mana: arnidal
stambuk: 03220180025
kelas:A1
Sistem manajemen mutu merupakan bentuk perkembangan metode jaminan mutu mutakhir yang
terus berkembang. Sistem manajemen mutu memadukan semua unsur yang diperlukan oleh organisasi
untuk meningkatkan kepuasan konsumen secara kontinyu mlelalui produk jasa dan proses yang lebih
baik (Muhandri, 2006).
Menurut Muhandri (2006) ada beberapa pertimbangan mengapa system manajemen mutu dibutuhkan,
yaitu: 1) pelanggan mempersyaratkan produk jasa yang memuaskan kebutuhan dan harapannya; 2)
keinginan dan harapan tersebut diekspresikan ke dalam spesifikasi produk untuk memenuhi persyaratan
pelanggan; 3) persyaratan pelanggan tersebut menentukan diterima atau tidaknya suatu produk atau
jasa: dan 4) ketatnya persaingan usaha dan kemajuan teknologi mendorong perusahaan untuk
emperbaiki dan meningkatkan mutunya.
Terdapat beberapa sistem manajemen mutu yang berkembang, di antaranya adalah Sistem Manajemen
Mutu di Inggris, Sistem Manajemen Mutu Seri ISO-9000, Sistem Manajemen Mutu Berdasarkan
Framework Penilaian terhadap Award, dan Sistem Manajemen Mutu Six Sigma.
Sistem manajemen mutu yang telah berkembang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi dalam bentuk kombinasi di antara beberapa sistem
manajemen mutu yang telah ada.
a) Six Sigma
Pengertian mendasar dalam penerapan Six Sigma adalah adanya metode berteknilogi tinggi yang
digunakan oleh engineer didukung statistikawan agar dapat memperbaiki kemampuan proses untuk
menghasilkan produk sebesar Six Sigma (6 simpangan baku), yaitu 3.4 buah kesalahan (cacat) dalam 1
juta proses (peluang) sehingga hasilnya adalah 99.9997% (Muhandri, 2006)
b) ISO 9001:2000
ISO 9001:2000 adalah sebuah standar internasional yang dibuat oleh The International Organization for
Standarization (ISO) untuk memberikan panduan, arahan. Dan acuan sistem manajemen mutu di dalam
organisasi. Menururt ISO (2008), ISO 9001:2000 memiliki delapan prinsip dalam memberikan standar
sistem manajemen mutu, yaitu : 1) Fokus kepada pelanggan; 2) Kepemimpinan; 3) Pelibatan semua
pihak; 4) Pendekatan proses; 5) Pendekatan sistem ke manajemen; 6) Perbaikan berkelanjutan; 7)
Pendekatan factual untuk pengambilan keputusan; 8).Hubungan saling menggantung kepada semua
pemasok
Keuntungan yang didapat dengan menjalankan ISO 9001: 2000 bagi sebuah organisasi adalah
terpenuhinya kebutuhan sesuai dengan harapan organisasi dan regulasi yang berlaku. Selain itu, efek
positif yang dihasilkan ketika dapat menjalankan standar ini adalah meningkatnya kepercayaan
pelanggan terhadap kinerja dan mutu organisasi, sehingga berdampak pada penurunan biaya produksi
dan meningkatkan produktivitas.
c)European Foundation for Quality Management (EFQM) organisasi-organisasi dengan berbagai ukuran,
struktur, dan juga sektor.
Watson (2000) menyebutkan bahwa EFQM Model menyediakan sistem mutu yang sangat terfokus
dengan mekanismenya yang dimilikinya untuk pencapaian perbaikan organisasi terus menerus. Weile et
al. (1997) mengatakan kriteria dari model tersebut membantu para manajer untuk memahami makna
TQM dalam hubungannya dengan pengelolaan perusahaan.
1.Lingkup
1.1.Umum
Standar ini menetapkan persyaratan sistem manajemen mutu, apabila sebuah organisasi:
b) Bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan melalui penerapan sistem yang efektif
termasuk proses untuk koreksi sistem secara berkesinambungan dan jaminan kesesuaian dengan
persyaratan pelanggan, regulasi dan peraturan perundangan yang berlaku.
c) Serta bertujuan untuk memperbaiki kemampuan proses untuk menghasilkan produk yang memiliki
peluang keberhasilan sebesar 99.9997%
1.2 Aplikasi
Semua persyaratan standar ini generik dengan maksud agar dapat diterapkan pada semua organisasi,
apapun jenis, ukuran dan produk yang disediakan. Apabila terdapat persyaratan dari standar ini yang
tidak dapat diterapkan karena sifat sebuah organisasi atau produknya, maka ini dapat dipertimbangkan
untuk dikecualikan.
2.Acuan normatif
Dokumen yang diacu tidak dapat diabaikan untuk penggunaan dokumen ini. Untuk acuan bertanggal,
hanya edisi yang dikutip yang digunakan. Untuk acuan tidak bertanggal, hanya edisi terakhir (termasuk
amandemen) yang digunakan.
3.Istilah dan definisi
Untuk tujuan dokumen ini, berlaku istilah dan definisi yang ada dalam Sistem Jaminan Mutu. Di dalam
naskah standar ini apabila ditemukan istilah “produk”, dapat juga berarti “jasa”.
mutu perguruan tinggi secara formal baru dimulai tahun 2003 yaitu ketika saat
Dikti Depdiknas, namun sesungguhnya gerakan penjaminan mutu telah ada jauh
sebelum itu. Salah satu faktor yang signifikan mendorong adanya gerakan
2003: 1).
semakin cepat tumbuh dalam perguruan tinggi di saat semua skenario pemberian
Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kehadiran penjaminan mutu baik akademik dan
menghasilkan lulusan.
ingin diterangkan.
peristiwa
e. Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner; dan
peningkatan mutu pada cakupan yang lebih abstrak termasuk pada ilmu
pendidikan.
mutu.
D.MODEL MANAJEMEN MUTU YANG HARUS DI TERAPKAN PADA PERUSAHAAN SWASTA MAUPUN
PEMERINTAH
Pada era globalisasi sekarang ini, persaingan yang sangat tajam terjadi baik
berkembang dan paling tidak bisa bertahan hidup, perusahaan tersebut harus
mampu menghasilkan produk barang dan jasa dengan mutu yang lebih baik,
harganya lebih murah, promosi lebih efektif, penyerahan barang ke konsumen lebih
cepat, dan dengan pelayanan yang lebih baik apabila dibandingkan dengan para
pesaingnya.
memenangkan persaingan dalam segmen pasar yang telah dipilih harus mampu
mencapai tingkat mutu, bukan hanya mutu produknya, akan tetapi mutu ditinjau
dari segala aspek, seperti mutu bahan mentah dan pemasok harus bagus (bahan
baku yang jelek akan menghasilkan produk yang jelek pula), mutu sumber daya
manusia (tenaga kerja) yang mampu bekerja secara efisien sehingga harga produk
bias lebih murah dari pada harga pesaingnya, promosi yang efektif (bermutu),
mampu melayani pembeli dengan memuaskan. Inilah yang dimaksud mutu terpadu
Kita sependapat bahwa mutu tidak ditentukan oleh pekerjaan di bengkel atau
oleh tehnis pemberi jasa yang bekerja melayani pelanggan akan tetapi ditentukan
oleh para manajer senior suatu organisasi yang berkat posisi yang dimilikinya
Untuk menjawab permasalahan peningkatan daya saing produk pertanian tersebut, diperlukan
penerapan mutu dan keamanan pangan. Mutu dan Keamanan Pangan sendiri dapat dicapai dengan
menerapkan program jaminan mutu dan keamanan pangan pada budidaya, pasca panen dan
pengolahan mencakup penerapan persyaratan dasar (GAP/GFP, GHP dan GMP) dan penerapan sistem
jaminan mutu dan keamanan pangan berdasarkan sistem HACCP. Untuk terwujudnya penerapan sistem
jaminan mutu ini diperlukan kerjasama dari berbagai pihak baik dari pemerintah, produsen, maupun
konsumen.
Keberpihakan pemerintah terhadap jaminan mutu pada produk hasil perikanan sudah cukup tinggi,
terlihat dari peraturan perundang undangan ataupun kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan.Sistem
manajemen mutu untuk produk perikanan di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang (UU) No9
tahun 1985 tentang Perikanan, yang diperbaharui dengan UU No.31 tahun 2004 dan UU No.45 tahun
2009. Penerapan sistem manajemen mutu telah diatur dalam Keputusan Menteri Pertanian
No.41/Kpts/IK.210/1998, selanjutnya melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.01/Men/2002 tentang Sistem Manajemen Mutu Terpadu Hasil Perikanan. Peraturan terbaru
mengenai jaminan mutu produk perikanan yaitu Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI
No.01/MEN/2007 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi.
Pada Kepmen 01/MEN/2007 tersebut telah tersirat dengan jelas persyaratan jaminan mutu dan
keamanan pangan produk-produk perikanan, mulai dari proses produksi, pengolahan dan distribusi.
Pada proses produksi, khususnya di bidang penangkapan ikan, telah diatur ketentuan mengenai
persyaratan umum kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan. Pada Bab II dari Kepmen tersebut,
yaitu mengenai Kapal Penangkap Ikan dan Pengangkut Ikan dijelaskan mengenai: (A) Persyaratan Umum
Kapal Penangkap Ikan dan Pengangkut Ikan, (B) Persyaratan Khusus Struktur dan Peralatan Kapal
Penangkap dan Pengangkut Ikan, (C) Registrasi Kapal Penangkap dan Pengangkut Ikan, (D) Persyaratan
Hygiene Kapal Penangkap dan Pengangkut Ikan, (E) Persyaratan Hygiene terhadap Penanganan di Kapal
Penangkap dan Pengangkut Ikan.