Anda di halaman 1dari 14

BAB I

KONSEP DASAR, KETERBATASAN AKUNTANSI


PERPAJAKAN DAN LAPORAN KEUANGAN FISKAL

A. PENGERTIAN AKUNTANSI PAJAK


Pengertian Akuntansi adalah proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan dan penyajian dengan cara tertentu, transaksi keuangan yang
terjadi dalam perusahaan atau organisasi lain serta penafsiran terhadap
hasilnya.
Akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan atau organisasi pada
umumnya menggunakan Prinsip Akuntansi atau Standar Akuntansi Keuangan
(SAK), disebut Akuntansi Komersial. Sedangkan akuntansi yang dalam
penerapannya menggunakan perhitungan perpajakan dan mengacu pada
peraturan dan perundang-undang perpajakan beserta pelaksanaanya disamping
Prinsip dan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) disebut Akuntansi Pajak.

B. TEORI AKUNTANSI DAN PENGERTIAN AKUNTANSI


Teori akuntansi suatu penalaran logis dalam bentuk seperangkat azas
atau prinsip, yang merupakan :
a. Kerangka acuan umum untuk menilai praktek-praktek akuntansi
b. Pedoman bagi pengembangan praktek-praktek dan prosedur baru
c. Dapat dipergunakan untuk menjelaskan praktek-praktek yang
sekarang sedang berjalan, akan tetapi tujuan yang terutama adalah
mengadakan suatu kerangka acuan untuk menilai dan
mengembangkan praktek-praktek akuntansi yang sehat
Akuntansi yang dilaksanakan Oleh perusahaan atau organisasi pada
umumnya mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan prinsip, prosedur, metode dan teknik
akuntansi yang mengatur penyusunan laporan keuangan, khususnya yang
ditujukan pihak luar, misalnya pemegang saham (investor), kreditor, fiskus, dan
Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
1
sebagainya. SAK dibatasi pada hal-hal yang berhubungan dengan akuntansi
keuangan dan diungkapkan secara garis besar.

C. PRINSIP AKUNTANSI PAJAK


Prinsip Akuntansi yang diakui dalam akuntansi pajak adalah:
1. Kesatuan Usaha
a. Perusahaan dianggap sebagai kesatuan ekonomi yang terpisah
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan sumber-sumber
perusahaan
b. Ada pemisahan yang jelas antara perusahaan dengan pemilik,
persero atau pemegag saham, mengenai kekayaan, hutang-
piutang, penerimaan dan pengeluaran uang, antara kepentingan
perusahaan dengan kepentingan pribadi pemilik/pemegang
sahamtidak boleh bercampur
c. Pasal 28 ayat 7 UU KUP, pada dasarnya pembukuan harus
memisahkan harta dari Wajib Pajak
2. Kesinambungan
a. Suatu entitas ekonomi diasumsikan akan teru menerus
melanjutkan usahanya dan tidak akan dibubarkan
b. Pasal 28 ayat 11 UU KUP, data-data yang berkaitan dengan
pembukuan Wjib Pajak harus disimpan di Indonesia paling tidak
dalam jangka waktu 10 Tahun
3. Harga Pertukaran yang Obyektif
a. Transaksi keuangan harus dinyatakan dengan nilai uang. Transaksi
antara penjual dan pembeli akan menghasilkan harga pertukaran,
yang oleh penjual disebut harga jual dan oleh pembeli disebut
harga perolehan (Cost)
b. Harga Pertukaran yang obyektif/wajar:
1. Tidak dipengaruhi oleh adanya hubungan istimewa
2. Dapat diuji oleh pihak-pihak yang independen
3. Tidak terdapat transfer pricing

Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
2
4. Tidak ada mark-up. Tidak ada KKN, dan sebagainya
c. Berdasar Pasal 18 ayat 3 UU PPh ditentukan bahwa Direktorat
Jenderal Pajak berwenang menentukan kembali besarnya
penghasilan dan pengurangan serta menentukan hutang sebagai
kodal untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi
WP yang mempunyai hubungan istimewa dengan WP lainnya
sesuai kewajaran dan kelajiman
4. Konsisten
a. Penggunaan metode dalam pembukuan tidak boleh berubah-ubah
b. Berdasarkan Pasal 28 ayat 5 UU KUP, pembukuan
diselenggarakan dengan prinsip atau asas konsisten, artinya
apabila WP telah memilih salah satu metode pembukuan maupun
dalam perhitungannya, metode tersebut harus diikuti setiap
tahunnya secara konsisten, misalnya penentuan tahun buku,
metode penyusutan, metode penilaian persediaan dan pengakuan
nilai kurs valuta asing menggunakan kurs tetap atau kurs tengah
Bank Indonesia.
c. Berdasarkan pasal 28 ayat 8 UU KUP, ditetapkan setiap adanya
perubahan dalam prinsip maupun metode penghitungan dalam
pembukuan harus mendapat persetujuan Direktur Jendral Pajak,
untuk dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu tentang ada tidaknya
obyek pajak yang timbul akibat adanya perubahan tersebut.
5. Konservatif
a. Kemungkinan rugi (belum direalisasi, masih merupakan tafsiran)
sudah diakui sebagai kerugian, dengan cara membentuk
penyisihan atau cadanga. Sementara itu, kemungkinan laba yang
tibul tidak diakui.
b. Pasal 9 ayat 1 © UU PPh, diamna WP tidak diperbolehkan
membentuk dana cadangan (penyisihan), kecuali untuk:

Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
3
D. FUNGSI AKUNTANSI PAJAK
Fungsi akuntansi adalah menyajikan data kuantitatif yang akan digunakan
untuk pengambilan keputusan, oleh karena itu akuntansi harus dapat memenuhi
tujuan kualitatif. Sedangkan fungsi akuntansi pajak adalah mengolah data
kuantitatif yang akan digunakan untuk menyajikan laporan keuangan yang
memuat perhitungan perpajakan.
Agar dapat menyajikan data kuantitatif yang aakan digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan berkaitan dengan perpajakan maka Akuntansi
pajak harus memenuhi tujuan kualitatif.
Tujuan Kualitatif Akuntansi pajak antara lain sebagai berikut:
1. Relevan
 Laporan Keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus
relevan antara data yang dimiliki WP dengan adanya kewajiban
ataupun yang timbul dalam kaitannya dengan perpajakan
 Berdasarkan pasal 28 ayat 9, catatan termasuk laporan keuangan
yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak dan besarnya pajak yang terhutang
2. Dapat Dimengerti
 Laporan Keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus
dapat dimengerti, baik oleh WP maupun pihak lain termasuk oleh
fiscus
 Berdasrkan pasal 28 ayat 4, pembukuan diselenggarakan dengan
menggunakan huruf latin dan angka arab, satuan mata uang
rupiah, dengan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa asing
yang diizinkan, mengandung arti agar laporan keuangan yang
dihasilkan dapat dimengerti
3. Daya Uji
 Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus
mempunyai daya uji, perhitungan yang dilakukan oleh WP akan
menghasilkan angka yang sama apabila dilakukan oleh pihak lain
termasuk oleh fiscus

Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
4
 Pasal 28 ayat 9 UU KUP bahwa catatan yang dipergunakan untuk
menghitung penghasilan kena pajak, yang dilakukan oleh WP akan
menghasilkan angka yang sama apabila dihitung oleh pihak lain,
termasuk oleh fiscus
4. Netral
 Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus
netral, tidak memihak kepada WP dan juga tidak memihak kepada
pihak lain termasuk pihak negara (pihak yang sangat berkaitan
dengan penerimaan perpajakan)
 Pasal 28 ayat 3 UU KUP, pembukuan yang dilakukan oleh WP
harus berdasarkan itikad baik dan mencerminkan keadaan yang
sesungguhnya
5. Tepat Waktu
 Laporan keuangan yang disajikan dalam akuntansi pajak harus
tepat waktu, sesuai dengan tahun takwim atau tahun buku yang
dipergunakan oleh WP
 Pasal 1 ayat 7 UU PPh, Laporan keuangan WP dibuat berdasarkan
tahun takwim atau tahun buku
6. Daya Banding
 Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus
memiliki daya banding, terutama dengan peraturan perpajakan
 Penjelasan pasal 28 ayat 7 UU KUP, pembukuan harus
diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim dipakai di
Indonesia, seperti Standar Akuntansi keuangan (SAK), atau
berdasarkan ketentuan peraturan perundangan
7. Lengkap
 Laporan keuangan yang disajikan dalam akuntansi pajak harus
lengkap, tidak terdapat data yang tidak terakumulasi dalam laporan
keuangan

Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
5
 Pasal 28 ayat 7 UU KUP, pembukuan sekurang-kurangnya
memuat catatan harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya,
serta pembelian dan penjualan

E. HUBUNGAN AKUNTANSI PAJAK DENGAN AKUNTANSI KOMERSIAL


Dari akuntansi komersial, seseorang dapat memperoleh suatu konsepsi
bahwa tiap organisasi (satuan usaha atau aktivitas) memerlukan informasi
tentang keadaan yang sudah terjadi selama suatu periode tertentu. Informasi itu
disajikan oleh akuntansi kepada manajemen atau pihak lain sehingga dapat
diambil suatu penilaian dan kesimpulan yang terjadi serta keputusan yang
dilakukan selanjutnya. Bagaimana informasi itu diramu, dikemas dan disajikan
sangat ditentukan oleh praktek dan kelaziman yang berlaku dalam profesi
akuntansi serta diselaraskan dengan pembaca dan tujuan pembuatan laporan.
Tujuan akuntansi komersial antara lain untuk menyediakan laporan dan
informasi keuangan serta informasi yang lain kepada, misalnya pimpinan
perusahaan. Akuntansi perpajakan dapat dirumuskan sebagai bagian dari
akuntansi yang menekankan kepada penyusunan surat pemberitahuan pajak
(tax return) dan pertimbangan konsekuensi perpajakan terhadap transaksi atau
kegiatan perusahaan. Akuntansi perpajakan secara khusus menyajikan laporan
keuangan dan informasi lain kepada administrasi pajak. Penyajian itu sebagai
pemenuhan kewajiban perpajakan (tax compliance). Walaupun secara teknis
proses penyajian laporan tidak diatur secara rinci dalam ketentuan perpajakan,
pengukuran dan penilaian atas suatu fakta sangat dipengaruhi oleh ketentuan
perpajakan. Ketentuan perpajakan merupakan produk lembaga legislatif yang
mengikat semua anggota masyarakat (termasuk profesi akuntan). Dengan
demikian, apabila terjadi kekurangsesuaian antara ketentuan perpajakan dan
praktek atau standar akuntasi yang berlaku umum, Undang-undang Perpajakan
mempunyai prioritas untuk dipatuhi di atas praktek dan kelaziman akuntansi.
Keengganan mematuhi ketentuan itu dapat membawa kerugian material bagi
perusahaan.

Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
6
Akuntansi mengasumsikan bahwa praktek-praktek akuntasi dilakukan
dengan sehat (sound-accounting practice) yaitu sesuai dengan SAK. Jika terjadi
praktek-praktek akuntansi yang tidak sehat atau menyimpang dari SAK,
dibedakan antara :
a. Tidak material, tidak mempengaruhi opini akuntan publik
b. Material, akan mempengaruhi opini akuntan publik
Undang-undang perpajakan menghendaki praktek-praktek akuntansi yang
sehat, jika terjadi penyimpangan akan dilakukan koreksi fiskal walaupun tidak
material.
AKUNTANSI PPh

S.A.K UU PPh & KUP

MELANGGAR MELANGGAR

TIDAK ADA SANKSI PEMERIKSAAN PAJAK


DIKENAKAN SANKSI

MEMPENGARUHI OPINI STP/SKP


AKUNTAN PUBLIK
- Unqualified Opinion SANKSI ADMINISTRASI
- Qualified Opinion - Denda
- No Opinion - Bunga
- Disclaimer - Kenaikan

Ada bukti permulaan tindak


pidana perpajakan (TPP)

PENYIDIKAN

PENGADILAN

Terbukti ada TPP

SANKSI PIDANA

Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
7
F. LAPORAN KEUANGAN FISKAL
Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang pengukuran
dan pengakuan terhadap unsur-unsur yang terdapat dalam laporan keuangan.
Ukuran tersebut seringkali tidak sejalan dengan prinsip yang digunakan dalam
akuntansi umumnya. Argumentasi yang yang membuat perbedaan itu adalah
laporan keuangan perpajakan mempunyai motivasi untuk memperkecil usaha
penghindaran pajak dan pemberian dorongan investasi.
Dengan penyusunan laporan keuangan fiskal, kelompok kerja standar
akuntansi dari Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Negara Maju
(Organization for Ekonomic Cooperation and Development), dalam laporan seri
harmonisasi standar akuntansi, membagi praktek pendekatan peyusunan
laporan keuangan fiskal sebagai solusi antara Standar Akuntansi keuangan dan
ketentuan perpajakan dengan 3 pendekatan:
1. Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi.
Menurut pendekatan ini pengusaha harus menyelenggarakan pembukuan
sesuai dengan ketentuan perpajakan dengan tanpa kelonggaran terhadap
ketidaksamaan prinsip akuntansi dan ketentuan perpajakan. Pendekatan
ini menghendaki laporan keuangan fiskal murni disusun berdasarkan
ketentuan perpajakan.
2. Ketentuan Pajak, untuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan
standar independen terpisah dari prinsip akuntansi.
Menurut pendekatan ini para pengusaha bebas menyelenggarakan
pembukuan berdasarkan prinsip dan metode akuntansi dan laporan
keuangan fiskal disusun terpisah diluar jaringan proses pembukuan
(Laporan Keuangan merupakan produk tambahan)
3. Ketentuan Pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi
Menurut pendekatan ini Laporan keuangan disusun terutama mengikuti
standar akuntansi , namun preferensi diberikan kepada ketentuan pajak
kalau terdapat pengaturan yang tidak sejalan dengan standar akuntansi.

Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
8
G. PERBEDAAN ORIENTASI PELAPORAN ANTARA LAPORAN KEUANGAN
KOMERSIAL DAN LAPORAN KEUANGAN FISKAL
Dalam sistem perpajakan, negara mempunyai instrumen untuk mencapai
dua tujuan utama yaitu menutup kebutuhan finansial sesuai dengan fungsi
budgetair pajak yaitu pajak merupakan alat untuk mentransfer sumber daya dari
sektr privat (masyarakat) kepada sektor publik dan mempengaruhi kehidupan
sosial ekonomi nasional.
Apabila kita lihat dari pemakai laporan keuangan fiskal, yaitu pihak negara
(administrasi pajak) lebih berkepentingan terhadap beberapa unsur yang
terdapat laporan keuangan fiskal antara lain Laba tahun berjalan untuk
mengitung pajak penghasilan, Distribusi laba untuk menghitung pajak atas
pembayaran dividen, Peredaran usaha untuk menghitung Pajak pertambahan
Nilai (PPN) dan Pajak penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), pengeluaran
untuk karyawan dan pembelian jasa lain untuk menghitung pemotongan pajak
penghasilan.
Berbeda dengan Laporan keuangan fiskal, pemakai laporan keuangan
komersial adalah berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda-
beda sehingga informasi yang diperlukan adalah berkaitan dengan kinerja
ekonomi dan keadaan finansial perusahaan.
Pelaporan akuntansi komersial dan akuntansi pajak memerlukan penilaian
atas setiap fakta untuk menentukan posisi finansial (harta,utang dan modal) dan
hasil operasi (pendapatan dan biaya). Walaupun berbeda antara kedua laporan
keuangan tersebut tetapi mempunyai keterkaitan satu sama lain. Dalam
penyusunan laporan keuangan komersial dan pajak terdapat perbedaan orientasi
dan sifat pelaporan terutama menyangkut tingkat toleransi fleksibilitas pemilihan
standar. Pelaporan keuangan komersial disusun berdasarkan konsep
“Kewajaran penyajian” dengan implikasi manajemen dapat mengambil suatu
pertimbangan sepanjang batasan toleransi prinsip/standar akuntansi. Apabila
terdapat keraguan pengukuran atas suatu transaksi (yang belum merupakan
fakta), prinsip konservatisme dalam akuntansi komersial untuk mengambil solusi
yang akan menghasilkan under stated agar laporan tampak low profile. Laporan

Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
9
keuangan fiskal umumnya kurang memberikan toleransi atau fleksibilitas
pemilihan standar. Ekualisasi (persamaan) perlakuan kepada semua Wajib Pajak
menghendaki adanya keseragaman penyelenggaraan dan pengaturan untuk
keperluan penentuan laba yang digunakan sebagai dasar penentuan besarnya
pajak. Walaupun mengikuti prinsip akuntansi, assesment pajak bergantung pada
kebijakan dan putusan otoritas pajak yang dapat mengesampingkan praktek dan
pemikiran profesi dan ketentuan pajak yang terutama didesain untuk kebijakan
ekonomi dapat mengakibatkan pelaporan yang dihasilkan menyimpang dari
konsep “Kewajaran penyajian” yang digunakan dalam akuntansi komersial.

H. PRINSIP AKUNTANSI SEBAGAI SUBYEK PERBEDAAN ORIENTASI


Prinsip akuntansi yang menjadi fokus perbedaan orientasi antara
pelaporan keuangan fiskal dan pelaporan keuangan komersial adalah:
1. Penetapan Beban dan Pendekatan
 Akuntansi komersial menghendaki pengakuan penghasilan pada
saat realisasi transaksi pertukaran dan pembebanan beban atau
biaya dalam masa yang sama dengan pengakuan penghasilan
 Akuntansi Pajak mendasarkan kebijakan pemajakan yang
menyimpang dari prinsip itu, misalnya:
• Perlakuan pembayaran kenikmatan karyawan atau natura
bukan sebagai pengurang penghasilan
• Penyusutan asset mulai pada tahun pengeluaran
• Imputasi penghasilan pada BUT atas dasar Force of
attraction : penghasilan kantor pusat dari usaha atau
kegiatan, penjualan barang, atau pemberian jasa di
Indonesia yang sejenis dengan yang dijalankan atau yang
dilakukan oleh bentuk usaha tetap di Indonesia
2. Konsistensi
 Akuntansi komersial menekankan penerapan suatu metode
akuntansi secara taat asa, kecuali terdapat alasan dan bukti yang
cukup kuat untuk melakukan penggantian metode

Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
10
 Akuntansi pajakdalam konteks konsepsional menetukan lain,
misalnya pengakuan hasil operasi mancanegara (dengan
penolakan terhadap konsolidasi kerugian berdasarkan penjelasan
Pasal 4 UU PPh)
3. Konservatisme
 Akuntansi komersial bersifat konservatif terhadap sesuatu transaksi
yang belum menjadi suatu fakta, dengan cara membentuk
penyisihan atas resiko kerugian yang mungkin diderita
(Penghapusan piutang dan cadangan kerugian)
 Akuntansi Pajak kurang tertarik kepada estimasi dan perhitungan
angka yang belum terjadi secara nyata dan menganut realitas,
kecuali untuk jenis perusahaan bank dan Asuransi
4. Substansi mengesampingkan Bentuk Formal
 Akuntansi komersial menitikberatkan kepada substansi ekonomi
daripada bentuk formal tiap transaksi atau fakta bisnis
 Akuntansi Formal dalam kasus tertentu mengutamakan bentuk
formal misalnya leasing

I. SIFAT DAN KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN FISKAL


Beberapa sifat dan keterbatasab laporan keuangan komersial yang
relevan terhadap laporan keuangan fiskal antara lain:
1. Laporan keuangan bersifat historis
2. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan
estimasi dan berbagai pertimbangan
3. Lebih mengutamakan hal yang material (tanpa mengurangi kelengkapan
materi)
4. Laporan keuangan terutama menekankan makna ekonomis (substansi)
setiap transaksi/peristiwa (tanpa, dalam kondisi tertentu, memperhatikan
yuridis formalnya)

Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
11
5. Terdapat alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
mengakibatkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat
kesuksesan antar WP
6. Informasi kualitatif, sedangkan fakta (yang tidak mendasar) yang tidak
dapat dikuantifikasikan umumnya dikesampingkan.

J. PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN FISKAL


Dengan prinsip akuntansi dan ketentuan perpajakan yang mengatur
tentang pengukuran dan pengakuan maka timbul bagaimanakah Wajib Pajak
melakukan pembukuan agar terpenuhi kebutuhan untuk keperluan pelaporan
komersial dan pajak. Agar semua kebutuhan dapat terpenuhi pembukuan dapat
diselenggarakan berdasarkan standar akuntansi dan laporan keuangan fiskal
yang disusun berdasarkan standar akuntansi sedangkan untuk kepentingan
perpajakan maka laporan keuangan fiskal dapat dihasilkan melalui suatu
rekonsiliasi antara standar akuntansi dan ketentuan perpajakan. Laporan
keuangan fiskal disusun setelah laporan keuangan komersial selesai. Jadi bisa
dikatakan bahwa laporan keuangan fiskal merupakan produk sampingan dari
laporan keuangan komersial.
Penyusunan laporan keuangan fiskal dengan pendekatan rekonsiliasi
prosesnya sama dengan penyusunan laporan keuangan komersial yaitu dimulai
dengan proses input transaksi berdasarkan dokumen dasar atau bukti transaksi
ke dalam buku harian atau Jurnal, pengklasifikasian transaksi ke dalam buklu
besar melalui proses posting, untuk keperluan pengawasan dicocokkan dengan
buku tambahan dan pada akhir tahun disusun neraca percobaan dengan
penyesuaian terhadap fakta yang terdapat pada akhir periode dan jurnal penutup
akan dihasilkan laporan keuangan komersial. Selanjutnya untuk menghasilkan
laporan keuangan fiakal perlu dilakukan rekonsiliasi terhadap perturan
perpajakan. Proses penyusunan laporan keuangan fiskal tampak pada gambar
berikut ini:

Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
12
Proses Penyusunan Laporan Keuangan Fiskal

Lapora
Dokum Buk Neraca
Jurnal n
en u Percoba
Keuang

Buku Tambahan
Laporan
Keuang
Dicocokkan Rekonsiliasi
an

K. HUBUNGAN LAPORAN KEUANGAN FISKAL DENGAN LAPORAN


KEUANGAN KOMERSIAL
Laporan keuangan fiskal (yang dilampirkan pada SPT) dapat disusun
dengan proses penyesuaian atau rekonsiliasi ketentuan perpajakan terhadap
laporan keuangan komersial. Untuk mengamankan data historis, atas
penyesuaian itu perlu diadakan pencatatan terhadap pos-pos yang
menyebabkan perbedaan sementara (timing difference) antara ketentuan pajak
dan standar akuntansi keuangan (misalnya penyusutan). Implikasi dari aktivitas
itu menunjukkan adanya perangkat “pembukuan ganda” terhadap pos-pos
tertentu yang memungkinkan adanya perbedaan antara ketentuan perpajakan
dengan standar akuntansi komersial untuk mengamankan kontinuitas
rekonsiliasi. Namun, karena pembukuan itu dapat direkonsiliasikan, secara
yuridis fiskal “pembukuan ganda” itu dapat dipertimbangkan.
Dalam praktek, pajak penghasilan dapat dihitung (untuk keperluan
penghitungan laba komersial) berdasarkan laba akuntansi (pajak teoritis) atau

Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
13
laba kena pajak (pajak riil). Selisih antara keduanya dicatat sebagai pos aktiva
lain-lain di neraca yang secara teoritis dapat dialokasikan dari waktu ke waktu.
Dari praktek itu tampak SAK memberikan kelonggaran kepada pengusaha untuk
memilih metode akuntansi pajak penghasilan.

Akuntansi Perpajakan
Lab Pengembangan Akuntansi
14

Anda mungkin juga menyukai