INDONESIA
Kelompok 7/Offering C-28
Anggota kelompok 7 :
01. 02.
Ajeng Retno Astrini Alya Anggita Apriliyanti
(200341617248) (200341617234)
03. 04.
Krishna Dwipa Tito Rindang
Muhdi Nurhidayat
(210514619225) (190523648085)
Daftar Isi
1. Pengertian dan 2.
Sejarah Hak Dasar-dasar konstitusi
Asasi Manusia pelaksanaan HAM di
di Indonesia Indonesia
4.
3. Pelaksanaan HAM
Studi Kasus :
Pengosongan kolom
dalam Relasi Hukum
KTP bagi penganut
dan kekuasaan
kepercayaan lokal
01.
Pengertian dan Sejarah Hak
Asasi Manusia di Indonesia
Dalam pengertian yang sederhana hak asasi manusia (human rights)
merupakan hak yang secara alamiah melekat pada diri seseorang
semata-mata karena ia merupakan manusia. HAM meliputi nilai-nilai
ideal yang mendasar, yang tanpa nilai-nilai dasar itu orang tidak dapat
hidup sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
Penghormatan terhadap nilai-nilai dasar itu memungkinkan individu dan
masyarakat bisa berkembang secara penuh dan utuh.
Dari pengertian di samping, dapat dicermati beberapa makna
yang terkandung dalam pengertian HAM, yaitu:
manusia tidak dapat pada pengakuan dan penerapannya di dalam sistem adat
01. 02.
Indonesia sendiri merancang UUD 1945 Dengan demikian, ketentuan yang
sebelum Deklarasi Universal Hak Asasi berkaitan dengan hak asasi manusia
Manusia, tetapi gagasan hak asasi manusia dapat dikatakan termuat dalam
yang tercermin dalam deklarasi tersebut sudah sejumlah pasal yang terbatas dalam
diketahui oleh para founding fathers Indonesia UUD 1945
pada konferensi BPUPKI tahun 1945
Sejarah Hak Asasi Manusia di
Indonesia
03. 04.
Dalam perjalanan sejarah, Undang-Undang Dasar Kemudian, setelah Negara Kesatuan Republik
Negara Republik Indonesia (RIS) 1949 dan Indonesia kembali menjadi negara kesatuan pada
Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950 telah tahun 1950 dan UUDS 1950 disusun, semua pasal
berlaku selama kurang lebih 10 tahun tahun tentang hak asasi manusia dialihkan dari rumusan
(1949-1959), justru semakin banyak memuat UUD RIS tahun 1949 ke UUD RI tahun 1950.
pasal-pasal tentang hak asasi manusia lebih lengkap
dibandingkan dengan UUD 1945.
Sejarah Hak Asasi Manusia di
Indonesia
05.
Ide konsep melindungi hak asasi manusia, terus dilanjutkan di bawah advokasi berbagai kelompok,
Pemerintahan Orde Baru lahir untuk melindungi hak asasi manusia. Dipandu oleh pengalaman orde
lama yang tidak mengindahkan hak-hak Sipil, Sidang umum Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara ke IV menetapkan ketetapan MPRS nomor XIV/MPRS/1966 yang memerintahkan antara
lain penyusunan piagam hak asasi manusia.
02.
Dasar-dasar Konstitusional
Pelaksanaan Prinsip-prinsip
HAM di Indonesia
● Konstitusi menempati posisi tertinggi
dalam tata urutan peraturan
perundang-undangan, dan seluruh
ketentuan dibawahnya harus sejalan
Konstitusi
dengan konstitusi. Konstitusi
merupakan norma dasar dari sebuah
negara yang tidak dapat dilanggar dan
disimpangi oleh aturan apapun.
● Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 adalah hukum
dasar tertulis (basic law) sebagai
Konstitusi Negara Kesatuan Republik
Indonesia
HAM dalam Perundang-undangan
Nasional
● HAM sebagai nilai universal telah dimuat dalam Konstitusi RI, baik dalam
pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 maupun dalam batang tubuh UUD 1945 dan
dipertegas dalam amandemen UUD 1945.
● Indonesia memiliki Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM
sebagai bentuk tanggung jawab moral dan hukum Indonesia sebagai anggota
PBB dalam penghormatan dan pelaksanaan Deklarasi Universal
HAM/Universal Declaration on Human Rights (UDHR) tahun 1948
Bentuk hukum tertulis yang memuat aturan HAM dalam
perundang-undangan RI
Pertama Kedua
Ketiga Keempat
Dalam Peraturan
Dalam
pelaksanaan
Undang-undang
perundang-undangan
Kelebihan memberikan jaminan yang sangat kuat
karena perubahan dan atau penghapusan
pengaturan HAM satu pasal dalam konstitusi seperti dalam
KEKUASAAN diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah
laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku. Kekuasaan
berfungsi untuk publik agar dapat menegakkan aturan-aturan masyarakat yang
bersifat memaksa demi untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat.
1. Hukum adalah kekuasaan itu sendiri. Menurut Lassalle dalam pidatonya yang termasyhur
Relasi Antara Hukum
Uber Verfassungswessen, “konstitusi suatu negara bukanlah undang-undang dasar tertulis
dan Kekuasaan yang hanya merupakan “secarik kertas”, melainkan hubungan-hubungan kekuasaan yang
nyata dalam suatu negara”.
Pola hubungan hukum dan kekuasaan 2. Kekuasaan tunduk kepada hukum. Artinya, kekuasaan berada di bawah hukum dan hukum
tidak dapat dipisah antara satu sama yang menentukan eksistensi kekuasaan. Dalam pemikiran hukum, tunduknya kekuasaan
lain karena bila salah satu dihilangkan kepada hukum merupakan konsep dasar dalam penyelenggaraan ketatanegaraan. Konsep itu
maka akan terjadi ketidak seimbangan dirumuskan dalam terminologi supremasi hukum (supreme of law).
tata hukum kenegaraan, berikut ada 3. Hubungan timbal balik (simbiotik) antara hukum dan kekuasaan. Dalam hal ini hubungan
tiga relasi hukum dengan kekuasaan hukum dan kekuasaan tidak bersifat dominatif di mana yang satu dominan atau menjadi
yang ada menurut beberapa tokoh. faktor determinan terhadap yang lain, tapi hubungan pengaruh mempengaruhi yang bersifat
fungsional, artinya hubungan itu dilihat dari sudut fungsi-fungsi tertentu dan dapat
dijalankan di antara keduanya. Dengan demikian, kekuasaan memiliki fungsi terhadap
hukum, dan sebaliknya hukum mempunyai fungsi terhadap kekuasaan.
04.
Studi Kasus
Pengosongan Kolom KTP Bagi Penganut Kepercayaan Local
Perdebatan mengenai penghapusan ‘kolom agama’ di KTP (Kartu Tanda
Penduduk) sebenarnya pernah dilontarkan Ahok saat ia masih menjabat sebagai
Wakil Gubernur DKI Jakarta. “Apa gunanya menyebutkan agama Anda pada KTP
Anda?” ujar Ahok di hadapan wartawan pada 13 Desember 2013 (Tambun, 2013).
Isu ini kembali mencuat ketika Mendagri Tjahyo Kumolo memunculkan gagasan
yang kurang lebih sama pada Nopember 2014 (Widhi K, 2014). Serangkaian
perdebatan pun kemudian muncul, terutama dari kalangan Islam. Media massa
pun kemudian memperbincangkan isu ini dari berbagai sisi.
Menurut catatan di Indonesia terdapat 147 aliran kepercayaan yang
tersebar dari Sabang sampai Merauke (Basuki, 2015: 155-157). Jumlah penganut
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Esa menurut juga sangat banyak, seperti
penganut Parmalim di Indonesia yang mencapi sekitar 9000 pemeluk
kepercayaan. Kemudian sebaran pemeluk kepercayaan lainnya tersebar di
Bandung dengan nama kepercayaan Aji Dipa yang memiliki jumlah pemeluk
sekitar 250 orang. Kemudian Aliran Kebatinan Perjalanan memiliki penganut
7.000 orang, Kawruh Budhi Jati memiliki penganut 50 orang, Paguyuban Roso
Jati memiliki penganut 135 orang, Organisasi Rumuat Ali Marie Ayak Ifrid
memiliki penganut 237 orang, dan Perhimpunan Kepribadian Indonesia
memiliki 234 penganut (Harruma, 2017)
Agama-agama lokal seperti yang saya sebutkan diatas merupakan
warisan nenek moyang sebenarnya telah ada sebelum agama-agama
samawi tersebut datang. Dalam teori sosial, para penghayat
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Indonesia
sesungguhnya sedang menunjukkan eksistensinya di tengah
masyarakat Indonesia. Pro dan kontra pengisian agama bagi penduuk
Indonesia yang mayoritas beragama merupakan bukti bahwa pada
dasarnya kelompok penghayat memiliki fungsi sosial, fungsi
eksistensial, dan fungsi transendental bagi kelompok tersebut.
Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifudin dan Menteri Dalam Negeri Tjahjo
Kumolo menegaskan bahwa pemerintah tidak akan menghapus kolom agama di
KTP. Hanya saja, pemerintah berupaya untuk memberikan layanan yang terbaik
bagi warga negara khususnya bagi kelompok aliran kepercayaan agar dapat
layanan seperti warga negara pada umumnya. Salah satu upaya yang dilakukan
oleh pemerintah (Kementerian Agama) adalah menyusun draf rancangan
undang-undang perlindungan umat beragama, termasuk bagi penganut aliran
kepercayaan. dengan menerbtkan Keputusan Mahkamah Konstitusi pada 7
November 2017.
1. Pertama, pengisian kolom agama dengan enam agama yang sudah diakui oleh negara. Bagi
penganut kepercayaan harus memilih satu diantara yang enam sebagaimana yang sudah
Solusi kasus
berlaku selama ini. Usul ini ditawarkan paling tidak oleh Jusuf Kalla, sebagai Wapres.
.
Solusi pencantuman kolom agama bagi 2. Kedua, penghapusan sekalian kolom agama dari KTP. Usul ini dilontarkan oleh SETARA
penganut aliran kepercayaan akan yang menganggap penghapusan kolom tersebut untuk menghilangkan diskriminasi.
diatur oleh pemerintah, khususnya Mengapa demikian? Karena agama merupakan persoalan pribadi yang tidak membutuhkan
Kementerian Agama yang sedang
pengakuan dari siapapun. “Agama tidak butuh pengakuan dari siapapun, itu adalah
menyusun draf rancangan
undang-undang perlindungan umat
keyakinan yang dimiliki oleh diri sendiri
beragama bagi semua agama, termasuk
bagi penganut aliran kepercayaan. 3. Ketiga, apabila kolom agama tersebut tetap dipertahankan, maka baik agama maupun aliran
Selanjutnya dari hasil analisis ini, ada 3 kepercayaan harus bisa diisikan ke dalamnya. Ada 400 agama di luar enam agama di
solusi yang dapat ditawarkan melalui
Indonesia . Hal ini merupakan tantangan yang harus dihadapi karena pasti sangat rumit.
media massa .
Studi Kasus
Kasus Pembunuhan Marsinah
Marsinah merupakan salah satu penggerak unjuk rasa di PT. Catur Surya
pada Mei 1993. Unjuk rasa ini dalam rangka menuntut agar upah buruh
dinaikkan. Pada tanggal 3 dan 4 Mei 1993, Marsinah dan rekan-rekan buruh
lainnya menjadi perwakilan perundingan dengan PT.CPS. Namun mulai
tanggal 6 Mei Marsinah menghilang begitu saja dengan misterius. Kemudian
ditemukan pada tanggal 8 Mei Marsinah sudah dalam keadaan meninggal di
hutan dengan keadaan tergeletak sekujur tubuh penuh luka memar bekas
pukulan benda keras dan berlumuran darah di sekujur tubuhnya.
Di dalam kasus ini merupakan pelanggaran Ham berat karena terdapat
unsur yang memunculkan pelanggaran Ham berat yakni pasal 9 UU No 26
Tahun 2000 unsur kejahatan manusia dan juga mengandung unsur
pelanggaran hak asasi manusia. Dasar hukum yang dilanggar pada sila ke-2
yaitu “kemanusiaan yang adil dan beradab”. Didalamnya terdapat tindak
kejahatan seperti pembunuhan, pemusnahan, perbudakan, penyiksaan. Dan
penganiayaan terhadap seseorang atau kelompok yang didasari persamaan
paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin yang
telah diakui universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional
Thanks You
CRÉDITOS: este modelo de apresentação foi criado pelo Slidesgo, e
inclui ícones da Flaticon e infográficos e imagens da Freepik