Anda di halaman 1dari 2

PERMASALAHAN NO.

3
3. Bagaimana klasifikasi dari reaksi hipersensitivitas ?
Jawaban :
Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen
yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. Klasifikasi reaksi hipersensitivitas
menurut Gell & Coombs yang paling banyak digunakan sebagai acuan membagi reaksi
hipersensitivitas menjadi empat jenis, yakni (Sudoyo,2015) :
 Reaksi Tipe I
Merupakan reaksi hipersensitivitas tercepat yang melibatkan Ig-E untuk merilis
atau mengeluarkan histamin dan mediator lain dari sel mast dan basofil.
Manifestasi klinisnya berupa :
- Kejang bronkus gejalanya berupa sesak. Terkadang disertai kejang laring.
Bila disertai dengan edema, maka pasien akan sangat sulit untuk bernapas.
- Urtikaria
- Angiodema
- Pingsan dan hipotensi. Renjatan anafilaksis dapat terjadi beberapa menit
setelah suntikan seperti penisilin diberikan.
 Reaksi Tipe II
Merupakan reaksi hipersensitivitas sitotoksik yang melibatkan Ig-G dan Ig-M dan
terikat pada permukaan sel antigen dengan memfiksasi komplemen berikutnya.
Manifestasi klinisnya berupa :
- Kelainan darah seperti anemia hemolitik, trombositopenia, dan eosinofilia.
- Nefritis interstisial.
 Reaksi Tipe III
Merupakan reaksi kompleks imun yang melibatkan sirkulasi kompleks antigen –
antibodi yang tersimpan dalam venula postcapillary dengan memfiksasi
komplemen berikutnya.
Manifestasi klinisnya berupa :
- Urtikaria, angiodema, eritema, dll.
- Demam
- Kelainan sendi, artralgia, dan efusi sendi.
- Kejang perut, mual, dll.
 Reaksi Tipe IV
Merupakan reaksi hipersensitivitas lambat yang dimediasi oleh sel T.
Manifestasi klinisnya adalah :
- Paling sering terjadi adalah reaksi dermatitis
- Reaksi paru akut seperti demam, sesak, batuk, dll.

Sumber : ( Sudoyo, Aru W. 2015. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid 3.


Jakarta : Universitas Indonesia )

Anda mungkin juga menyukai