Anda di halaman 1dari 43

SEJARAH DAN KONSEP AGRIBISNIS

MAKALAH

SEBAGAI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN AGRIBISNIS

DOSEN
PENGAMPU :

ALJA YUSNADI, M.SI

Di Susun
Oleh
DARMA MAHMUDAH
(180101002)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GAJAH PUTIH
BLANG BEBANGKA-ACEH TENGAH
2021

KATA PENGANTAR

1
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami

dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami

tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam

semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang

kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami selaku mahasiswa pertanian mengucapkan terimakasi kepada dosen studi

MANAJEMEN SGRIBISNIS oleh bapak ALJA YUSNADI, M.SI , yang telah mendidik

kami dan memberikan ilmu nya kepada kami, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan

pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah MANAJEMEN AGRIBISNIS .

Takengon, 7 Juni 2021

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4
A.Latar Belakang...........................................................................................................4
B.Rumusan Masalah......................................................................................................5
C.Tujuan........................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5
A.Defenisi Agribisnis dan Ruang Lingkupnya..............................................................5
TINJAUAN BADAN USAHA...................................................................................12
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................13
A. Substansi Produksi Usaha Tani..............................................................................13
B. Tingkat Pendapatan Petani......................................................................................15
C. Korelasi Sederhana.................................................................................................16
D. Subsistem Pengadaan Sarana Produksi..................................................................26
E. Susistem Pengelolaan Hasil....................................................................................28
F. Subsistem Pemasaran..............................................................................................29
G. Sortasi dan Grading................................................................................................30
H. Pemasaran...............................................................................................................30
I. Pengangkutan Cabai.................................................................................................31
BAB II PENUTUP......................................................................................................41
A. KESIMPULAN.......................................................................................................42
B. SARAN...…………………………………………………………………………42
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................43

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduk bekerja


sebagai petani. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan
kontribusi yang sangat besar dalam perekonomian nasional dalam penyerapan tenaga
kerja. Tanaman cabai besar (Capsicum annum L.) telah dibudidayakan oleh petani
secara luas di tanah air khususnya pulau Jawa.

Cabai merupakan salah satu produk pangan rempah yang paling penting dan
paling banyak diproduksi di Asia. Cabai digunakan sebagai rempah dalam berbagai
makanan di seluruh dunia, biasanya tersedia dalam bentuk green chilies, cabai merah
keriting utuh, dan cabai bubuk. Bisnis budidaya cabai terlihat sangat menjanjikan dan
berpotensi memberikan keuntungan yang cukup besar. Hal itudisebabkan nilai
pemasaran cabai yang tinggi bila ditinjau dari volume serta nilai ekspor dan impor di
tingkat domestik dan internasional (Winarno, 2017).

Dalam usahatani cabai, biaya produksi dan pendapatan merupakan awal dalam
menentukan sikap untuk melakukan usahatani cabai merah. Perhitungan ekonomi
dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai jumlah produksi dan harga jual
yang nantinya akan mempengaruhi pendapatan petani. Tidak semua orang yang
melakukan usahatani selalu mengalami keuntungan. Terkadang petani bisa rugi ketika
cuaca tidak mendukung, tanaman terserang hama dan penyakit, harga jual rendah
karena sedang panen raya, serta masalah lainnya yang tak terduga yang bisa terjadi di
pasar kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu sentra tanaman cabai di Aceh
Tengah. Dilihat dari laporan Badan Pusat Statistik,

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep dari Agribisnis ?

2. Bagaimana upaya pengembangan Usaha Tani cabai ?

3. Bagaimana Proses produksi cabai ?

C. Tujuan
1. Untuk mengkaji dan mengetahui konsep dari Agribisnis

2. Untuk mengkaji aspek pemasaran cabai merah di kawasan agropolitan

Kabupaten Aceh Tengah

3. Untuk menganalisis proses produksi cabai dari sebelum panen dan

setelah panen

4. Untuk mengetahui strategi pengembangan usahatani cabai

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Agribisnis dan Ruang Lingkupnya


1. Pengertian Agribisnis

Supaya dapat lebih memahami mengenai apa itu agribisnis, maka kita bisa/ dapat

merujuk pada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya

sebagai berikut :

a. Menurut E. Paul Roy

Pengertian agribisnis merupakan suatu proses koordinasi berbagai sub-sistem

yang saling mempengaruhi, yakni penyediaan input pertanian, produksi pertanian,

pengolahan hasil, serta juga pemasaran hasil pertanian.

b. Menurut W. David Downey & Steven P. Erickson (dalam Saragih 1998)

5
Menurutnya Pengertian agribisnis ini merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian di dalam arti luas itu, yang

melingkupi salah satu atau juga keseluruhan mulai dari mata rantai

produksi,pengolahanmasukan & juga keluaran produksi (agroindustri), pemasaran

masukan-keluaran pertanian serta juga kelembagaan penunjang kegiatan.

c. Menurut John H. Davis dan Ray A. Goldberd (1957)

Pengertian agribisnis merupakan jumlah total seluruh operasi yang terlibat

dalam pembuatan serta juga distribusi pasokan pertanian; operasi produksi di

pertanian; serta penyimpanan, pemrosesan, dan juga distribusi komoditas pertanian

dan juga barang-barang yang dibuat darinya.

d. Menurut G.L. Cramer dan C.W. Jensen

Pengertian agribisnis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas yang kompleks,

melingkupi industri pertanian, industri pemasaran hasil pertanian serta juga hasil

olahan produk pertanian, industri manufaktur dan juga distribusi bagi bahan pangan

serta juga serat-seratan kepada pengguna/ konsumen.

e. Menurut Jose D. Drilon Jr

Pengertian agribisnis merupakan seluruh kegiatan atau aktivitas yang

berhubungan dengan manufaktur serta juga distribusi dari sarana produksi pertanian,

aktivitas usaha tani, penyimpanan, pengolahan, dan juga distribusi produk pertanian

serta produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian.1

1
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. Buletin. 1977. Vitamin C.

Merck Service Buletin. Merck and Co. Inc. New Jersey.

6
2. Ruang Lingkup Agribisnis

Ruang lingkup agribisnis ini cukup luas, diantaranya termasuk usaha dalam

memproduksi benih serta juga bahan kimia pertanian, pakan ternak, alat dan juga

mesin pertanian, pemrosesan bahan pertanian, produksi biofuel sampai pada wisata

pertanian.

Dengan kata lain, ilmu dari agribisnis ini tidak hanya mengenai budidaya tanaman,

namun didalamnya itu juga termasuk peternakan, perikanan serta juga Kehutanan.

Oleh sebab itu agribisnis mencangkup wawasan pertanian itu dengan secara luas.

Seperti misalnya biofuel yang merupakan hasil dari tanaman pertanian di mana

pada saat ini mendapatkan perhatian dari masyarakat umum serta juga akademisi

disebabkan karna adanya isu perubahan iklim yang semakin intens.

Di sisi lain juga disebabkan karna peningkatan harga bahan bakar fosil. Itulah

kenapa sampai pada saat ini penelitian serta juga produksi tentang/mengenai biofuel

itu terus dilakukan dan berkembang yakni sebagai salah satu bentuk agribisnis.

3. Pengertian Cabe

Tanaman Cabe Merah (Capscum annuum L.) adalah tanaman perdu dengan rasa

buah pedas yang disebabkan olieh kandungan capsaicin. Secara umum cabe memiliki

banyak kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak, kabohidarat,

kalsium, vitamin A, B1, dan vitamin C

Cabe (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak

dibudidayakan oleh petani di Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan

memiliki beberapa manfaat kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang

berfungsi dalam mengendalikan penyakit kanker. Budidaya tanaman cabe diperbanyak


7
melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit

Cabe atau lombok merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun

di dataran tinggi.

Daerah sentral produksi utama cabe merah antara lain Jawa Barat (Garut,

Tasikmalaya, Ciamis, Sukabumi, Cianjur, dan Bandung); Jawa Tengah (Brebes,

Magelang, dan Temanggung); Jawa Timur (Malang, Banyuwangi). Sentra utama cabe

keriting adalah Bandung, Brebes, Rembang, Tuban, Rejanglebong, Solok, Tanah

Datar, Karo, Simalungun, Banyuasin, Pagar Alam. Usahatani cabe yang berhasil

memang menjanjikan keuntungan yang menarik, tetapi untuk mengusahakan tanaman

cabe diperlukan keterampilan dan modal cukup memadai. Untuk mengantisipasi

kemungkinan kegagalan diperlukan keterampilan dalam penerapan pengetahuan dan

teknik budidaya cabe sesuai dengan daya dukung.

a. Manfaat Cabai

Cabai merah Besar (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran

yang memilki nilai ekonomi yanng tinggi. Cabai mengandung berbagai macam

senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia.Cabai mengandung antioksidan yang

berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Kandungan terbesar

antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai juga mengandung Lasparaginase dan

Capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker. Cabai (Capsicum annum L)

merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibudidayakan oleh petani di

Indonesia karena memiliki harga jual yang tinggi dan memiliki beberapa manfaat

8
kesehatan yang salah satunya adalah zat capsaicin yang berfungsi dalam

mengendalikan penyakit kanker.2

Salah satu kendala utama dalam sistem produksi cabai di Indonesia adalah adanya

serangan lalat buah pada tanaman cabai. Hama ini sering menyebabkan gagal panen.

berdasarkan laporan yang ada kerusakan pada tanaman cabai di Indonesia dapat

mencapai 35%. Cabai yang terserang sering tampak sehat dan utuh dari luar tetapi bila

dilihat di dalamnya membusuk dan mengandung larva lalat.

4. Produksi Cabe

Cabai atau lombok termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae) dan

merupakan tanaman yang mudah ditanam di dataran rendah ataupun di dataran tinggi.

Tanaman cabai banyak mengandung vitamin A dan vitamin C serta mengandung

minyak atsiri capsaicin, yang menyebabkan rasa pedas dan memberikan kehangatan

panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam

dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus

membelinya di pasar.

Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat

serta bebas dari hama dan penyakit . Buah cabe yang telah diseleksi untuk bibit

dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian

baru diambil bijinya: Untuk areal satu hektar dibutuhkan sekitar 2-3 kg buah cabe

(300-500 gr biji).

2
Bunasor. 1997. Penelahan Usahatani dan Usaha-Usaha Pengembangan Program Bantuan dan Reboisasi.

Bogor.

9
Adapun cara atau tehnik budidaya cabe merah adalah sebagai berikut :

a. Persiapan lahan untuk menana cabe merah keriting dan cabe rawit

1. Pengolahan Lahan cabe merah keriting dan cabe rawit

2. Tebarkan pupuk kandang

3. Diluku kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)

4. Diberi Dolomit sebanyak 0,25 ton / 1000 m2

5. Dibuat bedengan lebar 100 cm dan parit selebar 80 cm

b. Ulat Grayak ( Spodoptera litura & S. exigua )

Ciri ulat yang baru menetas / masih kecil berwarna hijau dengan bintik hitam

di kedua sisi dari perut/badan ulat, terdapat bercak segitiga pada bagian punggungnya

(seperti bulan sabit). Gejala serangan, larva memakan permukaan bawah daun dan

daging buah dengan kerusakan berupa bintil-bintil atau lubang-lubang besar. Serangan

parah, daun cabe gundul sehingga tinggal ranting-rantingnya saja. Telur dikumpulkan

lalu dimusnahkan, menyiangi rumput di sekitar tanaman yang digunakan untuk

persembunyian. Semprot dengan VITURA, VIREXI atau PESTONA.

Bekicot/siput. Memakan tanaman, terutama menyerang malam hari. Dicari di

sekitar pertanaman ( kadang di bawah mulsa) dan buang ke luar areal.3

3
Hadisapoetra, S. 1983. Biaya dan Pendapatan di Dalam Usahatani. Departemen Ekonomi Pertanian,

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

10
5. Struktur Produksi

Cabai mengandung capsaicin yang berfungsi untuk menstimulir detektor panas

dalam kelenjar hypothalmus sehingga mengakibatkan perasaan tetap sejuk walaupun

di udara yang panas. Penelitian lain menunjukkan bahwa capsaicin dapat menghalangi

bahaya pada sel trachea, bronchial, dan bronchoconstriction yang disebabkan oleh

asap rokok dan polutan lainnya. Hal ini berarti cabai sangat baik bagi penderita asma

dan hipersensitif udara. Capsaicin juga dipergunakan dalam pembuatan krim obat

gosok antirematik maupun dalam bentuk Koyo Cabai. Penggunaan capsaicin di

kalangan pecinta burung ocehan konon dapat membantu merangsang burung-burung

ocehan lebih aktif mengoceh.

Selain capsaicin, cabai pun mengandung zat mucokinetik. Zat ini dikenal

sebagai zat yang mampu mengatur, mengurangi, atau mengeluarkan lendir dari paru-

paru. Oleh karena itu, cabai sangat membantu penderita bronchitis, masuk angin,

influenza, sinusitus dan asma dalam pengeluaran lendir.

Vitamin adalah zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah sedikit,

tetapi penting untuk mempertahankan gizi yang normal. Vitamin diperoleh dari

makanan yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, sayuran dan buah-buahan.

Terdapat 2 golongan vitamin, yaitu yang larut dalam air seperti vitamin C dan vitamin

B kompleks; dan yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E dan K (Anonim,

1988).

Vitamin C (asam askorbat) banyak diperlukan dalam metabolisme. Berfungsi

dalam proses oksidasi/reduksi intrasel. Vitamin C bersifat mudah

11
TINJAUAN BADAN USAHA

a. Nama badan Usaha

BUMP Aceh Tengah

b. Alamat

Takengon Kabupaten Aceh Tengah

c. Jumlah Tenaga Kerja

Jumlah Tenaga Kerja yaitu 5 orang

d. Struktur Organisasi

12
BAB II

PEMBAHASAN

A. Substansi Produksi Usaha Tani

Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang

mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan

memperoleh pendapatan yang tinggi pada waktu tertentu. Usahatani dikatakan efektif

apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang dikuasai sebaik-

baiknya. Usahatani dikatakan efisien apabila pemanfaatan

Sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan

(input) (Soekartawi, 2002). Tujuan usahatani padi sawah adalah untuk mendapatkan

produktivitas yang optimal, sehingga akan diperoleh produktivitas yang tinggi. Agar

tujuan itu tercapai maka penggunaan input produksi yang tepat menjadi sangat

penting, dengan memperhatikan efisiensi usahatani (Makruf et al., 2011). Dalam

proses budidaya tanaman selain sarana produksi yang mempengaruhi produksi dan

kualitas hasil, maka cara pemeliharaan tanaman seperti pengendalian hama akan

sangat berpengaruh terhadap mutu produksi dan produktivitas per hektar

(Sastrosiswoyo,1995).4

1. Pemilihan Lokasi

Wilayah bukan merupakan suatu wilayah tunggal dan tertutup, tetapi

merupakan suatu kesatuan wilayah yang berinteraksi antara suatu wilayah

dengan wilayah lain. Pembangunan wilayah yang ideal adalah terjadinya

4
Sastrosiswoyo,1995. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Penerbit Erlangga. Jakarta.

13
interaksi wilayah yang sinergis dan saling memperkuat, sehingga nilai

tambah yang diperoleh dari adanya interaksi tersebut dapat terbagi secara

adil dan proporsional sesuai dengan peran dan potensi sumberdaya yang

dimiliki masing-masing wilayah (Departemen Pertanian, 2004).

Suatu wilayah akan berkembang dengan berhubungan dengan wilayah

lain. Untuk itu aksebilitas suatu wilayah sangat menentukan kecepatan

perkembangan wilayah tersebut. Ketimpangan pembangunan antar wilayah

secara alamiah terjadi dapat disebabkan oleh dua faktor penentu yaitu :

1. Aspek kepemilikan sumberdaya alam yang berbeda, dimana salah satu

wilayah diberi kelimpahan sumberdaya alam yang lebih dibanding

wilayah lain.

2. Aspek posisi geografis, dimana suatu wilayah memiliki keunggulan

posisi geografis dibanding wilayah lain.

Permasalahan pembangunan wilayah akan muncul apabila wilayah

yang kaya akan sumberdaya alam mengalami ketertinggalan pembangunan

akibat sumber daya manusia dan sumber daya sosial yang lemah. Dalam

konteks global hal ini telah terjadi berabad-abad yang lalu dimana bangsa

imprealis yang mengalami kemajuan lebih hingga saat ini menjajah bangsa-

bangsa lain di Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Bangsa-bangsa terjajah

tersebut hingga saat ini sebagian besar walau sudah mengalami

kemerdekaan tetap jauh tertinggal dibanding negara-negara penjajah tersebut

(negara-negara utara). Negara-negara terjajah yang kemudian disebut

negara-negara sedang berkembang (negara selatan-selatan) memiliki

sumberdaya alam yang melimpah, namun sejak abad petengahan mengalami

kemunduran dan ketertinggalan dalam kualitas SDM (Suwandi, 2005).

14
Luas lahan penguasaan petani cabai bervariasi, maka sampel

ditentukan dengan sistem Stratified random sampling berdasarkan luas

lahan. Menurut Arikunto (2002) apabila populasi kurang dari 100 orang,

maka sebaiknya semua anggota terpilih, sehingga merupakan penelitian

sensus. Jika jumlah populasi lebih dari 100 orang dapat diambil sampel 10,

15, 20, 25 % atau lebih dari populasi. Berhubung jumlah populasi di lokasi

190 petani, maka jumlah populasi yang diambil 20% dari 190 petani

sehingga jumlah sampel 38 petani.

3. Keadaan Penduduk dan Potensi tenaga kerja

Karakteristik petani adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh

seorang petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola

tindakan terhadap lingkungannya (Mislini, 2006). Karakteristik sosial itu

diantaranya umur, frekuensi petani mengikuti kegiatan penyuluh,

pendidikan, penggunaan teknologi, frekuensi mengikuti kegiatan kelompok

tani dan pengalaman bertani yang dimiliki. Sedangkan karakteristik

ekonomi diantaranya penggunaan tenaga kerja, dan produksi

(Kesuma,2006).5

4. Tingkat Pendapatan Petani

Tingkat pendapatan petani dan pendapatan perkapita pertahun ini

dapat dilihat dari jumlah tanggungan keluarga petani. Bahwa pendapatan

petani dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi petani. Karenanya

5
Martin, J., F. Mayes, and Rodwell. 1983. Biokimia. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta Indonesia.

15
petani memiliki peluang untuk meningkatkan pendapatan hanya apabila

faktor internal petani ditingkatkan

5. Korelasi Sederhana

Korelasi adalah suatu analisis yang meyatakan hubungan antara dua

atau lebih peubah. Dimana suatu studi yang membahas tentang derajat

hubungan antara variabel – variabel yang dikenal dengan nama analisis

korelasi. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat hubungan, terutama

untuk data kuantitatif, dinamakan koefisien korelasi

6. Tingkat Penerapan Teknologi


Dalam pengembangan agribisnis padi sarana produksi merupakan

salah satu faktor yang dapat meningkatkan produksi petani. Menurut Said

dan Intan (2001) untuk mencapai efisiensi input sarana produksi harus ada

pengorganisasian dalam penerapan sistem ini yaitu penerapan jumlah,

waktu, tempat dan tepat biaya serta mutu sehingga ada optimasi dari

penggunaan input–input produksi. Produksi dan pendapatan petani dapat

meningkat bila didukung adanya industri-industri agribisnis hulu yakni

industri- industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertaniaan (the

Manufacturer and distribution of farm supliies) seperti industri agro–kimia

( industri pupuk, industri pestisida, obat-abatan hewan) industri alat

pertaniaan dan industri pembibitan/ pembenihan.

Pupuk adalah bahan atau zat makanan yang diberikan atau

ditambahkan pada tanaman dengan maksud agar tanaman tersebut tumbuh.

Pupuk yang diperlukan tanaman untuk menambah unsur hara dalam tanah

ada beberapa macam.

Pupuk dapat digolongkan menjadi dua yaitu pupuk alam dan pupuk
16
buatan (Prihmantoro, 2005). Pemakaian insektisida bagi pertanian

dimaksudkan untuk mengoptimalkan hasil produksi. Insektisida terbuat dari

bahan kimia yang dapat digunakan untuk mengontrol, menolak atau

menarik, membunuh. Usahatani pertanian rakyat sebagian besar tenaga

kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas suami, istri, dan

anak-anaknya. Keluarga petani biasanya membantu menebar bibit,

mengangkut pupuk ke sawah, mengatur pengairan dan sebagainya. Usaha

tani pertanian rakyat terkadang membayar tenaga kerja tambahan, misalnya

dalam hal tahap pengolahan tanah, baik dalam bentuk ternak maupun tenaga

kerja langsung

Kunci keberhasilan usaha tani agribisnis padi salah satunya adalah

bagaimana mengembangkan peluang dan strategi serta mencari solusi

adanya kendala dan masalah pemasaran komoditas padi, untuk itu

peningkatan sumber daya manusia (SDM) dan fasilitasi pemerintah dalam

teknologi budidaya, pasca panen, dan peningkatan nilai tambah serta

pengembangan pasar, sangat diperlukan terutamanya kegiatan

pendampingan. Penanganan produksi tanpa didukung dengan pemasaran

yang baik tidak akan memberi manfaat dan keuntungan bagi petani.

Menurut Mubyarto (1995) produk hasil pertanian dapat bersaing sempurna

ada 4 faktor yang harus diperhatikan yaitu 1) hubungan antara jumlah

pembeli dan penjual, 2) sifat barang yang diperdagangkan, 3) SDM yang

dimiliki tentang Mutu produk (sesuai permintaan tidak), 4) kebebasan

dalam perdagangan. Pendapatan hasil produk dipengaruhi dari efisiensi

biaya pemasaran.

7. Penggunaan Tenaga Kerja


17
Dalam penggunaan tenaga kerja Agribisnis memegang peranan

penting dalam perekonomian Indonesia. Diperkirakan 29 persen dari Gross

Domestic Product (GDP) bersumber dari sektor agribisnis. Selain

mempunyai peluang untuk diekspor, produk agribisnis juga mempunyai

demand yang cukup tinggi di pasar dalam negeri. Sebagai contoh, tingkat

permintaan akan produk pangan yang memiliki nilai tambah, karena sudah

diproses lebih lanjut, mengalami kenaikan rata-rta enam persen per tahun.

Kemajuan yang dialami di sektor agribisnis tidak terlepas dari dukungan

kelembagaan agribisnis. Cakupan agribisnis yang begitu luas, melibatkan

cukup banyak lembaga untuk menaganinya, beberapa diantaranya ialah

lembaga perbankan, perindustrian, perdagangan, pengangkutan,

pergudangan, penelitian, pendidikan, penyuluhan serta lembaga swadaya

masyarakat lainnya. Pengertian lembaga dan organisasi sering diartikan

sama yaitu wadah dimana individu secara kolektif dengan seperangkat

aturan main melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan.

8. Penyiapan Benih dan pembibitan


Benih cabai diperoleh dari bagian generatif tanaman cabai yaitu dari

buah yang diambil bijinya. Waktu tanam masih lama maka biji disimpan

dahulu dengan cara direndam dalam larutan fungisida dahulu kemudian di

kering anginkan dan dimasukkan ke plastik dan ditutup rapat kemudian

dimasukkan ke dalam kotak khusus. Usahakan diletakkan di tempat yang

kering jangan di tempat yang lembab dan hindarkan dari sinar matahari

langsung.

9. Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian

18
Setiap pagi, bibit disiram air secukupnya karena siang hari bibit

akan kehilangan air cukup banyak akibat penguapan. Jangan lakukan

penyiraman pada siang hari karena air yang diberikan segera menguap

sehingga tanaman stres dan layu terkulai. Penyiraman diulang pada sore

hari. Pembukaan sungkup dilakukan untuk mendapatkan sinar matahari

langsung terutama pada pagi hari. Setelah pembibitan dilakukan penyiangan

secara manual dengan tangan satu kali. Pencabutan gulma dilakukan dengan

hati-hati agar akar bibit tidak terangkat. Setelah gulma dibersihkan,

pertumbuhan bibit kan optimal karena semua zat makanan terserap.

Penyemprotan insektisida dilakukan bersamaan dengan penyemprotan

fungisida, masing-masing setengah dari konsentrasi yang digunakan untuk

tanaman dewasa. Hal ini karena kondisi tanaman yang masih muda.

Penyemprotan insektisida dan fungisida dengan konsentrasi penuh

menyebabkan daun tanaman terbakar (plasmolisis). Penyemprotan tersebut

dilakukan 1-3 hari menjelang bibit ditanam di lapangan (17-21 HST=Hari

Setelah Tanam). Bila dilakukan setelah dilapangan pada tanaman yang baru

dipindah akan berbahaya karena tanaman masih dalam masa kritis, yaitu

masa beradaptasi. Untuk mengendalikan hama di pembibitan digunakan

Decis dengan konsentrasi 0,3-0,5 ml/liter dan untuk mengendalikan

penyakitnya digunakan fungisida Previcur N dengan konsentrasi 1 ml/liter.

Hanya bibit yang memiliki pertumbuhan kekar dan subur yang dipilih untuk

ditanam

10. Pengendalian Hama dan Penyakit


Cabai atau biasa orang di Indonesia menyebutnya Lombok adalah

cabai merah atau chili. Cabai adalah buah dan tumbuhan termasuk ke dalam

19
anggota genus Capsicum. Cabai mengandung berbagai macam senyawa

yang berguna bagi kesehatan manusia. Cabai mengandung senyawa

antioksidan yang bermanfaat untuk menjaga tubuh dari serangan radikal

bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah pada cabai hijau. Cabai

juga mengandung Lasparaginase dan Capsaicin yang berguna sebagai zat

antikanker.

Dalam budidaya cabai petani, penyuluh pertanian dan petugas

lainnya akan sering menemukan hama-hama dan penyakit pada tanaman

cabai. Hama dan penyakit tersebut perlu adanya pengananan yang tepat

sehingga panen cabai pada waktunya akan mendapatkan hasil yang bagus

dan melimpah.

Berikut ini adalah beberapa hama yang sering di jumpai pada

tanaman cabai:

1. Thrips (Thrips parvispinus Karny)

2. Lalat Buah (Bactrocera sp)

3. Kutu Kebul (Bemisia tabaci)

4. Kutu Daun Persik (Myzus persicae)

5. Kutu Daun (Aphididae)

6. Tungau (Polyphagotarsonemus latus dan Tetranychus)

11. Pemupukan susulan


Pemupukan susulan bertujuan untuk memenuhi hara pada tanaman

pada fase vegetative hingga generative awal dengan cara dicairkan terlebih

dahulu. Pencairan pupuk ini bertujuan agar hara yang dibutuhkan pada

tanaman cabai menjadi cepat tersedia dan cepat pula diserap oleh tanaman
20
sehingga pertumbuhan tanaman akan menjadi baik dan sehat.

Pemupukan susulan ini bisa dberikan dengan cara dikucurkan, setiap

tanaman disiram dengan 150-250 ml larutan pupuk. Larutan pupuk dibuat

dengan mengencerkan 1,5- 3 kg pupuk buatan per 100 liter air.

Buah Cabai Rontok dan Busuk? Lalat Buah Bisa Jadi Penyebabnya

Pemupukan susulan yang digunakan adalah NPK bila dikonversikan maka

konsentrasi yang digunakan adalah sebanyak 15-30 gram per 1 liter air.

Pupuk yang dilarutkan kemudian diaplikasikan dengan cara dikucurkan ke

tanah di sekitar tanaman. Pemupukan susulan dilakukan dengan pemberian

larutan pupuk NPK, dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 7 hst.

Pemupukan selanjutnya dilakukan 2 minggu sekali.

a. Penyiapan Gulma

Cabe merah merupakan salah satu komoditas pertanian paling

atraktif. Pada saat-saat tertentu, harganya bisa naik berlipat-lipat. Pada

momen lain bisa turun hingga tak berharga. Hal ini membuat budidaya cabe

merah menjadi tantangan tersendiri bagi para petani.

Disamping fluktiasi harga, budidaya cabe cukup rentan dengan

kondisi cuaca dan serangan hama. Untuk meminimalkan semua resiko

tersebut, biaya untuk budidaya cabe bisa dikatakan cukup tinggi.

Pada kesempatan kali ini, alamtani mencoba memaparkan langkah-

langkah yang harus dipersiapkan untuk budidaya cabe merah, khususnya

jenis Capsicum annum L. Tanaman ini berasal dari benua Amerika yang

beriklim tropis dan subtropis. Dari sini menyebar ke berbagai belahan bumi

lainnya.

Kondisi iklim di Indonesia cocok untuk budidaya cabe dimana

21
matahari bersinar penuh. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik di dataran

rendah hingga ketinggian 1400 meter dpl. Di dataran tinggi, cabe masih bisa

tumbuh namun produksinya tidak maksimal.

Suhu yang optimal untuk pertumbuhan cabe merah, antara 24-28

derajat Celcius. Pada suhu yang terlalu dingin dibawah 15 atau panas diatas

32 pertumbuhan akan terganggu. Cabe bisa tumbuh pada musim kemarau

asal mendapatkan pengairan yang cukup. Curah hujan yang dikehendaki

berkisar 800-2000 mm per tahun dengan kelembaban 80%.

b. Pemilihan benih cabe merah

Masyarakat mengenal dua jenis cabe merah, yakni cabe merah besar

dan cabe merah keriting. Perbedaan kedua jenis cabe ini terlihat dari bentuk

dan tekstur kulitnya. Untuk mengetahui lebih jauh, silahkan lihat tulisan

mengenal jenis-jenis cabe.

Dari dua jenis itu, terdapat puluhan bahkan ratusan varietas, dari

yang lokal hingga hibrida. Setiap varietas memiliki kekhasan tumbuh

sendiri-sendiri. Untuk memilih jenis mana yang akan dibudidayakan,

sebaiknya pilih varietas yang paling cocok dengan lokasi budidaya cabe

masing-masing.

Benih untuk budidaya cabe bisa didapatkan dengan dua cara, yaitu

membeli di toko benih atau membenihkan sendiri. Benih cabe hibrida

sebaiknya dibeli dari industri benih terpercaya yang menerapkan teknologi

pemuliaan moderen. Sedangkan benih cabe lokal bisa didapatkan dari

sesama petani atau menyeleksi sendiri dari hasil panen terdahulu.

c. Penyemaian dan pembibitan

Metode penyemaian untuk budidaya cabe sebaiknya menggunakan

22
polybag (baik dari plastik atau daun-daunan). Mengapa demikian, karena

benih cabe apalagi jenis hibrida harganya sangat mahal. Apabila disemai

dengan ditabur, dikhawatirkan banyak biji yang tumbuh berhimpit sehingga

tidak semua tanaman bisa dimanfaatkan.

Siapkan campuran tanah, arang sekam dan kompos atau pupuk

kandang dengan perbandingan 2:1:1. Atau, kalau tidak ada arang sekam

gunakan tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Sebelum dicampur,

media tersebut diayak agar halus. Untuk lebih detail, silahkan baca cara

membuat media persemaian.

Sebaiknya buat naungan untuk tempat penyemaian untuk

menghindari terik matahari dan air hujan. Apabila ada biaya, ada baiknya

melindungi tempat penyemaian dengan jaring pelindung hama atau

serangga. Susun polybag yang telah diisi media semai dalam naungan

tersebut.

12. Pemotongan Wiwilan

Sebagian petani cabai lebih memilih tidak melalukan perempelan sama sekali,

karena berpijak bahwa secara alami daun-daun yang telah tua akan berguguran dengan

sendirinya. Selain itu mereka berpendapat bahwa dengan kecukupan pupuk, maka

perempelan tidak perlu dilakukan.

Tetapi ada baiknya perempelan ini dilakukan dengan mengamati pertumbuhan

tanaman memahami tujuan perempelan itu sendiri. Perempelan tunas samping

Tunas yang keluar di ketiak daun, biasanya muncul pada 8 sd 12 HST untuk

cabai dataran rendah serta sedang, atau 15 – 20 HST di dataran tinggi. Tunas bakal

percabangan ini dirempel dengan menggunakan tangan bersih. Tujuannya agar

23
tanaman menjadi kokoh sebelum memasuki fase generatif ( fase pembungaan).

13. Pemasangan Ajir


Kegiatan pengajiran merupakan kegiatan memberikan penguat/penopang agar

tanaman cabe dapat tumbuh tegak secara optimal. Batang cabe terkadang tidak mampu

menahan dan menopang dahan, daun yang terlalu rimbun, serta buah yang cukup

bayak. Oleh sebab itulah, pemasangan tiang ajir penting dilakukan.

Lanjaran/lenjeran/tiang ajir memiliki banyak manfaat untuk tanaman cabe yang

sedang dibudidaya. Tiang ajir umumnya terbuat dari batang tanaman liar dengan

diameter tertentu. Namun, khusus untuk tanaman cabe, sebagian besar petani yang

membudidaya cabe lebih cenderung menggunakan bilah bambu yang dipotong

menyerupai tongkat, dengan ukuran lebar 5 cm, dan tebalnya = 2 cm. Ukuran

pembuatan panjang lenjeran/tiang ajir ini berbeda-beda (tidak mutlak) disesuaikan

dengan tinggi tanaman cabe. Sebab, ada jenis tanaman cabe yang tingginya bisa

mencapai lebih dari 2 meter, sehingga pembuatan tiang ajir harus seminimal-

minimalnya adalah 2 meter atau lebih. Sebaliknya, seperti pada pembudidayaan cabe

rawit dan cabe merah, biasanya ukuran ideal tiang ajir tegaknya yaitu 120 cm (1,2

meter). Sedangkan untuk tiang ajir miring ukurannya kisaran 200 cm (2 meter).

Ukuran-ukuran tiang ajir yang telah disebutkan ini sudah lazim dan umum dipakai

oleh para petani cabe di Indonesia.

Kegiatan pengajiran pada tanaman cabe dilakukan dengan cara/mekanisme

sebagai berikut:

14. Panen dan Pasca Panen


Pemanenan adalah kegiatan akhir dari pertanaman dan merupakan faktor

penentu untuk proses selanjutnya. Pemanenan dan penanganan cabai merah perlu

dilakukan dengan hati-hati untuk mempertahankan mutu.

24
Kriteria cabai yang siap dipanen yakni bentuknya utuh, padat, berwarna merah

tua mengkilat (90% masak). Karena pada stadia merah inilah tingkat kepedasannya

tinggi, sesuai dengan permintaan pasar dan konsumen. Jika pemanenan buah cabai

merah terlalu muda akan mengakibatkan buah mudah layu, penyusutan beratnya

tinggi, tidak tahan simpan dan kurang tahan mengalami goncangan sewaktu

pengangkutan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan cabai merah adalah :

Tingkat kematangan cabai disesuaikan dengan tujuan penggunaannya.

Jumlah buah per pohon dan jumlah pohon tanaman dalam areal pertanaman yang

siap dipanen, berkaitan dengan biaya panen.

Saat pemetikan buah sebaiknya dilakukan setelah air habis terhempas dari

permukaan kulit buah untuk mengurangi kontaminasi mikroba pembusuk.

Waktu panen yang baik adalah pagi hari karena bobot buah dalam keadaan

optimal sebagai hasil penimbunan zat-zat makanan pada malam hari sebelumnya dan

pada saat ini tanaman belum banyak mengalami penguapan.

Pemanenan dilakukan dengan tangan, caranya yaitu memetik buah beserta

tangkainya supaya buah tidak cepat busuk.

Hindari terjadinya luka dan patahnya cabang/ranting dengan melakukan

pemetikan yang tepat dan hati-hati.

Interval panen biasanya 3 – 5 hari sekali dan masa panen berkisar 1-2 bulan

setelah pemanenan yang pertanama sehingga bisa panen 15-17 kali bahkan bisa

mencapai 15-17 kali apabila tanamannya dirawat dengan baik. Tanaman cabai merah

merah ini biasanya mengalami masa istirahat selama 7-14 hari, setelah itu berbunga

lagi. Namun bunga kedua biasanya menghasilkan buah cabai yang berukuran kecil

sehingga hasinya menurun. Hasil buah terbanyak pada umumnya terjadi pada panen ke

25
empat sampai ke tujuh. Pisahkan segera buah yang busuk, untuk mencegah terjadinya

penularan mikroba ke buah cabai yang sehat. Hindarkan penutupan dengan karung

plastik. Hindarkan hasil panen terkena sinar matahari yang panas dengan kata lain

hasil panen segera dibawwa ketempat yang teduh.

Khusus di dataran rendah, tanaman cabai merah dapat dipanen pertama kali pada

umur 70-75 hari setelah tanam. Sedangkan waktu panen pertama untuk cabai merah di

dataran tinggi biasanya lebih lambat, yaitu umur 4-5 bulan setelah tanam. Subsistem

pasca panen merupakan kegiatan yang dilakukan setelah proses produksi.

Pengembangan agribisnis padi merupakan komoditas yang potensial dan mempunyai

nilai ekonomi yang tinggi, produktivitas dan kualitas hasil sangat ditentukan oleh saat

tanam, agroklimat, jenis tanah, penggunaan sarana produksi, teknologi budidaya,

pengolahan pasca panen, dan pengemasan serta pemasaran.

Dalam pengembangan usaha agribisnis sangat ditentukan oleh kemampuan

sumber daya manusia dalam perencanaan sistem agribisnis dari proses penentuan

lokasi dan jenis yang akan dikembangkan, sarana produksi, teknologi budidaya,

pengelolaan pasca panen, peningkatan nilai tambah dan pemasaran pengolahan tanah

yang baik, pengairan/ irigasi yang teratur, pemilihan bibit unggul, pemupukan yang

tepat, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, penanganan pasca panen yang

effisien dan pemasaran (Hastuti, 2008)

B. Subsistem Pengadaan Sarana Produksi


Dalam pengembangan agribisnis padi sarana produksi merupakan salah satu

faktor yang dapat meningkatkan produksi petani. Menurut Said dan Intan (2001) untuk

mencapai efisiensi input sarana produksi harus ada pengorganisasian dalam penerapan

sistem ini yaitu penerapan jumlah, waktu, tempat dan tepat biaya serta mutu sehingga

ada optimasi dari penggunaan input–input produksi. Produksi dan pendapatan petani

26
dapat meningkat bila didukung adanya industri-industri agribisnis hulu yakni industri-

industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertaniaan (the Manufacturer and

distribution of farm supliies) seperti industri agro–kimia ( industri pupuk, industri

pestisida, obat-abatan hewan) industri alat pertaniaan dan industri pembibitan/

pembenihan (Saragih, 2001).

Pupuk adalah bahan atau zat makanan yang diberikan atau ditambahkan pada

tanaman dengan maksud agar tanaman tersebut tumbuh. Pupuk yang diperlukan

tanaman untuk menambah unsur hara dalam tanah ada beberapa macam. Pupuk dapat

digolongkan menjadi dua yaitu pupuk alam dan pupuk buatan (Prihmantoro, 2005).

Pemakaian insektisida bagi pertanian dimaksudkan untuk mengoptimalkan hasil

produksi. Insektisida terbuat dari bahan kimia yang dapat digunakan untuk

mengontrol, menolak atau menarik, membunuh. Usahatani pertanian rakyat sebagian

besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas suami, istri, dan

anak-anaknya. Keluarga petani biasanya membantu menebar

bibit, mengangkut pupuk ke sawah, mengatur pengairan dan sebagainya. Usaha tani

pertanian rakyat terkadang membayar tenaga kerja tambahan, misalnya dalam hal

tahap pengolahan tanah, baik dalam bentuk ternak maupun tenaga kerja langsung

(Bowo, 2010)

Kunci keberhasilan usaha tani agribisnis padi salah satunya adalah bagaimana

mengembangkan peluang dan strategi serta mencari solusi adanya kendala dan

masalah pemasaran komoditas padi, untuk itu peningkatan sumber daya manusia

(SDM) dan fasilitasi pemerintah dalam teknologi budidaya, pasca panen, dan

peningkatan nilai tambah serta pengembangan pasar, sangat diperlukan terutamanya

kegiatan pendampingan. Penanganan produksi tanpa didukung dengan pemasaran yang

baik tidak akan memberi manfaat dan keuntungan bagi petani. Menurut Mubyarto
27
(1995) produk hasil pertanian dapat bersaing sempurna ada 4 faktor yang harus

diperhatikan yaitu 1) hubungan antara jumlah pembeli dan penjual, 2) sifat barang

yang diperdagangkan, 3) SDM yang dimiliki tentang Mutu produk (sesuai permintaan

tidak), 4) kebebasan dalam perdagangan. Pendapatan hasil produk dipengaruhi dari

efisiensi biaya pemasaran.

C. Susistem Pengelolaan Hasil


Pada lapangan sebagian besar petani tidak mempunyai pasar sehingga tidak

sedikit dari mereka menjual langsung pada tengkulak, dengan begitu rantai untuk

pemasaran akan semakin bertambah. Semakin pendek rantai pemasaran suatu barang

khususnya hasil pertanian, maka akan terjadi 1) biaya tata niaga semakin rendah, 2)

margin tata niaga juga semakin rendah, 3) harga yang harus dibayarkan konsumen

semakin rendah, 4) harga yang diterima produsen semakin tinggi (Daniel, 2002).

Kenyataan kelemahan dalam sistem pertanian di negara berkembang, adalah

kurangnya perhatian dalam bidang pemasaran (Soekartawi, 2002). Ditambahkan oleh

Taufiq (2005) yang menyatakan bahwa dalam memasarkan barang secara efektif

dibutuhkan saluran pemasaran, dikarenakan sulitnya menangani pnyebaran produk

ke seluruh pasar secara mandiri.

Fungsi penyediaan fisik atau logistik, yaitu berupa kegiatan pengangkutan atau

transportasi, pergudangan, penyimpanan serta kegiatan pendistribusian

(Gitosudarmo, 2000). Sistem pemasaran yang efisien bila mampu mengadakan

pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen terakhir

kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran tersebut

dengan memberikan keuntungan dari usahataninya (Daniel, 2002). Tingkat harga

yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas yang terjual. Selain itu secara tidak

langsung harga juga mempengaruhi biaya, karena kuantitasnya yang terjual

28
berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitanya efisiensi

D. Subsistem Pemasaran

Subsistem Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok dalam melakukan

usahatani, namun kenyataan pada lapangan sebagian besar petani tidak mempunyai

pasar sehingga tidak sedikit dari mereka menjual langsung pada tengkulak, dengan

begitu rantai untuk pemasaran akan semakin bertambah. Semakin pendek rantai

pemasaran suatu barang khususnya hasil pertanian, maka akan terjadi 1) biaya tata

niaga semakin rendah, 2) margin tata niaga juga semakin rendah, 3) harga yang harus

dibayarkan konsumen semakin rendah, 4) harga yang diterima produsen semakin

tinggi (Daniel, 2002). Kenyataan kelemahan dalam sistem pertanian di negara

berkembang, adalah kurangnya perhatian dalam bidang pemasaran (Soekartawi,

2002). Ditambahkan oleh Taufiq (2005) yang menyatakan bahwa dalam memasarkan

barang secara efektif dibutuhkan saluran pemasaran, dikarenakan sulitnya menangani

pnyebaran produk ke seluruh pasar secara mandiri.

Fungsi penyediaan fisik atau logistik, yaitu berupa kegiatan pengangkutan atau

transportasi, pergudangan, penyimpanan serta kegiatan pendistribusian

(Gitosudarmo, 2000). Sistem pemasaran yang efisien bila mampu mengadakan

pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen terakhir

kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan pemasaran tersebut

dengan memberikan keuntungan dari usahataninya (Daniel, 2002). Tingkat harga

yang ditetapkan mempengaruhi kuantitas yang terjual. Selain itu secara tidak

langsung harga juga mempengaruhi biaya, karena kuantitasnya yang terjual

berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitanya efisiensi

29
E. Sortasi dan Grading

Kegiatan ini sering dilakukan oleh pedagang, bahkan petani pun jarang

melakukannya. Sortasi ialah tindakan menyortir yang berarti memilah (yang

diperlukan dan mengeluarkan yang tidak diperlukan dan sebagainya). Sortasi

dilakukan untuk memilisahkan cabai yang sehat, bentuknya normal, dan baik.

Sedangkan grading adalah proses pemisahan bahan pangan berdasarkan mutu,

misalnya ukuran, bobot, dan kualitas.

F. Pemasaran
Salah satu komoditas unggulan nasional hortikultura adalah cabai. Cabai

merupakan komoditas agribisnis yang besar pengaruhnya terhadap dinamika

perekonomian nasional sehingga dimasukkan dalam jajaran komoditas penyumbang

inflasi yang terjadi setiap tahun, inflasi di tahun 2010 cabai rawit merah menyumbang

0,22 persen. Cabai rawit merah memiliki harga yang sangat fluktuasi bila

dibandingkan dengan jenis cabai lainnya. Belum lama ini, masyarakat Indonesia

dikejutkan pada tingginya harga cabai rawit merah yang mencapai Rp 120.000 per kg.

Fluktuasi harga cabai rawit merah dipasaran menyebabkan ketidakpastian penerimaan

yang akan diperoleh sehingga petani cabai rawit merah menanggung risiko usaha yang

tinggi. Desa Cigedug merupakan salah satu sentra produksi cabai rawit merah di Jawa

Barat. Jaringan pemasaran cabai rawit merah di desa ini menempatkan pedagang

pengumpul desa pada posisi tawar yang lebih kuat dibandingkan dengan petani

produsen cabai rawit merah pada penentuan harga jual. Selain itu, terbatasnya akses

informasi pasar yang diterima petani dimana informasi pasar berasal dari pedagang

pengumpul desa serta kurangnya jalinan kerjasama antar petani atau antar kelompok.

Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan pada sistem pemasaran cabai rawit merah.

Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis saluran pemasaran, fungsi pemasaran

30
cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin

pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya, serta keterpaduan pasar

vertikal cabai rawit merah antara pasar di tingkat petani di Desa Cigedug sebagai pasar

lokal dengan Pasar Induk Kramat Jati sebagai pasar acuan.

G. Pengangkutan Cabai
Pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanan

dan distribusi sayuran. Hampir seluruh hasil produksi cabai merah mengalami proses

pengangkutan dari tempat cabai merah dipanen sampai ke konsumen, pasar atau pusat-

pusat perdagangan lainnya.

Selama pengengkutan, hasil panen mengalami kerusakan, baik kerusakan fisik,

mekanik, maupun biologis. Kerusakan mekanik terjadi akibat benturan, gesekan, dan

memar selama pengangkutan. Sedangkan kerusakan biologis terjadi akibat adanya

respirasi bahan dalam wadah tertutup. Respirasi menyebabkan naiknya suhu, sehingga

cabai mudah rusak. Salah satu cara untuk mengurangi risiko ini, cabai merah harus

dikemas dalam wadah yang berventilasi seperti keranjang bambu dengan kapasitas 20

kg atau karton/kardus berkapasitas 20 kg yang digabungkan penggunaannya dengan

keranjang jala yang dimasukkan ke dalam kardus berventilasi.

H. Subsistem Penunjang
Agribisnis merupakan kegiatan bisnis dalam bidang pertanian. Dalam sistem

agribisnis terdapat empat macam subsistem di dalamnya. Subsistem yang ada dalam

agribisnis adalah subsistem hulu, subsistem usaha tani (on farm), subsistem hilir dan

juga subsistem jasa penunjang. Disini yang lebih difokuskan adalah pembahasan

mengenai subsistem jasa penunjang dalam sitem agribisnis.

Subsistem jasa penunjang (supporting services) merupakan kegiatan usaha dalam

31
mendukung usaha agribisnis seperti perdagangan agribisnis (Batubara,2007). Menurut

Rida (2011) bahwa sistem jasa penunjang (supporting sytem agribusiness) adalah

dukungan sarana dan prasarana serta lingkungan yang kondusif dengan pengembangan

agribisnis. Jadi, berdasarkan uraian mengenai pengertian subsitem jasa penunjang

dapat disumpulkan bahwa subsistem jasa penunjang yakni subsistem yang menunjang

dalam pengembangan agribisnis serta mendukung subsitem-subsitem agribisnis yang

lain.

Subsistem jasa penunjang dalam sistem agribisnis mempunyai peranan yang

sangat penting. Peranan dari subsitem jasa penunjang untuk menunjang dan melayani

serta mengembangkan kegiatan dari subsitem lainnya yang meliputi sub sitem hulu,

usaha tani dan hilir. Dengan ini subsistem lainnya saling terkait dengan subsistem

lembaga penunjang ini. Lembaga-lembaga yang terkait dalam subsistem jasa

penunjang ini meliputi penyuluh, konsultan, keuangan, dan penelitian (Munanto,2014).

Berdasarkan lembaga yang terkait dalam subsistem jasa penunjang dalam sistem

agribisnis, lembaga keuangan mempunyai peranan yang sangat besar bagi petani. Hal

ini karena dengan adanya keuangan yang tercukupi, maka petani dalam menjalankan

usaha taninya juga akan berjalan lancar.

Lembaga keuangan salah satunya adalah lembaga perkreditan. Lembaga

perkreditan menangani peminjaman modal bagi petani yang sedang membutuhkan

modal untuk menjalankan usaha taninya. Dalam mengembangkan sektor pertanian

adanya bantuan melalui subsidi sangat penting. Subsidi melalui perbankan ini yang

diharapkan dapat dikembangkan yaitu subsidi yang diwujudkan dalam bentuk kredit

kepada petani atau pengusaha agribisnnis dan agroindustri (Wahyuningsih,2007).

Lembaga keuangan yang ada di pedesaan adalah Lembaga Keuangan Mikro. Lembaga

Keuangan Mikro (LKM) pedesaan dibentuk bertujuan untuk membantu modal petani

32
dalam menggarap lahannya sehingga petani melalui kelompoknya bisa membentuk

lembaga keuangan mikro untuk menyalurkan pinjaman lunak secara bergulir kepada

anggotanya. Keberadaan LKM menjadi salah satu solusi dalam pembiayaan sektor

pertanian di perdesaan karena mempunyai peranan strategis sebagai penghubung

dalam aktifitas perekonomian masyarakat tani

I. Subsistem Penyuluhan pertanian


Penyuluhan pertanian sebagai sebagai suatu sistem pemberdayaan petani

merupakan suatu sistem pendidikan non formal bagi keluarga petani yang bertujuan

membantu petani dalam meningkatkan keterampilan teknis, pengetahuan,

mengembangkan perubahan sikap yang lebih positif dan membangun kemandirian

dalam mengelola lahan pertaniannya. Penyuluhan pertanian sebagai perantara dalam

proses alih teknologi maka tugas utama dari pelayanan penyuluhan adalah

memfasilitasi proses belajar, menyediakan informasi teknologi, informasi input dan

harga input-output serta informasi pasar (Badan SDM Pertanian, 2003).

Sejak berlakunya otonomi daerah/desentralisasi, penyelenggaraan penyuluhan

pertanian yang menyangkut aspek-aspek perencanaan, kelembagaan, ketenagaan,

program, manajemen dan pembiayaan menjadi wewenang wajib dan tanggungjawab

pemerintah kabupaten/kota. Sedangkan pemerintah pusat baik secara langsung maupun

melalui pemerintah propinsi mempunyai wewenang untuk memfasilitasi pemerintah

kabupaten/kota sehingga dapat menyelenggarakan penyuluhan pertanian secara

produktif, efektif dan efisien sesuai kebutuhan lokalita (Badan Pengembangan SDM

Pertanian, 2003). Dalam kondisi tersebut hampir semua pemerintah daerah

kabupaten/kota kurang memberi prioritas dan dukungan pada aspek penyuluhan

pertanian, akibatnya penyelenggaraan penyuluhan tidak terprogram dan terlaksana

dengan baik (mengalami stagnasi), sistem penyuluhan kurang terpadu dan tenaga

33
penyuluh lapangan kurang berfungsi dan petani kehilangan partner kerja dalam proses

alih teknologi, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan tentang

penyelenggaraan penyuluhan dan kelembagaan penyuluhan di propinsi dan

kabupaten/kota dan di kecamatan menjadi beragam.

Beberapa metode dalam sistem penyelenggaraan penyuluhan di tingkat

kabupaten/kota belum berjalan dengan baik dan belum memperlihatkan hubungan

kerjasama dengan lembaga-lembaga lain dan istansi terkait lainnya seperti institusi

penelitian yang merupakan sumber teknologi (litbang pertanian, perguruan tinggi,

LSM dan swasta) menyangkut aspek koordinasi, sinkronisasi program dan integrasi

pelaksanaan program penyelenggaraan penyuluhan pertanian. Sementara

perkembangan wawasan, pengetahuan dan keterampilan petani semakin meningkat

sesuai dengan perkembangan teknologi informasi.6

Basuki (2001) mengkaji tentang hubungan keeratan antara sumber teknologi,

peran penyuluh dan kegiatan petani menunjukkan bahwa terjadi hubungan positf

antara peran penyuluh dengan kegiatan petani, dan antara sumber teknologi dengan

petani, sedangkan hubungan kurang erat terjadi antara sumber teknologi dengan peran

penyuluh.

Saat ini banyak sekali hasil-hasil penelitian yang telah dikeluarkan oleh

perguruan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian lainnya, namun sangat kecil

dimanfaatkan oleh Penyuluh Pertanian sebagai materi penyuluhan., hal tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain yaitu jumlah media diseminasi teknologi

yang diterima relatif sedikit, kesesuaian masalah lapangan dengan waktu penerimaan

media diseminasi, mutu teknologi yang disampaikan kepada penyuluh Pertanian

6
PT. Ichtiar Baru. 1988. Ensiklopedi Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Van Hoeve.

34
(Puspadi 2002).

Perubahan kondisi petani yang semakin maju, menuntut lembaga penyuluhan

kabupaten/kota untuk melakukan perubahan-perubahan sistem penyelenggaraan

penyuluhan, pengembangan sistem informasi inovasi teknologi, peningkatan

profesionalisme penyuluh lapangan untuk dapat merespon semua perubahan yang

terjadi secara cepat dan proporsional.

J. Subsistem pendidikan pertanian


Subsistem ini merupakan salah satu tugas dari aparatur birokrasi pemerintahan

untuk menciptakan kegiatan usaha sesuai dengan sistem perekonomian yang

diamanatkan oleh undang undang dasar 1945 dan GBHN berupa pembinaan

sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya.

Keenam subsistem diatas harus terintegrasi dari hulu sampai hilir untuk

efektifitas dan efisiensi dalam pencapaian sebuah tujuan bersama. Namun, dalam

praktiknya keenam subsistem tersebut tidak harus ada. Subsistem prasarana dan

subsistem pembina bersifat sebagai penduku subsistem poko dalam agribisnis yang

terdiri dari subsistem saprodi, usahatani, pengolahan hasil (agroindustri), dan

subsistem pemasaran.

K. Substansi Penelitian Pertanian


Penelitian Pertanian Tanaman Pangan merupakan publikasi yang memuat

makalah ilmiah primer hasil penelitian tanaman pangan (padi dan palawija). Redaksi

menerima makalah dari peneliti Puslitbang Tanaman Pangan, Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP), maupun perguruan tinggi. Makalah yang dikirimkan

hendaknya sudah mendapat persetujuan dari pimpinan instansi masing-masing.

L. Subsistem kredit pertanian


perseroan akan melakukan ekspansi pinjaman secara selektif kepada pemain

35
utama di industri pertanian dan perkebunan, serta mengoptimalkan strategi supply

chain di sektor tersebut. Dari aspek kualitas, Herry menjelaskan, kredit sektor

agribisnis menunjukkan perbaikan. Hal itu tercermin dari rasio non-performing loan

(NPL) sebesar 0,1% pada 2018, turun dari 0,5% pada 2017. Secara industri, Otoritas

Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa per Januari 2019, pertumbuhan kredit

pertanian, perburuan, dan kehutanan mecapai 11% secara tahunan sebesar Rp350,21

triliun. Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan capaian kredit pada Januari

2018 yang tumbuh sebesar 13,48% secara tahunan dengan nilai Rp315,52 triliun.

Dalam 4 tahun terakhir pertumbuhan kredit sektor agribisnis stagnan di level 11%,

padahal pada 2015 sempat tumbuh 20% secara tahunan.

M. Subsitem pengawasan mutu


Cabai merupakan komoditas pertanian bersifatt tidak tahan lama dan mudah

rusak sehingga memerlukan penanganan dan pengolahan yang baik agar dapat

menjaga mutunya. Dalam menghadapi persaingan global maka mutu memegang

peranan penting, sehingga menuntut industri pangan untuk menghasilkan produk yang

berkualitas tinggi sesuai dengan harapan para konsumen dan harga yang dapat

bersaing. Teknik pengendalian mutu merupakan salah satu usaha yang dapat

diterapkan untuk mempertahankan mutu atau kualitas produk yang dihasilkan, agar

sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

N. Subsitem Pembangunan Pertanian


Pembangunan pertanian tidak terlepas dari pengembangan kawasan pedesaan

yang menempatkan pertanian sebagai penggerak utama perekonomian. Lahan, potensi

tenaga kerja, dan basis ekonomi lokal pedesaan menjadi faktor utama pengembangan

pertanian. Saat ini disadari bahwa pembangunan pertanian tidak saja bertumpu di desa

tetapi juga diperlukan integrasi dengan kawasan dan dukungan sarana serta prasarana

36
yang tidak saja berada di pedesaan (baca : kota). Struktur perekonomian wilayah

merupakan faktor dasar yang membedakan suatu wilayah dengan wilayah lainnya,

perbedaan tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi dan potensi suatu wilayah

dari segi fisik lingkungan, sosial ekonomi dan kelembagaan

Berangkat dari kondisi tersebut perlu disusun sebuah kerangka dasar

pembangunan pertanian yang kokoh dan tangguh, artinya pembangunan yang

dilakukan harus didukung oleh segenap komponen secara dinamis, ulet, dan mampu

mengoptimalkan sumberdaya, modal, tenaga, serta teknologi sekaligus mampu

menciptakan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan pertanian harus berdasarkan

asas ‘keberlanjutan’ yakni, mencakup aspek ekologis, sosial dan ekonomi (Wibowo,

2004).

Konsep pertanian yang berkelanjutan dapat diwujudkan dengan perencanaan

wilayah yang berbasiskan sumberdaya alam yang ada di suatu wilayah tertentu.

Konsep perencanaan mempunyai arti penting dalam pembangunan nasional karena

perencanaan merupakan suatu proses persiapan secara sistematis dari rangkaian

kegiatan yang akan dilakukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan tertentu.

Perencanaan pembangunan yang mencakup siapa dan bagaimana cara untuk mencapai

tujuan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kondisi dan potensi sumberdaya yang

dimiliki agar pelaksanaan pembangunan tersebut dapat berjalan lebih efektif dan

efesien.

Perencanaan pembangunan wilayah adalah suatu upaya merumuskan dan

mengaplikasikan kerangka teori kedalam kebijakan ekonomi dan program

pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan

mengintegrasikan aspek sosial lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang

optimal dan berkelanjutan.

37
Untuk memberhasilkan pembangunan ekonomi nasional melalui pengembangan

sektor agribisnis, kita perlu menemu-kenali terlebih dahulu kondisi dan tantangan yang

dihadapi sektor agribisnis nasional. Dengan menmu-kenali hal-hal tersebut, kita dapat

merumuskan strategi untuk menghadapinya dan mempercepat pembangunan sektor

agribisnis dari kondisi saat ini menuju kinerja sektor agribisnis yang diharapkan.

Pengembangan sektor agribisnis di masa depan, khususnya menghadapi era

globalisasi, akan menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan

pembangunan ekonomi domestik, perubahan lingkungan ekonomi Interansional, baik

karena pengaruh lieberalisasi ekonomi maupun karena perubahan-perubahan

fundamental dalam pasar produk agribisnis internasional.

Struktur agribisnis, untuk hampir semua komoditi, dewasa ini masih tersekat-

sekat. Struktur agribisnis yang tersekat-sekat ini dicirkan oleh beberapa hal yaitu :

Pertama, agribisnis merupakan konsep dari suatu sistem yang integratif dan terdiri atas

beberapa subsistem, yaitu (a) subsistem pertanian hulu, (b) subsistem budidaya

pertanian, (c) subsistem pengolahan hasil pertanian, (d) subsistem pemasaran hasil

pertanian, dan (e) subsistem jasa penunjang pertanian. Subsistem kedua, sebagian dari

subsistem pertama, dan subsistem ketiga merupakan on-farm agribisnis, sedangkan

subsistem lainnya merupakan off-farm agribisnis. Kedua, agribisnis merupakan suatu

konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu kegiatan utuh yang

komprehensif, sekaligus sebagai suatu konsep untuk dapat menelaah dan menjawab

berbagai permasalahan, tantangan, dan kendala yang dihadapi pembangunan pertanian.

Agribisnis juga dapat dijadikan tolok ukur dalam menilai keberhasilan pembangunan

pertanian serta pengembangan terhadap pembangunan nasional secara lebih tepat.

Dari berbagai definisi dan batasan konsep agribisnis di atas, dapat disimpulkan

bahwa faktor-faktor yang penting dan harus ada dalam proses pembangunan agribisnis

38
adalah sebagai barikut : (a) agribisnis merupakan suatu sistem, sehingga semua

kegiatan yang terdapat dalam sistem tersebut harus saling terkait dan tidak berdiri

sendiri, (b) agribisnis merupakan alternatif bagi pengembangan strategi pembangunan

ekonomi, dan (c) agribisnis berorientasi pasar dan perolehan nilai tambah dari suatu

komoditas.

Setidaknya ada lima alasan mengapa sektor pertanian atau agribisnis menjadi

strategis. Pertama, pertanian merupakan sektor yang menyediakan kebutuhan pangan

masyarakat. Kedua, merupakan penyedia bahan baku bagi sektor industri

(agroindustri). Ketiga, memberikan kontribusi bagi devisa negara melalui komoditas

yang diekspor. Keempat, menyediakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja pedesaan.

Dan kelima, perlu dipertahankan untuk keseimbangan ekosistem (lingkungan).

Ironisnya, meski pertanian dianggap strategis, tapi kondisi petaninya kian

termarginalkan. Menurut Sensus Pertanian 2003, jumlah rumah tangga petani gurem

(penggarap kurang dari 0,5 ha) adalah 13,7 juta rumah tangga, meningkat 26,85 persen

dibanding tahun 1993 yang jumlahnya 10,8 juta rumah tangga. Persentase rumah

tangga petani gurem terhadap rumah tangga pertanian pengguna lahan juga meningkat,

dari 52,7 persen (1993) menjadi 56,5 persen (2003).

Petani gurem ini mayoritas hidup di bawah garis kemiskinan. Dari 16,6persen

rakyat Indonesia yang termasuk kelompok miskin, 60persen-nya adalah kalangan

petani gurem. Timbul pertanyaan, jika sektor pertanian sangat penting, mengapa

petaninya “dibiarkan” tidak berdaya? Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari

kebijakan nasional dalam mengembangkan sektor pertanian (politik pertanian).

Selama ini, logika pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian

integral dari pembangunan ekonomi nasional, di mana pertumbuhan ekonomi menjadi

39
orientasi utama. Konsekuensinya, variabel kelembagaan masyarakat yang bersifat

struktural di pedesaan kurang diperhatikan dalam menentukan kebijakan ekonomi

pertanian.

Sektor agribisnis mempunyai peranan penting didalam pembangunan. Ada lima

peran penting dari sektor pertanian dalam kontribusi pembangunan ekonomi antara

lain meningkatkan produksi pangan untuk konsumsi domestik, penyedia tenaga kerja

terbesar, memperbesar pasar untuk industri, meningkatkan supply uang tabungan dan

meningkatkan devisa. Sampai saat ini, peranan sektor pertanian di Indonesia begitu

besar dalam mendukung pemenuhan pangan dan memberikan lapangan kerja bagi

rumah tangga petani. Tahun 2003, sektor pertanian mampu memperkerjakan sebanyak

42 juta orang atau 46,26 persen dari penduduk yang bekerja secara keseluruhan.

Sektor agribisnis mempunyai peranan penting didalam pembangunan. Ada lima

peran penting dari sektor pertanian dalam kontribusi pembangunan ekonomi antara

lain meningkatkan produksi pangan untuk konsumsi domestik, penyedia tenaga kerja

terbesar, memperbesar pasar untuk industri, meningkatkan supply uang tabungan dan

meningkatkan devisa. Sampai saat ini, peranan sektor pertanian di Indonesia begitu

besar dalam mendukung pemenuhan pangan dan memberikan lapangan kerja bagi

rumah tangga petani. Tahun 2003, sektor pertanian mampu memperkerjakan sebanyak

42 juta orang atau 46,26 persen dari penduduk yang bekerja secara keseluruhan.

Pertanian sangat berperan dalam pembangunan suatu daerah dan perekonomian

dengan, pertanian harapannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi

penduduk, sebagai sumber pendapatan, sebagai sarana untuk berusaha, serta sebagai

sarana untuk dapat merubah nasib ke arah yang lebih baik lagi. Peranan

pertanian/agribisnis tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan ekonomi petani

dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

40
Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam

pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain: meningkatkan penerimaan devisa

negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan

kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi

pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya

kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terutama pada

masa kirisis ekonomi yang dialami Indonesia, satu-satunya sektor yang menjadi

penyelamat perekonomian Indonesia pada tahun 1997-1998 hanyalah sektor agribisnis,

dimana agribisnis memiliki pertumbuhan yang positif.

Pembangunan sektor pertanian/agribisnis yang berorientasi pasar menyebabkan

strategi pemasaran menjadi sangat penting bahkan pemasaran ini semakin penting

peranannya terutama menghadapi masa depan, dimana preferensi konsumen terus

mengalami perubahaan. Serta, untuk memampukan sektor agribisnis menyesuaikan

diri terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya agribisnis,

khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi, serta pembangunan7

kemampuan sumberdaya manusia (SDM).

BAB II
PENUTUP

A. KESIMPULAN

a. Perencanaan agribisnis adalah usaha sistematis untuk mencari alternatif baru disertai
dengan perhitungan konsekuensi finansial terhadap hasil dan biayanya.

7
Rukmana, R. 2001. Cabai Hibrida Sistem Mulsa Plastik. Kanisius. Yogyakarta. Samadi, B. 2007.

Budidaya Cabai Merah Secara


41
b. Tujuan Perencanaan: Mengidentifikasi keuntungan tertinggi, sumberdaya (lahan,
peralatan, tenaga kerja, modal), kendala-kendala, estimasi biaya dan pendapatan.
c. Tahapan Perencanaan: Menentukan alternatif jenis usaha, menghitung rentabilitas dan
analisis saldo usaha, membandingkan situasi baru dengan situasi saat ini.
d. Langkah Perencanaan Agribisnis: Identifikasi kebutuhan padasr, kebutuhan industri
hilir, ketersediaan agroinput, ketersediaan modal, keunggulan komparatif dan
kompetitif tenaga kerja.

B. SARAN

Dengan menerapkan strategi panca usahatani dengan tepat maka dapat

meningkatkan pendapatan petani, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk

masalah pemasaran dan penanganan pasca panen cabai merah.

42
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.


Buletin. 1977. Vitamin C. Merck Service Buletin. Merck and Co. Inc. New
Jersey.

Bunasor. 1997. Penelahan Usahatani dan Usaha-Usaha Pengembangan Program


Bantuan dan Reboisasi. Bogor.

Purwati. 1994. Pengaruh Pelapisan Lilin pada Tomat. FP. UKSW.

Departemen Pertanian R.I., 2007. Program dan Kegiatan Departemen Pertanian.

Abdul Ajid. 2005. Manajemen Agribisnis. Badan Agribisnis. Departemen


Agribisnis. Jakarta.

Downey, W.D. Erickson, S .P. 2006. Manajemen Agribisnis, Erlangga Jakarta

Firdaus, Muhammad, 2008, Manajemen Agribisnis Bumi Aksara. Jakarta.

Irawan, Faried Wijaya dan Sudjoni. 2001. Pemasaran: Prinsip dan Kasus. Edisi
2. Yogyakarta. PT BPFE Yogyakarta.

Kuncoro, M. 2006. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Penerbit


Erlangga. Jakarta.

Martin, J., F. Mayes, and Rodwell. 1983. Biokimia. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta Indonesia.

Rustiadi. E dan S. Hadi, 2004. Pengembangan Agropolitan Sebagai Strategi


Pembangunan Perdesaan dan Pembangunan Berimbang. P4W – IPB dan
P3PT. Bogor.

43

Anda mungkin juga menyukai