This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
2. Perhatian terhadap detail yaitu sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan
presisi, analisis, dan perhatian pada hal-hal detail.
3. Berorientasi pada hasil yaitu sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil
ketimbang teknik atau proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4. Berorientasi kepada manusia yaitu sejauh mana keputusan-keputusan manajemen
mempertimbangkan efek dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam
organisasi.
5. Berorientasi pada tim yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja diorganisasi pada
tim ketimbang individu-individu.
6. Agresivitas yaitu sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang
santai.
7. Stabilitas yaitu sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan
dipertahankannya status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.
This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
Budaya organisasi memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi budaya organisasi
adalah sebagai tapal batas tingkah laku individu yang ada didalamnya. Fungsi budaya
biasanya sulit dibedakan dengan fungsi budaya kelompok atau budaya organisasi, karena
budaya adalah gejala sosial.
Fungsi Budaya Organisasi menurut Siagian (1992 : 153) mencatat lima fungsi utama
budaya organisasi, yakni :
1. Sebagai penentu batas-batas tingkah laku dalam arti memastikan apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan, apa yang dilihat baik atau tidak baik, memastikan yang benar
dan yang salah.
2. Menumbuhkan perasaan jati diri dalam suatu organisasi dan para anggotanya.
3. Menumbuhkan komitmen kepada kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi
atau kelompok sendiri.
4. Sebagai tali pengikat untuk seluruh anggota organisasi
5. Sebagai alat pengendali perilaku para anggota organisasi yang berkaitan.
This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
Pada dasarnya tingkah laku adalah respon atau stimulus yang datang. Secara
sederhana dapat digambarkan dalam model S – R atau suatu kaitan Stimulus –
Respon. Ini berarti tingkah laku itu seperti reflek tanpa kerja mental sama sekali.
3) Pendekatan Kognitif
Pendekatan ini menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana
individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan
menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu
melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi yang datang.
4) Pendekatan Psikoanalisa
Pendekatan psikoanalisa dikembangkan oleh Sigmund Freud. Ia meyakini bahwa
kehidupan individu sebagian besar dikuasai oleh alam bawah sadar. Sehingga tingkah
laku banyak didasari oleh hal-hal yang tidak disadari, seperti keinginan, impuls, atau
dorongan. Keinginan atau dorongan yang ditekan akan tetap hidup dalam alam bawah
sadar dan sewaktu-waktu akan menuntut untuk dipuaskan.
5) Pendekatan Fenomenologi
Pendekatan ini lebih memperhatikan pada penagalam subyektif individu karena itu
tingkah laku sangat dipengaruhi oleh pandangan individu terhadap diri dan dunianya,
konsep tentang dirinya, harga dirinya dan segala hal yang menyangkut kesadaran atau
aktualisasi dirinya. Ini berarti melihat tingkah laku seseorang selalu dikaitkan dengan
fenomena tentang dirinya.
D. APRESIASI BUDAYA
Istilah apresiasi berasal dari bahasa inggris appreciation yang berarti penghargaan,
penilaian, pengertian. Bentuk itu berasal dari kata kerja it appreciate yang berarti
menghargai, menilai, mengerti dalam bahasa indonesia menjadi mengapresiasi. Apresiasi
budaya adalah kesanggupan untuk menerima dan memberikan penghargaan, penilaian,
pengertian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Ada beberapa metode dalam mengapresiasi budaya, antara lain :
1) Metode Induktif
Apresiasi dilakukan dengan cara menarik konsep/kebenaran/keindahan dari pranata
yang sifatnya khusus sampai yang bersifat umum.
2) Metode Deduktif
This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
Apresiasi dilakukan dengan cara menarik konsep/kebenaran/keindahan dari pranata
yang sifatnya umum sampai yang bersifat khusus.
3) Metode Empati
Apresiator mengamati seolah-olah larut pada perasaan, terbawa oleh obyek, sehingga
dalam komentar-komentarnya terdapat ibarat, metafora yang melebih-lebihkan.
4) Metode Interaktif
Metode ini dilakukan untuk mencari kesepakatan dengan melalui sarasehan budaya.
This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
3) Etika perorangan mengatur hubungan antar karyawan.
Faktor utama yang dapat menciptakan iklim etika dalam perusahaan antara lain :
1) Terciptanya budaya perusahaan secara baik.
2) Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya (trust-based-
ornganization)
3) Terbentuknya manajemen hubungan antara pegawai (employee relationship
management)
Iklim etika dalam perusahaan dipengaruhi oleh adanya interaksi bebarapa factor
antara lain :
1) Faktor kepentingan diri sendiri
2) Keuntungan perusahaan
3) Pelaksanaan efisiensi
4) Kepentingan kelompok
This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
untuk mengkomunikasikan harapan-harapan pendiri kepada para pekerja lainnya.
Demikian pula jika perusahaan dikelola oleh seorang manajer senior otokratis yang
menerapkan gaya kepemimpinan top down. Disini budaya juga akan berperan untuk
mengkomunikasikan harapan-harapan manajer senior itu.
Isu dan kekuatan suatu budaya memengaruhi suasana etis sebuah organisasi dan
perilaku etis para anggotanya. Budaya sebuah oraganisasi yang punya kemungkinan
paling besar untuk membentuk standar dan etika tinggi adalah budaya yang tinggi
toleransinya terhdapa risiko tinggi, sedang, sampai rendah dalam hal keagresifan, dan
fokus pada sarana selain itu juga hasil. Manajemen dapat melakukan bebarapa hal dalam
menciptakan budaya yang lebih etis, yaitu :
1) Model peran yang visible
Karyawan akan melihat sikap dan perilaku manjemen puncak (Top Manajemen)
sebagai acuan/landasan standar untuk menentukan perilaku dan tindakan-tindakan
yang semestinya diambil.
2) Komunikasi harapan etis
Ambiguitas etika dapat diminimalisir dengan menciptakan dan mengkomunikasikan
kode etik organisasi.
3) Pelatihan etis
Pelatihan etis digunakan memperkuat standar, tuntutan organisasi, menjelaskan
praktik yang diperbolehkan dan yang tidak, dan menangani dilema etika yang
mungkin muncul.
This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan
perusahaan dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar
moralnya bisa jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan
peraturan.
3) Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.
Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit
politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi
kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha
bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk
memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4) Lemahnya penegakan hukum.
Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan
tetap memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk
memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
5) Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik
bisnis dan manajemen.
Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara
khusus menangani penyusunan dan penegakkan kode etik bisnis dan manajemen.
This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
CONTOH KASUS PENERAPAN BUDAYA PERUSAHAAN DAN ETIKA BISNIS
ORDER DAGING SAPI
Seorang pelaku perusahaan dari Amerika mendapat order daging sapi dari pelaku
usaha lain asal Indonesia. Sebagaimana diketahui, sebagian besar warga Indonesia
merupakan penganut agama Islam. Jadi masalah daging sapi tidak hanya berhubungan
dengan standar kesehatan, tapi juga berkaitan dengan proses penyembelihan hewan ternak
yang harus sesuai dengan syariah. Padahal di Amerika sendiri, proses penyembelihannya
tidak pernah memikirkan urusan tersebut. Perbedaan budaya serta cara pandang seperti ini
mengakibatkan order yang sebenarnya sudah disetujui oleh kedua belah pihak bisa menjadi
batal bahkan berujung pada gugatan. Untuk mengatasinya, sebelum perjanjian jual beli
daging sapi tersebut dibuat seharusnya juga dicantumkan bahwa pengusaha dari Amerika
harus bisa mendatangkan daging sapi yang proses penyembelihannya dilakukan sesuai
dengan syariah Islam. Selain itu harus melibatkan lembaga yang memiliki kewenangan
untuk mengeluarkan sertifikat halal. Saat ini kasus bisnis internasional seperti yang disebut
di atas memang sudah jarang terjadi. Tapi masih banyak sengketa lain yang sumber
masalahnya berhubungan dengan budaya dan adat yang berbeda di masing-masing negara.
This study source was downloaded by 100000843596982 from CourseHero.com on 03-21-2022 21:26:28 GMT -05:00
https://www.coursehero.com/file/65610836/MINGGU-8docx/
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)