Anda di halaman 1dari 34

matakuliah

arsitektur
Barat dan timur

Arsitekur
tana toraja
Dipersiapkan :
Ariyanto, MT. IAI

UNIVERITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA


LETAK TANA TORAJA
BENTUK DASAR ARSITEKTUR

• Dipengaruhi falsafah dasar yang disebut : Allur A’Pa’


Oto’na (Empat Falsafah Dasar) :
1. Hidup
2. Kehidupan Manusia
3. Kemuliaan Dewa / Tuhan
4. Adat / Kebudayaan
TATANAN RUMAH ADAT

• Tatanan dipengaruhi oleh kepercayaan mereka


(Alluk Todolo)
• Menggunakan oreintasi magis, yaitu :
Arah Utara : arah sakral, tempat dewa
Arah Selatan : Arah jelek, tempat setan / roh jahat
• Orientasi bangunan selalu ke arah Utara - Selatan
• Di dalam tapak terdapat 2 bangunan : Lumbung dan
Rumah Tinggal (Tongkonan)
• Bagian depan rumah (Tongkonan) menghadap ke arah
utara dan bagian belakang menghadap ke selatan.
• Lumbung padi berada di utara Tongkonan, dengan
maksud agar kehidupan mereka selalun diliputi
kebahagiaan dan dilimpahi rejeki.
• Lumbung dan Tongkonan merupakan satu kesatuan
.
• Antara bangunan yang satu dan yang lainnya tidak
berpagar. Hal ini melambangkan kebebasan dan sikap
terbuka pada alam.
• Tidak adanya pagar memudahkan pengembangan
bangunan ke arah samping.
• Tatanan di Toraja menggambarkan hunian dalam
kebun. Tanaman yang digunakan adalah tanaman yang
kayunya dapat digunakan untuk bahan bangunan.
TATANAN
• Rumah Tinggal (Tongkonan) dan Lumbung saling
berhadapan mengelilingi halaman bersama.
• Fungsi halaman bersama : ruang sirkulasi, bermain,
upacara adat.
• Sistem kekeluargaannya : bilateral, yaitu cara
menghituh keluarga dari pihak ibu maupun ayah.
Sehingga tongkonan merupakan milik bersama
keturunan langsung anak laki-laki atau perempuan
• Tongkonan bukan clan house (Rumah tinggal yang
dihuni bersama banyak keluarga seperti di Batak dan
Minang). Tongkonan adalah Kindred House (1 rumah
dihuni oleh 1 keluarga keturunan langsung saja).
TONGKONAN

• Tongkonan selalu dibangun pada sisi selatan


menghadap ke arah utara. Tongkonan dibangun
berpasangan dengan lumbung (Alang). Hal ini
melambangkan kehidupan yang berpasangan dan
melambangkan kemakmuran / kesejahteraan.
4 Tahap Perkembangan Tongkonan

• Tahap 1 : Banua Pandoko Dena’. Merupakan


rumah tahap pertama dengan bentuk agak
membundar
• Tahap 2 : Banua Lentong Apa’. Pada tahap ini
bangunan sudah mempunyai 4 tiang di sudut-
sudutnya, walau belum begitu besar.
• Tahap 3 : Banua Tamben. Mulai menyusun kayu-
kayu secara berseling pada sisi-sisinya.
• Tahap 4 : Banua Tolo’ atau Sanda Ariri’
Jenis Tongkonan
• Tongkonan milik orang banyak dan bukan pewaris sesuatu
fungsi adat, disebut Tongkonan Ma’dandan.
• Tongkonan pemegang sesuatu fungsi adat, terdiri atas :
1. Tongkonan Layuk, yakni milik penguasa adat tertinggi
dalam suatu wilayah.
2. Tongkonan Kasalie, yakni milik anggota adat tertinggi
dibawah penguasa tertinggi.
3. Tongkonan To Bara’ yakni milik ketua adat di suatu desa
4. Tongkonan To Parange yakni tongkonan dewan adat suatu
desa.
Elemen pelengkap Tongkonan

• A’riri posi’.
A’riri = tiang; posi’ = tengah, pusat. Merupakan
tiang yang tidak berfungsi sebagai konstruksi
(non struktural), terbuat dari kayu nangka,
terletak di kolong rumah bagian tengah. Tiang ini
berukir. Arti tiang ini menunjukkan hubungan
antara rumah dengan bumi. Posi’ mempunyai
konotasi titik pusat. A’riri posi’ yang berada di
bawah mempunyai tiang lanjutan yang ada di
atasnya, disebut petuo, membentuk garis
vertikal. Ini merupakan simbol sumbu dunia.
• Tidak semua tongkonan mempunyai a’riri posi’
• Tulak Somba. Merupakan tiang penyangga atap
bagian depan dan belakang bangunan yang disebut
tonga. Tulak = dukung; Somba = memuja,
menghormati, mempertahankan. Dalam hal ini,
mempertahankan kestabilan atap.
• Tidak semua tongkonan mempunyai tulak somba.
Hanya tongkonan yang berstatus tinggi yang diijinkan
menggunakan tulak somba.
• Selain sebagai pendukung atap, tulak somba
mempunyai arti simbolik yaitu : bangsawan sebagai
penghuni rumah,
• Pada tulak somba biasanya digantungkan tanduk
kerbau yang pernah disembelih. Ini menunjukkan
status sosial ekonomi.
• Kabongo’ dan Katik. Merupakan patung dengan ikon
kepala kerbau, umumnya dipasang pada bagian
depan Tongkonan. Kabongo’ merupakan simbol
status, orang terpandang, bangsawan atau
pemangku adat. Ada juga yang menempatkan
Kabongo’ pada Tulak Somba. Katik adalah patung
yang secara simbolik menggambarkan burung atau
ayam berleher panjang. Katik selalu ditempatkan di
atas kabongo’ Katik menandakan bahwa aturan
toraja diberlakukan pada bangunan tersebut.
Sistem Struktur Bangunan

• Struktur Bangunan Tongkonan mempertunjukkan


kepala, badan dan kaki.
• Kaki kolom bertumpu pada pondasi umpak
• Tiang Penyangga (A’riri) menggunakan sistem tusuk
menusuk dati bahan kayu nangka.
• Bagian kepala sangat menonjol dan tidak imbang
dengan ruang yang tercipta di bawahnya.
Lumbung (Alang)

• Terletak di sisi utara


• Sebagai ruang simpan bahan makanan
• Bentuk kepala, badan dan kaki jelas
• Bagian badan, tidak berdinding, digunakan
sebagai tempat ngobrol.
Contoh Ukiran/
Passurak Toraja
• Pa’tedong (ukiran kepala kerbau)
Melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran.

• Ne’Limbongan (menggambarkan danau)


Mengandung arti Orang Toraja bertekad mendapat rejeki dari
empat penjuru angin bagaikan mata air yang menyatu di satu
danau.
• Pa’bulu Lodong (rumbai ayam jago) Mengandung makna
keperkasaan dan kearifan

• Pa’Barre Alo (ukiran matahari)


Melambangkan kebesaran dan kebanggaan bagi orang Toraja.

• Pa’Bambo Uai (binatang air yang berenang)


Bermakna manusia harus cepat dan tepat dalam melaksanakan
pekerjaan, tetapi dengan hasil berlipat dan memuaskan.

• Pa’ulu Karua
Artinya diharapkan dalam keluarga muncul orang yang berilmu.
• Padaun Peria (ukiran kuncup bunga peria)
Artinya larangan untuk berzinah dan untuk menjaga kesucian,
seperti kuncup bunga peria
DAFTAR PUSTAKA
Stephany, Shandra. 2009. Transformasi Tatanan Ruang dan Bentuk pada Interior
Tongkonan di Tana Toraja Sulawesi Selatan.
http://203.189.120.190/ejournal/index.php/int/article/shop/18179/18066 (diunduh 18
September 2011)
Sumalyo, Yulianto. 2001. Kosmologi dalam Arsitektur Toraja.
http://puslit.petra.ac.id/files/published/journals/ARS/ARS012901/ARS01290108
.pdf (diunduh 18 September 2011)
Thosibo, Anwar. 2011. Mengungkap Masa Lampau Etnis Toraja Melalui Seni Ukir
Ornamen Passurak sebagai Sumber Sejarah.
http://www.geocities.ws/konferensinasionalsejarah/anwar_thosibo.pdf . (diunduh 18
September 2011)
Wegymantung. 2009. Asal Usul Suku Toraja.
http://wegymantung.multiply.com/journal/item/3/Asal_usul_Suku_Toraja. (diunduh
20 September 2011)
Wegymantung. 2009. Ukiran Toraja. http://wegymantung.multiply.com/photos/album/10/
Ukiran_Toraja. (diunduh
20 September 2011)

PROGDI DP FST UNIVERITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

Anda mungkin juga menyukai