Anda di halaman 1dari 9

MINGGU 8

PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI DAN PERUSAHAAN,


HUBUNGAN BUDAYA DAN ETIKA, KENDALA DALAM
MEWUJUDKAN KINERJA BISNIS ETIS

A. KARAKTERISTIK BUDAYA ORGANISASI


Secara umum pengertian budaya organisasi yaitu suatu karakteristik yang dijunjung
tinggi oleh organisasi dan menjadi contoh organisasi untuk membedakan antara satu
organisasi dengan organisasi yang lain. Atau budaya organisasi juga disimpulkan sebagai
nilai-nilai dan norma perilaku yang diterima serta dipahami secara bersama-sama oleh
anggota organisasi sebagai dasar dalam ketentuan perilaku yang ada di dalam organisasi
tersebut.
Pengertian budaya organisasi menurut para Ahli, antara lain :
1. Sarpin (1995) : Suatu sistem nilai, kepercayaan dan kebiasaan dalam suatu
organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur sistem formalnya untuk
menghasilkan norma-norma perilaku organisasi.
2. Schein : Budaya organisasi adalah suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yang
ditemukan, diciptakan atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu, dengan
maksud agar organisasi belajar mengatasi dan menanggulangi masalah-masalah
yang timbul akibat adaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan
dengan cukup baik, sehingga perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru
sebagai cara yang benar untuk memahami, memikirkan dan merasakan berkanaan
dengan masalah-masalah tersebut.
3. Mondy dan Noe (1996) : Budaya organisasi adalah sistem dari shared values,
keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan dalam suatu organisasi yang saling
berinteraksi dengan struktur formalnya untuk menciptakan norma-norma perilaku.
4. Hodge, Anthony dan Gales (1996) : Budaya organisasi adalah konstruksi dari dua
tingkat karakteristik, yaitu karakteristik organisasi yang kelihatan (observable) dan
yang tidak kelihatan (unoservable).

Robbins (2007), memberikan tujuh karakteristik budaya sebagai berikut:


1. Inovasi dan keberanian mengambil resiko yaitu sejauh mana karyawan diharapkan
didorong untuk bersikap inovtif dan berani mengambil resiko.

This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
2. Perhatian terhadap detail yaitu sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan
presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.
3. Berorientasi pada hasil yaitu sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil
ketimbang teknik atau proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4. Berorientasi kepada manusia yaitu sejauh mana keputusan-keputusan manajemen
mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam
organisasi.
5. Berorientasi pada tim yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasi pada
tim ketimbang individu-individu.
6. Agresivitas yaitu sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang
santai.
7. Stabilitas yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.

Sedangkan Snhneider dalam (Pearse dan Bear, 1998) mengklasifikasikan budaya


organisasi ke dalam empat tipe dasar, yaitu :
1. Control Culture
Budaya impersonal nyata yang memberikan perhatian pada kekonkretan
pembuatan keputusan yang melekat secara analitis, orientasi masalah dan preskriptif.
2. Collaborative Culture
Berdasarkan pada kenyataan individu terhadap pengambilan keputusan yang
dilakukan secara people-driven, organic dan informal. Interaksi dan keterlibatan
menjadi elemen pokok.
3. Competence Culture
Budaya personal yang dilandaskan pada kompetensi diri, yang memberikan
perhatian pada potensi, alternatif, pilihan-pilihan kreatif dan konsep-konsep teoretis.
Orang orang yang termasuk dalam tipe budaya ini memiliki standar untuk meraih
sukses yang lebih tinggi.
4. Cultivation Culture
Budaya yang berlandaskan pada kemungkinan seorang individu mampu
memperoleh inspirasi.

B. FUNGSI BUDAYA ORGANISASI

This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
Budaya organisasi memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi budaya organisasi
adalah sebagai tapal batas tingkah laku individu yang ada didalamnya. Fungsi budaya
biasanya sulit dibedakan dengan fungsi budaya kelompok atau budaya organisasi, karena
budaya adalah gejala sosial.
Fungsi Budaya Organisasi menurut Siagian (1992 : 153) mencatat lima fungsi utama
budaya organisasi, yakni :
1. Sebagai penentu batas-batas tingkah laku dalam arti memastikan apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan, apa yang dilihat baik atau tidak baik, memastikan yang benar
dan yang salah.
2. Menumbuhkan perasaan jati diri dalam suatu organisasi dan para anggotanya.
3. Menumbuhkan komitmen kepada kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi
atau kelompok sendiri.
4. Sebagai tali pengikat untuk seluruh anggota organisasi
5. Sebagai alat pengendali perilaku para anggota organisasi yang berkaitan.

C. PEDOMAN TINGKAH LAKU


Antara manusia dan kebudayan terjalin hubungan yang sangat erat, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia menjadi manusia merupakan
kebudayaan. Hampir semua tindakan manusia itu merupakan kebudayaan. Hanya
tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan
demikian prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut
dibiasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu proses
internalisasi, sosialisasi, dan enkulturasi.
Tingkah laku dapat dijelaskan melalui pendekatan, salah satunya adalah pendekatan
psikologi dimana tingkah laku dapat dijelaskan dengan cara yang berbeda-beda, dalam
psikologi sedikitnya ada lima cara pendekatan, yaitu :
1) Pendekatan Neurobiologis
Tingkah laku manusai pada dasrnya dikendalikan oleh aktivitas otak dan sistem
syaraf. Pendekatan neurobiologis berupaya mengaitkan perilaku yang terlihat dengan
impuls listrik dan kimia yang terjadi didalam tubuh serta menentukan proses
neurobiologi yang mendasari perilaku dan proses mental.
2) Pendekatan Perilaku

This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
Pada dasarnya tingkah laku adalah respon atau stimulus yang datang. Secara
sederhana dapat digambarkan dalam model S – R atau suatu kaitan Stimulus –
Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali.

3) Pendekatan Kognitif
Pendekatan ini menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana
individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan
menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu
melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi yang datang.
4) Pendekatan Psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa
kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah
laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau
dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah
sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
5) Pendekatan Fenomenologi
Pendekatan ini lebih memperhatikan pada penagalam subyektif individu karena itu
tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya,
konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau
aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan
fenomena tentang dirinya.

D. APRESIASI BUDAYA
Istilah apresiasi berasal dari bahasa inggris appreciation yang berarti penghargaan,
penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja it appreciate yang berarti
menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa indonesia menjadi mengapresiasi. Apresiasi
budaya adalah kesanggupan untuk menerima dan memberikan penghargaan, penilaian,
pengertian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Ada beberapa metode dalam mengapresiasi budaya, antara lain :
1) Metode Induktif
Apresiasi dilakukan dengan cara menarik konsep/kebenaran/keindahan dari pranata
yang sifatnya khusus sampai yang bersifat umum.
2) Metode Deduktif

This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
Apresiasi dilakukan dengan cara menarik konsep/kebenaran/keindahan dari pranata
yang sifatnya umum sampai yang bersifat khusus.
3) Metode Empati
Apresiator mengamati seolah-olah larut pada perasaan, terbawa oleh obyek, sehingga
dalam komentar-komentarnya terdapat ibarat, metafora yang melebih-lebihkan.
4) Metode Interaktif
Metode ini dilakukan untuk mencari kesepakatan dengan melalui sarasehan budaya.

E. HUBUNGAN ETIKA DAN BUDAYA


Hubungan antara etika dengan kebudayaan : Meta-ethical cultural relativism
merupakan cara pandang secara filosofis yang yang menyatkan bahwa tidak ada
kebenaran moral yang absolut, kebenaran harus selalu disesuaikan dengan budaya dimana
kita menjalankan kehidupan soSial kita karena setiap komunitas sosial mempunyai cara
pandang yang berbeda-beda terhadap kebenaran etika.
Etika erat kaitannya dengan moral. Etika atau moral dapat digunakan okeh manusia
sebagai wadah untuk mengevaluasi sifat dan perangainya. Etika selalu berhubungan
dengan budaya karena merupakan tafsiran atau penilaian terhadap kebudayaan. Etika
mempunyai nilai kebenaran yang harus selalu disesuaikan dengan kebudayaan karena
sifatnya tidak absolut danl mempunyai standar moral yang berbeda-beda tergantung
budaya yang berlaku dimana kita tinggal dan kehidupan social apa yang kita jalani.
Baik atau buruknya suatu perbuatan itu tergantung budaya yang berlaku. Prinsip
moral sebaiknya disesuaikan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga suatu hal
dikatakan baik apabila sesuai dengan budaya yang berlaku di lingkungan sosial tersebut.
Sebagai contoh orang Eskimo beranaggapan bahwa tindakan infantisid (membunuh anak)
adalah tindakan yang biasa, sedangkan menurut budaya Amerika dan negara lainnya
tindakan ini merupakan suatu tindakan amoral.
Suatu premis yang disebut dengan “Dependency Thesis” mengatakan “All moral
principles derive their validity from cultural acceptance”. Penyesuaian terhadap
kebudayaan ini sebenarnya tidak sepenuhnya harus dipertahankan dan dibutuhkan suatu
pengembangan premis yang lebih kokoh.
Etika perusahaan menyangkut hubungan, yaitu sebagai berikut :
1) Perusahaan dan karyawan sebagai satu kesatuan dengan lingkungannya (misalnya
dengan perusahaan lain atau masyarakat setempat).
2) Etika kerja terkait antara perusahaan dengan karyawan.

This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
3) Etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan.

Faktor utama yang dapat menciptakan iklim etika dalam perusahaan antara lain :
1) Terciptanya budaya perusahaan secara baik.
2) Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya (trust-based-
ornganization)
3) Terbentuknya manajemen hubungan antara pegawai (employee relationship
management)

Iklim etika dalam perusahaan dipengaruhi oleh adanya interaksi bebarapa factor
antara lain :
1) Faktor kepentingan diri sendiri
2) Keuntungan perusahaan
3) Pelaksanaan efisiensi
4) Kepentingan kelompok

F. PENGARUH ETIKA TERHADAP BUDAYA


Etika seseorang dan etika bisnis adalah satu kasatuan yang terintegrasi sehingga tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, keduanya saling melengkapi dalam
mempengaruhi perilaku antar individu maupun kelompok, yang kemudian menjadi
perilaku organisasi yang akan berpengaruh terhadap budaya perusahaan. Jika etika
menjadi nilai dan keyakinan yang terinternalisasi dalam budaya perusahaan, maka akan
berpotensi menjadi dasar kekuatan perusahaan dan akhirnya akan berpotensi menjadi
stimulus dalam peningkatan kinerja karyawan.
Terdapat pengaruh yang signifikan antara etika seseorang dari tingkatan manajer
terhadap tingkah laku etis dalam pengambilan keputusan. Kemampuan seorang
profesional untuk dapat mengerti dan pekau terhadap adanya masalah etika dalam
profesinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sosial budaya, dan masyarakat dimana dia
berada. Budaya perusahaan memberikan sumbangan yang sangat berartiu terhadap
perilaku etis. Perusahaan akan menjadi lebih baik jika mereka membudayakan etika
dalam lingkungan perusahaannya.
Budaya perusahaan pada dasarnya mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh
para anggota organisasi, termasuk mereka yang berada dalam hirarki organisasi. Bagi
oraganisasi yang masih didominasi oleh pendiri, maka budayanya akan menajadi wahana

This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
untuk mengkomunikasikan harapan-harapan pendiri kepada para pekerja lainnya.
Demikian pula jika perusahaan dikelola oleh seorang manajer senior otokratis yang
menerapkan gaya kepemimpinan top down. Disini budaya juga akan berperan untuk
mengkomunikasikan harapan-harapan manajer senior itu.
Isu dan kekuatan suatu budaya memengaruhi suasana etis sebuah organisasi dan
perilaku etis para anggotanya. Budaya sebuah oraganisasi yang punya kemungkinan
paling besar untuk membentuk standar dan etika tinggi adalah budaya yang tinggi
toleransinya terhdapa risiko tinggi, sedang, sampai rendah dalam hal keagresifan, dan
fokus pada sarana selain itu juga hasil. Manajemen dapat melakukan bebarapa hal dalam
menciptakan budaya yang lebih etis, yaitu :
1) Model peran yang visible
Karyawan akan melihat sikap dan perilaku manjemen puncak (Top Manajemen)
sebagai acuan/landasan standar untuk menentukan perilaku dan tindakan-tindakan
yang semestinya diambil.
2) Komunikasi harapan etis
Ambiguitas etika dapat diminimalisir dengan menciptakan dan mengkomunikasikan
kode etik organisasi.
3) Pelatihan etis
Pelatihan etis digunakan memperkuat standar, tuntutan organisasi, menjelaskan
praktik yang diperbolehkan dan yang tidak, dan menangani dilema etika yang
mungkin muncul.

G. KENDALA MEWUJUDKAN KINERJA BISNIS


Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa
masalah dan kendala. Keraf (1993 : 81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu :
1) Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah.
Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika
bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang
kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.
2) Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan.
Konflik kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi
yang dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak
dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis

This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan
perusahaan dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar
moralnya bisa jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan
peraturan.
3) Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.
Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit
politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi
kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha
bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk
memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4) Lemahnya penegakan hukum.
Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan
tetap memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk
memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
5) Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik
bisnis dan manajemen.
Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara
khusus menangani penyusunan dan penegakkan kode etik bisnis dan manajemen.

Kendala mewujudkan kinerja bisnis etis dapat juga berupa :


1) Mentalitas para pelaku bisnis, terutama top management yang secara moral rendah,
sehingga berdampak pada seluruh kinerja bisnis. Perilaku perusahaan yang etis
biasanya banyak bergantung pada kinerja top management, karena kepatuhan pada
aturan itu berjenjang dari mulai atas ke tingkat bawah.
2) Faktor budaya masyarakat yang cenderung memandang pekerjaan bisnis sebagai
profesi yang penuh dengan tipu muslihat dan keserakahan serta bekerja mencari
untung. Bisnis merupakan pekerjaan yang kotor. Pandangan tersebut memperlihatkan
bahwa masyarakat kita memiliki persepsi yang keliru tentang profesi bisnis.
3) Faktor sistem politik dan sistem kekuasaan yang diterapkan oleh penguasan sehingga
menciptakan sistem ekonomi yang jauh dari nilai-nilai moral. Hal ini dapat terlihat
dalam bentuk KKN.

This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
CONTOH KASUS PENERAPAN BUDAYA PERUSAHAAN DAN ETIKA BISNIS
ORDER DAGING SAPI
Seorang pelaku perusahaan dari Amerika mendapat order daging sapi dari pelaku
usaha lain asal Indonesia. Sebagaimana diketahui, sebagian besar warga Indonesia
merupakan penganut agama Islam. Jadi masalah daging sapi tidak hanya berhubungan
dengan standar kesehatan, tapi juga berkaitan dengan proses penyembelihan hewan ternak
yang harus sesuai dengan syariah. Padahal di Amerika sendiri, proses penyembelihannya
tidak pernah memikirkan urusan tersebut. Perbedaan budaya serta cara pandang seperti ini
mengakibatkan order yang sebenarnya sudah disetujui oleh kedua belah pihak bisa menjadi
batal bahkan berujung pada gugatan. Untuk mengatasinya, sebelum perjanjian jual beli
daging sapi tersebut dibuat seharusnya juga dicantumkan bahwa pengusaha dari Amerika
harus bisa mendatangkan daging sapi yang proses penyembelihannya dilakukan sesuai
dengan syariah Islam. Selain itu harus melibatkan lembaga yang memiliki kewenangan
untuk mengeluarkan sertifikat halal. Saat ini kasus bisnis internasional seperti yang disebut
di atas memang sudah jarang terjadi. Tapi masih banyak sengketa lain yang sumber
masalahnya berhubungan dengan budaya dan adat yang berbeda di masing-masing negara.

This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai