Anda di halaman 1dari 7

VISIBANTUAN IMF DAN PROBLEMATIK

BEBAN EKONOMI NASiONAL

Edy Suandi Hamid

Abstract

When Indonesian government asked IMF to help setting Indonesia out of the cur
rencyexchange crisis lately, there are contra as well as proamong Indonesian economists.
The ones who contradicted the policy argued that, as it was known, IMF's assistance is a
conditional assistance. IMF always submits some requirements to the country that asked
for assistance they give. According to them who contradicted thepolicy, it means thatthe
domestic policy ofIndonesian economy will beintervened byIMF. Whereas, itIssuspected
thatbehind IMF's policy, thereare vestedinterests of bigcountries thathas been a domi
nant donator in IMF.
Nevertheless, there Is also pro opinions aboutthe policy. The pro argues that IMF
will able to make distoriive policy right. This article discuss the contradiction about IMF and
theImplication ofthegovernment policy to thenational economy.

VISI IMF DAN PANDANGAN iuran/kontribusi dalam bentuk emas, dollar atau
STRUKTURALISME kekayaan lainnya, yang disesuaikan dengan
Dana Moneter Intemasionai (IMF) didirikan jumlah penduduk, tingkat kemajuan ekonomi,
pada tahun 1944 di Bretton Woods (New serta posisi negara tersebut dalam perdagangan
Hempshire). Badan ini dibentuk untuk membantu dunla. Kontribusi anggota In! menentukan hak
negarayang maigalami kesulitan yangterkaftdengan suara anggota dalam pengambllan keputusan di
neraca pembayaran dan nilai tukamya. IMF didesain IMF. IMF juga mencetak 'uang", yang dikenal
sebagai suatu bank sentral internasional. Secara dengan sebutan special drawing rights (SDR),
lebih luas, pada pasal 1 (Articles of Agreement) yang dapat digunakan untuk transkasi antar pe-
tanggung jawab IMF ini adalah mempromosikan merintah ataupun bank sentral antar negara
kerjasama moneter internasional: memfasilitasi (Kindleberger and Lindert, 1982).
perluasan perdagangan internasional; men- Oleh karena itu, kalau saat ini Indonesia
dukung stabilitas nilai tukar; membantu pendirian meminta bantuan kepada IMF untuk mengatasi
sistem pembayaran muitllaterai; dan penghapusan krisis nilai tukar yang meluas pada krisis ekonomi
restriksi pertukaran valuta asing; dan memberikan secara keseluruhan, adalah merupakan sesuatu
kepercayaan/keyakinan (confidence) kepada ang- yang wajar dan menjadi hak Indonesia untuk
gota dengan penyediaan cadangan sementara memlntanya. Namun, Ini sekaligus mencermlnkan-
untuk meminimalkan gangguan dari adanya penye- bahwa Indonesia saat ini benar-benar mengalami
suaian yang berkaitan dengan masalah neraca pem kesulitan dalam perekonomlannya. Waiaupun
bayaran (BOP); serta membantu mengatasi acapkali dikatakan bahwa 'fundamental ekonomi*
problematlk yang ditimbulkan oleh adanya keti- Indonesia sangat kuat, namun adanya permin-
daksambangan dalam BOP (Masson and Mussa, taan bantuan ke IMF mencerminkan bahwa 'ting
1995). kat kekuatan" fundamental ekonomi tersebut
Dari anggotanya yang saat ini berjumlah maslh kalah kuat dengan fektar-faktor lain, sq)erti
(lebih dari seratus n^ara) negara, IMF menerima ge^kan spekulasi, ataupun permintaan dollar dalam

JEP VOL 2 NO. 3, 1997 240


Edy Suandi Hamid. Visi Bantuan IMF...
ISSN : 1410-2641

waktj singkat untuk k^utuhan riel ekonomi yang perang Arab-Israel. Dalam mengatasi akibat
ada. lonjakan harga minyak Itu ternyata negara maju
Permintaan bantuan kepada IMF bukanlah lebih mampu dan relatif berhasil dibandingkan
sesuatu yang cuma-cuma, atau tanpa syarat. negara berkembang. Hal ini terjadi karena (1)
Sebagai suatu lembaga yang profesional, negara maju memproduksl barang-barang yang
mereka selalu mengajukan persyaratan yang juga dibutuhkan oleh negara anggota OPEC.
ketat atas bantuan yang diberikan kepada ang- Mereka dapat menaikkan harga jual barang pro-
gota yang membutuhkannya. Hal Inilah yang duk mereka tersebut agar nllal tukarnya tidak
menyebabkan munculnya pandangan pro-kontra memburuk, dan untuk mengkompensasi pem-
di tanah air ketika pemerintah mengajukan per- bayaran yang digunakan untuk membell minyak;
mohonan bantuan ke IMF tersebut. Hal in! dl- (2) Anggota OPEC menyimpan banyak dana
anggap akan membuka jalan intervensi lembaga minyaknya dl bank-bank negara maju; (3) negara
internasional tersebut atas kebijakan ekonomi maju mempunyai teknologi untuk menlngkatkan
domestik. Bahkan, pandangan pakar polltik ada efisiensi penggunaan minyaknya dan mengem-
yang menganggap sebagai munculnya wujud dan bangkan bahan penggantinya.
kdonialisme baru. Argumentasinya, dl ballk Ketlga kondisi Itu tidak ada yang terap dl
keputusan IMF adalah negara-negara maju yang negara berkembang. Harga komoditi ekspomya
mengendallkannya, dan Ini dapat dilakukan tidak bisa secara slgnlfikan menlngkat; posisi
karena kontribusi dananya sangat besar pada neraca pembayarannya memburuk; dan kemam-
lembaga keuangan tersebut Dus vis! negara-negara puan teknologinya terbatas sehingga hanya bisa
industri Itu pula yang mewarnai kebijakan IMF. meneiima apa adanya kondisi yang terjadi waktu
Pandangan yang demikian, yang kurang Itu. Memburuknya neraca pembayaran (Less
mendukung peran IMF dalam membantu negara Developing Countries) akibat naiknya harga
berkembang, juga muncxjl dari kelompok ekonom minyak tersebut diatasi oleh IMF melaiul mone
strukturalis. Namun alasannya berbeda, yaknl dikait- tary approach tothe balance ofpayments, suatu
kan dengan keefektifan iangkah-langkah atau teori yang dikembangkan untuk mengatasi problem
paket kebijaksanaan yang dipaksakan kepada neraca pembayaran di banyak negara maju.
negara berkembang untuk dilaksanakan dalam Untuk Itu dilakukan devaluasi agar nilai tukamya
mengatasi kesuiitan ekonominya. Visi dan kerangka membaik, dan devaluasi Ini biasanya dijadikan pula
kebijakan IMF adalah berbasis dan diorientasikan sebagai syarat oleh IMF untuk mendapatkan
pada kondisi negara maju, dengan asumsi- bantuan. Namun hasilnya ternyata beragam, ada
asumsi yang umum terjadi di negara tersebut, yang sukses dan ada yang tidak. Bahkan Struk
sehingga terkadang berbeda dengan yang turalis menllal program stabilisasi IMF tersebut
dibutuhkan oleh negara berkembang seperti justru menyebabkan kecenderungan stagflasl yang
Indonesia. Pandangan IMF secara frontal ditolak semakin buruk.
para pemlkir Strukturalis, yang menganggap Misalnya, IMF sangat ringan untuk mengusul-
problematik negara berkembang secara kualitatlf kan devaluasi bagi negara yang mengalami krisis
bertjeda dengan negara maju. Karenanya, treatment neraca pembayaran, padahal Impor Input antara
mengatasi masalah ekonomi negara berkembang bagI Industri negara berkembang, dan juga
harus berbeda pula dengan di negara maju (lihat barang konsumsi, masih sangat besar. Juga,
John Weiss, 1995, juga RaghbendraJha, 1995). dengan asumsl untuk merielkan harga produk,
Perkembangan allran Strukturalis Inl men- bagI lembaga seperti IMF akan sangat ringan
jadi lebih berkembang karena waktu Itu didukung untuk merekomendasikan penghapusan subsidi
-oleh suatu kasus empirik yang terjadi setelah ataupun saran untuk menaikkan harga barang-
terjadinya lonjakan harga minyak dunia menyusul barang kebutuhan publlk. Dalam kondisi seperti

241
JEPV0L.2N0. 3.1997
ISSN : 1410-2641 EdySuandi Hamld, Visi Bantuan IMF..

sekarang, untuk kasus Indonesia, ini bisa lasl dengan tindakan spekulatif pula. JadI, bisa
berakibat pada semakin membumknya kondisi berhasll, tetapi bisa juga gagal. Persoalannya,
ekonomi masyarakat kebanyakan. jika gagal, risikonya tidak ditanggung
perorangan, melainkan oleh masyarakat iuas,
BANTUAN IMF UNTUKINDONESIA oleh produsen, konsumen, pemerintah, dan seba-
Walaupun terdapat pandangan yang mem- gainya. Padahal, menilik pengalaman Thailand,
pertanyakan permintaan bantuan ke IMF ini, dengan cara ini mereka coHapse, dan seteiah
melalui proses perundingan yang cukup panjang, bangkrut tersebut mereka baru minta bantuan
Indonesia akhlmya mendapatkan komitmen bantuan IMF. Indonesia memilih cara yang tidak speku
multilateral dari IMF sebanyak US$ 23 milyar. latif, dengan mengundang IMF sebelum cadangan
Menyusul bantuan tersebut, diperkirakan ada devlsanya terkuras.
tambahan bantuan lain dari Singapura, Australia, Kedua, jika diiiat pak^ kebijakan pemulihan
Brunei, dan negara lainnya dalam kerangka bi yang disyaratkan IMF tersebut negosiasi yang
lateral sebanyak US$ 7 milyar. Dalam kaitan dilakukan akhlmya mencapal suatu langkah
dengan penerimaan bantuan ini, ada beberapa kompromi yang tercermin dari paket bantuan
catatanyangdapatdiberikan. dana dan kebijakan yang hams ditempuh oleh
Pertama, proses perundingan untuk mem- Indonesia. Pemerintah tidak hams secara drastis
peroleh bantuan IMF ini temyata cukup panjang, mengubah kebijakan yang selama ini dianggap
dan dikesankan culoip alot. Diduga hal ini beriraitan tidak tepat oleh lembaga keuangan intema-
dengan adanya perbedaan visi kebijakan IMF sional tersebut, seperti kasus mobil nasional
sangat mungkin tidak sejalan dengan apa yang yang diserahkan kepada panel WTO, monopoli,
sudah dan akan dilakukan oleh pemerintah. Boleh oligopoli, serta yang berkaitan dengan tataniaga.
jadi persyaratan yang diajukan IMF sebelumnya Artinya, persyaratan IMF diterima Indonesia namun
tidak cocok dengan yang diinginkan pemerintah sebagian penjadwalannya menyesuaikan
Indonesia. Beiteda dengan Thailand yang terke- dengan kesiapan Indonesia. Bahkan, ^agian
san sepenuhnya dikendalikan oleh IMF dan besar paket pemulihan ekonomi yang direkomen-
menerima persyaratan yang cukup keras, per daslkan IMF adalah sqalan dengan yang sedang
syaratan IMF untuk Indonesia - seperti dl- dan akan dilaksanakan Indonesia, hanya saja be
publikasikan media massa ~ agaknya cukup berapa dl antaranya ada yang mengalami perce-
moderat, patan.
Indonesia maslh mampu melunakkan kebi Ketiga, jika dilihat dari nilai bantuan yang
jakan persyaratan IMF karena masih mempunyai diberikan jumlahnya sangat besar, yaknijika
kekuatan tawar menawar (bargaining power) dirupiahkan yang berasal dari IMF mencapa Rp
yang leblh baik dibandingkan Thailand, kendati 80,5 tiilyun, dan yang dari bilateral sekltar Rp
dalam beberapa variabel makro ekonomi Indone 24,5 trilyun (kurs ketika pengumuman bantuan
sia juga sama kurang baiknya dengan Thailand IMF US$1 = Rp 3500). Jika hal demikian terjadi,
{LIhalTabel 1). maka secara total rencana bantuan tersebut
Ketika meminta bantuan pada IMF, Indonesia mencapai Rp 105 trilyun. Sekedar perbandingan.
masih memiliki cadangan devisa lebih dari US$ nilai tersebut sudah melampaui total anggaran
20 milyar, sehlngga permintaan bantuan ke IMF dalam APBN 1997/1998 ini yang dianggarkan
bukan "senjata terakhir" yang bisa digunakan. 'hafiya" Rp 101 trilyun. Dalam APBN yang seka
Tanpa bantuan IMF, masih mungkin bagi Indonesia rang, pos utang luar negeri hanya dianggarkan
melawan kemerosotan mpiah Ini dengan melepas Rp 13 trilyun, yang sudah diperoleh pada jull lalu
cadangan devisa tersebut. Tetapi tindakan ini dari CGI. Dibandingkan total utang luar negeri
sangat spekulatif. Artinya, kita melawan speku- pemerintah saatini, maka nilai pinjaman dari IMF

242
JEP VOL 2 NO. 3,1997
Edy Suandi Hamid, VisiBantuan IMF... ISSN : 1410-2641

label 1
Beberapa Perbandingan Indlkator EkonomI Indonesia dan Thailand, 1996

VARIABEL EKONOMI THAILAND INDONESIA


Defisit transaksi berjalan thd PDB (%) 8,1 -3,8
Utang luar negeri (persentase thd PDB) 49,9 54,1
Persentase utang luar neegri swasta
terhadap total utang luar negeri 80,0 40,0
Persentase kredit macet lembaga keuangan 6,5 8,8
Persentase kredit macet thd PDB 6.5 4.8
Rasio utang dengan ekuiti perusahaan-
perusahaan yg tercatat dalam bursasaham 140,2 63,2
Sumber; IMF dan ESCAP, sebagaimana dalam Kompas (23/10/97)

saja sudah separo dan total atau akumulasi ekonomi Indonesia cukup kuat, namun dari lang-
utang luar negeri pemerintah Indonesia yang kah-langkah kebijakan yang diambil tetap tidak
dibuat selama in!. bisa menutupi rasa gamang atas kondisi yang
Sangat wajar kalau angka bantuan In! cu- sekarang ini. Teriebih lagi, jika melihat pengala-
kup mengejutkan banyak pihak. Nilainya sangat man di negara tetangga, Thailand. Krisis yang
fantastis, dan layak disebut sebagai dipicu kemerosotan nilai matauang telah
'super-megakredif. Kondisi Thailand, yang sudah berkembang menjadi krisis ekonomis ecara kese-
habis-habisan (tanpa cadangan devisa], dan krisis luruhan, dan kemudian berkembang menjadi
monetemya dikatakan jauh lebih parah dibanding- krisis sosial dan politik, sampai tergulingnya pe-
kan Indonesia, hanya mendapat suntikan dana merintahan Perdana Menteri Chavalit Yong-
IMF sebesar 17 milyar dollar. Padahal, Indonesia chaiyudh.
masih menyisakan dana cadangan devisa US$ Agaknya pemerintah tidak ingin mengii-
20 milyar di Bank Indonesia. Lebih dari itu, saat langi pengalaman di Thailand yang dengan dana
memlnta bantuan IMF lembaga - lembaga US$ 17 milyar dari IMF gagal mengatasi krisis
keuangan dl Thailand sudah banyak yang rontok. monetemya. Pemerintah mungkin juga tidak ingin
Sebanyak 58 lembaga keuangannya, sejak awal tanggung-tanggung dalam mengatasi ulah spekulan,
tahun ini telah bangkrut atau dilikuidasi. Lembaga dan juga mem^uhi k^utuhan riel masyarakat
keuangan di Thailand tersebut menghadapi kredit terhadap dollar AS ini, termasuk untuk membayar.
macet yang nilaiunya mencapai US$ 35 milyar. utang luar negeri yang jatuh tempo. Yang lebih
Keempat, bantuan yang demikian besar ini penting lagi adalah pemerintah ingin memulihkan
mencerminkan betapa khawatimya pemerintah kepercayaan terhadap rupiah khususnya, dan
menghadapi krisis ekonomi yang terjadi saat ini. kebijakan ekonomi pemerintah umumnya dari
Walaupun berkali-kali dikatakan fundamental segenap masyarakat dan para pelaku ekonomi.

243 JEP VOL 2N0. 3,1997


ISSN : 1410-2641 Edy Suandi Hamid, Visi Bantuan IMF..

Kellma, visi dan kebijakan IMF juga akan atau bantuan IMF hanya bantuan teknis dan
membavra mekanisme perekonomlan dl Indonesia bersifat konsultasi. Kenyataannya, segepok
semakin lebih mengarah kepada ekonomi pasar. syarat terkait dengan bantuan IMF tersebut, dan
Namun demiklan, intervensi pemerintah, dalam bantuan IMF jelas-jelas merupakan bantuan
batas-batas tertentu tetap saja muncul dalam dana yang jumlahnya merupakan rekor dari pin-
perekonomian. Hanya saja kemungkinan IMF jaman yang pemah dilakukan dalam sejarah ban
akan "meluruskan" kebijakan-kebijakan yang tuan luarnegeri untukIndonesia.
dianggap menimbulkan distors! pasar atau bias Namun demiklan, daiam kaitan dengan
pada individu dan kelompok tertentu. Ini dampak upaya mendongkrak kredibilitas rupiah, walaupun
positif yang bisa diharapkan terjadi pasca tidak drastis, masuknya IMF ini pasti ada
bantuan IMF tersebut. Misalnya saja, sehari pengaruhnya. Ini tercermin dari langkah sporadis
setelah bantuan IMF diumumkan, pemerintah yang dilakukan pemerintah menyusul bantuan
melalui Otoritas Moneter, langsung melakukan IMF tersebut, seperti penglikuidasikan bank-bank
likuldasi pada 16 bank-bank nasionai yang ber- bermasaiah, dan dereguiasi sektorriel 3 November
masalah. Padahal sebelumnya langkah likuldasi iaiu. Dapat diduga dereguiasi lainnya juga akan
ini sulit dilakukan karena kurangnya ketegasan menyusul, termasuk di sektor moneter. Oleh
otoritas moneter sendiri, yang bisa jadi khawatir karena itu, momentum saat ini perlu dimanfeatkan
mengalami benturan dengan usahawan yang oleh pemerintah untuk memuiihkan kepercayaan
lebih mempunyai akses dengan pengambii masyarakat tersebut. Artinya, kebijakan-kebijakan
keputusan politik-ekonomi di negeri ini. selanjutnya hamslah transparan, jujur, konsisten,
dan tidak bias pada segelintir pelaku ekonomi
MASALAH BEBAN EKONOMI saja.
INDONESIA Demikianlah, intervensi IMF dan kontributor
Sejauhmana keberhasiian bantuan IMF dana iainnya pada kebijakan domestik kita, maka
dan lalnnya tersebut, masih harus kita tunggu sangat baik kalau masuknya pihak asing tersebut
faktanya beberapa waktu yang akan datang. dijadikan energi penambah keberanian para
Namun, jika kita cermati saat ini, pasar tidak menteri dan pengambii kebijakan lainnya untuk
spontan bereaksi atas pengumuman IMF dan tanpa pandang buiu dan piiih kasih untuk
pemerintah Indonesia itu. Artinya, ketika itu dollar menghilangkan segala sumber distorsi ekonomi
belum langsung menguat, pasar modal masih tetap yang ada selama ini. Langkah Bank Indonesia
adetrbayem. Bam tiga hari sesudahnya, setelah di- dan Departemen Keuangan yang melikuidasi
bantu intervensi Bank Sentral Jepang, Singapura bank-bank tidak sehat, yang ternyata
dan Bank Indonesia, terjadi penguatan rupiah. kepemilikannya juga terkait dengan 'nama-nama
Penyebab reaksi yang lamban dari pasar ini ter besar' di tanah air, diharapkan puia bisa meram-
jadi kemungkinan karena orang masih beium per- bah ke sektor riei untuk melakukan hal yang
caya dan menanggapi serba ragu setiap kebija sama, seperti menghapuskan hak-hak istimewa
kan yang ditempuh pemerintah ini, termasuk yang terianjur diberikan kepada pelaku-pelaku
ekonomi tertentu.
daiam mengundang IMF. Apakah pemerintan
akah bersikap konsisten puia daiam melaksanakan Sudah menjadi rahasia umum, beberapa
bertsagai kebijakan ekonominya? Ini mengingat da kebijakan di sektor riel, yang menyangkut izin-izin
lam kaitan bantuan IMF ini saja, pemyataan resmi usaha ataupun proteksi sering tidak terbuka dan
pemerintah sangat simpang siur dan bertolak bias. Ini bukan saja menimbulkan rasa iri hati,
beiakang dengan yang terjadi. Misalnya di- tetapl juga ketidal^astlan bagi para investor dan
katakan, tidak ada persyaratan bantuan IMF; p^aku ekonomi umumnya. Kebijakan seperti ini

JEP VOL. 2 NO. 3,1997 244


Edy Suandl Hamid, Visi Bantuan IMF... ISSN : 1410 - 2641

hanya menguntungkan segeCntir pelaku ekonomi, lum bantuan IMF dan bilateral lainnya pasca
namun dapat mengofbankan kepentingan ekonomi krisis moneter (s/d September 1997) menunjuk-
seoara keseluruhan. kan bahwa pinjaman luar negeri Indonesia sudah
Sebagai oatatan penutup rencana bantuan mencapal US$ 117,2 mllyar. Ini terdiri dari US$
IMF tersebut tidak sehamsnya dianggap seba 65 milyar pinjaman swasta, dan US$ 52,3 milyar
gai suatu rezeki nomplok atau windfall profit. Ini pinjaman pemerintah.
adalah komitmen utang, yang hams kita bayar. Dengan total utang luar negeri Indonesia
Jangankan pinjamannya kita gunakan, andai tak sejumlah tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
dipakai pun kita tetap membayar comitment fee nilai tersebut sudah teriampau banyak (over bor
yang besar. Dengan kata lain, pinjaman in! dapat rowing) dibandingkan kemampuan ekonomi Indo
dianggap sebagai dana cadangan darurat, yang nesia untuk membayarnya. Ini dapat dilihat dari
seandainya tidak terpaksa, dana bantuan ilu debt service ratio kita, yang diperklrakan men-
tidak periu digunakan, kendatipun tetap hams capai 34,5% dalam tahun 1997/1998 ini. DSR
membayat commitment fee kepada IMF dan Indonesia sejak 1986/1987 selalu berklsar 30%.
kreditor lainnya. Padahal ambang batas kritis yang menjadi kon-
Pemanfaatannya hams benar-benar se- vensi kebanyakan ahli ekonomi adalah apabila
lektif, terkait dengan upaya pemulihan ekonomr DSR-nya di atas 20 persen (konservatif) dan 25%
jangka pendek. Dus, bukan untuk menambah (moderat). Dengan demiklan sebenamya sejak
pengeiuaran mtin atau anggaran pembangunan, 1986 itu tingkat utang luar negeri ini sudah mem-
melainkan untuk mengatasi krisis likuiditas yang berikan sinyal yang dari sudut Indonesia sudah
terjadi. Bantuan yang demiklan besar akan membahayakan. Dan jika dilihat lebih sempit,
mengandung konsekuensi pembayaran bunga maka kontributor terhadap tingginya DSR ini se-
dan cicilan yang besarpula di masa mendatang. bagian besar (lebih dari separo) berasai dari
Padahal, pinjaman pemerintah dan swasta yang utang swasta Karena Itu memang periu ada suatu
ada saat ini saja sudah menimbulkan beban berat mekanisme untuk mengendalikan utang swasta
untuk pembayaran bunga dan ddiannya dan mem- yang uniumnya berjangka pendek dan berbunga
pakan salah satu sumber penyebab krisis saat tinggi tersebut.
ini. Sebagaimana diketahui, data sampal sebe-

DAFTARPUSTAKA

Bell, Daniel and Kristol, Irving (eds), (1988), The Crisis In Economics Theory (Krisis dalam Teori
Ekonomi), Jakarta, LP3ES

Guitlan, Manuel, (1992), Trie Unique Nature ofthe Responsibilities of the iMF', Washington DC, IMF
Jha, Raghbendra, (1994), 'Macroeconomics for Developing Countries', London, Routledge
Kindelberger, Charles P and Undert, Peter H, (1982), International Economics, edisi ke-7, Richard D.
Irwin

Masson, Paul Rdan Mussa, Michaie, (1995), 'The Role ofthe IMF', Washington DC, IMF

245 JEP VOL 2 NO. 3.1997


ISSN •1410 - 2641 Suandl Hamid, VisiBantuan IMF..

Rivera-Batiz. Fransisco and Rivera-Batiz, Luis A, (1994), International Finance and Open Economy
^ Macroeconomics, edisi kedua, New York, Macmillan Publishing Companies.
Weiss, John, (1995), Economic Policyin Developing Counfnes: The Reform Agenda, London, Prentice Hail

246
JEP VOL 2 NO. 3,1997

Anda mungkin juga menyukai