I. PENDAHULUAN
Gambar 3. Diagram metode proses concept-based (diadaptasi dari Revealing Architecture Design, Plowright).
lingkungan sekitar tempat dimana ia tinggal dan 2) Tahap kedua
menyesuaikan apa yang dibutuhkannya.
Proses selanjutnya adalah effects-elements-reinforce-
Dalam pendekatan Behavior Setting memiliki konsep
arrange yaitu tahapan utama dalam merancang. Tahap ini
desain setting perilaku meliputi pengolahan sifat ruang yang
menggunakan force-based framework dan pattern-based
dapat mempengaruhi aktivitas penggunanya. Ruang yang
framework. Dalam tahap ini akan mengidentifikasi dan
akan dihadirkan dalam bangunan akan disesuaikan dengan
menganalisa masalah yang ada. Dalam tahap pattern based,
perilaku manusia pada umumnya ketika tinggal di sebuah
kita memerlukan teori-teori pendukung yang dapat
hunian vertikal dan ketika manusia ingin memenuhi gaya
mendukung konsep rancang. Transformasi bentuk akan
hidupnya.
ditentukan berdasarkan hasil kajian teori dan eksplorasinya.
Ketika manusia tinggal dalam hunian yang vertikal dan
terbatas. Manusia tersebut cenderung untuk menyendiri dan 3) Tahap Terakhir
menghabiskan waktu di huniannya sendiri karena Tahapan terakhir merupakan hasil akhir yaitu
keterbatasan lahan dan kurangnya fasilitas untuk menyelesaikan proposal. Proposal ini berisi hasil rancangan
bersosialisasi antar penghuni hunian vertical. Hal tersebut yang telah ditetapkan sesuai konsep yang ada.Dengan
sangat mempengaruhi perilaku manusia yang secara tidak menggunakan metode concept-based, akan membantu proses
langsung juga mempengaruhi keadaan psikis manusia perancangan desain. Pada tahapan awal perancangan, sebuah
tersebut. ide muncul yaitu perancangan mixed-use building yang dapat
mempengaruhi aktivitas penghuni serta penggunanya.
B. Metode Concept Based Framework Selanjutnya untuk mengetahui elemen dan kriteria seperti apa
Metode Concept Based Framework merupakan sebuah yang akan dicapai dikembangkan lagi menggunakan force-
proses yang memiliki ide abstrak diawal prosesnya seperti based framework dan pattern-based framework [7].
yang dijelaskan pada Gambar 3. Dalam prosesnya, terbagi
dari beberapa tahapan, yaitu:
III. HASIL DAN EKSPLORASI
1) Tahap pertama
Gambaran umum objek keseluruhan berupa tower
Tahap pertama yaitu menentukan konteks dari
apartemen yang dilengkapi dengan mall. Hal tersebut
perancangan desain. Konteks tersebut akan mengacu pada
merujuk kepada respon objek bangunan terhadap isi yang
konsep apa yang akan diwujudkan. Dalam tahapan awal ini
diamati. Eksplorasi desain dalam penulisan ini merupakan
perancang harus menentukan identifikasi masalah secara
bagian dai aspek teknis dan disesuaikan sebagai penunjang
umum serta menentukan ide awal. Tahapan ini berisi
dari bangunan tersebut. Eksplorasi desain ini meliputi konsep
hubungan-hubungan yang akan dirangkai menjadi sebuah
eksterior serta interior, konsep gubahan massa, konsep
konsep. Pada tahap awal ini akan menghasilkan hipotesa yang
material, struktur dan sistem utilitas.
akan menjadi dasar pada tahap selanjutnya.
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 9, No. 2 (2020), 2337-3520 (2301-928X Print) G54
2) Sistem Kelistrikan
Sistem kelistrikan dalam desain disuplai dari PLN. Setelah
itu listrik didistribusikan dalam bangunan melalui trafo dan
panel ditunjukkan oleh Gambar 12.
Gambar 11. Diagram air kotor. 3) Sistem Penanggulangan Kebakaran
Sistem penanggulangan kebakaran dalam desain berasal
bersih, Sistem air kotor, kelistrikan serta sistem dari air yang disimpan dalam tandon bawah. Setelah itu air di
penanggulangan kebakaran. pompa menggunakan fire pump untuk selanjutnya di
1) Sistem air bersih dan kotor distribusikan ke sprinkler dan hydrant ditunjukkan oleh
Sistem air bersih yang diperlihatkan pada Gambar 10 Gambar 13.
berasal dari PDAM, setelah itu disimpan dalam tandon yang 4) Sistem Drainase Sumpit
ada dan di pompa ke tandon atas. Setelah melewati tandon Sump Pit adalah sebuah lubang yang dirancang untuk
atas, air baru di distribusikan ke seluruh bangunan. mengumpulkan air dan cairan tumpah yang terdapat pada
Sistem ini menjelaskan bagaimana alur dari pembuangan basement dan memiliki fungsi agar air dari sisa ruang bawah
dan penampungan air kotor. Air kotor dan air bekas tanah di lokalisasi. Agar ruang bawah tanah tidak banjir,
dibedakan saluran karena air bekas pakai dapat digunakan sump pit dilengkapi dengan pompa pit, pompa yang
embali sebagai air penyiram tanaman dan air flush toilet dirancang untuk menyedot cairan dari lubang untuk
melalui proses pengolahan ditunjukkan oleh Gambar 11. memastikan cairan tersebut tidak meluber. Pemeliharaan
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 9, No. 2 (2020), 2337-3520 (2301-928X Print) G56
[3] Logan, R. John, Yanjie, Bian, and Fuqin, “Housing inequality in urban Apartemen,” in Prosiding Temu Ilmiah IPLBI, Manado (2015), pp. 5-
China in the 1990s,” Int. J. Urban Reg. Res., vol. 23, no. 1, pp. 7--25, 10.
1999. [6] R. Gifford, Environmental Psychology: Principles and Practice.
[4] A. Sabaruddin, “Hakekat Hunian Vertikal di Perkotaan,” in Prosiding Colville, WA: Optimal books, 2007.
Seminar Kota Layak Huni/Livable Space, Jakarta (2018). [7] P. D. Plowright, Revealing Architectural Design: Methods,
[5] A. I. Kartamihardja, “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Membeli Frameworks and Tools. London: Taylor and Francis, 2014.