Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika

1. Konsep Pancasila Sebagai Sistem Etika

 Pengertian Pancasila

Pancasila berasal dari dua kata yaitu panca dan sila. Panca artinya lima,
sedangkan sila artinya dasar atau peraturan tingkah laku yang baik, yang penting
atau senonoh. Jadi, Pancasila adalah lima dasar yang dijadikan acuan dalam
bersikap dan bertingkah laku.

Pengertian dan pentingnya pancasila sebagai sistem etika


Pancasila sebagai sistem etika adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-
sila Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara di Indonesia. Pancasila sebagai sistem etika mendasarkan
penilaian baik dan buruk pada nilai-nilai pancasila, yaitu nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Kelima nilai tersebut
membentuk perilaku manusia indonesia dalam semua aspek kehidupannya.

 Pengertian Sistem

Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang
dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi
untuk mencapai suatu tujuan. Sistem nilai dalam pancasila adalah satu kesatuan
nilai-nilai yang ada dalam pamcasila yang saling berkaitan satu sama lain, tidak
dapat dipisahkan ataupun ditukar tempatkan karena saling berkaitan antara satu
dengan yang lain.

 Pengertian Etika

Etika merupakan cabang filsafat Pancasila yang dijabarkan melalui sila-sila


Pancasila dalam mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara di Indonesia. Etika Pancasila cenderung mendekati pada pengertian
etika kebajikan dalam sistem pemerintahan. Hal ini dikarenakan konsep
deontologis dan teologis terkandung di dalam Pancasila.
Deontologi artinya Pancasila mengandung kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh warga negara. Teleologi artinya Pancasila menjadi tujuan dari negara
Idonesia. Namun, Pancasila etap bersumber pada etika kebajikan. Tidak hanya
berorientasi pada kewajiban dan tujuan.Adapun pemaknaan tersebut di dapatkan
dari jenis etika yang mana senantiasa terkait erat dengan bagaimana manusia
bertingkah laku yang baik. Etika bersifat universal, berbeda dengan etiket yang
berlaku pada tempat tertentu (misal adat bertamu orang Jawa berbeda dengan
adat bertamu orang Batak). Etika mencakup norma moral yang bersumber dari
hati nurani demi kenyamanan bersama.

Etika memiliki arti watak, sikap, adat atau cara berpikir. Secara etimologi, etika
mengandung arti ilmu mengenai segala sesuatu yang biasa dilakukan. Etika
sangat erat kaitannya dengan kebiasaan dan tata cara hidup yang baik pada diri
sendiri serta orang lain. Etika bertendensi dengan kata moral, berarti berasal dari
hati nurani setiap orang. Pada intinya, etika adalah struktur pemikiran yang
disusun guna memberi tuntunan kepada manusia dalam bersikap dan bertingkah
laku.

Pancasila sebagai sistem etika bersumber dari kehidupan masyarakat berbagai


etnik di Indoensia. Selain itu, Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam
norma dasar (grundnorm) yang digunakan sebagai pedoman penyusunan
peraturan.

Secara politis, Pancasila sebagai sistem etika mengatur masalah perilaku


politikus yang berhubungan dengan praktik institusi sosial, hukum, komunitas,
struktur sosial, politik dan ekonomi. Dengan kata lain, para penyelenggara
negara harus mencerminkan etika dari

Kata etika berasal dari Bahasa Yunani Kuno


yang ethos, dan ethikos. Ethos sendiri berarti kebiasaan, atau watak,
sedangkan ethikos memiliki arti sebagai susila, atau perbuatan yang baik.
Sehingga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika merupakan ilmu yang
menjelaskan tentang apa yang baik, dan apa yang buruk, dan hal yang berkaitan
dengan hak dan kewajiban moral (akhlak).

Secara etimologis, etika berarti ilmu tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan
atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam arti ini, etika berkaitan dengan
kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik, baik pada diri seseorang
maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari
satu generasi ke generasi yang lain.

Dalam artian ini, etika sama maknanya dengan moral. Etika dalam arti yang luas
ialah ilmu yang membahas tentang kriteria baik dan buruk (Bertens, 1997: 4-6).
Etika pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai segala
sesuatu yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia. Keseluruhan
perilaku manusia dengan norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerap
kali disebut moralitas atau etika (Sastrapratedja, 2002: 81).

Indonesia memakai Pancasila sebagai sistem etika yang berdasarkan dengan


nilai dari kelima Pancasila. Kelima sila ini berfungsi sebagai sistem aturan, atau
pedoman bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, dan
berbangsa dalam kesehariannya.

2. Aliran Etika
Dalam kajian etika dikenal tiga teori/aliran besar, yaitu deontologi, teleologi dan
keutamaan. Setiap aliran memiliki sudut pandang sendiri-sendiri dalam menilai.

a. Etika deontologi

apakah suatu perbuatan dikatakan baik atau buruk.

Etika deontologi memandang bahwa tindakan dinilai baik atau buruk


berdasarkan apakah tindakan itu sesuai atau tidak dengan kewajiban. Etika
deontologi tidak mempersoalkan akibat dari tindakan tersebut, baik atau
buruknya Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Immanuel Kant (1734-
1804). Ukuran kebaikan dalam etika deontologi adalah kewajiban, kemauan
baik, kerja keras dan otonomi bebas. Tindakan itu baik bila didasari oleh
kemauan baik dan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk melakukan perbuatan
itu, dan tindakan yang baik adalah didasarkan atas otonomi bebasnya tanpa ada
paksaan dari luar.

b. Etika teleologi

Pandangan etika teleologi berkebalikan dengan etika deontologi, yaitu bahwa


baik buruk suatu tindakan dilihat berdasarkan tujuan atau akibat dari perbuatan
itu.

c. Etika keutamaan

Etika ini tidak mempersoalkan akibat suatu tindakan, tidak juga mendasarkan
pada penilaian moral pada kewajiban terhadap hukum moral universal, tetapi
pada. engembangan karakter moral pada diri setiap orang Karakter moral ini
dibangun dengan cara meneladani perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh
para tokoh besar. Internalisasi ini dapat dibangun melalui cerita, sejarah yang di
dalamnya mengandung nilai-nilai keutamaan agar dihayati dan ditiru oleh
masyarakatnya. Kelemahan etika ini adalah ketika terjadi dalam masyarakat
yang majemuk, maka tokoh-tokoh yang dijadikan panutan juga beragam
sehingga konsep keutamaan menjadi sangat beragam pula, dan keadaan ini
dikhawatirkan akan menimbulkan benturan sosial.

Kelemahan etika keutamaan dapat diatasi dengan cara mengarahkan keteladanan

tidak pada figur tokoh, tetapi pada perbuatan baik yang dilakukan oleh tokoh itu
sendiri, sehingga akan ditemukan prinsip-prinsip umum tentang karakter yang
bermoral itu seperti apa.

Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika dalam Kehidupan :

Pancasila sebagai sistem etika memerlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai


moral yang hidup agar tidak terjebak dalam pandangan yang bersifat mitos.
Misalnya korupsi terjadi karena pejabat diberi hadiah oleh seorang yang
membutuhkan sehingga urusannya lancar. Dia menerima hadiah tanpa
memikirkan alasan orang tersebut memberikan bantuan. Sehingga tidak tahu
kalua perbuatannya dikategorikan dalam bentuk suap.Hal yang sangat penting
dalam mengembangkan Pancasila sebagai sistem etika meliputi:

1. Menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan penentu sikap, tindakan


serta keputusan yang akan diambil setiap warga negara.
2. Pancasila memberikan pedoman bagi setiap warga negara agar memiliki
orientasi yang jelas dalam pergaulan regional, nasional dan internasional
3. Pancasila menjadi dasar analisis kebijakan yang dibuat penyelenggara negara
sehingga mencerminkan semangat kenegaraan berjiwa Pancasila
4. Pancasila menjadi filter terhadap pluralitas nilai yang berkembang dalam
berbagai bidag kehidupan

3. Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika


Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan permaslahan yang
dihadapi oleh bangsa Indonesia diantaranya:

1. Masih terdapat kasus korupsi yang melemahkan sendi kehidupan negara


2. Masih terdapat kasus terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga
menurunkan sikap toleransi dan menghambat integrase nasional
3. Masih terjadinya pelanggaran atas arti HAM dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
4. Terdapat kesenjangan antara kelompok miskin dan kaya serta masih
terdapatnya kaum marginal di beberapa wilayah yang merasa terasingkan
5. Masih adanya ketidakadilan hukum dalam sistem peradilan di Indonesia
6. Banyak terjadi pengingkaran dalam pembayaran pajak, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai