Anda di halaman 1dari 1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

E DENGAN EFUSI PLEURA DI RUANG CATLEYA RSDS UNGARAN

TANDA DAN GEJALA ETIOLOGI


1) Gejala respratorik TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan
ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme.Individu
a) Batuk Keluhan batuk, timbul paling awal dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan. yang rentan menghirup droplet dan menjadi terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke
b) Batuk darah Keluhan batuk darah pada klien TB Paru selalu menjadi alasan utama klien untuk meminta pertolongan kesehatan. alveoli dan memperbanyak diri.Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli
dan bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare,
c) Sesak nafas Keluhan ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, 2015).Ketika seseorang penderita TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara
pneumothoraks, anemia, dan lain-lain. tak sengaja keluarlah droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya

d) Nyeri dada Nyeri dada pada TB Paru termasuk nyeri pleuritik ringan.
2) Gejala sistematis
a) Demam Keluhan yang sering dijumpai dan biasanya timbul pada sore atau malam hari mirip demam atau influenza, hilang timbul, dan PATHWAY
semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
b) Keluhan sistemis lain Keluhan yang biasa timbul ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise.Timbulnya keluhan pencernaan,dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadimelalui udara,
biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa minggusampai bulan.Akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak nafas. yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kumankuman basil tuberkel yang
berasal dari orang – orang yang terinfeksi. TB adalah penyakit yang dikendalikan oleh
respon imunitas diperantarai sel. Sel efektor adalah makrofag, dan limfosit( biasanya
DEFINISI sel T) adalah sel imunresponsif. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan
TB PARU makrofag yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya.Respons ini
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering disebut sebagai reaksi hipersensitivitas seluler (lambat). Basil tuberkel yang mencapai
Pola napas tidak efektif permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai unit yang terdiri dari satu sampai tiga
mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium
(D.0005) basil.Gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan
tuberculosis.TB paru dapat menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk
meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare, 2015).Selain itu TB cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.Setelah berada dalam ruangan
alveolus, biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah,
paru adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni
biasanya dibagian bawah kubus atau paru atau dibagian atas lobus bawah, basil
kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di berbagai organ tubuh tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.Leukosit polimorfonuklear tampak
lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani Rab, pada tempat tersebut dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme
2010) tersebut.Sesudah hari- hari pertama, leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi, dan timbulkan pneumonia akut. Pneumonia
TUJUAN INTERVENSI KEPERAWATAN selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal,
Observasi : atau proses dapat berjalan terus difagosit atau berkembang biak dalam di dalam sel.
Pola Nafas Membaik (L.01004) Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjer getah bening regional.
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
Setelah dilakukan perawatan pola nafas napas)
membaik dengan kriteria hasil: Edukasi DAFTAR PUSTAKA
 Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,
mengi, weezing, ronkhi kering)
1. Dispneu Membaik  Anjurkan asupan cairan 2000
Sabiston D, C.2010. Buku Ajar Bedah. EGC. Jakarta.
2. Penggunaan otot bantu napas Membaik  Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) ml/hari, jika tidak kontraindikasi.
Indonesia.
3. Pernapasan cuping hidung menurun  Ajarkan teknik batuk efektif
4. Ortopnea menurun Terapeutik Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),  Edisi 1, Jakarta,
 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt
Persatuan Perawat Indonesia
dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma Kolaborasi
cervical)
 Kolaborasi pemberian Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran
 Posisikan semi-Fowler atau Fowler
bronkodilator, ekspektoran, Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan
 Berikan minum hangat mukolitik, jika perlu. Perawat Indonesia

 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik Perawat Indonesia
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum

Anda mungkin juga menyukai