Anda di halaman 1dari 1

DIGITALISASI SISTEM DISTRIBUSI

Penerapan E-Farmasi sudah mulai dicanangkan oleh pemerintah. Sistem ini mengintegrasikan
semua pihak yang terlibat dalam kegiatan kefarmasian. Proses digitalisasi sistem distribusi dimulai
dari pengadaan oleh masing-masing fasyankes yang pemesanannya melalui E-Katalog, yang
memuat informasi seputar daftar nama obat, jenis, spesifikasi teknis, harga satuan terkecil, dan
pabrik penyedia. Fasyankes yang mengajukan pemesanan obat dan BMHP mengisi LP-LPO atau
Laporan Pemakaian dan Laporan Permintaan Obat melalui E-RKO. Kemudian data kebutuhan obat
dan BMHP masuk ke Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota  Provinsi  akan terintegrasi melalui
bank data dalam E-Logistik obat di Kemkes. Sistem ini merupakan aplikasi pengelolaan obat dan
BMHP untuk pelaporan, pencatatan, dan pengelolaan obat dan BMHP. PBF juga akan terintegrasi
dengan E-Logistik untuk update jumlah obat dan BMHP dari industri farmasi. Dari pihak PBF,
dalam penyimpanan obat dan BMHP harus menerapkan Good Storage Practice. Kemudian dalam
pelaksanaan distribusi harus menerapkan Good Distribution Practice. Pemantauan dari sistem
distribusi obat dan BMHP ini akan dievaluasi melalui E-Monev Katalog dan E-Report Alkes dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (sistem pelaporan online distribusi alkes dan PKRT yang
dilakukan oleh sarana penyalur serta produsen PKRT dan alkes) oleh Dinkes Kabupaten/Kota,
Dinkes Provinsi, dan Farmalkes dari Kemkes. Pengawasan terhadap jalannya pelayanan
kefarmasian juga dilakukan melalui Sistem Pengawas Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian (E-
Farmasi) yang terpusat pada STR Apoteker Online yang mengoptimalkan peran profesional
apoteker.

Referensi :
Kemkes. 2018. Mewujudkan Akses dan Kemandirian Farmasi dan Alat Kesehatan yang Bermutu
2012-2018. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta.
Bappenas. 2019. Kajian Sektor Kesehatan: Penyediaan Obat, Vaksin dan Alat Kesehatan.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai