Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“HUKUM DAN HIKMAH BERUSAHA DAN BERDAGANG”


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikih Muamalah
Dosen pengampu : Ahmad Syukron, M.EI

Disusun Oleh :
1. Mifta Arum Sukma (4120101)
2. Riska Listianingsih (4120108)
3. Sabela Almahdiyina Kamila (4120116)

KELAS E
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, serta
taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"HUKUM DAN HIKMAH BERUSAHA DAN BERDAGANG" ini tepat pada waktunya,
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Ahmad Syukron,
M.EI pada mata kuliah Fikih Muamalah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambahkan wawasan tentang “Hukum dan Hikmah Berusaha dan Berdagang” bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Syukron, M.EI selaku dosen mata kuliah
Fikih Mualah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
kami yang telah memberikan dukungan kami dalam menyusun makalah ini. Terima kasih kepada
Anggota Kelompok yang telah menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan, sehingga kami dapat
memperbaikinya menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini bisa menambah ilmu dan
bermanfaat bagi kita semua.

Pekalongan, 10 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................1
C. Tujuan ..............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................2
A. Hukum Berusaha dan Berdagang ......................................................................................2
1. Perintah Usaha ..............................................................................................................2
2. Hukum Dagang .............................................................................................................3
3. Usaha dan Pekerjaan Halal Lainnya ..............................................................................8
B. Hikmah Berdagang dan Berusaha .....................................................................................9
1. Urgensi Membina Ketentraman dan Kebahagiaan .........................................................9
2. Urgensi Memenuhi Nafkah Keluarga dan Masyarakat ................................................. 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 13
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 13
B. Saran .............................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

iii
BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang

Berdagang adalah salah satu jenis usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Perdagangan yang dilakukan adalah kegiatan tukar menukar
barang atau jasa antara penjual dan pembeli. Usaha perdagangan dalam ekonomi Islam
merupakan usaha yang mendapatkan penekanan khusus, karena keterkaitannya secara
langsung dengan sektor riil. Penekanan khusus kepada sektor perdagangan tersebut
tercermin pada sebuah hadis Nabi yang menegaskan bahwa dari sepuluh pintu rezeki,
sembilan diantaranya adalah berdagang.1
Ajaran Islam menempatkan kegiatan usaha perdagangan sebagai salah satu bidang
penghidupan yang sangat dianjurkan, tetapi tetap dengan cara-cara yang dibenarkan oleh
agama. Dengan demikian, usaha perdagangan akan mempunyai nilai ibadah, apabila
dilakukan sesuai dengan ketentuan agama dan diletakkan ke dalam kerangka ketaan kepada
Sang Pencipta.2 Dalam islam, berdagang merupakan salah satu jalan untuk membuka serta
mencari rezeki yang terbaik dan paling luas. Seorang muslim yang berdagang sesuai syariat
agama maka akan mendapatkan berkah dari Allah SWT.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hukum Berusaha dan Berdagang?


2. Bagaimana Hikmah Berdagang dan Berusaha?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Hukum Berusaha dan Berdagang.


2. Untuk Mengetahui Hikmah Berdagang dan Berusaha.

1
Baihaqi Nu’man, etc, Bisnis Berbasis Syari’ah, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, h. 22.
2
Baihaqi Nu’man, etc, Bisnis Berbasis Syari’ah,. . ., h. 23.
1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Berusaha dan Berdagang

1. Perintah Usaha
Sudah menjadi sunnatullah bahwa siapa yang rajin bekerja niscaya akan
memperoleh hasil dari usahanya. Sebaliknya siapa yang malas, niscaya akan rugi dan tidak
akan mendapatkan apa-apa. Mencari dan menjemput rizki pun merupakan kewajiban bagi
setiap umat islam, Rasulullah Saw, bersabda : “sesungguhnya Allah telah mewajibkan
kalian berusaha. Maka oleh sebab itu hendaklah kalian berusaha” (H.R. Thabarani).
Dalam islam, bekerja dan berusaha merupakan suatu kewajiban kemanusiaan.
Muhammad bin hasan al-syaibani dalam kitabnya al-iktisab fi al- rizq al-mustathab seperti
yang di kutip oleh adi warman Azwar karim dalam bukunya, bahwa bekerja dan berusaha
merupakan unsure utama produksi, mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
kehidupan. Bekerja merupakan saran untuk menunjang pelaksanaan ibadah kepada Allah
SWT, oleh sebab itu hukum bekerja dan berusaha adalah wajib. 3
Islam memposisikan bekerja atau berusaha sebagai kewajiban. Oleh karena itu
apabila di dilakukan dengan ikhlas maka bekerja atau berusha itu di nilai ibadah dan
berpahala. Di dalam ajaran islam, kita tidak bolehtidak menyenangi dunia dengan
melarikan diri kea lam akhirat dan selalu hanya berdo’a saja tanmpa ada ikhtiar. Kita di
perintahkan untuk berusaha, menggunakan semua kapasitas dan potensi yang ada pada diri
masing-masing, sesuai dengan kemampuan.4 Dengan berusaha kita tidak hanya bisa
menghidupi diri kita sendiri, tetapi juga dapat menghidupi orang-orang yang menjadi
tanggung jawab kita, bahkan apabila kita berkecukupan dapat memberikan sebagian dari
hasil usaha kita untuk menolong orang lain yang memerlukan.5
Pada dasarnya Allah telah menjanjikan rizki untuk mahkluk nya yang ada di
permukaan bumi ini, namun untuk mendapatkannya kita di tuntut untuk bekerja dan

3
Adiwarman Azwar Karim, sejarah pemikiran islam, ( Jakarta: Raja Grafindo, 2004 ),edisi 1,
h.235
4
Bukhari Alma, Op. Cit.,95
5
Ma’ruf Abdullah, wirausaha bebasis syari’ah, ( Banjarmasin: Antasari Press, 2011), h.29
2
berusaha. Manusia dalam kehidupannya di tuntut untuk melakukan sebuah usaha yang
mendatangkan hasil dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Usaha yang di lakukan dapat
berupa tindakan-tindakan untuk memperoleh dan memenuhi syarat-syarat minimal atau
kebutuhan dasar agar dapat bertahan hidup, di mana kebutuhan dasar merupakan kebutuhan
biologis dan lingkungan sosial budaya yang harus di penuhi bagi kesenambungan hidup
individu dan masyarakat.6

2. Hukum Dagang
Berdagang merupakan salah satu aktivitas sosial yang sudah ada sejak zaman
dahulu kala, kehidupan manusia di zaman ini tidaklah bisa terlepas dari perdagangan,
karena tanpa perdagangan manusia sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bayangkan
jika tidak orang yang berdagang, maka dalam memenuhi kebutuhan hidup seperti makanan,
pakaian, kita harus mencari sendiri dan membuat sendiri, bukankah itu menyulitkan
? maka dengan adanya perdagangan kebutuhan manusia dapat mudah terpenuhi.
Di era modern ini, kemajuan teknologi menyebabkan pesatnya perkembangan
perdagangan, bermacam-macam jenis perdagangan bermunculan. Sekarang, berdagang
dapat dilakukan dengan cara yang mudah yaitu melaluli internet, bahkan banyak juga
diadakannya kelas-kelas atau pelatihan-pelatihan usaha perdagangan ini. Orang -- orang
dari berbagai kalangan berlomba-lomba menjalankan usaha dagang, mulai dari usaha yang
kecil sampai yang besar, Termasuk juga para pemuda. Banyak pemuda-pemuda yang mulai
bergelut dalam dunia perdagangan bahkan sekarang sudah banyak pengusaha-pengusaha
muda yang sukses.
Terkait hal tersebut, dalam Islam terdapat tuntunan dalam berdagang. Islam
merupakan agama yang komprehensif, ajaran Islam bukan hanya berisi ibadah spiritual
saja tetapi ajaran Islam mencangkup segala aspek dalam kehidupan, mulai dari tuntunan
dalam aktifitas sehari-hari yaitu dari bangun tidur sampai tidur lagi, dalam berkeluarga,
dalam berinteraksi sosial, dalam pemerintahan, dan lain sebagainya, termasuk dalam
perdagangan. Semua tuntunan itu bersumber dari Al-Qur'an, Kitabullah dan Al-
Hadist/sunnah Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam.

6
Imran Manan, Dasar-dasar sosial budaya pendidikan, ( Jakarta: Depdikbut, 1989), hlm. 12
3
Hukum dagang merupakan sebuah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan
orang yang satu dengan yang lainnya, khusunya dalam perniagaan. Hukum dagang ialah
hukum perdata khusus. Pada mulanya kaidah hukum yang di kenal sebagai hukum dagang
saat ini mulai muncul dikalangan kaum pedagang sekitar abad ke-17. Kaidah-kaidah
hukum tersebut sebenarnya ialah kebiasaan diantara mereka yang timbul dalam pergaulan
di bidang perdagangan. Bisa juga hukum dagang disebut dengan perdagangan atau
perniagaan pada umumnya ialah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat atau pada
suatu waktu dan menjual barang itu di tempat lain atau pada waktu yang berikut dengan
maksud memperoleh keuntungan. 7
Hukum jual beli atau berdagang dalam Islam adalah mubah atau diperbolehkan.
Jual beli menjadi terlarang sehingga menjadi haram disebabkan adanya 'illah yang
membuatnya menjadi haram, seperti sebab adanya unsur menipu, menyembunyikan cacat
pada barang atau jasa yang ditawarkan, dan lain sebagainya. Dalam Alquran surat An-Nisa
ayat 29 : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu."
Dengan jelas disebutkan dalam Alquran, bahwa dagang atau perniagaan merupakan
jalan yang diperintahkan Allah untuk menghindarkan manusia dari jalan yang bathil atau
curang, seperti hukum mengurangi timbangan dalam Islam dalam pertukaran sesuatu yang
menjadi milik di antara sesama manusia. Di dalam ajaran Islam, adapun strategi berdagang
tersbut dilakukan agar tidak ada pihak yang dirugikan dalam kegiatan jual beli. Strategi
berdagang tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Strategi jual beli murabahah.
Strategi murabahah adalah startegi jual beli yang disertai keuntungan bagi penjual.
Harga pokok dengan harga jual diketahui secara ma’lum oleh kedua orang yang saling
bertransaksi.

2. Strategi jual beli tauliyah.

7
Muhamad Qustulani, Hukum Dagang, (Tanggerang : PSP Nusantara Press, 2018), hlm, 13
4
Strategi tauliyah adalah strategi jual beli yang dilakukan dengan jalan menjual
barang sesuai harga beli dengan tidak mengambil keuntungan atau kerugian sepeser pun
bagi penjualnya.

3. Strategi jual beli muwadla'ah.

Strategi muwadla'ah adalah strategi memberikan diskon kepada pembeli.


Umumnya jual beli ini dilakukan dengan jalan memberitahukan harga pokoknya dan
besaran diskon yang bisa diterima oleh pembeli. Biasanya jual beli ini dipraktikkan untuk
memberi potongan harga kepada pelanggan. Pelanggan yang sering datang ke pedagang
tertentu, akan dimanjakan olehnya dengan memberi berbagai fasilitas kemudahan dalam
belanja. Hukumnya adalah mubah dan jual belinya sah.

4. Strategi jual beli amanah.

Strategi amanah adalah strategi jual beli yang sudah ditetapkan harga besaran laba
keuntungannya atau ketiadaan dari keduanya berdasarkan amanat pedagang. Hukumnya
adalah boleh dalam syariat, asalkan tidak dilakukan dengan cara-cara menipu,
menyembunyikan cacat, dan sebagainya.

Dalam fiqih muamalah ulama juga merumuskan prinsip-prinsip dasar yang harus
dipegang teguh dalam setiap aktivitas muamalah, seperti dalam berdagang. Tentunya
prinsip tersebut bersumber dari Al-qur'an yang merupakan petunjuk langsung dari Allah
yang Maha Mengetahui dan Al-Hadist yaitu tuntunan dari Rasulullah sallallahu 'Alaihi wa
sallam, maka hal demikian tidak perlu diragukan lagi kebenarannya.
1. Hukum asal dalam Muamalah adalah mubah (diperbolehkan).
Ulama fiqih sepakat bahwa hukum asal dalam aktivitas muamalah adalah
diperbolehkan (mubah), kecuali terdapat nash yang melarangnya. Ibnu al-Qayyim melansir
pendapat jumhur ulama bahwa "Hukum asal dari akad dan persyaratan adalah sah selama
tidak dibatalkan dan dilarang oleh agama". Allah berfirman di dalam al-qur'an surah al-
Baqarah ayat 175 yang artinya "Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharampan
riba". Maka, berdagang itu hukumnya dibolehkan kecuali terdapat hal-hal yang dilarang
dalam seperti riba atau menjual barang yang diharamkan.
2. Mewujudkan Kemaslahatan

5
Prinsip dari fikih muamalah adalah mendatangkan kemaslahatan dan menghindari
kemudharatan bagi manusia. Ibnu Taimiyah mengatakan: "Syari'ah datang dengan
membawa kemaslahatan dan menyempurnakannya, menghilangkan kerusakan dan
meminimalisirnya, mengutamakan kebaikan yang lebih dan kemudharatan yang sedikit,
memilih kemaslahatan yang lebih besar dengan membiarkan yang lebih kecil, dan menolak
kemudharatan yang lebih besar dengan memilih yang lebih kecil." Maka dalam berdagang,
buka hanya sekedar bertujuan untuk mendapat keuntungan tetapi bagaimana berdagang itu
mampu mendatangkan kemaslahatan atau memberikan manfaat kepada orang lain buka
sebaliknya berdagang malah menimbulkan kesulitan bagi orang lain.
3. Mendahulukan barang-barang kebutuhan pokok dengan harga murah
Barang-barang yang menjadi kebutuhan pokok semua orang, baik itu orang miskin
atau orang kaya. Islam mengedepankan meringankan beban kewajiban produksi dan
menghindari biaya tinggi pada produksi barang, agar harga barang-barang pokok menjadi
murah. Itu demi terciptanya kemaslahatan bagi semua orang, terutama bagi orang yang
miskin, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan pokoknya.
4. Tidak mencampuri transaki orang lain
Rezeki seseorang itu sudah Allah tetapkan dan tidak akan tertukar. Islam juga
mengajarkan untuk mengutamakan pertalian dan persaudaraan dengan sesama bukan
hanya sekedar mencari keuntungan materi semata. Nabi mengingatkan : "seseorang jangan
menjual/menawarkan kepada orang yang sedang ditawari orang lain". Maka dalam
berdagang kita dilarang untuk merampas dan mengambil transaksi orang lain karena itu
merupakan hal yang buruk dan dapat merusak hubungan dengan orang lain.
5. Tidak berlebihan/membuahkan dalam kebutuhan
Seperti yang telah dijelaskan bahwa berdagang tidak hanya mencari keuntungan
semata tetapi juga dapat memberi manfaat kepada orang lain. Maka, islam mengajarkan
agar saling tolong menolong dan membantu memenuhi kebutuhan orang lain, seperti yang
nabi katakan : "Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya, tidak menzalimi dan
membiarkannya. Barangsiapa menolong kebutuhan saudaranya, maka Allah akan
memenuhi kebutuhannya, dan barangsiapa yang meringankan kesulitan orang lain, Allah
akan meringankan kesulitan-kesulitan di hari kiamat". (H.R. Tirmidzi dan Abu Dawud).

6
Maka tidak boleh dalam berdagang kita malah menyulitkan orang lain, seperti dengan
menaikan harga yang begitu tinggi.
6. Kemudahan dan Murah hati
Murah hati merupakan ajaran dan etika Islam. Murah hati dalam muamalah juga
sangat dianjurkan dalam Islam. Contohnya :
a. Toleransi dalam jual beli dengan memaafkan kesalahan kecil dan ramah. Nabi saw
bersabda: "Allah merahmati orang yang ramah ketika menjual, membeli dan
meminta/menuntut". (H.R. Bukhari)
b. Mengkreditkan kepada orang yang kesulitan dan menunda pembayaran barang yang
disepakati penyerahannya pada waktu tertentu dalam jual beli pesanan dan jual beli salam.
Praktek seperti ini dibolehkan oleh Allah dalam firman-Nya: "Dan jika (orang berhutang
itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan
menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui". (Q.S. Al-Baqarah: 280)
c. Menerima pembatalan transaksi, karena pembeli merasa tidak perlu terhadap barang
dagangan yang ia beli atau karena ada cacat. Nabi bersabda: "Barangsiapa menerima
pengembalian orang lain, Allah akan mengampuni kesalahannya". (HR. Abu Dawud)
7. Jujur dan Amanah
Sifat jujur dan amanah merupakan sifat yang dicontohkan oleh Nabi Ketika
berdagang, hingga Nabi diberi julukan "Al-Amin" artinya orang yang dapat dipercaya.
Dengan sifat ini, dagangan Nabi menjadi laris, dipercaya dan diminati oleh pembeli. Sifat
ini lah yang wajib kita terapkan dalam berdagang sesuai yang dicontohkan Nabi, dan jauhi
lah berdagang dengan cara berbohong atau menipu karena akan berdampak buruk bagi
semua pihak. Bahkan Nabi mengatakan "Pedagang yang amanah dan jujur bersama para
nabi, orang-orang jujur dan syuhada". (HR.Tirmidzi)
8. Menjauhi Penipuan/gharar
Gharar adalah ketidakjelasan baik dari sisi barang, harga, ataupun penerimaan. Dan
menipu, membohongi, mengurangi timbangan hukumnya haram. Contoh gharar yaitu
menjual buah yang buat tersebut masih ada di pohon yang tidak pasti bagaimana hasil
buahnya, maka yang seperti ini tidak boleh. Dan adapun ancama Allah bagi orang yang
mengurangi timbangan Ketika menjual dan meminta lebih Ketika membeli dalam Q.s. al-

7
Muthaffifi : 1-3 yang artinya "Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu)
orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan
apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi".
9. Memenuhi Akad/transaksi
Menepati janji dan memenuhi transaksi/akad hukumnya wajib sebagaimana
membayar hutang. Allah berfirman dalam Q.s al-Maidah ayat 1, artinya : "Hai orang-orang
yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu"
10. Tidak Bersumpah Terhadap Barang Dagangan
Sumpah dalam jual beli dibolehkan dalam Islam karena dapat mendatangkan
keburukan. Nabi bersabda : "Jauhilah dirimu dari berbanyak sumpah dalam jual beli,
karena akan mengurangi dan menghabiskan". (H.R. Muslim).
11. Kerja Keras
Nabi Muhammad sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah
mencintai hambanya yang bekerja keras dalam usaha". (HR. Baihaqi). Maka dalam
berdagang haruslah bekerja dengan keras dan dijalankan dengan ikhlas, karena dengan itu
bisa tercapai kesuksesan dalam berdagang. Kerja keras menunjukkan semangat dan
kemauan yang tinggi untuk maju dan berkembang. Sementara sikap ikhlas mengiringi kerja
keras agar tidak terperosok ke jurang kesalahan dan dosa.

3. Usaha dan Pekerjaan Halal Lainnya


Menjalankan usaha merupakan salah satu upaya seseorang untuk berkarya dan
menghasilkan uang agar bisa menafkahi dirinya dan juga keluarganya. Adanya berkah
dalam usaha yang dilakukan juga mempengaruhi kehidupan dunia maupun kehidupan di
akhirat. Karena itu dalam memilih usaha sebaiknya jangan asal-asalan dan tetap berada
dalam tuntunan Islam.

Dalam agama Islam, pada dasarnya semua pekerjaan adalah pekerjaan yang baik,
terutama untuk perniagaan dan pekerjaan yang dikerjakan dengan tangan sendiri. Maksud
dari pekerjaan yang dikerjakan dengan tangan sendiri yaitu pekerjaan tanpa meminta-
minta. Allah SWT sendiri tidak menyukai perbuatan meminta-minta.

Segala pekerjaan atau profesi yang memerlukan tenaga, pikiran, maupun keduanya
seperti tukang kayu, dokter, guru, penulis, dan lain-lain adalah pekerjaan yang baik.

8
Perniagaan yang jujur dan jauh dari perbuatan curang juga merupakan jenis pekerjaan yang
baik dan dianjurkan. Selama pekerjaan tersebut halal dan bermanfaat, segala jenis usaha
adalah diperbolehkan dan baik.

B. Hikmah Berdagang dan Berusaha

1. Urgensi Membina Ketentraman dan Kebahagiaan

Bekerja merupakan pondasi dasar dalam produksi,serta berfungsi sebagai pintu


pembuka rezeki. Menurut ibnu khaldun, bekerja merupakan unsur yang paling
dominan bagi proses produksi dan sebuah ukuran standar dalam sebuah nilai.
Berdasarkan tuntutan syari’at, seorang muslim di minta bekerja untuk mencapai
beberapa tujuan yaitu memenuhi kebutuhan pribadai dengan harta halal, mencegahnya
dari kehinaan meminta-minta, dan menjaga tangan nya agar tangannya tetap berada di
atas. Dampak di wajibkan bekerja bagi individu oleh islam adalah di larangnya
meminta- minta, mengemis dan mengharapkan belas kasihan orang. Mengemis tidak
di benarkan kecuali dalam tiga kasus yaitu menderita kemiskinan yang melilit,
memiliki hutang yang menjerat dan diyah murhiqah (menanggung beban melebihi
kemampuan untuk menebus pembunuhan).
Hal ini sesuai dengan tujuan ekonomi yang bersifat pribadi dan social, Ekonomi
yang bersifat pribadi ialah untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga sedangkan
ekonomi social adalah pembrantasan kemiskinan masyarakat ,pembrantasan kelaparan
dan kemelaratan . 8 Individu-individu harus mempergunakan kekuatan dan
keterampilan sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai tugas pengapdian
kepada Allah SWT.Kewirausahaan, kerja keras, siap mengambil resiko, manajemen
yang tepat merupakan watak yang melekat dalam kehidupan, hal ini harus di miliki
oleh seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 9
Dengan bekerja dan berusaha dapat berdampak positif terhadap masyarakat
terutama dibidang ekonomi, karena masyarakat dapat mencapai kesejahteraan yang

8
Mawardi, Op. Cit., h.6
9
Muh. Said.,Op. Cit., h.8
9
lebih tinggi. Bila masing-masing individu dalam suatu masyarakat itu lebih dapat
memenuhi kebutuhannya, maka masyarakat itu akan tentram dan aman.

2. Urgensi Memenuhi Nafkah Keluarga dan Masyarakat

Diantara kewajiban seorang muslim adalah memberikan nafkah kepada keluarga


yang meliputi istri, anak-anak dan tanggungan lainnya. Laba atau keuntungan dari
bisnis seorang muslim dapat digunakan dengan sebaik-baiknya dalam menafkahi
keluarga. Dengan bekerja dan berusaha dapat berdampak positif terhadap masyarakat
terutama dibidang ekonomi, karena masyarakat dapat mencapai kesejahteraan yang
lebih tinggi. Bila masing-masing individu dalam suatu masyarakat itu lebih dapat
memenuhi kebutuhannya, maka masyarakat itu akan tentram dan aman.
Melalui kerja manusia menyatakan eksistensi dirinya dalam kehidupan
bermasyarakat. Bekerja pada dasarnya merupakan realitas fundamental bagi manusia
dan karenanya menjadi hakikat kodrat yang selalu terbawa dalam setiap jenjang
perkembangan kemanusiaannya, sebab dengan kerja manusia dapat melaksanakan
pembangunan perekonomian masyarakat dan sekaligus sebagai cermin pelaksanaan
perintah agama (Asy’arie, 1997: 40), dengan memberi berbagai kemudahan hidup dan
jalan-jalan mendapatkan rezeki di bumi yang penuh dengan segala nikmat ini
sebagaimana dalam firman_Nya: “Dialah yang telah menciptakan bumi dan isinya
agar selalu tunduk patuh, pergilah ke segala penjuru bumi dan makanlah rezeki_Nya.
Hanya kepada_Nya tempat kembali” (QS. Al-Mulk (67): 15) Dan dalam ayat yang lain
Allah berfirman: ”Bila salat telah dilaksanakan secara sempurna, berpencarlah kamu
di bumi carilah limpahan karunia Allah, dan zikirlah kepada_Nya banyak-banyak agar
kamu sekalian berhasil” (QS. Al-Jumu’ah (62): 10).
Ayat-ayat al-Qur’ān tentang kerja menyeru umat Islam untuk giat bekerja dan
berpenghasilan agar mampu meraih kesejahteraan, memenuhi kebutuhan diri dan
keluarga, serta masyarakat. Bekerja adalah kodrat hidup baik kehidupan spiritual,
intelektual, fisik biologis, maupun kehidupan individual dan sosial dalam berbagai
bidang. Karenanya bekerja dan berusaha merupakan hal yang mutlak bagi manusia
untuk memenuhi kebutuhan dan Islam menilainya sebagai salah satu macam ibadah

10
yang berpahala dengan tidak menentukan macam kerja dan usaha yang dinyatakan
lebih utama dari yang lain. Disamping itu kerja merupakan fitrah dan sekaligus
merupakan salah satu identitas manusia, sehingga bekerja yang didasarkan pada
prinsip-prinsip tauhid bukan saja menunjukan fitrah seorang muslim, tetapi sekaligus
meninggihkan martabat dirinya sebagai abdullah (hambah Allah) yang mengelola
seluruh alam sebagai bentuk dari cara dirinya mensyukuri kenikmatan yang telah
diberikan Allah kepadanya (Tasmara, 1995: 2). Salah satu ulama Islam, Imam Hasan
Al-Bashri, suatu hari pernah ditanya rahasia di balik keistimewaannya. Beliau
menyebutkan empat hal sebagai jawaban: "Pertama, saya percaya bahwa rezeki saya
tidak akan pernah dibajak oleh siapa saja, jadi saya bekerja untuk mencapai itu. Kedua,
aku tahu bahwa suatu karya yang merupakan tambang harus dilakukan oleh saya, jadi
saya tidak mengurangi usaha saya dalam melakukan itu. Ketiga, saya percaya bahwa
Tuhan saya adalah omnipresent (menonton saya), jadi saya tidak seperti Dia melihat
saya melakukan dosa. Keempat, saya tahu bahwa kematian adalah suatu tempat
kembali saya, jadi saya mempersiapkan untuk itu (melalui perbuatan baik)".
Kerja juga merupakan salah satu sebab atau sarana syar’i untuk memiliki harta
secara individual. Telah nyata bahwa komitmen Islam sangat menekankan keharusan
bekerja bagi manusia di bumi dalam rangka mencari rezeki yang diberikan Allah
supaya manusia dalam konteks melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka
bumi untuk beribadah kepada Allah (Muslich, 2004: 48), sebagaimana tergambar
dalam sabda Rosulullah SAW: “Barang siapa merasa letih di malam hari karena
bekerja dengan tangannya, maka malam itu ia memperoleh ampunan Allah” (Mursi,
1997: 10).
Di sinilah Islam memberi petunjuk kepada umat muslim bahwa kerja adalah bentuk
bangunan relasi sosial antar manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, keluarga
serta masyarakat disekitarnya dan sekaligus bentuk ideal dari pengabdian diri kepada
Allah. Setiap manusia, tanpa terkecuali, telah ditentukan pekerjaan yang dapat
dikerjakan dan sekaligus memberikan tanggungjawab untuk memeliharanya dengan
benar sesuai ketentuan syara’. Bagi mereka yang beriman dan bekerja baik akan diberi
hayatan thayyibah (penghidupan yang baik) dan mendapat kesempatan untuk bertemu
denganNya (QS. AlKahfi (18): 110).

11
Jadi dalam konsepsi Islam kerja merupakan suatu kewajiban agama yang
menyeluruh atas setiap muslim (bersifat individual / fardhu ’ain) yang mampu bekerja
untuk mencapai kebahagiaan individu, keluarga dan masyarakat. Oleh karena itulah
iman senantiasa dikaitkan oleh al-Qur’ān dengan amal soleh atau perbuatan baik. Ini
mengisyaratkan bahwa Islam itu adalah akidah yang mesti diamalkan dan amalan yang
mesti berakidah secara tidak terpisah (terintegrasi),
Menurut M. Dawam Raharjo, cita tauhid dalam usaha manusia untuk mencari
rezeki akan memberikan implikasi kepada tiga hal. Pertama, adanya hak-hak azasi
manusia dalam memperoleh kebutuhan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan. Kedua, adanya prinsip demokrasi ekonomi dalam proses mencari rezeki.
Setiap orang memiliki akses yang sama terhadap sumber-sumber rezeki yang dikuasi
oleh Allah tetapi diperuntukkan kepada manusia dan makhluk hidup lainnya. Ketiga,
adanya keadilan sosial, yakni diakui adanya perbedaan dalam perolehan rezeki,
mengingat setiap rezeki yang berlebih terdapat hak orang lain yang miskin, lemah dan
tertinggal. 10
Selain itu dalam kemaslahatan masyarakat, walaupun seseorang tidak memiliki
pekerjaan karena seluruh kebutuhan hidupnya telah tersedia, baik untuk dirinya
maupun untuk keluarganya, ia tetap wajib bekerja untuk masyarakat sekitarnya.
Karena masyarakat telah memberikan sumbang sih yang tidak sedikit kepadanya,
maka setidaknya masyarakat mengambil darinya sebanyak apa yang di berikan
kepadanya. Alangkah indahnya tindakan ulama yang menjadikan pekerjaan duniawi
sebagai perbuatan wajib menurut syari’at, ditinjau dari kemaslahatan masyarakat.

10
M. Dawam Raharjo, Op.Cit., h. 42.
12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam islam, bekerja dan berusaha merupakan suatu kewajiban kemanusiaan.


Muhammad bin hasan al-syaibani dalam kitabnya al-iktisab fi al- rizq al-mustathab seperti
yang di kutip oleh adi warman Azwar karim dalam bukunya, bahwa bekerja dan berusaha
merupakan unsure utama produksi, mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam
kehidupan. Bekerja merupakan saran untuk menunjang pelaksanaan ibadah kepada Allah
SWT, oleh sebab itu hukum bekerja dan berusaha adalah wajib.
Berdagang merupakan salah satu aktivitas sosial yang sudah ada sejak zaman
dahulu kala, kehidupan manusia di zaman ini tidaklah bisa terlepas dari perdagangan,
karena tanpa perdagangan manusia sulit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hukum
jual beli atau berdagang dalam Islam adalah mubah atau diperbolehkan. Jual beli menjadi
terlarang sehingga menjadi haram disebabkan adanya 'illah yang membuatnya menjadi
haram, seperti sebab adanya unsur menipu, menyembunyikan cacat pada barang atau jasa
yang ditawarkan, dan lain sebagainya.
Hikmah dari berdagang dan berusaha, meliputi : membina ketentraman dan
kebahagiaan, memenuhi nafkah keluarga, memenuhi hajat masyarakat, sarana ibadah,
shodaqoh dan menolak kemunkaran.
B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
sangat jauh sekali dari kata sempurna. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber, Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari
pembaca mengenai pembahasan makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman Azwar Karim. 2004. Sejarah Pemikiran Islam. Jakarta: Raja Grafindo.
Bukhari Alma, Op. Cit.,95
Imran Manan. 1989. Dasar-dasar sosial budaya pendidikan. Jakarta: Depdikbut
Ma’ruf Abdullah. 2011. Wirausaha Bebasis Syari’ah. Banjarmasin: Antasari Press.
Muhamad Qustulani. 2018. Hukum Dagang, Tanggerang : PSP Nusantara Press.

14

Anda mungkin juga menyukai