Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sebagai seorang mahasiswa kedokteran kita selalu dituntut dalam keadaan
apapun serta dituntut agar selalu bertindak professional agar kelak nantinya ketika
sudah menjadi seorang dokter dan sebagai pelayan kesehatan kita sudah siap dengan
situasi apapun seperti situasi gawat darurat. Seoarang dokter dituntut harus mampu
memberikan pelayanan yang cepat dan tepat agar dapat menangani kasus-kasus
kegawatdaruratan. Salah satu kasus kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
segera adalah syok. Syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai tidak
adekuatnya transpor oksigen ke jaringan yang disebabkan oleh gangguan
hemodinamik. Gangguan hemodinamik tersebut dapat berupa penurunan tahanan
vaskuler sistemik, berkurangnya darah balik, penurunan pengisian ventrikel, dan
sangat kecilnya curah jantung. Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan
mekanisme terjadinya, syok dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu syok
hipovolemik, syok distributif, syok obstruktif, dan syok kardiogenik.
Syok hipovolemik yang disebabkan oleh terjadinya kehilangan darah secara
akut (syok hemoragik) sampai saat ini merupakan salah satu penyebab kematian
tertinggi di negara-negara dengan mobilitas penduduk yang tinggi. Salah satu
penyebab terjadinya syok hemoragik tersebut diantaranya adalah cedera akibat
kecelakaan sehingga menyebabkan kehilangan darah. Sehingga sebagai mahasiswa
kedokteran kita harus mampu mengetahui dan memahami kasus mengenai
kegawatdaruratan seperti kasus syok hipovolemik, baik itu defenisi, etiologi,
patofisiologi dari syok hipovolemik,proses mendiagnosis pasien dengan syok
hipovolemik serta proses tatalaksana dari syok hipovolemik agar dapat ketika
menemkan kasus seperti demikian nantinya, kita dapat mengatasinya dengan baik dan
professional.
1.3. MANFAAT
PEMBAHASAN
2.1. DATA TUTORIAL
Hari/Tanggal
Sesi 1 : Senin, 10 Oktober 2018
Sesi 2 : Rabu, 12 Oktober 2018
Tutor : dr.Cheryl Nini, S. Ked.
Moderator : Prasetya Angga Firmansyah
Sekretaris : I Made Dedi Karismajaya
LUKA BACOKAN
Tn. X berusia 45 tahun dibawa temannya ke UGD RS karena luka – luka akibat
dibacok oleh rampok. Tampak luka bacokan yang ada dipergelangan tangan kanan
dan perut pasien. Pasien tampak pucat dan lemah, tampak darah mencucur terutama
pada luka dipergelangan tangan pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum lemah, kesadaram somnolen, TD 70/palpasi, nadi dangkal dengan frekuensi
112 x/menit, frekuensi napas 24 x/menit, konjungtiva anemis. Tampak luka sayatan
dipergelangan tangan panjang 3 cm dengan tepi rata dan ujung tajam, pendarahan
aktif mengucur. Tampak luka sayatan dalam pada regio umbilicus dengan perdarahan
aktif. Dokter segera akses intra double line dan memberikan cairan kristaloid dan
koloid, serta segera mempersiapkan operasi laparatomi cito dan transfuse darah.
Dari data yang ada dapat disimpulkan tuan X mengalami syok hipvolemik
berupa tekanan darah meningkat/palpasi, frekuensi nadi yang meningkat
Apabila darah terus menrus mengucur terjadi perubahan status mental dan
terjadi hiperventilasi sebagai kompensasi tubuh untuk mengatasi adanya
penurunan kadar oksigen akibat darah yang terus menerus mengucur dan
untuk memperbaiki ventilasi alveolar. ( Ayu L, 2015)
Pendarahan Intra
Syok Hipovolemik Syok Kardiogenik
Abdomen
Definisi &
Etiologi
Epidemiologi
Patofisiologi
Diagnosis &
Prognosis
Tatalaksana
V. LEARNING ISSUE
VI. REFERENSI
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi
untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal
ini muncul akibat kejadian pada hemostasis tubuh yang serius seperti
perdarahan yang masif, trauma atau luka bakar yang berat (syok
hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok kardiogenik),
sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok septik), tonus vasomotor yang
tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respons imun (syok anafilaktik).
Syok hipovolemik merupakan keadaan berkurangnya perfusi organ
dan oksigenasi jaringan yang disebabkan gangguang kehilangan akut dari
darah (syok hemorragic) atau cairan tubuh yang dapat disebabkan oleh
berbagai keadaan. Penyebab terjadinya syok hipovolemik diantaranya adalah
diare, luka bakar, muntah, dan trauma maupun perdarahan karena obsetri.
Syok hipovolemik merupakan salah satu syok dengan angka kejadian yang
paling banyak dibandingkan syok lainnya.
Resusitasi cairan : Ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh, sehingga
seringkali dapat menyebabkan syok. Terapi ini ditujukan pula untuk ekspansicepat
dari cairan intravaskuler dan memperbaiki perfusi jaringan.
Cairan intravena diklasifikasikan menjadi kristaloid dan koloid. Kristaloid merupakan larutan
dimana molekul organik kecil dan inorganik dilarutkan dalam air. Larutan ini ada yang
bersifat isotonik, hipotonik, maupun hipertonik. Cairan kristaloid memiliki keuntungan antara
lain : aman, nontoksik, bebas reaksi, dan murah. Adapun kerugian dari cairan kristaloid yang
hipotonik dan isotonik adalah kemampuannya terbatas untuk tetap berada dalam ruang
intravaskular. (Guyton, 2016)
KristaloidCairan kristaloid yang paling banyak digunakan adalah normal saline dan
ringer laktat. Cairan kristaloid memiliki komposisi yang mirip cairan ekstraselular.
Karena perbedaan sifat antara kristaloid dan koloid, dimana kristaloid akan lebih
banyak menyebar ke ruang interstitial dibandingkan dengan koloid maka kristaloid
(Sudoyo,2004)
(Sudoyo,2017)
a. Mikrosirkulasi
Ketika curah jantung turun, tahanan vaskular sistemik akan berusaha untuk
meningkatkan tekanan sistemik guna menyediakan perfusi yang cukup bagi jantung
dan otak melebihi jaringan lain seperti otot, kulit dan khususnya traktus
gastrointestinal. Kebutuhan energi untuk pelaksanaan metabolisme di jantung dan
otak sangat tinggi tetapi kedua sel organ itu tidak mampu menyimpan cadangan
arterial pressure/MAP) jatuh hingga 60 mmHg, maka aliran ke organ akan turun
drastis dan fungsi sel di semua organ akan terganggu
b. Neuroendokrin
c. Kardiovaskular
Tiga variabel seperti; pengisian atrium, tahanan terhadap tekanan (ejeksi) ventrikel
dan kontraktilitas miokard, bekerja keras dalam mengontrol volume sekuncup. Curah
jantung, penentu utama dalam perfusi jaringan, adalah hasil kali volume sekuncup
dan frekuensi jantung. Hipovolemia menyebabkan penurunan pengisian ventrikel,
yang pada akhirnya menurunkan volume sekuncup. Suatu peningkatan frekuensi
jantung sangat bermanfaat namun memiliki keterbatasan mekanisme kompensasi
untuk mempertahankan curah jantung.
d. Gastrointestinal
Akibat aliran darah yang menurun ke jaringan intestinal, maka terjadi peningkatan
absorpsi endotoksin yang dilepaskan oleh bakteri gram negatif yang mati di dalam
usus. Hal ini memicu pelebaran pembuluh darah serta peningkatan metabolisme dan
bukan memperbaiki nutrisi sel dan menyebabkan depresi jantung.
e. Ginjal
Gagal ginjal akut adalah satu komplikasi dari syok dan hipoperfusi, frekuensi
Hipovolemia ringan (< 20% volume darah) menimbulkan takikardia ringan dengan
sedikit gejala yang tampak, terutama pada penderita muda yang sedang berbaring.
Pada hipovolemia sedang (20-40% dari volume darah) pasien menjadi lebih cemas
dan takikardia lebih jelas, meski tekanan darah bisa ditemukan normal pada posisi
berbaring, namun dapat ditemukan dengan
jelas hipotensi ortostatik dan takikardia. Pada hipovolemia berat maka gejala klasik
syok akan muncul, tekanan darah menurun drastis dan tak stabil walau posisi
berbaring, pasien menderita takikardia hebat, oliguria, agitasi atau bingung. Perfusi
ke susunan saraf pusat dipertahankan dengan baik sampai syok bertambah berat.
Penurunan kesadaran adalah gejala penting. Transisi dari syok hipovolemik ringan ke
berat dapat terjadi bertahap atau malah sangat cepat, terutama pada pasien usia lanjut
dan yang memiliki penyakit berat di mana kematian mengancam. Dalam waktu yang
sangat pendek dari terjadinya kerusakan akibat syok maka dengan resusitasi agresif
dan cepat.
1. StadiumKompensasi
Pada stadium ini fungsi organ vital di- pertahankan melalui mekanisme kompensasi
siologis tubuh dengan cara meningkatkan re eks simpatis, sehingga resistensi sistemik
meningkat, meningkatkan denyut jantung sehingga CO meningkat; dan meningkatkan
sekresi vasopressin, RAAS (renin-angiotensin- aldosterone system) menyebabkan
ginjal menahan air dan sodium di dalam sirkulasi. Gejala klinis pada syok dengan
stadium kompensasi ini adalah takikardi, gelisah, kulit pucat dan dingin, pengisian
kapiler lambat.
2. Stadium Dekompensasi
anaerob sehingga produksi laktat meningkat menyebabkan asidosis laktat. Kondisi ini
diperberat oleh penumpukan CO2 yang menjadi asam karbonat. Asidemia akan
1. Anamnesa
Anamnesa dilakukan untuk mengetahui riwayat penyakit sebelumnya atau
dari kelurganya sehingga dapat ditentukan penyebab dan untuk penanganan
langsung. Anamnesa juga dapat menentukan 80 % dari gejala yang
ditimbulkan oleh pasien.
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya dilakukan antara lain :
Analisis Complete Blood ( CBC )
Kadar elektrolit (Na, K, C, HCO3, Creatinie, kadar glukosa, dll)
Pemeriksaan urinalisis
Pemeriksaan golongan darah agar memudahkan ketika diperlukan
transfusi darah.
4. Pemeriksaan radiologi (jika diperlukan). (Sudoyo,2017)
Keberhasilan resusitasi cairan dapat dilihat pada keadaan penderita yang lebih
stabil, laju jantung normal, dan terdapat peningkatan curah jantung serta isi sekuncup.
Apabila syok masih berlanjut, maka selanjutnya perlu diberikan obat pendukung
hemodinamik lain (vasopresor/ inotropik). Pemantauan hemodinamik pada pasien
Jika dilihat dari kondisi Tn. X yang mengalami Syok Hypovolemik tersebut
dapat dikategorikan kedalam stadium 3. Jika dilihat dari prognosisnya :
1. Ad Vitam : pasien di duga dalam kondisi dubia ad bonam karena dilihat dari
penurunan kesadarannya dan jumlah cairan yang hilang maupun hasil dari
pemeriksaan fisik pasien dapat memungkinkan terancamnya kelangsungan
hidup pasien
2. Ad Fungsional : pasien di duga dalam kondisi dubia ad bonam, karena dari
banyaknya kehilangan cairan dari tubuh pasien dan dari luka pada bagian
abdomen dan pergelangan tangan pasien dapat menyebabkan kerusakn organ
kedepannya jika penatalaksanaannya tidak baik.
(Hardisman,2013)
Ayu,L. 2015. Penanganan pada syok hipovolemik. Edisi ke-5. Jakarta: Salemba
Medika
Guyton & Hall. 2016. Fisiologi Kedokteran: Edisi 12. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Bare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Jilid 3)
Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., dkk. 2017. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Jilid 2)
Syamsuhidajat & Wim De Jong. 2008. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Wijaya, IP. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Ed VI. Interna
Publishing. Jakarta.