Anda di halaman 1dari 33

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang Harga Diri

1. Pengertian Harga Diri

Harga diri sebagai nilai yang dikumpulkan individu pada diri

sendiri (Wong, 2013).

Santrock (2014) juga mendefinisikan harga diri (Self Esteem)

sebagai suatu dimensi evaluasi global mengenai diri sendiri. Maka, harga

diri dapat dikatakan sebagai evaluasi individu terhadap dirinya sendiri

dengan menilai dirinya sendiri secara positif dan negatif.

Menurut Baron & Byrne (2012), harga diri (self esteem) adalah

evaluasi terhadap diri yang di buat oleh setiap individu. Harga diri

merujuk pada sikap seseorang terhadap dirinya sendiri mulai dari sangat

negatif sampai sangat positif.

Penilaian harga diri secara positif atau negatif diperoleh dari

evaluasi individual terhadap dirinya. Individu mengevaluasi diri dalam

lingkungan keluarga, sekolah, tempat berorganisasi, tempat bekerja,

maupun lingkungan sosial. Penilaian positif terhadap diri sendiri adalah

penilaian terhadap kondisi diri, seperti: menghargai potensi diri, dan

menerima kekurangan diri sendiri. Sedangkan penilaian negatif terhadap

diri sendiri adalah: penilaian tidak suka atau tidak puas dengan kondisi diri
10

sendiri, tidak menghargai kelebihan diri sendiri sebagai sesuatu yang

selalu berkurang (Santrock, 2014).

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Menurut Sriati & Hernawati (2013), harga diri dipengaruhi oleh

berbagai macam faktor. Faktor-faktor yang melatar belakangi harga diri

terdiri atas empat komponen, yaitu:

a. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan, dan

kejadian yang pernah dialami individu, dirasakan bermakna, dan

meninggalkan pesan dalam hidup individu.

b. Pola asuh

Mendefinisikan pola asuh sebagai cara orang tua dalam

menunjukkkan otoritasnya. Pola asuh juga merupakan cara orang tua

untuk memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anak.

c. Lingkungan

Melalui hubungan yang baik antara remaja dengan orang tua,

teman sebaya, dan lingkungan sekitar. Lingkungan yang membuat

remaja merasa diterima, dihargai, dan dihormati akan menjadikan

remaja merasa bahwa dirinya bernilai untuk dirinya sendiri dan orang

lain.

d. Sosial ekonomi

Sosial ekonomi adalah suatu hal yang mendasari perbuatan

seseorang untuk memenuhi dorongan sosial yang memerlukan


11

dukungan finansial. Individu dengan sosial ekonomi tinggi, akan

merasa dirinya lebih berarti dan berharga, dibandingkan dengan orang

lain dengan status sosial ekonomi dibawah (Sriati, 2013).

3. Aspek-aspek Harga diri

Menurut Sriati (2013), harga diri individu terdiri dari tiga aspek

yaitu:

a. Perasaan berharga

Perasaan berharga merupakan perasaan yang dimiliki individu

saat merasa dirinya berharga karena dihargai oleh orang lain. Individu

yang merasa dirinya berharga, akan mengekspresikan dirinya dengan

baik, dapat menerima kritik dan memiliki kecenderungan dapat

mengontrol perilaku.

b. Perasaan mampu

Perasaan mampu merupakan perasaan yang dimiliki individu

pada individu merasa mampu untuk mencapai suatu hasil yang

diharapkan. Individu yang memiliki harga positif menyukai tugas baru

yang menantang, aktif, dan tidak cepat bingung jika sesuatu berjalan

diluar rencana. Perasaan mampu dan merasa kompeten ketika

melaksanakan tugas, secara bertahan dapat meningkatkan harga diri

remaja.

c. Perasaan diterima

Perasaan diterima merupakan perasaan yang dimiliki individu

ketika individu diterima sebagai dirinya sendiri oleh suatu kelompok.


12

Ketika individu diperlukan sebagai bagian dari kelompok, maka ia

akan merasa dirinya diterima dan dihargai dalam kelompok tersebut.

4. Perkembangan Harga Diri Remaja

Menurut Shaffer (2014) menyebutkan bahwa remaja awal akan

mengalami kebingungan karena mengalami perubahan dari segi fisik,

kognitif, dan sosial saat pubertas. Individu yang memasuki masa remaja

dengan harga diri yang utuh, akan mampu mengatasi semua perubahan

perkembangan yang terjadi pada masa remaja. Remaja yang mampu

mengatasi semua perubahan perkembangan yang terjadi, akan mengalami

peningkatan harga diri secara bertahap.

Menurut Santrock (2014), pencapaian harga diri yang tinggi akan

menolong remaja melewati masa perkembangannya dengan optimal.

Harga diri remaja dapat ditingkatkan dengan:

a. Mengidentifikasi penyebab rendahnya harga diri

Intervensi yang diberikan kepada dengan harga diri negatif,

harus sampai pada penyebab rendahnya harga diri. Berbagai penelitian

menyebutkan, intervensi yang dilakukan untuk membuat emaja merasa

nyaman dengan dirinya sendiri, ternyata tidak efektif untuk

meningkatkan harga diri remaja.


13

b. Mengidentifikasi bidang-bidang kompetensi yang penting bagi diri

remaja.

Remaja memiliki harga diri positif apabila dapat tampil dengan

kompeten dalam bidangnya. Sehingga, remaja harus didorong agar

dapat mengidentifikasi bidang kompetensi yang dicapainya.

c. Menyediakan emosional dan persetujuan sosial.

Dukungan dan persetujuan dari orang tua dan teman sebaya

menjadi hal yang sangat penting bagi remaja untuk meningkatkan harga

diri. Lingkungan yang nyaman bagi remaja, meliputi lingkungan yang

memberikan dukungan emosional dan sosial, dapat meningkatkan harga

diri remaja, karena remaja merasa dicintai dan diterima oleh orang lain.

d. Meningkatkan prestasi.

Prestasi dapat meningkatkan harga diri remaja. Sebab, prestasi

membuat remaja merasa dirinya mampu untuk melakukan tugas, yang

belum tentu dapat dilakukan oleh orang lain.

e. Meningkatkan keterampilan koping remaja.

Harga diri remaja akan meningkat apabila mencoba untuk

mengatasi masalah yang dihadapi, bukan menghindari masalah,

menghadapi masalah dengan realistis, jujur dan tidak defensif dapat

menghasilkan evaluasi diri yang positif. Sebaliknya, menghadapi

masalah dengan pengingkaran, menipu diri dan menghindar dapat

menjadi pemicu bagi remaja untuk mengevaluasi diri secara negatif.


14

5. Kategori Harga Diri

Santrock (2014) membagi taraf harga diri dalam dua kategori, yaitu

taraf harga diri tinggi, dan taraf harga diri rendah.

a. Harga diri tinggi

Individu yang harga dirinya tinggi mempunyai sifat aktif dan

agresif, dalam bidang akademik cenderung sukses dan juga dalam hal

hubungan sosial.

Ciri-ciri membagi karakteristik harga diri tinggi sebagai berikut:

1) Bertindak mandiri

Individu akan membuat pilihan dan mengambil keputusan

masalah seperti pemanfaatan waktu, uang, pekerjaan dan pakaian.

2) Menerima tanggung jawab

Individu akan bertindak dengan segera dan penuh

keyakinan dan kadang-kadang menerima tanggung jawab untuk

tugas dan kebutuhan sehari-hari.

3) Merasa bangga akan prestasinya

Individu akan menerima pengakuan terhadap prestasi yang

dicapainya dengan gembira dan bahkan kadang-kadang memuji diri

sendiri.

4) Mendekati tantangan baru dengan antusias.

Tugas yang belum diketahui, belajar dan melakukan

aktivitas baru menarik perhatiannya dan ia mau melibatkan dirinya

dengan penuh percaya diri.


15

b. Harga Diri Rendah

Individu yang mempunyai harga diri rendah memiliki ciri-ciri:

1) Meremehkan bakatnya sendiri. Individu akan mengatakan “saya

tidak bisa melakukan ini atau itu, saya tidak tahu bagaimana saya

pernah belajar itu”.

2) Merasa bahwa orang lain tidak menghargainya. Individu akan

merasa tidak yakin atau selalu bersikap negatif terhadap dukungan

dan kasih sayang orang tua dan temannya.

3) Merasa tidak berdaya. Individu kurang percaya diri dan tidak

mampu berusaha keras menghadapi tantangan atau masalah.

6. Pengukuran Harga Diri

Harga diri dapat diukur melalui beberapa perilaku positif maupun

perilaku negatif yang dilakukan oleh seseorang (Santrock, 2014). Berikut

ini adalah indikator yang digunakan untuk mengukur harga diri individu

melalui observasi perilaku:

a. Indikator Positif

1) Memberikan arahan atau perintah kepada orang lain

2) Menggunakan kualitas suara yang sesuai dengan situasinya

3) Mengungkapkan pendapat

4) Duduk bersama orang lain selama melakukan aktivitas social

5) Bekerja secara kooperatif dalam sebuah kelompok


16

b. Indikator negatif

1) Merendahkan orang lain dengan cara mengejek, memanggil nama

secara langsung, atau bergosip.

2) Menggunakan bahasa tubuh secara berlebihan

3) Membiarkan kesalahan terjadi.

4) Menyombongkan prestasi, keterampilan dan penampilan.

5) Berbicara dengan nada yang keras, kasar dan dognatik.

Pengukuran dengan “Skala Guttman” dari setiap jawaban

“Ya” diberi skor 1 dan “Tidak” diberi skor 0. Kemudian data

ditabulasikan dan dikelompokkan sesuai sub variabel yang diteliti

(Aziz, 2009). Hasil jawaban diberi nilai kemudian dijumlahkan dan

dibandingkan dengan skor tertinggi 100%.

Rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

f
P= X 100 %
N

Keterangan:

P: Presentase

f: Jumlah jawaban benar

N: Jumlah skor total

(Aziz, 2009)

Setelah diprosentasikan hasil data ditafsirkan secara

komulatif dengan kriteria sebagai berikut:


17

1) ≥50% : harga diri rendah

2) <50% : harga diri tinggi

(Aziz, 2009).

B. Tinjauan tentang Merokok

1. Pengertian Merokok

Pada hakekatnya rokok merupakan salah satu produk industri dan

komoditi internasional yang mengandung sekitar 1500 bahan kimiawi.

Unsur-unsur yang penting yang terkandung di dalam rokok antara lain :

tar, nikotin, benzopyrin, metilkloride, aseton, ammonia, dan karbon

monoksida (Bustan, 2014).

Pada awalnya, beberapa dokter bersemangat menjadikan tembakau

sebagai ramuan obat, misalnya tembakau dapat menyembuhkan sakit gigi,

atau menghilangkan sakit perut. Selanjutnya, selama abad ke -17 para

dokter menjadi yang pertama mendorong kebiasaan merokok. Tetapi hal

ini menjadi fenomena keterbalikan fakta sejarah ketika dokter sendiri yang

membawa tembakau dan mencoba mencari penemuan-penemuan untuk

menyembuhkan penyakit dengan daun tembakau yang ternyata dokter itu

sendiri juga merokok (Bimma, 2013).

Menurut Juliastuti dalam Bimma (2013), mengatakan kebiasaan

merokok dewasa ini dipilih sebagai salah satu jenis aktivitas yang populer

dilakukan untuk memanfaatkan waktu senggang baik bagi pria maupun

wanita dengan presentase pria lebih mendominasi 64,80%. Masing-masing


18

mempunyai alasan untuk merokok dan membuat merokok menjadi sesuatu

yang menggairahkan bisa bermacam-macam dan bersifat pribadi. Alasan

yang dikemukakan oleh wanita misalnya, sangat mungkin berbeda dengan

pria. Pria membayangkan bahwa dengan merokok maka mereka bisa

dianggap dewasa tidak lagi sebagai anak kecil, sebagai simbol kejantanan

atau gagah, dan mereka bisa memasuki kelompok sebaya sekaligus

kelompok yang mempunyai ciri gaya tertentu, yaitu merokok.

Lain halnya dengan wanita, merokok dianggap bukan sesuatu yang

lazim dilakukan wanita, wanita yang merokok dianggap mempunyai ciri

khas yang akan membedakan mereka dari wanita-wanita lain yang tidak

merokok, dan wanita merokok juga untuk menghindari kegemukan badan

(Bimma, 2013).

Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan

kenikmatan bagi perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak

buruk baik bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang disekitarnya

(Soetjiningsih, 2010).

Rokok sebagai gulungan tembakau yang dibungkus dengan daun

nipah, dibungkus kertas berbentuk silinder, ukuran 70-120 mm, diameter

10 mm, serta berwarna putih atau cokelat (Juniartha, 2014).

2. Alasan-alasan merokok

Levy (2010), menyebutkan bahwa alasan merokok antara lain :

a. Merokok dapat memberikan ketenangan (relaks).

b. Merokok dapat memberikan kesibukan tangan (handing).


19

c. Merokok dapat meningkatkan semangat.

d. Adanya anggapan bahwa tidak hanya obat-obatan yang dapat dijadikan

sarana hubungan sosial, merokok dapat dijadikan kekuatan seseorang

dalam hubungan sosial.

3. Tahap-tahap merokok

Tahapan merokok menurut Maya, (2014) mengklasifikasikan

perilaku merokok pada remaja menjadi empat tahap. Empat tahapan

perilaku merokok pada remaja adalah:

a. Tahap persiapan

Tahap ini berlangsung pada saat remaja belum pernah merokok.

Pada tahap ini, remaja mulai membentuk opini tentang rokok dan

perilaku merokok. Hal ini disebabkan karena adanya perkembangan

sikap pada remaja, munculnya tujuan mengenai rokok, dan citra

perilaku merokok yang diperoleh remaja.

b. Tahap inisiasi

Tahap ini merupakan tahap coba-coba untuk merokok. Remaja

beranggapan bahwa dengan merokok, remaja akan terlihat dewasa,

keren, gagah, dan berani.

c. Tahap menjadi seorang perokok

Pada tahap ini, remaja memberikan identitas pada dirinya

sebagai seorang perokok. Remaja juga sudah mulai ketergantungan

rokok. Maya (2014) menyebutkan, remaja yang menggambarkan


20

dirinya sebagai seorang perokok, besar kemungkinan akan tetap

menjadi seorang perokok di masa yang akan datang (Maya, 2014).

d. Tahap tetap menjadi perokok

Tahap ini dipengaruhi oleh faktor psikologis dan biologis.

Faktor psikologis yang mempengaruhi remaja untuk terus merokok

adalah: adanya kebiasaan, stres, depresi, kecanduan, menurunkan

kecemasan, ketegangan, upaya untuk memiliki teman (Maya, 2014).

C. Tinjauan tentang Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam

berinteraksi dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak

sampai yang tidak tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak

dirasakan (Okviana, 2015).

Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta

interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk

pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi

seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari

dalam dirinya (Notoatmodjo, 2014).

a. Bentuk respons

Perilaku manusia terjadi melalu proses : Stimulus →

Organisme → Respons, sehingga teori oleh Skiner ini disebut teori “S-
21

O-R” (stimulus – organisme – respons). Selanjutnya teori ini

menjelaskan adanya dua jenis respons, yaitu :

1) Respondent respons atau reflexive

Respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan

(stimulus) tertentu yang disebut eliciting stimulus, karena

menimbulkan respons – respons yang relatif tetap.

2) Operant respons atau instrumental respons

Respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh

stimulus atau ”forcing stimuli” atau “reinforce”, karena berfungsi

untuk memperkuat respons.

2. Jenis-jenis perilaku

Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015):

a. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan

saraf,

b. Perilaku tidak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif,

c. Perilaku tampak dan tidak tampak,

d. Perilaku sederhana dan kompleks,

3. Bentuk-bentuk perilaku

Pengelompokkan perilaku manusia berdasarkan teori “S-O-R”

menjadi dua, yaitu :

a. Perlaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut

masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons
22

seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi,

pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk

“unobservable behavior” atau “covert behavior” yang dapat diukur

adalah pengetahuan dan sikap.

b. Perilaku terbuka (overt behavor)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus

tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain

dari luar atau “observable behavior”.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Menurut teori Notoatmodjo, (2009) menyatakan bahwa perilaku

manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku

(behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes).

Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor

yaitu:

a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

1) Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku

melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan

sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng

(long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini


23

pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai

tingkatan (Notoatmodjo, 2012).

2) Sikap Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu

predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide

atau obyek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective

dan behavior (dalam Linggasari, 2013). Terdapat tiga komponen

sikap, sehubungan dengan faktor-faktor lingkungan kerja, sebagai

berikut:

a) Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosiona atau

perasaan.

b) Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan

evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan baik

atau buruk yang dimiliki seseorang terhadap objek atau orang

tertentu.

c) Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan

kecenderungan seseorang untuk bertindak terhadap seseorang

atau hal tertentu dengan cara tertentu (Winardi, 2011).

5. Prosedur pembentukan perilaku

Untuk membentuk jenis respon atau perilaku diciptakan adanya

suatu kondisi tertentu yang disebut “operant conditioning”. Prosedur

pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skiner

(2013) adalah sebagai berikut:


24

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau

reinforcer berupa hadiah-hadiah atau reward bagi perilaku yang akan

dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil

yang membentuk perilaku yang dikehendaki, kemudian komponen

komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju

kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan

sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-

masing komponen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan

komponen yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah

dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan

komponen perilaku yang kedua yang kemudian diberi hadiah

(komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian

berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk, setelah itu

dilanjutkan dengan komponen selanjutnya sampai seluruh perilaku yang

diharapkan terbentuk (Notoatmodjo, 2014).

6. Kriteria perilaku

Menurut Azwar (2012), pengukuran perilaku yang berisi

pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitasnya

maka dapat digunakan untuk mengungkapkan perilaku kelompok

responden. Kriteria pengukuran perilaku yaitu:


25

a. Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari

kuesioner > T mean

b. Perilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari

kuesioner < T mean

c. Subyek memberi respon dengan dengan empat kategori ketentuan,

yaitu: selalu, sering, jarang, tidak pernah.

D. Tinjauan tentang Perilaku Merokok

1. Pengertian perilaku merokok

Pengertian perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan

seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan

asap yang dapat terisap oleh orang-orang disekitarnya (Nasution, 2010).

Sedangkan menurut Sulistya (2009), merokok adalah perilaku yang

komplek, karena merupakan hasil interaksi dari aspek kognitif, kondisi

psikologis, dan keadaan fisiologis.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku

merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok kemudian

menghisapnya dan menghembuskannya keluar yang dapat terisap oleh

orang lain dan merupakan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan

yang berkaitan dengan rokok dan merokok.


26

Gambar 2.1
Rokok dan bagian-bagiannya

Menurut Fajar (2012), rokok adalah silinder dari kertas berukuran

70 sampai 120cm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.

Ada 2 jenis rokok, rokok berfilter dan tidak berfilter. Adapun zat-zat kimia

beracun yang terkandung dalam rokok yaitu :

a. Tar, mengandung sekurang-kurangnya 43 bahan kimia yang diketahui

menjadi penyebab kanker (karsinogen).

b. Nikotin, seperti najis dadah heroin, amfetamin dan kokain, bertindak

balas didalam otak dan mempunyai kesan kepada system mesolimbik

yang menjadi penyebab utama ketagihan. Nikotin turut menjadi punca

utama risiko serangan penyakit jantung dan stroke.


27

c. Karbon monoksida pula adalah gas beracun yang biasanya dikeluarkan

oleh knalpot kendaraan.

2. Tipe Perilaku Merokok

Tipe perokok menurut Depkes RI (2013), tipe perokok dibagi 3

yaitu :

a. Perokok ringan merokok 1-10 batang per hari

b. Perokok sedang merokok 11-20 batang per hari

c. Perokok berat merokok lebih dari 20 batang per hari.

Menurut Mu’tadin (2009), ada empat perilaku merokok

berdasarkan Management of affect theory, yaitu :

a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positive affect),

dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang positif.

b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif (negative

affect smokers). Banyak orang menggunakan rokok untuk mengurangi

perasaan negatif, misalnya ketika individu tersebut merasa marah,

cemas atau gelisah, mereka cenderung menganggap rokok sebagai

penyelamat.

c. Perilaku merokok yang adiktif (addictive smokers). Oleh Green

(1998) dalam Mu’tadin (2014) disebut sebagai psyhocological

addiction. Mereka yang suka adiksi, akan menambah dosis rokok

yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang diisapnya

berkurang.
28

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (pure habits

smokers). Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena

untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar

sudah menjadi kebiasaan yang rutin.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja

Menurut Khotimah (2012), perilaku merokok dapat disebabkan

beberapa faktor. Faktor –faktor tersebut di antaranya:

a. Pengaruh lingkungan sosial, yaitu orang tua, saudara, teman sebaya,

atau bahkan media masa.

b. Pengaruh variabel demografi, yaitu usia dan jenis kelamin

c. Pengaruh budaya, yaitu kebiasaan dari budaya masyarakat tertentu,

kelas sosial, tingkat pendidikan, gengsi pekerjaan, dan penghasilan.

d. Kondisi politik, yaitu berkaitan dengan upaya-upaya kampanye

kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok

Lebih lanjut, Maya (2012), terdapat beberapa faktor yaitu:

a. Pengaruh orang tua

b. Pengaruh teman

c. Faktor kepribadian

d. Pengaruh iklan

Faktor merokok yang paling mempengaruhi seseorang untuk

merokok adalah yang pertama orang tua dan teman. Orang tua yang

merokok sebagian besar menurunkan perilakunya tersebut kepada

anaknya. Namun jika orang tua tidak merokok, pengaruh dari teman pun
29

juga sangat kuat mempengaruhi seseorang untuk merokok. Maka dari itu

perlu adanya strategi untuk menekan perlaku merokok tersebut.

4. Dampak Perilaku Merokok

Menurut Nasution (2015) dampak perilaku merokok menjadi dua

bagian, yaitu :

a. Dampak positif

Nasution (2017), menyebutkan manfaat rokok bagi perokok

adalah mengurangi ketegangan yang individu rasakan, membantu

konsentrasi untuk menghasilkan sebuah karya, upaya memperoleh

dukungan sosial, dan menjadi relaksasi yang menyenangkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Soesmalijah Soewondo dari

fakultas psikologi Universitas Indonesia menyebutkan, rokok dapat

membantu perokok menjadi lebih dewasa, mudah konsentrasi, dan

dapat memunculkan ide-ide atau inspirasi (Cahanar & Sunanda,

2014).

b. Dampak negatif

Meskipun saat ini sudah tersedia rokok yang memiliki

kandungan tar dan nikotin yang rendah, tetapi tidak ada rokok yang

aman bagi kesehatan. Penyakit yang diakibatkan oleh rokok, seperti:

kanker mulut, kanker faring, kanker paru, kanker prostat, gangguan

kehamilan dan janin, penyakit jantung koroner, dan lainnya (Sriamin,

2013).
30

Gambar 2.2
Tubuh seorang perokok

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes

RI) tahun 2015, dampak rokok bagi kesehatan tubuh ada 4 yaitu :

a. Penyakit paru-paru

Efek dari perokok yang paling pertama merusak organ tubuh

akibat asap rokok adalah paru-paru. Asap rokok tersebut dapat

menyebabkan paru-paru yang bisa berakibat fatal yaitu kanker paru-

paru. Bahaya merokok bagi kesehatan ini tentu sangat beresiko dan

bisa menyebabkan kematian.

b. Penyakit impotensi dan organ reproduksi

Efek bahaya merokok bagi kesehatan lainnya adalah bisa

mengakibatkan impotensi, kasus seperti ini sudah banyak dialami oleh


31

perokok. Sebab kandungan bahan kimia yang sifatnya beracun tersebut

bisa mengurangi produksi sperma pada pria. Sedangkan pada wanita

yang merokok, efek dari rokok juga bisa mengurangi tingkat kesuburan

wanita.

c. Penyakit lambung

Bahaya merokok bagi kesehatan juga bisa dirasakan sampai

kelambung, karena asap rokok yang masuk ke sistem pencernaan akan

menyebabkan meningkatnya asam lambung.

d. Resiko stroke

Pada perokok aktif bisa saja menderita serangan stroke, karena

efek samping rokok bisa menyebabkan melemahnya pembuluh darah.

Ketika pelemahan tersebut terjadi dan kerja pembuluh darah terhambat

bisa menyebabkan serangan radang diotak. Hal inilah yang beresiko

terjadi stroke.

E. Tinjauan tentang Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar


32

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran yaitu telinga

dan indra penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan merupakan hasil dari mengingat suatu hal, termasuk

mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja

maupun tidak sengaja dan terjadi setelah orang melakukan kontak atau

pengamatan terhadap suatu objek tertentu (Mubarak, 2015).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

baik dari pada tidak didasari oleh pengetahuan.

Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan yang dicakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu yang telah dipelajari

sebelumnya, pada tingkatan ini reccal (mengingat kembali) terhadap

sesuatu yang spesifik dari seluruh buku yang dipelajari atau rangsang

yang diterima. Oleh sebab itu tingkatan ini adalah yang paling rendah.

b. Memahami (Comprohension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar tentang objek yang

dilakukan dengan menyebutkan contoh dan lain-lain.


33

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menggunakan materi telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang

sebenarnya.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk

keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

austisfikasi atau penilaian terhadap suatu materi objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2014), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan


34

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah

pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan

formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

b. Media Massa/Informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate

impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan

pengetahuan.

c. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena

adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon

sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

d. Individu

Faktor ini dibedakan dalam fisiologis dan psikologis. Kedua

hal tersebut akan mempengaruhi penilaian seseorang terhadap suatu

objek. Kondisi fisiologis seperti status gizi dan panca indera terutama
35

penglihatan dan pendengaran, sedangkan kondisi psikologis seperti

pengamatan, intelegensi, daya ingat, daya tangkap dan motivasi.

4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran dapat dilaksanakan dengan cara wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dan subjek

penelitian atau responden. Dalam mengukur pengetahuan harus

diperhatikan rumusan kalimat pertanyaan menurut tahapan pengetahuan

(Agus, 2013).

Menurut Agus (2013) skor yang sering digunakan untuk

mempermudah dalam mengkategorikan jenjang dalam penelitian biasanya

ditulis dalam persentase, yaitu :

a. Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai ≥ 75%

b. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <75%

F. Hubungan Pengetahuan dengan Harga Diri

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Oktariani (2011) tentang

hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan klien tentang

stroke dengan konsep diri di Poliklinik Syaraf RSU PKU Muhammadiyah

Yogyakarta, seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi dan

harga diri atau konsep diri yang baik akan mampu untuk membangun,

mengembangkan, memelihara dan menyesuaikan diri untuk hubungan yang

baik antar sesama individu. Sebaliknya jika tingkat pengetahuan seseorang


36

kurang, maka hal itu akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap hal-hal yang baru.

G. Hubungan Perilaku Merokok dengan Harga diri Remaja

Penelitian yang dilakukan oleh Ariasta (2018) tentang hubungan harga

diri dengan kebiasaan merokok pada remaja di desa Menurun Kecamatan

Baki Sukoharjo, remaja yang memiliki perilaku merokok yang tinggi dan

harga diri tinggi mengatakan bahwa setelah merokok membuat dirinya dapat

mengendalikan emosi, menurunkan kecemasan, membuat dirinya lebih

percaya diri, dan setelah menjadi perokok merasa dirinya di terima oleh orang

lain.

H. Tinjauan tentang Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut WHO (2014), remaja atau dalam istilah asing yaitu

adolescene yang berarti tumbuh kearah kematangan. Remaja adalah

seseorang yang memiliki rentang usia 10-19 tahun. Remaja adalah masa

diman tanda-tanda seksual sekunder seseorang sudah berkembang dan

mencapai kematangan seksual. Remaja juga mengalami kematangan

secara fisik, psikologis, maupun social.

Remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan

belum menikah (Rizki Cintya Dewi dan Annisa Oktiawati, 2015).


37

Remaja memiliki artian yang sangat luas dari segi fisik, psikologi,

dan sosial. Secara psikologis remaja adalah usia seseorang yang memasuki

proses menuju usia dewasa. Masa remaja merupakan masa dimana remaja

tidak merasa bahwa dirinya tidak seperti anak-anak lagi dan merasa bahwa

dirinya sudah sejajar dengan orang lain disekitarnya walaupun orang

tersebut lebih tua (Hurlock, 2011).

2. Tahap perkembangan remaja

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat cepat,

baik fisik maupun psikologis. Perkembangan remaja laki-laki biasanya

berlangsung pada usia 11 sampai 16 tahun, sedangkan pada remaja

perempuan berlangsung pada usia 10 sampai 15 tahun. Perkembangan

pada anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki karena

dipengaruhi oleh hormon seksual. Perkembangan berpikir pada remaja

juga tidak terlepas dari kehidupan emosionalnya yang labil (Proverowati,

2010).

Pematangan remaja bervariasi sesuai dengan perkembangan

psikososial pada setiap individu, misalnya bersikap tidak ingin bergantung

pada orang tua, ingin mengembangkan keterampilan secara interaktif

dengan kelompoknya dan mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial

(Soetjiningsih, tumbuh kembang remaja dan permasalahannya, 2007).


38

Menurut (Sarwono S. W., 2014) ada tiga tahap perkembamgan

remaja, yaitu :

a. Remaja awal

Remaja awal sering dikenal dalam istilah asing yaitu early

adolescence memiliki rentang usia antara 11-13 tahun. Pada tahap ini

mereka masih heran dan belum mengerti akan perubahanperubahan

yang terjadi pada tubuhnhya dan dorongan-dorongan yang menyertai

perubahan tersebut. Mereka juga mengembangkan pikiran-pikiran

baru, mudah tertarik pada lawan jenis, dan juga mudah terangsang

secara erotis.

b. Remaja madya

Remaja yang dikenal dalam istilah asing yaitu middle

adolescence memiliki rentang usia antara 14-16 tahun. Tahap remaja

madya atau pertengahan sangat mebutuhkan temannya. Masa ini

remaja lebih cenderung memiliki sifat yang mencintai dirinya sendiri

(narcistic). Remaja pada tahap ini juga masih bingung dalam

mengambil keputusan atau masih labil dalam berperilaku.

c. Remaja akhir

Remaja akhir atau istilah asing yaitu late adolescence

merupakan remaja yang berusia antara 17-20 tahun. Masa ini

merupakan masa menuju dewasa dengan sifat egois yaitu

mementingkan diri sendiri dan mencari pengalaman baru. Remaja

akhir juga sudah terbentuk identitas seksualnya. Mereka biasanya


39

sudah berpikir secara matang dan intelek dalam mengambil

keputusan.

3. Perkembangan remaja

a. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik pada remaja ditandai dengan tumbuhnya

rambut di tubuh seperti di ketiak dan sekitar alat kemaluan. Pada anak

laki-laki tumbuhnya kumis dan jenggot, dan suara membesar. Organ

reproduksinya juga sudah mencapai puncak kematangan yang ditandai

dengan kemampuannya dalam ejakulasi, dan sudah bisa menghasilkan

sperma. Anak laki-laki mengalami ejakulasi pertama kali saat tidur

atau yang lebih sering dikenal dengan mimpi basah (Sarwono S. W.,

2014).

Pada anak perempuan mengalami puncak kematangan

reproduksi yang ditandai dengan menstruasi pertama (menarche).

Menstruasi merupakan tanda bahwa anak perempuan sudah mampu

memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga akan keluar

bersama dengan darah menstruasi melalui vagina (Sarwono S. W.,

2014).

b. Perkembangan emosi

Pada remaja awal mulai ditandai dengan lima kebutuhan

dasarnya yaitu : fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan,

danperwujudan diri. Setiap remaja juga masih menunjukkan

reaksireaksi dan ekspresi emosinya yang masih labil. Remaja awal


40

masih belum terkendali dalam meluapkan ekspresinya seperti

pernyataan marah, gembira, dan sedih yang setiap saat dapat berubah-

ubah dalam waktu yang cepat (Mubiar, 2011).

c. Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif remaja dapat dilihat dari mereka dalam

menyelesaikan masalahnya yaitu dengan penyelesaian yang logis.

Dalam menyelesaikan masalah remaja juga dapat mencari solusi dan

jalan keluarnya secara efektif. Remaja juga mampu berpikir secara

abstrak setiap menyelesaikan masalah (Erikson, 2009).

d. Perkembangan psikososial

Perkembangan psikososial pada remaja biasanya ditandai

dengan ketertarikannya remaja tersebut untuk bersosial pada teman

sebayanya. Remaja pada masa ini biasanya mengalami masalah pada

teman dan memiliki ketertarikan pada lawan jenisnya. Remaja sudah

memiliki rasa solidaritas yang tinggi dan memiliki rasa saling

menghormati pada teman sebayanya maupun orang yang lebih tua

pada mereka. Pada masa ini remaja sudah mementingkan

penampilannya ketika bertemu seseorang yang sesama jenis ataupun

lawan jenisnya.
41

I. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi Faktor-faktor yang mempengaruhi


pengetahuan : perilaku merokok :
a. Pendidikan a. Pengaruh orang tua
b. Media massa/Informasi b. Pengaruh teman
c. Sosial Budaya dan Ekonomi c. Faktor kepribadian
d. Lingkungan d. Pengaruh iklan
e. Pengalaman
f. Usia dan Keyakinan

Pengetahuan Harga Diri Remaja Perilaku Merokok

Faktor-faktor harga diri :


Pengetahuan tinggi bila a. Pengalaman
tahu, memahami dan dap b. Pola asuh
at mengaplikasikan serta c. Lingkungan
menganalisis suatu d. Social ekonomi
objek.
Pengetahuan rendah
jika tidak mampu
mengetahui, Harga diri tinggi : Harga diri rendah :
memahami dan
a. Bertindak mandiri a. Meremehkan
mengaplikasikan
sesuatu. b. Menerima tanggung jawab bakatnya sendiri
c. Merasa bangga akan b. Merasa bahwa
prestasinya orang lain tidak
d. Mendekati tantangan menghargainya
dengan antusias. c. Merasa tidak
berdaya.

Anda mungkin juga menyukai