebijakan yang menyemburat dari seluruh alam.
Sayangnnya, banyak di antara umat manusia yang dapat mengagumi estetika alam
semesta tetpi tidak mampu merenungkan rahasia keindahan ciptahan Ilahi yang terkandung di
balik itu semua. Dibidang sastra, pernytaan Mangunwijaya (1982) berikut patut di resapi dan
dihayati. “pada awal mula, segala sastra adalah religius.” Bukan sekedar ungkapan klise.
“semua sastra yang bernilai literer delalu religius”
Religiusitas tidak bisa diartikan sekedar kapatuhan terhadap ajaran agama (Islam)
formal termasuk ibadah formal. Religiusitas menyaran pada gerak dan riak getaran kalbu
yang mendalam pada diri manusia yang bersifat personal. Pernyataan Mangunwijaya yang
berkaitan dengan sastra tersebut dapat diperluas aplikasinya pada kebudayaan pada umumnya
baik itu seni lukis, seni musik, seni ornamen, seni ukir, seni busana, seni teater, dan
sebagainya. Artinya, karya seni apa pun bentuk dan medianya sebetulnya pada awal mulanya
adalah religius. Hanya dalam perkembangannya lazimnya dipengaruhi oleh kompetensi dan
kecenderungan masing-masing senimannya, kreatornya. Karena itu, terkadang terdapat
sebuah karya seni terasa sangat religius tetapi juga terdapat sebuah karya seni justru
mengundang perbuatan maksiat.
Simpulan
Akhirnya, perlu disimpulkan bahwa seni Islami memberikan alternatif nilai-nilai
kreasi seni yang dapat menambah dan memperdalam khazanah batin manusia dengan nafas
kemanusiaan dan ketuhanan, yang mempertemukan insaniah dan Ilahiyah, dengan tidak
mencekoki penikmatnya dengan ajaran Islam formal. Seni Islami mendorong apresiatornya
untyuk melakukan perenungan dan pemikiran yang mendalam sehingga mampu
membawanya kepada taqarrub dengan Ilahi. Seni Islami adalah seni hakiki berfungsi
―mencerahkan‖ kehidupan batin manusia.
Daftar Pustaka
https://www.goodreads.com/id/book/show/2035763
http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jpp/article/view/956/937
https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/3433/perkembangan-
realitas-manusia-modern-dan-respons-sastra-keagamaan