0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
12 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas latar belakang masalah kecemasan yang dialami pasien sebelum operasi katarak. Katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan di seluruh dunia, dan operasi diperlukan untuk menangani masalah ini. Namun, banyak pasien yang takut menjalani operasi karena kecemasan akan hasil dan komplikasi operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien sebelum operasi katar
Deskripsi Asli:
Judul Asli
Gambaran Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Katarak Di Klinik Griya Usadha
Dokumen tersebut membahas latar belakang masalah kecemasan yang dialami pasien sebelum operasi katarak. Katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan di seluruh dunia, dan operasi diperlukan untuk menangani masalah ini. Namun, banyak pasien yang takut menjalani operasi karena kecemasan akan hasil dan komplikasi operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien sebelum operasi katar
Dokumen tersebut membahas latar belakang masalah kecemasan yang dialami pasien sebelum operasi katarak. Katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan di seluruh dunia, dan operasi diperlukan untuk menangani masalah ini. Namun, banyak pasien yang takut menjalani operasi karena kecemasan akan hasil dan komplikasi operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien sebelum operasi katar
Mata merupakan salah satu organ yang vital bagi individu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Keaktifan pada mata manusia juga membuat mata menjadi organ yang paling rawan mengalami masalah kesehatan (Sugani dan Priandarini, 2010). Salah satu permasalahan kesehatan mata yang sedang dialami oleh masyarakat Indonesia adalah gangguan penglihatan hingga kebutaan. Penyebab utama kebutaan antara lain katarak, kelainan refraksi dan penyakit lain yang berhubungan dengan degeneratif (Kemenkes RI, 2014). World Health Organitation (WHO) memperkirakan ada 285 juta orang yang mengalami gangguan penglihatan di dunia, dimana 39 juta orang mengalami kebutaan dan 246 juta memiliki low vision. Penyebab utama gangguan pengliihatan di seluruh dunia adalah katarak sebesar 51% (Kemenkes Ri, 2014). Prevalensi katarak di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas 2013 mencapai sebesar 1,8%. Pravalensi katarak tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%), Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%). Jumlah pasien katarak yang melakukan kunjungan di Klinik Gria Usadha setiap tahunnya mengalami peningkatan yaitu dari tahun 2016 sebanyak 198 orang, tahun 2017 sebanyak 246 orang dan jumlah pasien katarak yang menjalani operasi pada bulan Oktober tahun 2018 sebanyak 59 orang (KGU, 2018). Kebutaan yang disebabkan oleh katarak dapat dicegah dengan melakukan tindakan operasi. Tindakan pembedahan pada pasien katarak bertujuan untuk memperbaiki visus atau tajam penglihatan. Pembedahan katarak dilakukan dengan mengambil lemsa mata yang mengalami katarak kemudian diganti dengan lensa implant atau Intra Okuler Lens (IOL). Lebih dari 90% operasi katarak berhasil dengan perbaikan fungsi penglihatan yang dinyakatakan dengan perbaikan visus pasien pasca operasi. Sebagian besar pasien mencapai visus kategori baik yaitu 6/18-6/6 setelah empat sampai delapan minggu pasca operasi (Kusuma, 2012). Masalah yang sering muncul pada pasien katarak adalah banyak pasien katarak yang tidak melakukan tindakan operasi, karena disebabkan oleh banyak factor. Hasil Riskesdas Bali tahun 2015 menunjukan salah satu alasan utama pasien katarak belum menjalankan operasi adalah takut menjalani operasi (40,1%). Tindakan operasi (pembedahan) menimbulkan krisis situasi yaitu gangguan internal yang ditimbulkan oleh peristiwa yang menegangkan, mengancam dan dapat meningkatkan kecemasan (Hawari, 2008). Bagi sebagian besar pasien tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial actual terhadap integritas yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun psikologis (Long, 2008). Tindakan operasi atau pembedahan adalah salah satu bentuk terapi yang dapat sebagai ancaman, baik secara potensial maupun actual terhadap tubuh, integritas dan jiwa seseorang yang dapat mencetus kecemasan pada diri pasien. Kecemasan merupakan gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan dengan penatalaksanaan medis (Srinayanti, dkk, 2017). Setiap pasien yang mengalami pre operasi selalu merasakan ketakutan dan kecemasan. Pasien yang sangat cemas sampai tidak bisa berbicara dan menyesuaikan diri sebelum operasi, seringkali menjadi hambatan pada saat paska operasi, pasien bersikap marah, bingung dan lebih mudah tersinggung (Long, 2008). Kecemasan dan ketakutan yang dirasakan pasien pre operasi ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyyan yang sama berulang kali, sulit tidur dan sering berkemih. Kecemasan yang dialami oleh pasien pre operasi adalah bahwa mereka takut jika operasinya tidak akan berhasil dan apakah setelah operasi mereka bisa kembali normal atau tidak. Pasien- pasien yang mengalami katarak terlihat lebih memiliki tingkat kecemasan yang tinggi pada saat sebelum ataupun sesudah operasi maupun pada saat operasi. Harapan dan juga hasil dari operasi itu sendiri menjadi pencetus utama timbulnya kecemasan dan rasa takut pada pasien katarak. Kecemasan juga dialami pasien setelah mereka mendapatkan tindakan operasi, mereka mengalami tingkat kecemasan karena pada dasarnya mereka memiliki rasa ketakutan akan efek samping dan komplikasi yang akan didapatkan setelah tindakan operasi (Srinayanti, dkk, 2017). Dampak yang ditimbulkan akibat kecemasan selama operasi yaitu perubahan hemodinamik tubuh seperti tekanan darah, nadi dan laju pernafasan yang dapat membingunkan team medis untuk melanjutkan tindakan operasi. Kecemasan yang dirasakan pasien pasca operasi ditandai dengan pasien mengalami kekhawatiran seperti maslah keuangan, tanggung jawab terhadap keluarga, dan kewajiban pekerjaan atau ketakutan terhadap prognosa yang buruk atau probabilitas kecacatan di masa mendatang. Bila kecemasan pada pasien operasi tidak diatasi maka dapat menggangu proses penyembuhan pasien (Srinayanti, dkk, 2017). Dampak kecemasan harus ditangani sesuai dengan tingkatanya sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak di Klinik Gria Usadha.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak di Klinik Gria Usadha tahun 2019?”. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penlitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan pada pasien pre operasi katarak di Klinik Gria Usadha 1.3.2 Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1.3.2.1 Mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pengalaman operasi pasien katarak di Klinik Griya Usadha 1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pre operasi pasien katarak berdasarkan umur di Klinik Griya Usadha 1.3.2.3 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pre operasi pasien katarak berdasarkan jenis kelamin di Klinik Griya Usadha 1.3.2.4 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pre operasi pasien katarak berdasarkan tingkat pendidikan di Klinik Griya Usadha 1.3.2.5 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pre operasi pasien katarak berdasarkan pekerjaan di Klinik Griya Usadha 1.3.2.6 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pre operasi pasien katarak berdasarkan pengalaman operasi di Klinik Griya Usadha 1.3.2.7 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pre operasi pasien katarak di Klinik Griya Usadha 1.4 Manfaat Penelitian Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Praktis 1.4.1.1 Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini dapat menjadi panduan tentang kecemasan pre operasi pasien katarak, sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan perlu mempertimbangkan aspek psikologis pasien agar tidak menggangu proses pengobatan. 1.4.1.2 Bagi pasien katarak Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa pasien yang akan menjalani operasi mengalami kecemasan yang dapat menggangu proses pembedahan sehingga pasien mampu mempersiapkan diri untuk menjalani operasi katarak. 1.4.1.3 Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar bagi peneliti selanjutnya terkait topic yang berkaitan atau Gambaran Tingakat Kecemasan Pasien Pre Operasi Katarak Di Klinik Griya Usadha. 1.4.2 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman atau pengembangan ilmu keperawatan khususnya yang berkaitan dengan persiapan pasien katarak sebagai kontribusi kepustakaan bagi institusi pendidikan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan penelitian ini. 1.5 Keaslian Penelitian 1.5.1 Penelitian Basofi (2016), tentang hubungan jenis kelamin, status pernikahan dan pekerjaan dengan tingkat kecemasan pada pasien operasi katarak di Rumah Sakit Yarsi Pontianak. Peneliitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan potong litang. Jumlah sampel sebanyak 49 orang dengan metode convenience sampling, alat ukur yang digunakan instrument Back Anxiety Inventory (BAI). Analisis data menggunakan uji Fisher. Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat kecemasan (or= 0,500, p=1,000). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan tingkat kecemasan (or= 1,111, p= 0,27). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status pernikahan dengan tingkat kecemasan (or= 1,000, p= 2,000). Kesimpulan tingkat kecemasan pada pasien operasi katarak tidak diperberat dengan factor jenis kelamin, pekerjaan dan status pernikahan. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada jenis penelitian, lokasi penelitian dan jumlah populasi penelitian. Persamaan dengan penelitian ini yaitu variabel kecemasan pasien pre operasi. 1.5.2 Penelitian Srinayanti, dkk (2017). Tentang tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak di ruang bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis. Jenis penelitiaan deskriptif dengan sampel semua pasien pre operasi di ruang bedah RSUD kabupaten Ciamis sebanyak 31 orang. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Depression Anxiety Sres Scale (DASS). Hasil penelitian menunjukan sebagian besar pasien mengalami kecemasan ringan sebanyak 16 orang (51,6%) dan tidak ada yang mengalami kecemasan sangat berat (panic). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian dan jumlah populasi penelitian. Persamaan dengan penelitian ini yaitu variabel kecemasan pasien pre operasi. 1.5.3 Penelitian Sekarniti (2018) Tentang Tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak di Rumah Sakit Mata Bali Mandara. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 58 orang. Dengan alat ukur kuiseoner Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). Hasil penelitian menunjukan dari 58 responden sebagian besar tingkat kecemasan pre operasi pasien katarak adalah ringan yaitu sebyank 42 orang (72,0%). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi penelitian. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak.