OLEH :
KELOMPOK 3
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN
2022
A. Konsep Dasar Post Partum
1. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum
adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2010). Masa
nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono, 2008:356).
Post Partum merupakan periode waktu atau masa dimana organ-
organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil membutuhkan
waktu sekitar 6 minggu. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat
juga disebut masa nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6
minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampaiorgan-
organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Kirana, 2015).
Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu (Ary Sulistyawati, 2009).
Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai
sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara
berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa
nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60%
terjadi pada masa nifas. Dalam Angka Kematian Ibu (AKI) adalah
penyebab banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab kurangnya
perhatian pada wanita post partum (Maritalia, 2012).
2. Penyebab/Faktor Predisposisi
Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor
janin, dan faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang mampu menghasilkan
janin hidup di luar rahim (lebih dari 28 minggu). Paritas
menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai
batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah
anaknya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah
keadaan kelahiran atau partus. Pada primipara robekan perineum
hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan
berikutnya.
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran
bila pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi.
Ibu harus didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia
merasakan dorongan dan memang ingin mengejang (Sarwono,
2012).
b. Faktor janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000
gram. Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma
persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus
brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak
pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum.
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan
sumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu.
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang,
sikap extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk
panggul atau diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm.
Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan dagu,
sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara
glabella dan bregma.
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan),
hal ini berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya
sempurna. Bagian terendahnya adalah daerah diantara margo
orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi.
Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalis
sebesar 13,5 cm, merupakan diameter antero posterior kepala
janin yang terpanjang.
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan
kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub
bawah dengan penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan
posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi
empat macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi
bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi
bokong lutut.
c. Faktor Persalinan Pervaginam
1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin
dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan
alat vacum yang dipasang di kepalanya (Mansjoer, 2011).
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin
dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin
(Mansjoer, 2011). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena
tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio,
vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan post partum, pecahnya
varices vagina.
3) Embriotomi
Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan
jalan melakukan pengurangan volume atau merubah struktur
organ tertentu pada bayi dengan tujuan untuk memberi peluang
yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi
tersebut.
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung
sangat cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan
oleh abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat,
atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa
nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses
persalinan yang sangat kuat.
3. Pohon Masalah
Post Partum
Reseptop nyeri
Diteruskan ke thalamus
Aktivitas RAS terangsang
Korteks serebri
Klien terganggu
Kuman pathogen
Nyeri dipersepsikan
dari luar
Sulit tidur
Reaksi jaringan Nyeri Akut
terhadap infiltrasi
kuman patogen Gangguan Pola Tidur
Efek psikologis
Kurangnya
pengetahuan
perawatan luka
Risiko Infeksi
4. Klasifikasi
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 yaitu:
1) Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu
kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dianggap telah bersih dan boleh melakukan hubungan suami istri
apabila setelah 40 hari.
2) Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium
intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6 minggu.
3) Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama
hamil dan waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
pulih sempurna bias berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan.
(Yetti Anggraini,2010).
5. Tanda dan Gejala
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah
sebagai berikut:
a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum
kehamilan.
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan
berbalik (kerumitan).
c. Masa menyusui anak dimulai.
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan
sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.
Adapun beberapa perubahan yang terjadi pada masa post partum (nifas)
yaitu:
b. Subinvolusi
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal
involusi, dan keadaan ini merupakan satu dari penyebab umum
perdarahan pasca partum. Biasanya tanda dan gejala sub involusi
tidak tampak, sampai kira-kira 4 hingga 6 minggun pasca partum.
Fundus letaknya tetap tinggi di dalam abdomen/pelvis dari yang
diperkirakan. Kemajuan lochea seringkali gagal berubah dari
bentuk rubra ke bentuk serosa, lalu ke bentuk lochea alba. Lochea
ini bisa tetap dalam bentuk rubra, atau kembali ke bentuk rubra
dalam beberapa hari pasca partum. Jumlah lochea bisa lebih
banyak daripada yang diperkirakan. Leukore, sakit punggung, dan
lochea barbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi (Ramona
dan Patricia 2013).
c. Trombophabilitis
Trombophabilitis terjadi karena perluasan infeksi atau invasi
mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah sepanjang
vena dengan cabang-cabangnya (Mansyur N, 2014). Adapun tanda
dan gejala yang terjadi pada penderita adalah (Mansyur N, 2014) :
1) Suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke 10-20, yang disertai
dengan menggigil dan nyeri sekali.
2) Biasanya hanya 1 kaki yang terkena dengan tanda-tanda: kaki
sedikit dalam keadaan fleksi, sukar bergerak, salah satu vena
pada kaki terasa tegang dank eras pada paha bagian atas, nyeri
betis, yang dapat terjadi secara spontan atau dengan memijat
betis atau meregangkan tendon akhiles. Kaki yang sakit
biasanya lebih panas, nyeri hebat pada daerah paha dan lipatan
paha, edema kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri.
d. Sisa placenta
Adanya sisa placenta dan selaput ketuban yang melekat dapat
menyebabkan perdarahan karena tidak dapat berkontraksi secara
efktif.
5. Inversio uteri
Invesio uteri pada waktu persalinan disebabkan oleh kesalahan dalam
memberi pertolongan pada kala III. Kejadian inversio uteri sering
disertai dengan adanya syok. Perdarahan merupakan faktor terjadinya
syok, tetapi tanpa perdarahan syok tetap dapat terjadi karena tarikan
kuat pada peritoneum, kedua ligamentum infundibulo-pelvikum, serta
ligamentum rotundum. Syok dalam hal ini lebih banyak bersifat
neurogenik.
6. Masalah psikologis Pada minggu-minggu pertama setelah persalinan
kurang lebih 1 tahun ibu postpartum cenderung akan mengalami
perasaan-perasaan yang tidak pada umumnya seperti meraa sedih,
tidak mampu mengasuh dirinya sendiri dan bayinya. Faktor penyebab
yaitu kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa
takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan melahirkan,
rasa nyeri pada awal masa nifas, kelelahan akibat kurang tidur selama
persalinan dan telah melahirkan kebanyakan di rumah sakit,
kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit. ( Nugroho, dkk 2014).
Merasa sedih tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya
sendiri. Menurut Marmi (2012) faktor penyebab yaitu:
a) Kekecewaan emosional yang mengikuti kegiatan bercampur rasa
takut yang dialami kebanyakan wanita selama hamil dan
melahirkan.
b) Rasa nyeri pada awal masa nifas
c) Kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dan telah
melahirkan kebanyakan di rumah sakit.
d) Kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit.
e) Ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi.
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis, suhu
runagan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitas istirahat dan
tidur
4. Pertimbangan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan Edukasi
nyeri 1. Agar pasien
Edukasi memahami penyebab,
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
periode dan pemicu nyeri
nyeri. 2. Agar pasien
2. Jelaskan strategi memahami strategi
meredakan nyeri meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor 3. Agar pasien mampu
nyeri secara mandiri memonitor nyeri
4. Anjurkan secara mandiri
menggunakan 4. Menganjurkan
analgetik secara tepat menggunakan
5. Ajarkan teknik non analgenik secara tepat
farmakologis untuk 5. Menganjurkan teknik
mengurangi rasa nyeri. non farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian 1. Memberikan
analgetik, jika perlu pengobatan
pendukung dengan
berkolaborasi
pemberian analgetik
2. Gangguan pola Setelah dilakukan Dukungan Tidur (I.05174) Dukungan Tidur (I.05174)
tidur berhubungan asuhan keperawatan Observasi Observasi
dengan tanggung ..x.. diharapkan Pola 1. Identifikasi pola 1. Mengidentifikasi pola
jawab memberi Tidur (L.05045) aktivitas Tidur aktivitas tidur
asuhan pada bayi membaik dengan 2. Identifikasi faktor 2. Mengidentifikasi faktor
dibuktikan dengan kriteria hasil : pengganggu tidur pengganggu tidur
pasien mengeluh 1. Keluhan sulit 3. Identifikasi makanan 3. Mengidentifikasi
sulit tidur, sering tidur menurun dan minuman yang makanan dan minuman
terjaga, tidak puas 2. Keluhan sering mengganggu tidur yang menganggu tidur
tidur, pola tidur terjaga menurun 4. Identifikasi obat tidur 4. Mengidentifikasi obat
berubah dan 3. Keluhan tidak yang dikonsumsi tidur yang dikumsumsi
istirahat tidak puas tidur Terapeutik Terapeutik
cukup. menurun 1. Modifikasi lingkungan 1. Memodifikasi
4. Keluhan pola 2. Batasi waktu tidur lingkungan
tidur berubah siang, jika perlu 2. Membatasi waktu tidur
menurun 3. Fasilitasi siang, jika perlu
menghilangkan stres 3. Memfasilitasi
sebelum tidur menghilangkan stres
4. Tetapkan jadwal tidur sebelum tidur
rutin 4. Menetapkan jadwal tidur
5. Lakukan prosedur rutin
untuk meningkatkan 5. Melakukan prosedur
kenyamanan untuk menghilangkan
6. Sesuaikan jadwal kenyamanan
pemberian obat dan 6. Menyesuaikan jadwal
atau tindakan untuk pemberian obat dan atau
menunjang siklus tindakan untuk
tidur-terjaga menunjang siklus tidur-
terjaga
Edukasi Edukasi
1. Jelaskan pentingnya 1. Agar pasien memahami
tidur cukup selama pentingnya tidur cukup
sakit selama sakit
2. Anjurkan menepati 2. Agar pasien menepati
kebiasaan waktu tidur kebiasaan waktu tidur
3. Anjurkan menghindari 3. Agar pasien memahami
makanan atau menghindari makanan
minuman yang atau minuman yang
mengganggu tidur mengganggu tidur
4. Anjurkan penggunaan 4. Menganjurkan
obat tidur yang tidak penggunaaan obat tidur
mengandung supresor yang tidak mengandung
terhadap tidur REM supresor terhadap tidur
5. Ajarkan faktor-faktor REM
yang berkontribusi 5. Menganjurkan faktor-
terhadap gangguan faktor yang berkontribusi
pola tidur terhadap gangguan pola
6. Ajarkan relaksasi otot tidur
autogenic atau cara 6. Menganjurkan relaksasi
nonfarmakologi otot autogenik atau cara
lainnya nonfarmakologi lainnya
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan Intervensi utama Intervensi utama
dibuktikan dengan asuhan Pencegahan Infeksi Pencegahan Infeksi
efek prosedur keperawatan ..x.. Observasi Observasi
invasif diharapkan 1. Memonitor tanda dan 1. Memonitor tanda dan
Tingkat Infeksi gejalainfeksi local dan gejala infeksi local dan
menurun dengan sistemik sistemik
kriteria hasil: Terapeutik Terapeutik
1. Kebersihan 1. Batasi jumlah 1. Membatasi jumlah
pengunjung
tangan pengunjung
2. Berikan perawatan kulit
meningkat 2. Untuk meringankan
2. Kebersihan pada area edema edema
badan 3. Cuci tangan sebelum dan 3. Untuk mengurangiresiko
meningkat sesudah kontak dengan infeksi
3. Kemerahan pasien dan lingkungan 4. Mencegah terjadinya
menurun pasien infeksi
4. Nyeri 4. Pertahankan teknik 5. Untuk
menurun antiseptic pada pasien meminimalisir terjadinta
5. Bengkak berisiko tinggi infeksi
menurun 5. Jelaskan tanda dan 6. Untuk mejagakebersihan
gejalainfeksi 7. Mencegah terjadinya
6. Ajarkan cara cuci tangan penyebaran infeksi
dengan benar melalui droplet
7. Ajarkan etika batuk 8. Untuk memantau
8. Ajarkan cara memeriksa terjadinya tanda-tanda
kondisi luka dan luka infeksi
operasi 9. Untuk memenuhi
asupan nutrisi
9. Ajarkan meningkatkan
10. Agar tidak terjadi
asupan nutrisi
kekurangan asupan
10. Ajarkan meningkatkan
cairan
asupan cairan
Edukasi
Edukasi
1. Mengkolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
pemberian imunisasijika
imuniasi, jika perlu
perlu
DAFTAR PUSTAKA
V Pandie. 2019. Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny.K.O. Dengan Post
Partum Normal Di Ruang Flamboyan RSUD Prof. W.Z. Yohanes Kupang.
Terdapat pada http://repository.poltekeskupang.ac.id/939/. Diakses pada
tanggal 23 Oktober 2021.
Fayu Putri. 2019. Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Post
Partum Di RSUD.Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Terdapat pada
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/393/1/Untitled.pdf. Diakses tanggal
23 Oktober 2021.
Sri Wahyuningsih. 2019. Buku Ajaran Asuhan Keperawatan Post Partum
Dilengkapi Dengan Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.