Bab-35-94-95-Cek 20090130074836 4
Bab-35-94-95-Cek 20090130074836 4
KESEHATAN
.
BAB 35
KESEHATAN
I. PENDAHULAN
251
lanjut. Untuk itu, pembangunan kesehatan memegang peran yang
amat penting dalam meningkatkan kesejahteraan manusia dalam
setiap tahap kehidupan tersebut, sesuai dengan permasalahan
kesehatan yang dihadapi. Selain berperan dalam membangun
manusia sebagai insan, pembangunan kesehatan juga berperan
penting membangun manusia sebagai sumber daya pembangunan.
Derajat kesehatan yang tinggi akan meningkatkan produktivitas
tenaga kerja. Peningkatan produktivitas ini akan mempertajam
kemampuan daya saing bangsa dalam dunia yang makin ketat
persaingannya.
252
dan memperpanjang usia harapan hidup rata-rata penduduk. Namun
peningkatan mutu, pemerataan pelayanan kesehatan, dan
perbaikan gizi masyarakat masih memerlukan perhatian lebih
besar lagi. GBHN 1993 juga mengamanatkan bahwa dalam
Repelita VI pembangunan kesehatan masih perlu terus ditingkatkan
dengan lebih mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek) kedokteran secara saksama dan bertanggung
jawab.
253
1993 ditekan lagi menjadi sekitar 58 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka kematian ibu juga menunjukkan adanya penurunan, dari 450
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1986 menjadi 425 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992.
254
2. Perkembangan Cakupan dan Mutu Upaya Pelayanan
Kesehatan
255
Selain itu, untuk daerah kepulauan, daerah terpencil, dan
daerah perbatasan, sejak tahun 1985 pelayanan kesehatan juga
ditingkatkan melalui pelayanan dokter terbang. Sejak tahun ketiga
Repelita V paket pelayanan kesehatan masyarakat diorganisasi
sesuai dengan kondisi setempat. Untuk itu, di Propinsi Irian
Jaya paket pelayanan ini diberikan dalam bentuk puskesmas keliling
jalan kaki dan di Propinsi Maluku dilaksanakan melalui paket
pelayanan gugus pulau. Dengan paket-paket pelayanan tersebut,
pemerataan pelayanan kesehatan makin meningkat, terutama
dilihat dari kepentingan penduduk daerah-daerah terpencil yang pada
waktu-waktu lalu sulit terjangkau.
256
setiap desa setidak-tidaknya terdapat seorang bidan yang dapat
memberikan pelayanan KIA, baik sebagai perseorangan maupun
sebagai tenaga kesehatan puskesmas. Selama lima tahun terakhir
sampai dengan tahun 1992/93 telah dididik dan ditempatkan di desa
sebanyak 19.400 bidan yang dilengkapi dengan peralatan bidan.
Selain itu, sejak Repelita I kegiatan pembinaan bagi dukun bayi
dengan memberikan pelatihan dan peralatan dukun terus
dilanjutkan dan ditingkatkan sehingga sampai tahun 1992/93
telah mencakup lebih dari 124 ribu orang.
257
Dalam Repelita V, kebijaksanaan pelayanan rumah sakit
ditingkatkan terutama untuk meningkatkan jenis dan mutu
pelayanan. Untuk itu, sejumlah rumah sakit kabupaten ditingkatkan
kelasnya dari kelas D menjadi kelas C, yang berarti memiliki
pelayanan spesialisasi paling tidak untuk empat keahlian dasar,
yaitu spesialis kebidanan dan kandungan, anak, bedah, dan
penyakit dalam. Di samping itu, rumah sakit kelas A dibangun
baru di Medan dan Ujung Pandang, serta rumah sakit kelas B dan
C di bangun di beberapa kota, yaitu Manado, Cirebon,
Banjarmasin, Mataram, Balikpapan, Ambon, Jambi, dan
Palangkaraya.
258
Upaya pemberantasan penyakit menular dimulai jauh sebelum
Repelita I. Pada awal Repelita I kegiatan pemberantasan penyakit
menular diprioritaskan pada peningkatan pemberantasan penyakit
malaria, cacar, tuberkulosa paru, diare, frambusia, dan kusta, serta
penyakit kelamin. Berhubung dengan masih terbatasnya upaya
penyediaan vaksin dan belum terbentuknya lembaga pelayanan
kesehatan masyarakat secara merata di semua lapisan masyarakat,
kegiatan vaksinasi waktu itu diprioritaskan untuk pembasmian
penyakit cacar dan pemberantasan tuberkulosa paru. Kegiatan
tersebut telah membawa hasil yang sangat penting dalam Repelita
II, yaitu pada tahun 1974 WHO menyatakan bahwa Indonesia
"bebas cacar" . Selain itu, sebagai hasil dari berbagai upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit, penyakit frambusia atau
patek yang sebelumnya dinyatakan endemis di Indonesia, mulai
Repelita III dianggap tidak membahayakan lagi, kecuali untuk
beberapa lokasi di luar Jawa dan Bali.
259
Pada awal Repelita I jumlah penduduk perkotaan dan
perdesaan yang menikmati air bersih masih sangat kecil. Oleh
karena itu sejak Repelita I diadakan berbagai upaya untuk
memperbesar kapasitas produksi air bersih di perkotaan dan
memperluas jaringan distribusinya ke rumah-rumah di daerah
perkotaan. Sejak Repelita I sampai Repelita IV untuk daerah
perdesaan melalui Inpres Bantuan Sarana Air Bersih telah dibangun
ratusan ribu buah sarana air bersih dalam bentuk penampungan
mata air dengan perpipaan, penampungan air hujan, perlindungan
mata air, sumur artesis, sumur pompa tangan, dan sumur gali,
yang tersebar hampir di semua desa.
260
saluran pembuangan air limbah. Dalam Repelita V telah dibangun
60.581 buah jamban keluarga, dan 7.077 buah saluran pembuangan
air limbah.
261
peredaran, pengujian laboratorium, standardisasi mutu dan
pembinaan produksi dan distribusi. Demikian pula prasarana dan
sarana pengawasan, termasuk laboratorium pengujian obat dan
makanan di 27 propinsi dan di tingkat pusat telah makin
ditingkatkan.
262
III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG
PEMBANGUNAN
1. Tantangan
Angka kematian bayi (AKB), sebagai salah satu indikator
utama yang menggambarkan derajat kesehatan masyarakat, telah
menurun dari 145 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1967
menjadi 63 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990. Walaupun
penurunan AKB secara nasional cukup tajam, dibandingkan dengan
negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN),
AKB di Indonesia masih cukup tinggi karena pada tahun yang sama
AKB di Malaysia, Filipina, Thailand, dan Singapura masing-
masing adalah 15, 34, 28, dan 8. Selain itu, perbedaan AKB
antarpropinsi serta perbedaan antara perkotaan dan perdesaan
masih cukup besar. Hasil sensus penduduk tahun 1990
menunjukkan bahwa propinsi yang mempunyai AKB, paling rendah
adalah DKI Jakarta, yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan
paling tinggi adalah Nusa Tenggara Barat (NTB), yaitu 123 per
1.000 kelahiran hidup. Di samping itu, rata-rata AKB di daerah
perkotaan adalah 52 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan di
daerah perdesaan sekitar 78 per 1.000 kelahiran hidup.
263
tingginya angka kematian ibu (AKI) pada waktu melahirkan. Pada
tahun 1986 diperkirakan rata-rata AKI nasional adalah sebesar 450
per 100.000 kelahiran hidup, jauh lebih tinggi daripada AKI di
negara-negara ASEAN. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga tahun 1992, AKI diperkirakan menurun menjadi 425 per
100.000 kelahiran hidup. Artinya, sekitar 4 orang ibu meninggal
dari setiap 1.000 orang ibu yang melahirkan oleh sebab yang
.
berhubungan dengan persalinan. Seperti halnya dengan AKB,
variasi AKI antarpropinsi cukup besar. Mengingat bahwa masalah
yang timbul akibat tingginya AKI ini berkaitan erat dengan fungsi
reproduksi wanita yang mempengaruhi kualitas generasi penerus
yang dilahirkannya, upaya untuk mempercepat penurunan AKI dan
peningkatan derajat kesehatan wanita amat penting dalam rangka
meningkatkan sumber daya manusia.
264
Di Jawa wabah penyakit malaria masih ditemukan di
beberapa daerah di pantai selatan Jawa Tengah, Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Timur, sedangkan di daerah luar Jawa - Bali,
penyakit ini masih belum dapat dikendalikan. Penyebaran penyakit
ini terutama tersebar di propinsi-propinsi di kawasan timur
Indonesia dan di daerah-daerah transmigrasi di Sumatera. Selain
itu, penyakit demam berdarah dengue yang semula hanya tersebar
di daerah perkotaan, dalam perkembangan selanjutnya mulai
menyebar ke daerah perdesaan sejalan dengan meningkatnya
mobilitas penduduk antara kota dan desa.
265
masih merupakan masalah, terutama pada penduduk miskin, di
pihak lain berbagai penyakit degeneratif harus diatasi, padahal
sumber daya yang dimiliki masih sangat terbatas.
266
pembuluh darah, penyakit kencing manis, dan kanker. Adanya
masalah gizi kurang yang belum terselesaikan dan munculnya
masalah gizi-salah sejalan dengan perubahan pola makan dan
perbaikan ekonomi, melahirkan tantangan berikutnya, yaitu
mendorong keluarga dan masyarakat agar makin sadar dan mandiri
dalam upaya peningkatan status gizi mereka dan mencapai status
gizi optimal sebanding dengan peningkatan sosial ekonomi.
267
besar dan daerah industri sudah mulai terjadi dan akan cenderung
meningkat di masa datang. Penggunaan pestisida juga makin
meningkat dan akibat sampingnya dapat merugikan kesehatan
masyarakat. Masalah kesehatan lingkungan seperti yang diuraikan
di atas melahirkan tantangan, yaitu melindungi keluarga dan
masyarakat dari gangguan atau bahaya kesehatan karena kualitas
lingkungan yang tidak sehat.
268
adalah menjamin tersedianya obat dan alat kesehatan secara merata
diseluruh tanah air, terjangkau oleh daya beli masyarakat serta
didukung oleh industri farmasi dan alat kesehatan yang maju dan
mandiri.
269
kesehatan masih perlu terus digali dan diarahkan, terutama untuk
mendukung upaya kesehatan preventif dan promotif. Meningkatnya
pertumbuhan ekonomi dan berkembangnya industri serta
meningkatnya kebutuhan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu
akan merangsang pelayanan kesehatan oleh pihak swasta, terutama
untuk pelayanan pengobatan (kuratif), yang mungkin lebih
berorientasi kepada pertimbangan komersial. Oleh karena itu,
merupakan tantangan pula meningkatkan peran serta masyarakat,
termasuk dunia usaha, dalam pembiayaan pemeliharaan kesehatan
paripurna dengan titik berat pada upaya pelayanan kesehatan
pencegahan (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif) serta
dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang bermutu.
2. Kendala
271
rendah. Selain itu, upaya penggerakkan dana dari masyarakat
terutama untuk upaya pelayanan kesehatan promotif, preventif dan
pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu, belum berkembang.
3. Peluang
272
dari membaiknya rasio puskesmas dengan penduduk, rasio tenaga
dokter yang bekerja di puskesmas, rasio dokter gigi dengan
puskesmas, dan rasio tenaga paramedis perawatan dan bidan
dengan puskesmas. Jumlah rumah sakit pada akhir Repelita I
sebanyak 1.116 buah meningkat menjadi 1.638 buah pada tahun
1992/93, sedangkan jumlah tempat tidur meningkat dari 81.753
buah menjadi 123.441 buah. Perluasan jangkauan tersebut
tercermin dari cakupan pelayanan kesehatan yang makin tinggi.
273
Meningkatnya peran serta masyarakat, seperti lembaga
swadaya masyarakat (LSM), organisasi profesi, termasuk swasta
dalam hal pengorganisasian, penggerakan dan pendanaan kegiatan
kesehatan merupakan peluang yang terus dimantapkan. Begitu
pula halnya dengan berbagai upaya kesehatan yang diselenggara-
kan oleh sektor di luar kesehatan, baik oleh Departemen Tenaga
Kerja (kesehatan dan keselamatan kerja), Departemen Pertanian
(pelayanan kesehatan di perkebunan), Departemen Dalam Negeri
(rumah sakit dan puskesmas), Departemen Pekerjaan Umum
(penyediaan air bersih dan sanitasi), termasuk pelayanan kesehatan
di daerah permukiman baru (Departemen Transmigrasi dan
Pemukiman Perambah Hutan), maupun oleh sektor-sektor lainnya.
Selain itu, kegiatan lintas sektor dalam upaya perbaikan gizi dan
penyehatan lingkungan, dan pencegahan serta penanggulangan
penyakit amat berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan.
2.74
diperluas agar masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah,
dapat menikmati pelayanan yang berkualitas dengan terus
memperhatikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran secara serasi dan bertanggung jawab.
275
Pengobatan tradisional yang secara medis dapat dipertanggung-
jawabkan terus dibina dalam rangka perluasan dan pemerataan
pelayanan kesehatan. Pemeliharaan dan pengembangan pengobatan
tradisional sebagai warisan budaya bangsa terus ditingkatkan dan
didorong usaha pengembangannya melalui penggalian, penelitian,
pengujian, dan pengembangan serta penemuan obat-obatan,
termasuk budi daya tanaman obat tradisional yang secara medis
dapat dipertanggungjawabkan.
2. Sasaran
a. Sasaran PJP II
276
TABEL 35—1
SASARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
DALAM PJP II
Akhir PJP II
Jenis Sasaran Satuan Repelita V 1) Akhir Akhir Akhir Akhir Akhir
Repelita VI Repelita VII Repelita VIII Repelita IX . Repelita X
1. Angka harapan hidup tahun 62.7 64.6 66.3 67.8 69.3 70.6
waktu lahir
7.9 7.5 72 7.1 7.1 7.4 2)
2. Angka kematian kasar per 1.000
penduduk
4. Angka kematian ibu per 100.000 425 225 189 143 108 .80
melahirkan kelahiran hidup
6. Berat badan bayi Iahir % 15.0 10.0 9.0 8.0 7.0 6.0
rendah
3. Kebijaksanaan
278
TABEL 35-2
SASARAN INDIKATOR PEMBANGUNAN KESEHATAN
1994/95 - 1998/99
1. Angka harapan hidup tahun 82.7 83.1 83.5 63.9 64.3 64.6
waktu lahir
2. Angka kematian kasar per 1.000 7.9 7.8 7.7 7.8 7.5 7.5
penduduk
4. Angka kematian Ibu per 100.000 425 385 335 285 280 225
melahirkan kelahiran hidup
280
penyelenggaraannya berorientasi kepada desa dengan peningkatan
peranan masyarakat termasuk lembaga swadaya masyarakat dalam
pembinaan dan penyuluhan secara optimal.
281
c. Peningkatan Peran Serta Masyarakat, Swasta dan
Organisasi Profesi
282
kesehatan dikembalikan sepenuhnya untuk membiayai usaha
meningkatkan mutu pelayanan dan menolong penduduk miskin.
Untuk memacu peran masyarakat dalam pelayanan kesehatan,
kepada pihak swasta, terutama yang melaksanakan kegiatan nirlaba
diberikan kemudahan dalam hal perizinan, bantuan tenaga, dan
kemudahan lainnya.
283
daerahnya, termasuk dengan dana yang berasal dari penerimaan
melalui fasilitas kesehatan.
V. PROGRAM PEMBANGUNAN
1. Program Pokok
284
terhadap derajat kesehatan; (2) meningkatnya pengertian tentang
pencegahan dan pengobatan terhadap berbagai penyakit yang
disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan perilaku seperti AIDS,
kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah, ketergantungan obat
dan minuman keras, dan lain-lain sehingga angka kesakitan untuk
penyakit tersebut minimal dapat dipertahankan sama dengan
keadaan pada akhir Repelita V; (3) meningkatnya peranan
swasta/dunia usaha dalam berbagai upaya pembangunan kesehatan
terutama pelayanan kesehatan pencegahan dan peningkatan derajat
kesehatan, yang selama ini masih lebih banyak dibiayai
Pemerintah, seperti balai imunisasi, penyemprotan rumah untuk
pemberantasan malaria, pengasapan (fogging) untuk
penanggulangan demam berdarah, penyediaan air bersih dan
penyehatan lingkungan permukiman, serta peningkatan kebugaran
jasmani; (4) meningkatnya kreativitas, produktivitas, dan peran
generasi muda dalam mengatasi masalah kesehatan diri,
lingkungan, dan masyarakatnya dengan memfungsikan remaja
husada, taruna husada, dan sebagainya sebagai promotor dan
pelaku upaya kesehatan di 50 persen dati II; (5) meningkatnya dan
lebih rasionalnya pengeluaran pembiayaan kesehatan yang berasal
dari masyarakat termasuk swasta, terutama melalui
penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang dibiayai secara
praupaya dan dikelola berdasarkan JPKM.
285
nasional; pengintensifan penyuluhan kesehatan terutama kepada
keluarga, institusi pendidikan, dan masyarakat dengan
memanfaatkan lembaga swadaya masyarakat, serta pemberian
dorongan kepada masyarakat dalam menyebarluaskan cara
memecahkan masalah kesehatan, terutama dalam keadaan darurat,
seperti pada saat terjadinya wabah dan bencana alam.
286
b. Program. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
287
menjadi 70 persen dan deteksi dini untuk mengurangi efek
samping pada pasangan usia subur (PUS). Di samping itu, akan
ditingkatkan status gizi wanita usia produktif; meningkatnya
cakupan pemeriksaan ibu hamil menjadi 90 persen dan sekaligus
peningkatan cakupan imunisasi TT2 menjadi 85 persen. Selain itu,
ditingkatkan pula pemberian tablet besi pada ibu hamil sehingga
mencakup 85 persen ibu hamil. Khusus di daerah gondok endemis
semua ibu hamil tercakup distribusi kapsul iodium. Sasaran
selanjutnya adalah meningkatnya pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan menjadi 55 persen dan oleh tenaga terlatih
menjadi 75 persen, dan cakupan pemeliharaan pascapersalinan bagi
ibu menyusui termasuk pemberian vitamin A dosis tinggi dan tablet
besi menjadi 80 persen; meningkatnya cakupan pelayanan
kesehatan usia lanjut pada puskesmas, secara paripurna sesuai
dengan standar minimal mencapai sekitar 50 persen; mening -
katnya kegiatan rujukan ibu hamil yang melahirkan dengan risiko
tinggi dari puskesmas ke rumah sakit kabupaten menjadi sekitar 50
persen (Tabel 35-3). Untuk mencapai sasaran tersebut di atas,
pelayanan kesehatan keluarga meliputi pelayanan kesehatan bagi
usia subur, pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan balita
dan anak prasekolah serta pelayanan kesehatan bagi usia lanjut.
288
TABEL 35—3
SASARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN 1984/95—1998/99
290
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan yang
dilaksanakan meliputi penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja
sesuai dengan jenis pekerjaan; pembinaan petugas pelaksana dan
pengelola unit kerja dalam penyelenggaraan upaya kesehatan kerja;
dan peningkatan kerja sama lintas sektor dan lintas program dalam
upaya pelayanan kesehatan kerja.
291
5) Kesehatan Olahraga
6) Kesehatan Matra
292
dan terbinanya kerja sama lintas sektor dan lintas program yang
didukung oleh peran serta masyarakat termasuk dunia usaha.
7) Pelayanan Laboratorium
293
pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain
penyebarluasan informasi kesehatan; pengembangan potensi
swadaya masyarakat di bidang kesehatan; dan penyelenggaraan,
penyuluhan kepada masyarakat serta pembinaan lembaga swadaya
masyarakat dan organisasi profesi.
294
Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut, kegiatan pokok
program kesehatan rujukan dan rumah sakit yang akan
dilaksanakan adalah (1) pelayanan kesehatan rumah sakit; (2)
pelayanan rujukan; (3) penunjang pelayanan rumah sakit; (4)
pelayanan kesehatan jiwa; (5) pelayanan kesehatan gigi, dan (6)
pelayanan laboratorium kesehatan.
2) Pelayanan Rujukan
296
dan pelayanan gizi di seluruh rumah sakit; (i) pembangunan rumah
sakit, baik baru maupun bangunan tambahan pada rumah sakit
yang sudah ada disesuaikan dengan fungsi pelayanannya; (j)
perbaikan dan pemeliharaan gedung dan peralatan termasuk
penggantian peralatan yang sudah tidak berfungsi lagi.
4) Kesehatan Jiwa
5) Kesehatan Gigi
297
Maluku, Kalimantan Selatan, Jambi, Sulawesi Utara, Kalimantan
Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan); (b) peningkatan cakupan
pelayanan kesehatan gigi dengan cara menambah peralatan dan
dokter gigi; (c) peningkatan pelayanan spesialistik kedokteran gigi
dalam bidang bedah mulut, orthodentik dan prosthetik di seluruh
rumah sakit swadana kelas C; (d) pemberian pelayanan kesehatan
gigi di rumah sakit jiwa secara bertahap sesuai dengan prioritas;
(e) peningkatan pembinaan dokter gigi dan perawat gigi di
puskesmas; (f) pengkajian penggunaan bahan tradisional untuk
pencegahan penyakit gigi.
6) Laboratorium Kesehatan
298
kegiatan penyuluhan kesehatan dan peningkatan peran serta
masyarakat termasuk ikatan profesi, lembaga swadaya masyarakat,
dan dunia usaha baik dalam pencegahan maupun dalam
penanggulangan penyakit tersebut.
Angka kematian dan kesakitan pada bayi dan anak balita yang
disebabkan oleh diare dan infeksi saluran, pernafasan akut (ISPA)
akan diturunkan. Angka kematian diare pada balita menurun dari 4
menjadi 3 per 1.000 balita per tahun, dan angka kesakitannya
menurun dari 2 menjadi 1,5 episode per tahun, sedangkan angka
299
kesakitan diare pada semua umur menurun dari 330 menjadi 280
per 1.000 penduduk. Angka kematian balita karena penyakit
pneumonia menurun sebanyak 33 persen dari keadaan tahun 1993
(Tabel 35-3).
300
menghindari gigitan nyamuk malaria, secara kimiawi misalnya
penyemprotan rumah dengan insektisida dan secara biologis
misalnya dengan penggunaan ikan pemakan jentik nyamuk.
Keempat, imunisasi untuk mencegah penyakit-penyakit menular
yang bisa dicegah dengan imunisasi seperti tuberkulosa paru,
difteria, pertusis, tetanus, polio, campak, hepatitis B dan penyakit
yang khusus seperti demam kuning dan meningitis bagi mereka
yang akan pergi ke negara-negara tertentu. Kelima,
penanggulangan kejadian luar biasa dan wabah penyakit seperti
diare, malaria, demam berdarah, rabies, dan penyakit yang dapat
menimbulkan wabah lainnya.
301
manfaatnya untuk mencegah berbagai penyakit dan meningkatkan
kesehatan. Sasaran penyuluhan ini tidak saja masyarakat di
perkotaan, tetapi juga dan terutama di perdesaan. Pesan
penyuluhan tidak saja mengenai pencegahan dan penanggulangan
masalah gizi-kurang, tetapi juga menekankan pentingnya pola
makanan seimbang untuk mencegah timbulnya penyakit akibat gizi-
lebih, seperti: penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker dan
sebagainya. Untuk itu, disusun pedoman umum gizi seimbang
(PUGS) sebagai pedoman utama dalam melaksanakan penyuluhan
gizi.
302
dilakukan untuk meningkatkan konsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan terutama bagi anak balita. Selain itu, secara lebih selektif
pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi dilanjutkan terutama
untuk daerah yang masih rawan KVA. Demikian pula diupayakan
fortifikasi vitamin A pada bahan pangan tertentu dengan peran
serta masyarakat dan dunia usaha. Perhatian khusus akan diberikan
untuk mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai dalam
menanggulangi masalah KVA di berbagai daerah selama PJP I agar
situasi yang telah membaik dapat dipertahankan dan ditingkatkan.
303
4) Peningkatan Penerapan Sistem Kewaspadaan Pangan
dan Gizi (SKPG)
304
pada akhir Repelita VI mencapai 15 persen dari nilai bahan baku
yang digunakan. Selain itu, penggunaan obat generik berlogo
meningkat per tahun minimal 15 persen dari nilai total konsumsi
obat nasional.
305
dan distribusi; (7) pengambilan contoh dan pengujian laboratorium
terhadap produk-produk obat, makanan, peralatan kesehatan dan
kosmetika yang beredar di 27 propinsi; (8) pembinaan dan
penyebaran informasi obat terutama OGB, obat tradisional,
makanan dan kosmetik, serta alat kesehatan kepada masyarakat
luas; (9) penanggulangan penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat
narkotik, zat adiktif dan bahan berbahaya; (10) pengembangan
kemampuan laboratorium pengujian di pusat dan daerah termasuk
pelatihan personel dan pengadaan perlengkapan/peralatan
laboratorium; (11) surveilan penggunaan bahan makanan tambahan
pada produk makanan; (12) akreditasi laboratorium pengujian obat
dan makanan; (13) pengembangan metode pengujian dan
pengadaan bahan baku standar serta hewan percobaan; dan (14)
pelatihan petugas dalam bidang penyidikan, pemeriksaan sarana
produksi dan distribusi pengelolaan obat di dati II dan puskesmas
serta penilik jasa boga.
306
diluar sentra-sentra tersebut dan pemerintah; keempat,
mantapnya organisasi dan pola pembinaan pengobatan tradisional
di 27 propinsi dan 300 dati II; dan terbinanya tenaga pengobatan
tradisional dalam pelayanan kesehatan (Tabel 35-3).
307
2. Program Penunjang
308
Sasaran yang akan dicapai program ini adalah
(1) meningkatnya keluarga yang menempati rumah sehat, dan
menggunakan jamban serta sarana pembuangan air limbah baik di
perkotaan maupun di perdesaan. Cakupan penggunaan sarana
pembuangan kotoran dan air limbah rumah tangga yang saniter
pada akhir Repelita VI di perkotaan 75 persen dan di perdesaan 40
persen. Keluarga yang menempati rumah sehat meningkat menjadi
75 persen di perkotaan dan 40 persen di perdesaan;
(2) meningkatnya jumlah tempat-tempat umum, lingkungan
kerja kawasan industri dan sarana angkutan umum yang
memenuhi persyaratan kesehatan; (3) meningkatnya jumlah
industri kecil dan rumah tangga yang menggunakan sarana
pembuangan air limbah; (4) meningkatnya jumlah jasa boga,
rumah makan, dan restoran yang memenuhi persyaratan kesehatan;
(5) meningkatnya perajin makanan rumah tangga di perdesaan
yang melakukan pengelolaan makanan secara sehat; (6)
meningkatnya penjual makanan jajanan yang menempati lokasi
dengan lingkungan yang sehat dan teratur; (7) dilaksanakannya
pengendalian dampak penggunaan pestisida pada lingkungan dan
diterapkannya prinsip pengamanan pestisida secara bertahap
oleh setiap petugas pemberantas hama, khususnya dalam
pengendalian hama terpadu yang berwawasan lingkungan; (8)
dipenuhinya persyaratan kesehatan lingkungan oleh seluruh rumah
sakit; (9) dilaksanakannya pemantauan terhadap kualitas udara,
dan tingkat kebisingan diperkotaan dan kawasan industri; (10)
dilaksanakannya upaya penyehatan lingkungan permukiman di
seluruh permukiman penduduk di daerah kumuh perkotaan,
daerah transmigrasi, desa pantai nelayan, daerah terpencil,
termasuk daerah yang terkena bencana; dan (11) dilaksanakannya
upaya pengendalian vektor penyakit di daerah permukiman
penduduk, tempat-tempat umum dan rumah sakit.
309
pengendalian kualitas lingkungan yang berdampak terhadap
kesehatan masyarakat; (3) pemeliharaan dan peningkatan kualitas
lingkungan permukiman; (4) pemberian stimulan, percontohan,
dan penyuluhan kepada masyarakat untuk mendorong kemandirian;
(5) peningkatan sarana dan fasilitas balai teknik kesehatan
lingkungan (BTKL), laboratorium lapangan dan sarana pendukung
kegiatan operasional, dan (6) peningkatan dan pengembangan
jaringan informasi kesehatan lingkungan.
310
Atas dasar tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, kegiatan
pokoknya adalah (1) menyelenggarakan, mengkoordinasikan dan
membina pelatihan bagi pegawai kesehatan, dan masyarakat; (2)
mengembangkan institusi pelatihan sehingga menjadi institusi
pelatihan yang mandiri dan profesional; (3) merekrut dan
mengembangkan tenaga edukatif dan nonedukatif; (4) menyusun
dan mengembangkan program pelatihan; (5) mengembangkan dan
mengadakan sarana dan prasarana pelatihan; (6) mengembangkan
kerja sama dan jaringan pendidikan dan latihan; (7)
mengembangkan pendidikan dan latihan kalakarya khususnya bagi
unit kesehatan di kabupaten/kodya; (8) menyusun dan
mengembangkan bahan pengajaran untuk pendidikan dan
latihan swakarsa, dan (9) menyelenggarakan pengkajian dan
penelitian di bidang pelatihan.
311
pengembangan pelayanan kesehatan rujukan dan rumah sakit;
(3) penelitian kesehatan lingkungan dan faktor pengaruh; (4)
penelitian tentang pencegahan dan pemberantasan penyakit baik
penyakit menular maupun penyakit tidak menular; (5) penelitian
dan pengembangan gizi serta penganekaragaman konsumsi pangan;
(6) penelitian tentang farmasi, makanan dan alat kedokteran;
(7) penelitian sumber daya kesehatan ; (8) penelitian tentang
pengobatan tradisional; (9) penelitian iptek kedokteran; dan
(10) pengembangan kelembagaan penelitian dan pengembangan
kesehatan.
312
f. Program Pembinaan Pemuda
313
h. Program Pengembangan Informasi Kesehatan
314
pelaksanaan hukum; dan (4) pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan aparat kesehatan di bidang hukum.
315
Tabel 35—4
RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Tahun Anggaran 1994/95 dan Repelita VI (1994/95 — 1998/99)
(dalam juta
rupiah)
' No.
Kode Sektor/Sub Sektor/Program 1994/95 1994/95 — 1998/99
Catatan : Program perbaikan gizi dicantumkan pada Tabel 11—4 Buku II.