Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PRINSIP NILAI, ETIKA MORAL DAN ETIKA KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

Nama : 1.DESEMBRI D MATATULA

Nim : 02101027

2.FRISTANTINA PAULINA SAIKMATA

Nim : 02101001

3.SANCI YERLIN MANUHURY

Nim :02101002

4.RAMALIA TAPALILI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya, penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas mata kuliah Etika Keperawatan yang berjudul “Prinsip
Nilai, Etika Moral Dan Etika Keperawatan” tepat waktu. Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Semua pihak
yang turut membantu pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu. Makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk kemajuan makalah ini di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D.

ETIKA MORAL NILAI-NILAI KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang
utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian
moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab. Praktek keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik keperawatan. Kode etik
keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien, perawat terhadap petugas, perawat
terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah,
bangsa dan tanah air. Pada hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada
kemanusiaan, mendahulukan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, bentuk pelayanannya
bersifat humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik, dilaksanakan berdasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai tuntutan utama dalam melaksanakan
pelayanan/asuhan keperawatan. Dengan memahami konsep etik, setiap perawat akan memperoleh
arahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang merupakan tanggung jawab moralnya dan tidak
akan membuat keputusan secara sembarangan

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan etika ?

2. Apasajakah tipe-tipe etika ?

3. Apasajakah prinsip-prinsip etika keperawatan?

C. 1. 2. 3. 4.

Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika keperawatan Untuk laporan diskusi kasus Agar dapat
mengetahui dan memahami konsep dari etika keperawatan Agar dapat mengaplikasikan etika
keperawatan dalam melakukan tindakan keperawatan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. ETIKA

1. Pengertian Etika berasal dari bahasa yunani yaitu Ethos yang menurut Araskar dan David (1978)
berarti “kebiasaan”, “model perilaku”, atau standar yang diharapkan dan criteria tertentu untuk suatu
tindakan. Penggunaan istilah etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang
mempengaruhi perilaku.(Dra.Hj. Mimin Emi Suhaemi.2002. 7). Etika adalah kode prilaku yang
memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan
prinsip bagi perbuatan yang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik dan
dengan kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tidakan yang
mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab
moral, menyimpang dari kode etik berarti tidak memiliki prilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang
baik. Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan dengan pertimbangan keputusan, benar atau
tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang
harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan
hak manusia ( yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Etika merupakan aplikasi
atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan
konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh
nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu
profesi dalam hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI. Profesi menyusun
kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani. Kode etik disusun dan
disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi tertentu baik secara nasional maupun
internasional. Kode etik menerapkan konsep etis karena profesi bertanggung jawab pada manusia dan
menghargai kepercayaan serta nilai individu. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik
merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa
yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.

2. Tipe-Tipe Etik
 Bioetik

Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik, menyangkut masalah
biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang
hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology. Pada lingkup
yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan
waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada
semua tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme
terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan
pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan,
pemberian pelayanan kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang
menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-
masalah pelayanan kesehatan

Clinical Ethics/Etik Klinik Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics : adanya persetujuan atau
penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon permintaan medis yang kurang bermanfaat
(sia-sia). Nursing Ethics/Etik Perawatan Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik
dan dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.

3. Teori Etik

 Utilitarian

Utilitarian berasal dari bahasa latin yaitu utilis yang berarti “bermanfaat”. Menurut teori ini suatu
perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut bukan saja satu dua
orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Dalam rangka pemikiran utilitarianisme, kriteria
untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah “the greatest happiness of the greatest
number”, kebahagiaan terbesar dari jumlah orang yang terbesar. Kebenaran atau kesalahan dari
tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat tindakan Contoh : Mempertahankan kehamilan yang
beresiko tinggi dapat menyebabkan hal yang tidak menyenangkan, nyeri atau penderitaan pada semua
hal yang terlibat, tetapi pada dasarnya hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan
bayinya.

 Deontologi

Istilah deontologi berasal dari kata deon yang berasal dari Yunani yang artinya kewajiban. Sudah jelas
kelihatan bahwa teori deontologi menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik
jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban berarti sudah melakukan
kebaikan. Deontologi tidak terpasak pada konsekuensi perbuatan, dengan kata lain deontologi
melaksanakan terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya. Berbeda dengan utilitarismeyang
mempertimbangkan hasilnya lalu dilakukan perbuatannya. Pendekatan deontologi berarti juga aturan
atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber,
dan euthanasia.
4. Prinsip-Prinsip Etik

 Otonomi (Autonomy)

Autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini sebagai dasar perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan dengan cara menghargai pasien, bahwa pasien adalah seorang yang mampu
menentukan sesuatu bagi dirinya. Perawat harus melibatkan pasien dalam membuat keputusan tentang
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa
individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap
kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau
pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan
tentang perawatan dirinya. Aplikasi prinsip moral otonomi dalam asuhan keperawatan ini contohnya
adalah seorang perawat apabila akan menyuntik harus memberitahu untuk apa obat tersebut, prinsip
otonomi ini dilanggar ketika seorang perawat tidak menjelaskan suatu tindakan keperawatan yang akan
dilakukannya, tidak menawarkan pilihan misalnya memungkinkan suntikan atau injeksi bisa dilakukan di
pantat kanan atau kiri dan sebagainya. Perawat dalam hal ini telah bertindak sewenang-wenang pada
orang yang lemah. 

 Berbuat Baik (Beneficience)

Prinsip beneficience ini oleh Chiun dan Jacobs (1997) didefinisikan dengan kata lain doing good yaitu
melakukan yang terbaik . Beneficience adalah melakukan yang terbaik dan tidak merugikan orang lain ,
tidak membahayakan pasien . Apabila membahayakan, tetapi menurut pasien hal itu yang terbaik maka
perawat harus menghargai keputusan pasien tersebut, sehingga keputusan yang diambil perawatpun
yang terbaik bagi pasien dan keluarga. https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/ Beneficience berarti,
hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,
penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,
dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi. Beberapa contoh
prinsip tersebut dalam aplikasi praktik keperawatan adalah, seorang pasien mengalami perdarahan
setelah melahirkan, menurut program terapi pasien tersebut harus diberikan tranfusi darah, tetapi
pasien mempunyai kepercayaan bahwa pemberian tranfusi bertentangan dengan keyakinanya, dengan
demikian perawat mengambil tindakan yang terbaik dalam rangka penerapan prinsip moral ini yaitu
tidak memberikan tranfusi setelah pasien memberikan pernyataan tertulis tentang penolakanya.
Perawat tidak memberikan tranfusi, padahal hal tersebut membahayakan pasien, dalam hal ini perawat
berusaha berbuat yang terbaik dan menghargai pasien.

 Keadilan (Justice)
Setiap individu harus mendapatkan tindakan yang sama, merupakan prinsip dari justice (Perry and
Potter, 1998 ; 326). Justice adalah keadilan, prinsip justice ini adalah dasar dari tindakan keperawatan
bagi seorang perawat untuk berlaku adil pada setiap pasien, artinya setiap pasien berhak mendapatkan
tindakan yang sama. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Tindakan yang sama tidak
selalu identik, maksudnya setiap pasien diberikan konstribusi yang relatif sama untuk kebaikan
kehidupannya. Prinsip Justice dilihat dari alokasi sumber-sumber yang tersedia, tidak berarti harus sama
dalam jumlah dan jenis, tetapi dapat diartikan bahwa setiap individu mempunyai kesempatan yang
sama dalam mendapatkannya sesuai dengan kebutuhan pasien. (Sitorus, 2000). Sebagai contoh dari
penerapan tindakan justice ini adalah dalam keperawatan di ruang penyakit bedah, sebelum operasi
pasien harus mendapatkan penjelasan tentang persiapan pembedahan baik pasien di ruang VIP maupun
kelas III, apabila perawat hanya memberikan kesempatan salah satunya maka melanggar prinsip justice
ini.

 Tidak Merugikan (Nonmaleficience) atau avoid killing

Prinsip avoiding killing menekankan perawat untuk menghargai kehidupan manusia (pasien), tidak
membunuh atau mengakhiri kehidupan. Thomhson ( 2000 : 113) menjelasakan tentang masalah
avoiding killing sama dengan Euthanasia yang kata lainya tindak menentukan hidup atau mati yaitu
istilah yang digunakan pada dua kondisi yaitu hidup dengan baik atau meninggal. Prinsip ini berarti tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. kewajiban perawat untuk tidak dengan
sengaja menimbulkan kerugian atau cidera. https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/

Prinsip :

Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkab nyeri atau penderitaan
pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaan orang lain. Ketika
menghadapi pasien dengan kondisi gawat maka seorang perawat harus mempertahankan kehidupan
pasien dengan berbagai cara. Tetapi menurut Chiun dan Jacobs (1997 : 40) perawat harus menerapkan
etika atau prinsip moral terhadap pasien pada kondisi tertentu misalnya pada pasien koma yang lama
yaitu prinsip avoiding killing, Pasien dan keluarga mempunyai hak-hak menentukan hidup atau mati.
Sehingga perawat dalam mengambil keputusan masalah etik ini harus melihat prinsip moral yang lain
yaitu beneficience, nonmaleficience dan otonomy yaitu melakukan yang terbaik, tidak membahayakan
dan menghargai pilihan pasien serta keluarga untuk hidup atau mati. Mati disini bukan berarti
membunuh pasien tetapi menghentikan perawatan dan pengobatan dengan melihat kondisi pasien
dengan pertimbangan beberapa prinsip moral diatas.

 Kejujuran (Veracity)
Veracity menurut Chiun dan Jacobs (1997) sama dengan truth telling yaitu berkata benar atau
mengatakan yang sebenarnya. Veracity merupakan suatu kuajiban untuk mengatakan yang sebenarnya
atau untuk tidak membohongi orang lain atau pasien (Sitorus, 2000). Prinsip veracity berarti penuh
dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar
menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi
yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan
dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa
argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis
klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu
memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya.
Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya. Perawat dalam bekerja
selalu berkomunikasi dengan pasien, kadang pasien menanyakan berbagai hal tentang penyakitnya,
tentang hasil pemeriksaan laboratorium, hasil pemeriksaan fisik seperti, “berapa tekanan darah saya
suster?”, bagaimana hasil laboratorium saya suster?’ dan sebagainya. Hal-hal seperti itu harusnya
dijawab perawat dengan bener sebab berkata benar atau jujur adalah pangkal tolak dari terbinanya
hubungan saling percaya antar individu dimanapun berada. Namun demikian untuk menjawab
pertanyaan secara jujur diatas perlu juga dipikirkan apakah jawaban perawat membahayakan pasien
atau tidak, apabila memungkinkan maka harus dijawab dengan jawaban yang jelas dan benar, misalnya
pasien menanyakan hasil pemeriksaan tekanan darah maka harus dijawab misalnya, 120/80 mmHg, hasil
laboratorium Hb 13 Mg% dan sebagainya.

Prinsip ini dilanggar ketika kondisi pasien memungkinkan untuk menerima jawaban yang sebenarnya
tetapi perawat menjawab tidak benar misalnya dengan jawaban ; hasil ukur tekanan darahnya baik,
laboratoriumnya baik, kondisi bapak atau ibu baik-baik saja, padahal nilai hasil ukur tersebut baik
buruknya relatif bagi pasien. 

 Menepati Janji (Fidelity)

Sebuah profesi mempunyai sumpah dan janji, saat seorang menjadi perawat berarti siap memikul
sumpah dan janji. Hudak dan Gallo (1997 : 108), menjelaskan bahwa membuat suatu janji atau sumpah
merupakan prinsip dari fidelity atau kesetiaan. Dengan demikian fidelity bisa diartikan dengan setia pada
sumpah dan janji. Chiun dan Jacobs (1997 : 40) menuliskan tentang fidelity sama dengan keeping
promises, yaitu perawat selama bekerja mempunyai niat yang baik untuk memegang sumpah dan setia
pada janji. Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan,
kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan,
menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar
dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan. Prinsip fidelity menjelaskan kewajiban perawat untuk tetap setia pada
komitmennya, yaitu kewajiban memperatankan hubungan saling percaya antara perawat dan pasien
yang meliputi menepati janji dan menyimpan rahasia serta caring (Sitorus, 2000 : 3). Prinsip fidelity ini
dilanggar ketika seorang perawat tidak bisa menyimpan rahasia pasien kecuali dibutuhkan, misalnya
sebagai bukti di pengadilan, dibutuhkan untuk menegakan kebenaran seperti penyidikan dan
sebagainya. Penerapan prinsip fidelity dalam praktik keperawatan misalnya, seorang perawat tidak
menceritakan penyakit pasien pada orang yang tidak berkepentingan, atau media lain baik diagnosa
medisnya (Carsinoma, Diabetes Militus) maupun diagnosa keperawatanya (Gangguan pertukaran gas,
Defisit nutrisi). Selain contoh tersebut yang merupakan rahasia pasien adalah pemeriksaan hasil
laboratorium, kondisi ketika mau meninggal dan sebagainya. 

 Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien. Segala
sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka
pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan
oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada
teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari. 

 Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai dalam
situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali. https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/

B. MORAL

1. Pengertian Secara umum, etika dan moral adalah sama, tetapi etik memiliki terminologi yang sedikit
berbeda dengan moral. Bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan filosofis atau
kajian tentang masalah atau dilema tertentu, sedangkan moral biasanya merujuk pada standar personal
tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum,
adat dan praktek professional. Moral mendeskripsikan perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan
sekelompok orang atau kelompok tertentu. Sedangkan etik digunakan untuk mendeskripsikan suatu
pola atau cara hidup, sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang
mempengaruhi perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik
perawatan. Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standard dan prinsip-prinsip yang
menjadi panutan dalam berperilaku serta membuat keputusan untuk melindungi hak-hak manusia. 2.
Konsep moral dalam praktik keperawatan Praktik keperawatan, termasuk etika keperawatan,
mempunyai berbagai dasar penting seperti advokasi, akuntabilitas, loyalitas, kepedulian, rasa haru dan
menghormati martabat manusia. Tetapi yang lazim di gunakan dan menjadi bahan kajian di praktik
keperawatan adalah : advokasi, akuntabilitas, dan loyalitas.

 Advokasi

Advokasi menurut ANA (1985) “melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan
keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun”.
Pada dasarnya peran perawat dalam advokasi adalah; “memberi informasi dan member bantuan”
kepada pasien atas keputusan apapun yang dibuat pasien. Member informasi bererti menyediakan
penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan pasien. Memberikan bantuan mempunyai dua peran
yaitu: a. Peran aksi : perawat memberikan keyakinan kepada pasien bahwa mereka mempunyai hak dan
tanggungjawab dalam menentukan pilihan atau keputusan sendiri dan tidak tertekan dengan pengaruh
orang lain. b. Peran non aksi : pihak advokad seharusnya menahan diri untuk tidak mempengaruhi
keputusan pasien (Kohnke, 1982; lih Megan, 1991)  Akuntabilitas Yaitu dapat
mempertanggungjawabkan suatu tindakan yang dilakukan dan dapat menerima konsekwenasi dari
tindakan tersebut (Kozier, Erb, (1991). Menurut Fry (1990) akuntabilitas mempunyai dua komponen
yaitu tanggung jawab dan tanggung gugat. Ini berarti bahwa tindakan yang dilakukan perawat dilihat
dari praktik keperawatan, kode etik dan undangundang dapat dibenarkan atau absah. Akuntabilitas juga
dapat dipandang dalam sistim hirarki dari tingkat Individu, institusi/professional dan tingkat social.

 a. b. c. d.

Individu direflesikan dalam proses pembuatan keputusan etika perawat, kompetensi dan integritas
Institusi direfleksikan dalam pernyataan falsafah dan tujuan bidang keperawatan atau audit
keperawatan Professional direfleksikan dalam standar praktik keperawatan Social direfleksikan dalam
undang-undang yang mengatur praktik keperawatan Loyalitas

Loyalitas merupakan suatu konsep dari berbagai segi yaitu simpati, peduli, dan hubungan timbal balik
terhadap pihak yang secara professional berhubungan dengan perawat. Hubungan professional
dipertahankan dengan cara menyusun tujuan bersama, menepati janji, menentukan masalah dan
prioritas, serta mengupayakan pencapaian keputusan bersama (Jameto, 1984; Fry, 1991; lih Creasia,
1991). Loyalitas merupakan elemen pembentuk kombinasi manusia yang mempertahankan dan
memperkuat anggota masyarakat keperawatan dalam mencapai tujuan. Loyalitas juga dapat
mengancam asuhan keperawatan bila terjadi konflik antara teman sejawat. Argument dari Creasia 1991
untuk memepertahankan loyalitas adalah : a. Masalah pasien tidak boleh didiskusikan dengan pasien
lain dan perawat harus bijaksana bila informasi dari pasien harus di diskusikan secara professional b.
Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat (celotehan) dan berbagai persoalan,
yang berkaitan dengan pasien, rumah sakit atau pekerja rumah sakit, harus didiskusikan dengan umum
(terbuka dengan masyarakat) c. Perawat harus menghargai dan memberikan bantuan kepada teman
sejawat d. Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan ditentukan oleh kelakuan anggota
profesi (perawat).

C. NILAI-NILAI

1. Pengertian Nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu
standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Nilai menggambarkan cita-cita
dan harapan- harapan ideal dalam praktik keperawatan. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah
rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal.

2. Nilai-Nilai Esensial Dalam Profesi Pada tahun 1985, “The American Association Colleges of Nursing”
melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek
keperawatan profesional. Perkumpulan ini mengidentifikasikan 7 nilai-nilai esensial dalam kehidupan
profesional, yaitu: https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/ Aesthetics (keindahan): Kualitas obyek
suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan kepuasan termasuk penghargaan, kreatifitas,
imajinasi, sensitifitas dan kepedulian. Estetika secara sederhana adalah ilmu yang membahas keindahan,
bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Pembahasan lebih lanjut
mengenai estetika adalah sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris, yang kadang dianggap
sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa. Keperawatan sebagai salah satu konsep ilmu pelayanan
jasa diharapkan mempunyai standar estetika dalam pelayanannya. Konsep nilai estetika mungkin berada
dalam ranah aktualisasi diri dalam penerapannya. (Moslow). jadi dengan kata lain, untuk menerapkan
konsep estetika dalam keperawatan, dibutuhkan seseorang yang sudah mempunyai pemikiran dan
kualitas sebagai orang yang sudah dalam tahapan aktualisasi diri. Altruism (mengutamakan orang lain):
Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk keperawatan, komitmen, arahan,
kedermawanan atau kemurahan hati serta ketekunan. Equality (kesetaraan) : Memiliki hak atau status
yang sama termasuk penerimaan dengan sikap asertif, kejujuran, harga diri dan toleransi . Freedom
(Kebebasan ) : memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri, harapan, disiplin serta
kebebasan dalam pengarahan diri sendiri. Human dignity (Martabat manusia) : Berhubungan dengan
penghargaan yang lekat terhadap martabat manusia sebagai individu termasuk didalamnya
kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan penghargaan penuh terhadap kepercayaan. Justice
(Keadilan) : Menjunjung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk objektifitas, moralitas, integritas,
dorongan dan keadilan serta kewajaran. Truth (Kebenaran) : Menerima kenyataan dan realita, termasuk
akontabilitas, kejujuran, keunikan dan reflektifitas yang rasional.

3. Pengembangan Dan Transmisi Nilai-Nilai Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values).
Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang
perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang
benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung
pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan
berbagai cara antara lain: o Model atau contoh, dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau
buruk melalui observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya
dimana dia bergaul o Moralitas diperoleh dari keluargaajaran agama, sekolah, dan institusi tempatnya
bekerja dan memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan
nilai-nilai yang berbeda o Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai ini kurang terarah dan
sangat tergantung kepada nilai-nilai yang ada di dalam diri seseorang dan
https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/

memilih serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini
lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau tidak adanya bimbingan atau pembinaan
sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal bagi individu tersebut o Penghargaan
dan Sanksi; Perlakuan yang biasa diterima seperti: mendapatkan penghargaan bila menunjukkan
perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapat sanksi atau hukuman bila menunjukkan perilaku yang
tidak baik o Tanggung jawab untuk memilih; adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai
tertentu dan mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan
dan bimbingan dari seseorang yang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.
4. Klarifikasi Nilai-Nilai (Values) Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat
mengerti sistem nilainilai yang melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses yang
memungkinkan seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan analisis yang
dipilihnya dan muncul alternatif-alternatif, apakah pilihan–pilihan ini yang sudah dianalisis secara
rasional atau merupakan hasil dari suatu kondisi sebelumnya (Steele&Harmon, 1983). Klarifikasi nilai-
nilai mempunyai manfaat yang sangat besar didalam aplikasi keperawatan dan kebidanan. Ada tiga fase
dalam klarifikasi nilai-nilai individu yang perlu dipahami oleh perawat dan bidan.

 Pilihan:

1. Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap individu

2. Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, asuhan yang diberikan bukan
hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang diberikan mempertimbangkan
sebagaimana kita ingin diperlakukan.

3. Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan konsekuensi terbaik
bagi semua masyarakat. Penghargaan:

 Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan merasa senang bila
mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasen atau klien serta sejawat) atau
supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan interpersonal yang dilakukan
 Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak bersedia
memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya. Tindakan:
1. nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari
2. Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam kehidupan pribadi dan
profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang dilakukan. Semakin disadari nilai-
nilai profesional maka semakin timbul nilainilai moral yang dilakukan serta selalu konsisten
untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan sejawat atau pasen dan ternyata tidak
sejalan, maka seseorang merasa terjadi sesuatu yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip yang
https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/

dianutnya yaitu; penghargaan terhadap martabat manusia yang tidak terakomodasi dan sangat mungkin
kita tidak lagi merasa nyaman. Oleh karena itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana kita
perlu meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang diambil secara khusus dalam kehidupan ini
untuk menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-nilai positif yang sangat berguna dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat luas.

D. KODE ETIK KEPERAWATAN INDONESIA

1. Pengertian Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang
perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat nasional
Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik sehingga kejadian
pelanggaran etik dapat dihindarkan.

2. Fungsi Kode Etik Perawat Kode etik perawat yang berlaku saat ini berfungsi sebagai landasan bagi
status profesional dengan cara sebagai berikut:

Kode etik perawat menunjukkan kepada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan
menerima kepercayaan dan tanggungjawab yang diberikan kepada perawat oleh masyarakat. Kode etik
menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan keprofesian sebagai landasan
dalam penerapan praktek etikal. Kode etik perawat menetapkan hubungan-hubungan profesional yang
harus dipatuhi yaitu hubungan perawat dengan pasien/klien sebagai advokator, perawat dengan tenaga
profesional kesehatan lain sebagai teman sejawat, dengan profesi keperawatan sebagai seorang
kontributor dan dengan masyarakat sebagai perwakilan dari asuhan kesehatan. Kode etik perawat
memberikan sarana pengaturan diri sebagai profesi.

3. Kode etik keperawatan Indonesia :

 Perawat dan Klien


 Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat manusia,
keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit,
umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.
https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/

Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara suasana lingkungan yang
menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama klien. Tanggung jawab
utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan keperawatan. Perawat wajib
merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan tugas yang dipercayakan kepadanya
kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

4. Perawat dan praktek Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan
melalui belajar terus-menerus. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang
tinggi disertai kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan klien. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang
akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi,
menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain. Perawat senantiasa menjunjung tinggi
nama baik profesi keperawatan dengan selalu menunjukkan perilaku profesional.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Dalam upaya mendorong profesi keperawatan agar dapat diterima dan dihargai oleh pasien, masyarakat
atau profesi lain, maka kita harus memanfaatkan nilai-nilai dalam menerapkan etika dan moral disertai
komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian perawat yang
menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan secara etis profesional. Sikap etis
profesional berarti bekerja sesuai dengan standar, melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat
memberi jaminan bagi keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ellis Yania R, Hartley Celia L.1980.Nursing In Today World Challenges: Issues And Trends. Philadelphia:JB
Lippincontt Co. McCloskey.1990.Complex Ethical Dilemmas For Nurses And Nursing. St.Louis: The CV
Mosby Co. Ismani, Nila, HJ.2001.Etika Keperawatan.Jakarta: Widya
Medika.https://blogakpermasohi.blogspot.co.id/ pdfcoffee.com

Contact informationRonald F. Clayton info@pdfcoffee.com

Address:46748 Colby MotorwayHettingermouth, QC T3J 3P About Us

Contact Us Copyright Privacy Policy Terms and Conditions FAQ

Cookie Policy SUBSCRIBE OUR WEEKLY NEWSLETTER Enter your E-mail

Copyright © 2021 PDFCOFFEE.COM. All rights reserved.

Anda mungkin juga menyukai