Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

UJI BAHAN TAMBAHAN BERBAHAYA FORMALIN DAN BORAKS

A. LATAR BELAKANG
Makanan berasal dari bahan makanan yang sudah atau tanpa mengalami
pengolahan. Makanan adalah semua produk yang dikonsumsi manusia baik dalam
bentuk bahan mentah, setengah jadi, atau jadi yang meliputi produk-produk industri,
restoran, katering serta makanan tradisional atau jajanan. Terdapat satu kelemahan
pada kebanyakan konsumen makanan/ jajanan. Kelemahan tersebut adalah kebiasaan
konsumen yang hanya melihat tampilannya ketika membeli. Kelemahan itulah yang
dimanfaatkan oleh produsen untuk memberikan Bahan Tambahan Pangan (BTP),
sehingga selera yang dikehendaki oleh konsumen terpenuhi (Puspawiningtyas, 2017).
Keamanan pangan merupakan suatu hal yang harus diperhatikan karena dapat
berdampak pada kesehatan, baik bagi anakanak maupun orang dewasa. Menurut data
dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sepanjang tahun 2012, insiden
keracunan akibat mengonsumsi makanan menduduki posisi paling tinggi, yaitu
66,7%, dibandingkan dengan keracunan akibat penyebab lain, misalnya obat,
kosmetika, dan lain-lain. Salah satu penyebab keracunan makanan adalah adanya
kandungan bahan tambahan pangan seperti formalin, boraks, dan pewarna tekstil
dalam makanan (Kholifah & Utomo, 2018).
Meskipun bukan pengawet makanan, boraks dan formalin sering pula
digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks dan formalin sering disalahgunakan
untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie basah, pisang molen,
siomay, lontong, ketupat, pangsit, dsb. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks
dan formalin juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan
memperbaiki penampilan makanan, utuh, tidak rusak, menekan biaya produksi,
praktis dan efektif mengawetkan makanan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.722 tahun 1988, boraks dan formalin digolongkan sebagai bahan tambahan
pangan yang tidak izinkan di Indonesia. Penyebab boraks dan formalin dilarang
penggunaanya adalah karena boraks dan formalin banyak menimbulkan penyakit bagi
kesehatan (Kholifah & Utomo, 2018).
Bahan kimia berbahaya formalin tidak diperkenankan ada dalam makanan
maupun minuman, karena dalam jangka panjang dapat memicu perkembangan sel-sel
kanker. Dan jika tertelan akan dapat mengakibatkan mual, sakit perut akut yang
disertai muntah-muntah, buang air besar berdarah. Bahan kimia boraks juga tidak
diperbolehkan dikonsumsi karena boraks bersifat karsinogenik. Selain itu boraks juga
dapat menyebabkan gangguan pada bayi, gangguan proses reproduksi, menimbulkan
iritasi pada lambung, dan atau menyebabkan gangguan pada ginjal, hati, dan testis
(Safitri dkk, 2016).
B. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan pengujian bahan tambahan
berbahaya.
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Uji Formalin
a) Daging 10 gr
b) Formaldehid test 10 tetes
c) Aquades 10 ml
d) Stik formaldehid
2. Uji Deteksi Boraks
a) Bakso 25 gr
b) Aquades 50 ml
c) Asam klorida pekat 0,7 ml
d) Kertas kunyit
D. LANDASAN TEORI
Boraks adalah bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet kayu, antiseptik
kayu dan pengontrol kecoa,sedangakan formalin adalah bahan kimia yang digunakan
sebagai desinfektan, pembasmi serangga dan dalam industri tekstil serta kayu lapis.
Dalam berbagai produk makanan formalin digunakan sebagai bahan pengawet.
Sedangkan Boraks sering digunakan dalam makanan sebagai bahan pengenyal,
menambah kerenyahan makanan, serta memperbaiki tekstur makanan (Sajiman dkk,
2016).
Formalin diketahui berbahaya untuk tubuh manusia karena telah diketahui
sebagai zat beracun, karsinogen, mutagen yang menyebabkan perubahan sel dan
jaringan tubuh, korosif dan iritatif. Uap formalin sendiri sangat berbahaya jika
terhirup oleh saluran pernafasan dan iritatif jika tertelan. Disamping itu formalin juga
dapat merusak persarafan tubuh manusia dan dikenal sebagai zat yang bersifat racun
untuk persyarafan (neurotoksik) dan dapat mengganggu organ reproduksi seperti
kerusakan testis dan ovarium, gangguan menstruasi, infertilitas sekunder (Sajiman
dkk, 2016).
Bahan Tambahan Makanan lainnya yang juga sering digunakan adalah boraks
dengan nama kimianya sodium tetraborat deksahidrat. Senyawa tersebut sedikit larut
dalam air dingin dan sangat larut dalam air panas.Efek negatif dari penggunaan
boraks dalam pemanfaatannya yang salah pada kehidupan dapat berdampak sangat
buruk pada kesehatan manusia. Boraks memiliki efek racun yang sangat berbahaya
pada sistem metabolisme manusia sebagai halnya zat-zat tambahan makanan lain
yang merusak kesehatan manusia. Dalam makanan boraks akan terserap oleh darah
dan disimpan dalam hati. Karena tidak mudah larut dalam air boraks bersifat
kumulatif. Dari hasil percobaan dengan tikus menunjukkan bahwa boraks bersifat
karsinogenik. Selain itu boraks juga dapat menyebabkan gangguan pada bayi,
gangguan proses reproduksi, menimbulkan iritasi pada lambung, dan atau
menyebabkan gangguan pada ginjal, hati, dan testes (Sajiman dkk, 2016).
Ciri-ciri makanan yang mengandung boraks dan formalin menurut BPOM
(2014) : makanan mengandung boraks diantaranya : Bakso : teksturnya kenyal,
dengan warna cenderung sedikit putih dan rasanya sangat gurih. Kerupuk : teksturnya
sangat renyah dan bisa menimbulkan rasa getir. Makanan mengandung formalin
diantaranya : tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar 250℃ dan bertahan lebih
dari 15 hari pada suhu lemari es 100℃, bau menyengat dari formalin, mie basah tidak
lengket dan tidak mudah putus, tahu memiliki tekstur sedikit keras, kenyal namun
padat, ikan berformalin : Warna insang merah tua tidak cemerlang, bukan merah
segar, dan warna daging ikan putih bersih, tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar.
Ikan asin berformalin : bersih cerah dan tidak berbau khas ikan asin, tidak dihinggapi
lalat di area berlalat, tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu 250℃. Bakso
berformalin : teksturnya sangat kenyal, tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar
(Kholifah & Utomo, 2018).
E. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Bahan Makanan Tambahan

Jenis Hasil
Bahan Sampel A Sampel B
No
Makanan
Tambahan
1 Boraks Positif (mengandung boraks) Negarif (tidak mengandung
boraks)
2 Formalin Negatif (tidak mengandung Positif (mengandung formalin)
formalin

F. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan uji boraks didapatkan hasil yaitu pada sampel
A positif (mengandung boraks) sedangkan pada sampel B hasilnya negatif (tidak
mengandung boraks). Boraks merupakan racun bagi semua sel. Pengaruhnya terhadap
organ tubuh tergantung konsentrasi yang dicapai dalam organ tubuh. Kadar tertinggi
tercapai pada waktu diekskresi maka ginjal merupakan organ yang paling terpengaruh
dibandingkan dengan organ yang lain. Dosis fatal penggunaan boraks menurut Badan
POM (2002) adalah 5-20 g/hari. Sedangkan menurut standar internasional dosis fatal
boraks berkisar 3-6 g/hari untuk bayi dan anak kecil, untuk orang dewasa sebanyak
15-20 g/hari.
Sementara hasil pemeriksaan uji formalin didapatkan hasil yaitu pada sampel
A hasilnya negatif (tidak mengandung formalin) sedangkan pada sampel B hasilnya
positif (mengandung formalin). Menurut (Kholifah & Utomo, 2018). Formalin
merupakan zat berbahaya bagi tubuh manusia. Uap formalin dapat menimbulkan
iritasi mata dan hidung, serta gangguan saluran pernafasan. Hal ini disebabkan karena
senyawa formalin cepat bereaksi dengan asam amino yang menyebabkan protein
tubuh tidak dapat berfungsi. Dampak dari pemaparan ini formalin terakumulasi pada
lapisan lendir saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Formalin yang masuk ke
tubuh manusia di bawah ambang batas akan diurai dalam waktu 1,5 menit menjadi
CO2. Ambang batas yang aman adalah 1 miligram perliter.

G. KESIMPULAN
Uji formalin dilakukan dengan menggunakan sampel daging 10 gr yang
dihancurkan kemudian ditambahkan aquades, 5 ml supernaant, 10 tetes reagen
formaldehid test. Kemudian dicelupkan stik formalin dan diamati perubahannya.
Sedangkan uji boraks dilakukan dengan menggunakan sampel bakso 25 gr yang
dihancurkan kemudian ditambahkan 50 ml aquades, ekstrak dagingnya disaring.
Kemudian ditambahkan 0,7 ml HCL pekat, memasukan kertas kunyit dan setengah
bagiannya sebagai indikator kemudian diamati perubahannya.
H. DAFTAR PUSTAKA

Kholifah, S., & Utomo, D. (2018). Uji Boraks Dan Formalin Pada Jajanan Disekitar
Universitas Yudharta Pasuruan. TEKNOLOGI PANGAN : Media Informasi Dan
Komunikasi Ilmiah Teknologi Pertanian, 9(1), 10–19.

Puspawiningtyas, E. (2017). Bahan Tambahan Pangan Melalui Pelatihan Deteksi


Kandungan Formalin Dan Boraks Improving of Food Additives Knowlede Using
Training of. Jurnal Teknologi Pangan, 1(1).

Safitri, L. N., Subandriani, D. N., Noviardhi, A., Rahayuni, A., & Rahmawati, A. Y.
(2016). Penetahuan dan Sikap Pedagang Jajanan Anak Sekolah Terhadap
Penggunaan Formalin dan Boraks di SD Negeri Wilayah Pedurungan Kota
Semarang. Jurnal Teknologi Pangan, 1(1), 28–33.

Sajiman, Nurhamidi, & Mahpolah. (2016). Kajian Berbahaya Formalin, Boraks,


Rhodamin B,dan Metahlyn Yellow Pada Pangan Jajanan Anak Sekolah di
Banjarbaru. Jurnal Skala Kesehatan, 6(1), 1–5.
LAMPIRAN

Uji Formalin

Anda mungkin juga menyukai