Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................................


Daftar Isi ...............................................................................................................................
Bab I Pendahuluan ................................................................................................................
A. Latar belakang ...........................................................................................................
B. Tujuan .......................................................................................................................
C. Rumusan Masalah .....................................................................................................
Bab II Pembahasan ...............................................................................................................
A. Pengertian Aspek Legal Keperawatan ......................................................................
B. Landasan Aspek Legal Keperawatan ........................................................................
C. Dasar Hukum Keperawatan ......................................................................................
D. Hal-hal yang Diatur dalam Aspek Legal ..................................................................
E. Masalah Hukum dalam Praktek Keperawatan ..........................................................
F. Proses Legalisasi Praktik Keperawatan ....................................................................
G. Isu Etik Dalam Praktek Keperawatan .......................................................................
Bab III Penutup .....................................................................................................................
A. Kesimpulan ...............................................................................................................
B. Saran .........................................................................................................................
Daftar Pustaka .......................................................................................................................

1
BAB I
PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang
Mengikuti perkembangan keperawatan dunia, perawat menginginkan perubahan mendasar
dalam kegiatan profesinya. Dulu membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian dari upaya
mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan pelayanan keperawatan mandiri
sebagai upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu
mengubah sebagian besar bentuk hubungan perawat dengan manajemen organisasi tempat kerja.
Jika praktik keperawatan dilihatsebagai praktik profesi, maka harus ada otoritas atau
kewenangan, ada kejelasan batasan, siapamelakukan apa. Karena diberi kewenangan maka
perawat bisa digugat, perawat harus bertanggung jawab terhadap tiap keputusan dan tindakan
yang dilakukan.Tuntutan perubahan paradigma tersebut tidak mencerminkan kondisi dilapangan
yangsebenarnya, hal ini dibuktikan banyak perawat di berbagai daerah mengeluhkan
mengenaisemaraknya razia terhadap praktik perawat sejak pemberlakuan UU Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran. Pelayanan keperawatan diberbagai rumah sakit
belummencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan
yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien,

Nursing di Indonesia yang tergolong masih muda dibandingkan dengan di negara


Baratmemang tertinggal jauh. Bahkan di antara negara-negara Asia sekalipun. Meskipun
demikian, geliat perubahan yang dimulai sejak tujuh tahun terakhir di tanah air merupakan upaya
positif yang sudah pasti memerlukan dukungan semua pihak. Tetapi yang lebih penting
adalahdukungan pemikiran-pemikiran kritis terutama dari nurses itu sendiri. Pola pikir kritis ini
merupakan tindakan yang mendasari evidence-based practice dunia nursingyang memerlukan
proses pembuktian sebagaimana proses riset ilmiah. Pola pikir tersebut bukan berarti
mengharuskan setiap individu menjadi peneliti/researcher. Sebaliknya, sebagai landasan dalam
praktek nursing sehari-hari. Dengan demikian kemampuan merefleksikan kenyataan praktis
lapangan dengan dasar ilmunursing ataupun disiplin ilmu lainnya, baik dalam nursing proses
kepada pasien ataupun dalammelaksanakan program pendidikan nursing, sudah seharusnya
menyatu dalam intelektualitasnurses
     B.     Tujuan
Untuk mengetahui deskripsi aspek legal keperawatan, dasar hukum keperawatan, standart
praktik keperawatan serta tanggung jawab dan tanggung gugat perawat.

2
BAB II
PEMBAHASAN
 ASPEK LEGAL KEPERAWATAN

A.   Pengertian Aspek Legal Keperawatan


Legal merupakan sesuatu yang dianggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Setiap aturan yang berlaku untuk seorang perawat Indonesia dalam
melaksanakan tugas atau fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional Indonesia, dimana
seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian pelanggaran etik
dapat dihindarkan. Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum
yang melahirkan hak dan kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara perorangan maupun
berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan baik antara manusia yang satu dengan yang
lain, antar kelompok manusia, maupun antara manusia dengan kelompok manusia. Hukum dalam
interaksi manusia merupakan suatu keniscayaan (Praptianingsih, 2006).
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam salah satu bentuk. Hak legal ini
lebih banyak berbicara tentang hukum dan sosial. Contoh kasus mengeluarkan peraturan bahwa
perawat memperoleh tunjangan setiap bulan, maka setiap perawat yang telah memenuhi syarat
yang ditentukan berhak untuk mendapat tunjangan tersebut (Hasyim & Prasetyo, 2012).
Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan  dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya. Perawat perlu tahu tentang hukum yang mengatur praktik,
misal untuk memberikan kepastian bahwa keputusan dan tindakan perawat yang dilakukan
konsisten dengan prinsip-prinsip hukum.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi
perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu (1) bidang Professional, Ethical and Legal Practice,
(2)bidang Care Provision and Management (3)danbidang Professional Development. Profesi
pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan
yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan
memberkan pelayanan yang penting kepada masyarakat.
Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang bertanggungjawab dalam
arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada masyarakat, baik masyarakat profesi maupun
masyarakat luas. Beberapa cirri profesionalisme tersebut merupakan cirri profess iitu sendiri,
seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan
ditambah dengan sikap altruis (relaberkorban). Kemampuan atau kompetensi, diperoleh seorang
professional dari pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan diperoleh dari penguasa
atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian izin.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun,
memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat
secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan
berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang
harus dilampaui. Dalam profesi kesehatanhanya kewenangan yang bersifat umum saja yang
diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan

3
kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran
atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-masing. Aspek Legal keperawatan
tidak terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan tentang praktek Keperawatan.

B.   Landasan Aspek Legal Keperawatan


Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan. Aspek legal
Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada
penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja
di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau
berkelompok.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun,
memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat
secara berjenjang,kewenangan yang diberikan juga berjenjang.
Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu
yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya
kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa
segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat
khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi
masing- masing.

C.   Dasar Hukum Keperawatan


a.    Registrasi dan Praktik Keperawatan Sesuai KEPMENKES NO. 1239 TAHUN 2001 Sesuai
dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan :
Ø Pasal 32 (ayat 4) : “Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran
dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan untuk itu.
 Pasal 153 (ayat 1 dan 2) : (ayat 1) : “ Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya”. Sedangkan (ayat 2) : “tenaga
kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien.
Ø Pada Kepmenkes No.1239 tahun 2001 (pasal 16), dalam melaksanakan kewenangannya perawat
berkewajiban untuk :
1. Menghormati hak pasien
2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3. Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan
    Yang berlaku
4. Memberikan informasi
5. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan
6. Melakukan catatan perawatan dengan baik
Ø Dalam Kepmenkes No. 1239 Tahun 2001 pasal 38, dijelaskan bahwa perawat yang sengaja :
1. Melakukan praktik keperawatan tanpa izin
2. Melakukan praktik keperawatan tanpa mendapat pengakuan /

4
adaptasi
3. Melakukan praktik keperawatan tidak sesuai dengan ketentuan pasal
16
4. Tidak melaksanakan kewajiban sesuai pasal 17
Ø Berdasarkan ketentuan pasal 86 Undang-Undang No. 23 Tahun 23 1992 tentang kesehatan,
barang siapa dengan sengaja:
1. Melakukan upaya kesehatan tanpa izin sebagaimana dimaksudkan
dalam pasal 4 ayat 1
2. Melakukan upaya kesehatan tanpa melakukanj adaptasi sebagaimana
dimaksud dalam pasal 5 ayat 1
3. Melakukan upaya kesehatan tidak sesuai dengan standar profesi
tenaga kesehatan yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 21 ayat 1
4. Tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal
22 ayat 1
5. Dipidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta
                     rupiah).

D.  Hal-hal yang Diatur dalam Aspek Legal


Adapun Hal- hal yang diatur dalam aspek legal keperawatan meliputi :
1.      Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan
hukum.
2.      Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
3.      Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri.
4.      Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat
memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
5.       Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang , perawat berwenang melakukan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
6.      Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP di ruang praktiknya.
7.      Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan dalam bentuk kunjungan rumah.
8.      Persyaratan praktik perorangan sekurang-kurangnya memenuhi :
§  Tempat praktik memenuhi syarat
§  Memiliki perlengkapan peralatan dan administrasi termasuk formulir /buku kunjungan, catatan
tindakan dan formulir rujukan

Aspek Legal Keperawatan juga meliputu Kewajiban dan hak Perawat :


a) Kewajiban:
1.    Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP
2.    Menghormati hak pasien,
3.     Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani,
4.    Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan aturan undang-undang keperawatan,
5.     Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan kewenangan,

5
6.    Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat sesuai dgn kondisi pasien baik
secara tertulis maupun lisan,
7.    Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan dan SOP yang berlaku,
8.    Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam melaksanakan prakti,

9.    Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK,


10.     Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dengan kewenangan,
11.     Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
12.     Mentaati semua peraturan perundang-undangan,
13.     Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dgn anggota tim kesehatan
lainnya.
b) Hak-Hak Perawat
1.    Hak perlindungan wanita,
2.    Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum.
3.    Hak mendapat upah yang layak.
4.    Hak bekerja di lingkungan yang baik
5.    Hak terhadap pengembangan profesional.
6.    Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.

E.   Masalah Hukum dalam Praktek Keperawatan
     Tort : Adalah kesalahan yang di buat kepada seseorang atau hak miliknya
1.      Tort intensional. Tindakan terencana yang melanggar hak orang lain, seperti kekerasan,
ancaman dan kesalahan penahanan.
a)    Ancaman adalah intensional yang mengandung maksud melakukan kontak yang menyerang
dan membahayakan. Contoh: perawat mengancam akan tetap melakukan tindakan x-ray
walaupun pasien tidak menyetujui hal itu.
b)    Kekerasan adalah segala sentuhan yang disengaja di lakukan tanpa ijin. Contoh: perawat
mengancam untuk melakukan injeksi tanpa persetujuan klien, jika perawat tetap memberikan
injeksi maka itu disebut kekerasan.
c)    Kesalahan penahanan terjadi jika seorang ditahan tanpa adanya surat resmi. Contoh: hal ini
terjadi ketika perawat menahan klien dalam area terbatas yang mengganggu kebebasan klien
tersebut.
2.      Tort Kuasi-Intensional adalah tindakan yang tidak direncanakan, tidak akan menimbulkan hal
yang tidak diinginkan jika tindakan tersebut dilakukan, seperti pelanggaran privasi dan
pencemaran nama baik.
a)    Pelanggaran privasi adalah melindungi hak klien untuk bebas dari gangguan terhadap masalah
pribadinya. 4 tipe pelanggaran pribadi: gangguan terhadap privasi, peniruan nama, pemberitaan
tentang fakta pribadi/fakta yang memalukan, dan publikasi palsu tentang seseorang. Contoh:
pemberian informasi medis klien kepada pihak yang tidak berwenang seperti wartawan atau
atasan klien.
b)   Pencemaran nama baik adalah publikasi pernyataan palsu yang merusak reputasi seseorang.
Niat buruk berarti pihak yang mengeluarkan pernyataan tersebut mengetahui bahwa pernyataan
tersebut adalah palsu dan tetapi tetap melakukannya.

6
Slander terjadi saat seseorang memberikan pernyataan palsu secara lisan. Contoh: seorang
perawat memberitahukan kepada orang lain bahwa seorang klien menderita penyakit menular
seksual dan hal itu mempengaruhi karir bisnis klien.
Libel adalah pencemaran nama baik secara tertulis. Contoh: penulisan data palsu.
3.      Tort Nonintensional adalah kelalaian atau malpraktek.
a)    Kelalaian adalah tindakan yang dapat menjatuhkan standar pelayanan. Contoh: pemasangan
cairan intravena yang salah pada klien/memperbolehkan asisten keperawatan memasukan obat,
biasanya akan berakibat pendisiplinan terhadap hal tersebut.
b)   Malpraktek adalah salah satu bentuk kelalaian yang sering disebut kelalaian profesional.
Malpraktek keperawatan adalah akibat dari pelayanan keperawatan yang dilakukan dibawah
standar praktek keperawatan. Contoh: perawat memasukan obat pada klien padahal pada rekam
medis klien tercantum bahwa klien memiliki alergi terhadap obat tersebut.

F.   Proses Legalisasi Praktik Keperawatan


Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan
(Sand,Robbles1981).
Legislasi praktek keperawatan merupakan ketetapan hukum yang mengatur hak dan
kewajiban seorang perawat dalam melakukan praktek keperawatan.Legislasi praktek
keperawatan di Indonesia diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang registrasi
dan praktek perawat.
Legislasi (Registrasi dan Praktek Keperawatan) Keputusan Menteri Kesehatan
No.1239/Menkes/XI/2001, Latar belakang “Perawat sebagai tenaga profesional bertanggung
jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi
dengan tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya.Untuk itu perlu ketetapan yang
mengatur tentang hak dan kewajiban seseorang untuk terkait dengan pekerjaan/profesi.”
1.      Tujuan utama Legalisasi adalah untuk melindungi masyarakat serta melindungi perawat.
2.      Tujuan Yang lainnya adalah:
a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
b. Melidungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan
c. Menetapkan standar pelayanan keperawatan
d. Menapis IPTEK keperawatan
e. Menilai boleh tidaknya praktik
f. Menilai kesalahan dan kelalaian
3.      Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan
a. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
b. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system keperawatan.
c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai ketetapan.
d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.
4.      Fungsi legislasi keperawatan
a. Memberi perlindungan  kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan yang
diberikan.
b. Memelihara  kualitas layanan keperawatan yang diberikan

7
c. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan.
d. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
e. Memotivasi pengembangan profesi.
f. Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.

Legislasi Keperawatan ini dapat dibagi atas 3 tahap, antara lain :


a)      Surat Izin Perawat (SIP)
Surat ini diberikan oleh Departemen Kesaehatan kepada perawat setelah lulus dari
pendidikan keperawatan sebagai bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan
praktek keperawatan.
Registrasi SIP adalah suatu proses dimana perawat harus (wajib) mendaftarkan diri pada
kantor wilayah Departemen Kesehatan Propinsi untuk mendapat Surat Izin Perawat (SIP)
sebagai persyaratan menjalankan pekerjaan keperawatan dan memperoleh nomor registrasi.
Sasarannya adalah semua perawat.Sedangkan yang berwenang mengeluarkannya adalah Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi perawat itu berasal. Bagi perawat yang sudah bekerja
sebelum ditetapkan keputusan ini memperolah SIP dari pejabat kantor kesehatan kabupaten/kota
diwilayah tempat kerja perawat yang bersangkutan.
Jenis dan waktu registrasi :
a.       Registrasi awal dilakukan setelah yang bersangkutan lulus pendidikan keperawatan selambat-
lambatnya 2 tahun sejak peraturan ini di keluarkan.
b.      Registrasi ulang dilakukan setelah 5 tahun sejak tanggal registrasi sebelumnya, diajukan 6
bulan berakhir berlakunya SIP.
a)      Surat Izin Kerja (SIK)
Surat ini merupakan bukti yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktek
keperawatan di sarana pelayanan kesehatan.SIK hanya berlaku pada satu tempat sarana
pelayanan kesehatan. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIK adalah kantor dinas kabupaten /
kota dimana yang bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.
b)      Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)
Surat ini merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk menjalankan
praktek keperawatan secara perorangan atau kelompok.SIPP hanya berlaku untuk satu tempat
praktek perorangan atau kelompok dimana yang bersangkutan mendapat izin untuk melakukan
praktek perawat. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIPP adalah kantor dinas kabupaten /
kota dimana yang bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.
c)     Kredensial
Kredensial merupakan proses untuk menentukan dan mempertahankan kompetensi
keperawatan. Proses kredensial merupakan salah satu cara profesi keperawatan mempertahankan
standar praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan anggotanya. Kredensial meliputi
pemberian izin praktik (lisensi), registrasi (pendaftaran), pemberian sertifikat (sertifikasi) dan
akreditasi (Kozier Erb, 1990).
Proses penetapan dan pemeliharaan kompetensi dalam praktek keperawatan meliputi:

I.     Pemberian lisensi

8
Pemberian lisensi adalah pemberian izin kepada seseorang yang memenuhi persyaratan oleh
badan pemerintah yang berwenag, sebelum ia diperkenankan melakukan pekerjaan dan
prakteknya yang telah ditetapkan. Tujuan lisensi ini:
1)      Membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi yang
kompeten
2)      Meyakinkan masyarakat bahwa yang melakukan praktek mempunyai kompetensi yang
diperlukan
II.  Registrasi
Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada badan resmi baik
milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah terdaftar diizinkan memakai
sebutan registered nurse. Untuk dapat terdaftar, perawat harus telah menyelesaikan pendidikan
keperawatan dan lulus ujian dari badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin praktik
maupun registrasi harus diperbaharui setiap satu atau dua tahun. Dalam masa transisi
professional keperawatan di Indonesia, sistem pemberian izin praktik dan registrasi sudah
saatnya segera diwujudkan untuk semua perawat baik bagi lulusan SPK, akademi, sarjana
keperawatan maupun program master keperawatan dengan lingkup praktik sesuai dengan
kompetensi masing-masing.
Register Nurse:
1)      Mengkaji status kesehatan individu dan kelompok
2)      Menegakkan diagnosa keperawatan
3)      Menentukan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan
4)      Membuat rencana strategi perawatan
5)      Menyusun intervensi keperawatan untuk mengimplementasikan strategi perawatan
6)      Memberi kewenangan intervensi keperawatan yang dapat dilaksanakan orang lain, dan tidak
bertentangan dengan undang-undang
Tujuan registrasi:
1)      Menjamin kemampuan perawat untuk melakukan praktek keperawatan
2)      Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif
3)      Mengidentifikasi jumlah dan kwalifikasi perawat yg akan melakukan praktek keperawatan
4)      Mempertahankan proses pemantauan dan pengendalian jumlah dan kwalitas perawat
profesional
III.    Sertifikasi
Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat telah memenuhi
standar minimal kompetensi praktik pada area spesialisasi tertentu seperti kesehatan ibu dan
anak, pediatric, kesehatan mental, gerontology dan kesehatan sekolah. Sertifikasi telah
diterapkan di Amerika Serikat.Di Indonesia sertifikasi belum diatur, namun demikian tidak
menutup kemungkinan dimasa mendatang hal ini dilaksanakan.
Tujuan sertifikasi:
1)      Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku perawat sesuai dengan pendidikan
tambahan yg diikutinya
2)      Menetapkan klasifikasi, tingkat dan lingkup praktek perawat sesuai pendidikan
3)      Memenuhi persyaratan registrasi sesuai dengan area praktek keperawatan
IV.    Akreditasi

9
Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status akreditasi kepada
institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh organisasi atau badan pemerintah tertentu.
Hal-hal yang diukur meliputi struktur, proses dan kriteria hasil. Pendidikan keperawatan pada
waktu tertentu dilakukan penilaian/pengukuran untuk pendidikan  DIII keperawatan dan sekolah
perawat kesehatan dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk jenjang S 1 oleh Dikti.
Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu sistem akrteditasi rumah sakit yang sampai saat
ini terus dikembangkan.
H.   ISU ETIK DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
1.      Euthanasia
Istilah euthanasia berasal dari bahasa yunani “euthanathos”. Eu artinya baik, tanpa
penderitaan ; sedangkan thanathos artinya mati atau kematian. Dengan demikian, secara
etimologis, euthanasia dapat diartikan kematian yang baik atau mati dengan baik tanpa
penderitaan.Ada pula yang menerjemahkan bahwa euthanasia secara etimologis adalah mati
cepat tanpa penderitaan.
2.      Aborsi
Terlepas dari alasan apa yang menyebabkan kehamilan, aborsi pada umumnya  dilakukan
karena terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Apakah dikarenakan kontrasepsi yang gagal,
perkosaan, ekonomi, jenis kelamin atau hamil di luar nikah.
Pelegalan aborsi dimaksudkan untuk mengurangi tindakan aborsi yang dilakukan oleh orang
yang tidak berkompeten, misalnya dukun beranak. Sepanjang aborsi tidak dilegalkan maka
angka kematian ibu akibat aborsi akan terus meningkat. Ada yang mengkatagorikan Aborsi itu
pembunuhan. Ada yang melarang atas nama agama, ada yang menyatakan bahwa jabang bayi
juga punya hak hidup sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain.

3.      Tranplantasi Organ
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu
tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan
kondisi tertentu.
Transplantasi organ dan jaringan tubuh manusia merupakan tindakan medik yang sangat
bermanfaat bagi pasien dengan ganguan fungsi organ tubuh yang berat. Ini adalah terapi
pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong penderita/pasien dengan
kegagalan organnya, karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan pengobatan biasa
atau dengan cara terapi. Hingga dewasa ini transplantasi terus berkembang dalam dunia
kedokteran, namun tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu saja, karena masih harus
dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama, hukum, budaya, etika dan moral.
Kendala lain yang dihadapi Indonesia dewasa ini dalam menetapkan terapi transplatasi, adalah
terbatasnya jumlah donor keluarga (Living Related Donor, LRD) dan donasi organ jenazah.
Karena itu diperlukan kerjasama yang saling mendukung antara para pakar terkait (hukum,
kedokteran, sosiologi, pemuka agama, pemuka masyarakat), pemerintah dan swata.

10
BAB III
PENUTUP

     A.    Kesimpulan
Aspek legal keperawatan  adalah suatu aturan keperawatan  dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya. Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan
berkaitan  dengan izin melaksanakan praktik profesi, sehingga tidak terlepas dari Undang-
Undang dan Peraturan tentang praktek Keperawatan. Fungsi hukum dari aspek legal dalam
praktik keperawatan merupakan suatu pedoman atau kerangka dalam menjalankan praktik
keperawatan. Dengan hukum tersebut, perawat dapat menentukan batas – batas kewenangan
serta hak dan tanggung jawab sebagai perawat.
Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas- tugas yang
berhubungandengan peran tertentu dari perawat. Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah
mempertanggungjawabkan perilaku dan hasil ± hasilnya termasuk dlam lingkup peran
profesional seseorang sebagaimana tercermin dalam laporan pendidik secara tertulis tentang
perilaku tersebut dan hasil ± hasilnya. Terhadap dirinya sendiri, pasien, profesi, sesama
karyawan dan masyarakat. Perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat kepada pasien,
sehingga aspek legal keperawatan sebagai pedoman perawat perlu dijalankan dengan sebaik-
baiknya.

B. Saran

11
DAFTAR PUSTAKA

http://kharisshodiq.blogspot.com/2009/10/aspek-legal-dalam-keperawatan.html
https://www.kemenkopmk.go.id/sites/default/files/produkhukum/UU%20Nomor
%2038%20Tahun%202014.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai