Bab I Konsep Dasar Keterbatasan Akuntansi Perpajakan Dan Laporan Keuangan Fiskal
Bab I Konsep Dasar Keterbatasan Akuntansi Perpajakan Dan Laporan Keuangan Fiskal
Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
2
4. Tidak ada mark-up. Tidak ada KKN, dan sebagainya
c. Berdasar Pasal 18 ayat 3 UU PPh ditentukan bahwa Direktorat
Jenderal Pajak berwenang menentukan kembali besarnya
penghasilan dan pengurangan serta menentukan hutang sebagai
kodal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
WP yang mempunyai hubungan istimewa dengan WP lainnya
sesuai kewajaran dan kelajiman
4. Konsisten
a. Penggunaan metode dalam pembukuan tidak boleh berubah-ubah
b. Berdasarkan Pasal 28 ayat 5 UU KUP, pembukuan
diselenggarakan dengan prinsip atau asas konsisten, artinya
apabila WP telah memilih salah satu metode pembukuan maupun
dalam perhitungannya, metode tersebut harus diikuti setiap
tahunnya secara konsisten, misalnya penentuan tahun buku,
metode penyusutan, metode penilaian persediaan dan pengakuan
nilai kurs valuta asing menggunakan kurs tetap atau kurs tengah
Bank Indonesia.
c. Berdasarkan pasal 28 ayat 8 UU KUP, ditetapkan setiap adanya
perubahan dalam prinsip maupun metode penghitungan dalam
pembukuan harus mendapat persetujuan Direktur Jendral Pajak,
untuk dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu tentang ada tidaknya
obyek pajak yang timbul akibat adanya perubahan tersebut.
5. Konservatif
a. Kemungkinan rugi (belum direalisasi, masih merupakan tafsiran)
sudah diakui sebagai kerugian, dengan cara membentuk
penyisihan atau cadanga. Sementara itu, kemungkinan laba yang
tibul tidak diakui.
b. Pasal 9 ayat 1 © UU PPh, diamna WP tidak diperbolehkan
membentuk dana cadangan (penyisihan), kecuali untuk:
Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
3
D. FUNGSI AKUNTANSI PAJAK
Fungsi akuntansi adalah menyajikan data kuantitatif yang akan digunakan
untuk pengambilan keputusan, oleh karena itu akuntansi harus dapat memenuhi
tujuan kualitatif. Sedangkan fungsi akuntansi pajak adalah mengolah data
kuantitatif yang akan digunakan untuk menyajikan laporan keuangan yang
memuat perhitungan perpajakan.
Agar dapat menyajikan data kuantitatif yang aakan digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan berkaitan dengan perpajakan maka Akuntansi
pajak harus memenuhi tujuan kualitatif.
Tujuan Kualitatif Akuntansi pajak antara lain sebagai berikut:
1. Relevan
Laporan Keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus
relevan antara data yang dimiliki WP dengan adanya kewajiban
ataupun yang timbul dalam kaitannya dengan perpajakan
Berdasarkan pasal 28 ayat 9, catatan termasuk laporan keuangan
yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak dan besarnya pajak yang terhutang
2. Dapat Dimengerti
Laporan Keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus
dapat dimengerti, baik oleh WP maupun pihak lain termasuk oleh
fiscus
Berdasrkan pasal 28 ayat 4, pembukuan diselenggarakan dengan
menggunakan huruf latin dan angka arab, satuan mata uang
rupiah, dengan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing
yang diizinkan, mengandung arti agar laporan keuangan yang
dihasilkan dapat dimengerti
3. Daya Uji
Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus
mempunyai daya uji, perhitungan yang dilakukan oleh WP akan
menghasilkan angka yang sama apabila dilakukan oleh pihak lain
termasuk oleh fiscus
Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
4
Pasal 28 ayat 9 UU KUP bahwa catatan yang dipergunakan untuk
menghitung penghasilan kena pajak, yang dilakukan oleh WP akan
menghasilkan angka yang sama apabila dihitung oleh pihak lain,
termasuk oleh fiscus
4. Netral
Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus
netral, tidak memihak kepada WP dan juga tidak memihak kepada
pihak lain termasuk pihak negara (pihak yang sangat berkaitan
dengan penerimaan perpajakan)
Pasal 28 ayat 3 UU KUP, pembukuan yang dilakukan oleh WP
harus berdasarkan itikad baik dan mencerminkan keadaan yang
sesungguhnya
5. Tepat Waktu
Laporan keuangan yang disajikan dalam akuntansi pajak harus
tepat waktu, sesuai dengan tahun takwim atau tahun buku yang
dipergunakan oleh WP
Pasal 1 ayat 7 UU PPh, Laporan keuangan WP dibuat berdasarkan
tahun takwim atau tahun buku
6. Daya Banding
Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus
memiliki daya banding, terutama dengan peraturan perpajakan
Penjelasan pasal 28 ayat 7 UU KUP, pembukuan harus
diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di
Indonesia, seperti Standar Akuntansi keuangan (SAK), atau
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan
7. Lengkap
Laporan keuangan yang disajikan dalam akuntansi pajak harus
lengkap, tidak terdapat data yang tidak terakumulasi dalam laporan
keuangan
Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
5
Pasal 28 ayat 7 UU KUP, pembukuan sekurang-kurangnya
memuat catatan harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya,
serta pembelian dan penjualan
Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
6
Akuntansi mengasumsikan bahwa praktek-praktek akuntasi dilakukan
dengan sehat (sound-accounting practice) yaitu sesuai dengan SAK. Jika terjadi
praktek-praktek akuntansi yang tidak sehat atau menyimpang dari SAK,
dibedakan antara :
a. Tidak material, tidak mempengaruhi opini akuntan publik
b. Material, akan mempengaruhi opini akuntan publik
Undang-undang perpajakan menghendaki praktek-praktek akuntansi yang
sehat, jika terjadi penyimpangan akan dilakukan koreksi fiskal walaupun tidak
material.
AKUNTANSI PPh
MELANGGAR MELANGGAR
PENYIDIKAN
PENGADILAN
SANKSI PIDANA
Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
7
F. LAPORAN KEUANGAN FISKAL
Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang pengukuran
dan pengakuan terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam laporan keuangan.
Ukuran tersebut seringkali tidak sejalan dengan prinsip yang digunakan dalam
akuntansi umumnya. Argumentasi yang yang membuat perbedaan itu adalah
laporan keuangan perpajakan mempunyai motivasi untuk memperkecil usaha
penghindaran pajak dan pemberian dorongan investasi.
Dengan penyusunan laporan keuangan fiskal, kelompok kerja standar
akuntansi dari Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Negara Maju
(Organization for Ekonomic Cooperation and Development), dalam laporan seri
harmonisasi standar akuntansi, membagi praktek pendekatan peyusunan
laporan keuangan fiskal sebagai solusi antara Standar Akuntansi keuangan dan
ketentuan perpajakan dengan 3 pendekatan:
1. Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi.
Menurut pendekatan ini pengusaha harus menyelenggarakan pembukuan
sesuai dengan ketentuan perpajakan dengan tanpa kelonggaran terhadap
ketidaksamaan prinsip akuntansi dan ketentuan perpajakan. Pendekatan
ini menghendaki laporan keuangan fiskal murni disusun berdasarkan
ketentuan perpajakan.
2. Ketentuan Pajak, untuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan
standar independen terpisah dari prinsip akuntansi.
Menurut pendekatan ini para pengusaha bebas menyelenggarakan
pembukuan berdasarkan prinsip dan metode akuntansi dan laporan
keuangan fiskal disusun terpisah diluar jaringan proses pembukuan
(Laporan Keuangan merupakan produk tambahan)
3. Ketentuan Pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi
Menurut pendekatan ini Laporan keuangan disusun terutama mengikuti
standar akuntansi , namun preferensi diberikan kepada ketentuan pajak
kalau terdapat pengaturan yang tidak sejalan dengan standar akuntansi.
Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
8
G. PERBEDAAN ORIENTASI PELAPORAN ANTARA LAPORAN KEUANGAN
KOMERSIAL DAN LAPORAN KEUANGAN FISKAL
Dalam sistem perpajakan, negara mempunyai instrumen untuk mencapai
dua tujuan utama yaitu menutup kebutuhan finansial sesuai dengan fungsi
budgetair pajak yaitu pajak merupakan alat untuk mentransfer sumber daya dari
sektr privat (masyarakat) kepada sektor publik dan mempengaruhi kehidupan
sosial ekonomi nasional.
Apabila kita lihat dari pemakai laporan keuangan fiskal, yaitu pihak negara
(administrasi pajak) lebih berkepentingan terhadap beberapa unsur yang
terdapat laporan keuangan fiskal antara lain Laba tahun berjalan untuk
mengitung pajak penghasilan, Distribusi laba untuk menghitung pajak atas
pembayaran dividen, Peredaran usaha untuk menghitung Pajak pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), pengeluaran
untuk karyawan dan pembelian jasa lain untuk menghitung pemotongan pajak
penghasilan.
Berbeda dengan Laporan keuangan fiskal, pemakai laporan keuangan
komersial adalah berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda-
beda sehingga informasi yang diperlukan adalah berkaitan dengan kinerja
ekonomi dan keadaan finansial perusahaan.
Pelaporan akuntansi komersial dan akuntansi pajak memerlukan penilaian
atas setiap fakta untuk menentukan posisi finansial (harta,utang dan modal) dan
hasil operasi (pendapatan dan biaya). Walaupun berbeda antara kedua laporan
keuangan tersebut tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Dalam
penyusunan laporan keuangan komersial dan pajak terdapat perbedaan orientasi
dan sifat pelaporan terutama menyangkut tingkat toleransi fleksibilitas pemilihan
standar. Pelaporan keuangan komersial disusun berdasarkan konsep
“Kewajaran penyajian” dengan implikasi manajemen dapat mengambil suatu
pertimbangan sepanjang batasan toleransi prinsip/standar akuntansi. Apabila
terdapat keraguan pengukuran atas suatu transaksi (yang belum merupakan
fakta), prinsip konservatisme dalam akuntansi komersial untuk mengambil solusi
yang akan menghasilkan under stated agar laporan tampak low profile. Laporan
Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
9
keuangan fiskal umumnya kurang memberikan toleransi atau fleksibilitas
pemilihan standar. Ekualisasi (persamaan) perlakuan kepada semua Wajib Pajak
menghendaki adanya keseragaman penyelenggaraan dan pengaturan untuk
keperluan penentuan laba yang digunakan sebagai dasar penentuan besarnya
pajak. Walaupun mengikuti prinsip akuntansi, assesment pajak bergantung pada
kebijakan dan putusan otoritas pajak yang dapat mengesampingkan praktek dan
pemikiran profesi dan ketentuan pajak yang terutama didesain untuk kebijakan
ekonomi dapat mengakibatkan pelaporan yang dihasilkan menyimpang dari
konsep “Kewajaran penyajian” yang digunakan dalam akuntansi komersial.
Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
10
Akuntansi pajakdalam konteks konsepsional menetukan lain,
misalnya pengakuan hasil operasi mancanegara (dengan
penolakan terhadap konsolidasi kerugian berdasarkan penjelasan
Pasal 4 UU PPh)
3. Konservatisme
Akuntansi komersial bersifat konservatif terhadap sesuatu transaksi
yang belum menjadi suatu fakta, dengan cara membentuk
penyisihan atas resiko kerugian yang mungkin diderita
(Penghapusan piutang dan cadangan kerugian)
Akuntansi Pajak kurang tertarik kepada estimasi dan perhitungan
angka yang belum terjadi secara nyata dan menganut realitas,
kecuali untuk jenis perusahaan bank dan Asuransi
4. Substansi mengesampingkan Bentuk Formal
Akuntansi komersial menitikberatkan kepada substansi ekonomi
daripada bentuk formal tiap transaksi atau fakta bisnis
Akuntansi Formal dalam kasus tertentu mengutamakan bentuk
formal misalnya leasing
Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
11
5. Terdapat alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
mengakibatkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat
kesuksesan antar WP
6. Informasi kualitatif, sedangkan fakta (yang tidak mendasar) yang tidak
dapat dikuantifikasikan umumnya dikesampingkan.
Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
12
Proses Penyusunan Laporan Keuangan Fiskal
Lapora
Dokum Buk Neraca
Jurnal n
en u Percoba
Keuang
Buku Tambahan
Laporan
Keuang
Dicocokkan Rekonsiliasi
an
Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
13
laba kena pajak (pajak riil). Selisih antara keduanya dicatat sebagai pos aktiva
lain-lain di neraca yang secara teoritis dapat dialokasikan dari waktu ke waktu.
Dari praktek itu tampak SAK memberikan kelonggaran kepada pengusaha untuk
memilih metode akuntansi pajak penghasilan.
Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
14