Anda di halaman 1dari 5

Ramadhan dimasa Corona

Oleh: Abrar Adhani

Aroma kehadiran bulan suci Ramadhan telah terasa, menandakan masa bahagiah
akan tiba. Disana sini akan menyambut dengan penuh hikmat sebagai wujud penghambaan
pada sang pencipta yang maha sempurna. Seperti tahun-tahun sebelumnya, bulan Ramadhan
memiliki keistimewaan luar biasa bagi hamba-hamba Allah yang bertaqwa. Bulan penuh
keistimewaan, berkah dan penuh keampunan. Kehadiran bulan Ramadhan penuh penantian,
dari anak-anak sampai orang-orang yang sudah tua, wanita maupun pria bersama menyambut
dengan suka cita dan penuh ceria.

Beberapa hari sebelum Ramadhan tiba, ibu-ibu telah sibuk belanja ke pasar untuk
persiapkan santapan selama Ramadhan. Berbagai jenis bahan pokok untuk stok sesuai
permintaan suami dan anak-anak, tentunya tidak ketinggalan selera sang ibu. Dari jenis ikan
kaleng, ikan asin, kerupuk, mie instan, tepung, gula, kacang hijau, kacang merah, agar-agar,
beras, minyak dan kebutuhan dapur lainnya. Hal ini dilakukan agar selama Ramadhan tidak
lagi bersusah payah bolak balik belanja ke pasar. Tidak ketinggalan pula, kuntuman-
kuntuman kembang plastik sebagai penghias sudut rumah dan meja tamu menjadi salah satu
belanjaan utama.

Dilain pihak, Anak-anak mulai sibuk menghayal berbagai permintaan menu berbuka.
Banyangan nikmatnya berbuka puasa sudah terasa si depan mata. Dari sekedar teh manis
dingin, es buah, minuman botol, agar-agar dingin, risol, bakwan, bakso, sosis, nugget, bubur
pedas, cendol, mie aceh, burger, pizza, rendang dan menu lainnya. Rasanya semua ini akan
dia nikmati dan tidak akan sedikitpun tersisa. Lain dari itu, si anak juga telah berhayal untuk
meminta ini ataupun itu kepada sang ayah, jika ia bisa penuh menjalankan ibadah puasa di
tahun ini.

Membayangkan berangkat sholat subuh ke masjid bersama orang tua sungguh sangat
menyenangkan sebagai aktivitas di pagi hari. Sholat isha dan tarawih di malam hari, akan
bertemu teman-teman di masjid menjadi sesuatu yang di tunggu-tunggu oleh anak-anak
seusia mereka. Banyak lagi rencana yang telah di susun anak-anak mendekati masuknya
bulan suci Ramadhan tahun ini.

Sebagai kepala keluarga si ayah juga tidak mau ketinggalan, beliau juga telah bersiap
siap memberikan dan bebuat yang terbaik di bulan Ramadhan ini. Mulai dari melihat-lihat
kondisi dinding sekeliling rumah, dalam hingga luar rumah, pagar rumah dan sudut-sudut
rumah lainnya. Berniat dan berhayal untuk bisa mencerahkan kembali dinding-dinding yang
sudah mulai memudar warnanya. Tidak lupa pula si ayah memesan bahan makanan yang
beliau sukai kepada sang istri tercinta yang akan tersajikan dan di nikmati ketika sahur tiba.

Dalam lingkungan masyarakat, mendekati bulan suci Ramadhan masyarakat ramai


berduyun- duyun memenuhi mesjid untuk melaksanakan tradisi tahunan yaitu punggahan
sebagai rasa kesyukuran akan masuknya bulan Ramadhan. Berbagai jenis menu masakan
dibawah oleh anggota masyarakat dan disajikan untuk dinikmati secara bersama-sama.
Tradisi turun menurun di beberapa daerah ini menurut masyarakat berguna untuk memupuk
kebersamaan dan kekeluargaan dalam hidup bermasyarakat. Selain itu, semerbak aroma
wanginya pangir juga tidak ketinggalan tercium dari rumah-rumah para penduduk di tempat
tersebut.

Mesjid-mesjid yang merupakan rumah Allah sebagai tempat ibadah selama bulan
Ramadhan mulai dibenahi. Dari sekedar mencuci sajadah, mukenah, kain sarung sampai kain
tirai pembatas shaf laki-laki dan perempuan di cuci bersih menyambut bulan yang suci. Ada
juga yang memulai dengan kembali mengecat dinding-dinding masjid, pagar masjid, kubah
masjid. Semua bertujuan untuk lebih memperindah masjid dan memberi kenyamanan bagi
jamah dalam melaksankan ibadah selama di bulan suci Ramadhan. Indah nya bergotong
royong membersihkan masjid dalam bingkai kebersamaan menyambut Ramadhan yang
penuh keberkahan menjadi kebanggan tersendiri bagi masyarakat di daerah-daerah tersebut.

Itulah gambaran masyarakat dalam menyambut bulan Ramadhan pada tahun-tahun


yang lalu. Berbeda halnya dengan tahun 1441 H bertepatan tahun 2020 M saat ini. Menjelang
datangnya bulan suci Ramadhan, dunia termasuk Indonesia di kejutkan dengan hadirnya tamu
yaitu coronavirus atau yang di sebut juga dengan COVID-19. Kehadiran covid 19 ini, telah
menghilangkan semua cerita serta pengalaman-pengalaman tersebut di atas. Semua berbeda
dari tahun-tahun sebelumnya bahkan sangat jauh bedanya.

Kebiasaan seorang ibu dalam mempersiapkan kebutuhan selama bulan Ramadhan,


harus di kubur dalam-dalam dan harus bisa menahan hasrat kebutuhannya yang telah
idirencanakan. Kebijakan pemerintah dalam penanganan pencegahan penyebaran covid-19
mengharuskan masyarakat bertahan di rumah atau beraktivitas di rumah serta kebijakan
social distancing berdampak pada terjadinya pembatasan ruang gerak bagi masyarakat.
Alhasil, untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan selama bulan Ramadhan seorang ibu
hanya bisa belanja di warung kelontong sekitar kediaman dan hanya bisa membeli bahan-
bahan yang tersedia di warung saja, karena tidak bisa berinteraksi ke pasar tradisional yang
terkenal cukup padat dari aktivitas transaksi antara pedagang dan pembeli. Sungguh sangat
tidak nyaman memang, karena harus benar-benar menjaga diri dari interaksi orang-orang di
sekitar kita.

Sebagai seorang ibu dimasa pandemi covid-19 ini, dalam menjalankan perannya
selama bulan Ramadhan di sebuah rumah tangga. Dituntut untuk bisa menjawab keinginan
anak-anak dengan menyesuaikan kondisi yang sedang terjadi. Tentu kondisi ini tidak mudah
karena berada di dalam dua ujian yang sangat berat yaitu menjalankan ibadah puasa dengan
ujian menghindari penyebaran wabah covid-19. Memberi alasan yang logis pada anak adalah
cara terbaik, agar apa yang diupayakan dalam memenuhi kebutuhan pangan selama
Ramadhan bisa di sesuaikan dengan kondisi yang ada. Inilah sosok seorang ibu, yang mampu
memberikan beribu aternatif pilihan dalam berbagai kesulitan untuk tetap memenuhi
kebutuhan suami dan anak-anak selama bulan suci Ramadhan.

Banyaknya impian dan harapan anak-anak selama bulan suci Ramadhan tahun ini
sepertinya banyak hanya tinggal harapan dan kenangan. Sungguh sesuatu yang sangat
mengecewakan bagi anak-anak seusia mereka. Nikmatnya berbagai hidangan setiap hari yang
tersedia di meja makan sebagai makanan berbuka puasa tentu tidak sesuai seperti yang anak-
anak inginkan. Dalam hal ini anak-anak harus bisa mengubur dulu keinginannya untuk bisa
menyantap berbagai makanan yang di inginkannya.

Impian pagi hari berangkat ke masjid bersama kedua orang tua untuk melaksanakan
sholat subuh berjamaah dan sholat tarawih di malam harinya juga harus di urungkan pada
bulan Ramadhan tahum ini. Sedih bagi anak-anak tidak bisa melaksanakan sholat di masjid
dan jumpa teman-teman sebaya seperti Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Lagi-lagi mereka
harus bisa menahan diri untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan berkumpul dengan orang
lain seperti sholat berjamaah di masjid.

Seorang ayah harus mengubur dalam-dalam rencananya untuk membenahi dan


mengecet rumah pada Ramadhan tahun ini. Hidup prihatin dan berempati pada kondisi saat
ini harus bisa di kedepankan si ayah. Ujian yang ganda ini, menjadikan ayah harus lebih jeli
dan matang dalam bertindak. Mengecet rumah tidak menjadi hal yang penting saat ini, karena
yang terpenting adalah bagaimana bisa melalui ujian-ujian ini dengan sehat dan lancar,
sehingga bisa kembali pada kehidupan yang normal seperti tahun-tahun sebelumnya.
Dengan adanya kebijakan dan fatwa MUI untuk melaksanakan sholat di rumah
selama pandemi COVID-19 tahun ini dan adanya larangan melaksankan kegiatan berkumpul
berdampak pada rasa kekecewaan dalam yang di alami lapisan masyarakat. Masyarakat tidak
bisa melaksankan kegiatan punggahan seperti tahun sebelumnya, Masjid menjadi sepi karena
tidak adanya aktivitas sholat berjamah, pengajian dan kegiatan lainnya. Tentu saja
menyambut bulan Ramadhan dan menjalankan ibadah bulan Ramadhan tahun ini menjadi
kurang afdol bagi sebagian masyarakat. Masyarakat harus siap-siap sholat di rumah, aktivitas
tadarus di rumah, buka puasa di rumah. Sangat sedih tentunya menjalani hal seperti ini,
masjid-masjid bangunannya sangat indah dan bagus tapi tidak bisa digunakan untuk kegiatan
sholat berjamah dalam rangka mengurangi dan mencegah penyebaran mata rantai COVID-
19.

Inilah gambaran dua ujian sekaligus yang dijalani oleh umat islam pada bulan
Ramadhan di tahun 2020 ini. Ujian pertama menjalankan ibadah puasa di siang hari, dan
ujian kedua bagaimana menghindari maraknya penyebaran virus corona sepanjang hari yang
sedang melanda negri ini. Menahan lapar, haus, nafsu amarah sebagai seorang muslim adalah
sebuah ujian selama menjalankan ibadah puasa. Tidak makan dan tidak minum hakikatnya
adalah mengajarkan diri untuk berempati pada nasib dan kondisi orang-orang yang kurang
beruntung dari segi ekonomi (miskin). Dimana kondisi orang yang tidak punya secara materi
merasakan lapar dan haus karena tidak adanya sesuatu yang mau di makan ataupun di
minum.

Selain ibadah puasa, ujian yang sangat mengkawatirkan dan sangat berat di
Ramadhan tahun ini adalah muncul dan merebaknya penyakit menular yang lebih di kenal
COVID-19. Virus yang sangat berbahaya ini, virus yang meluluh lantakan sendi-sendi sosial,
ekonomi dan kemasyakatan. Mengakibatkan berbagai kebijakan lahir untuk menghindari
penyebaran virus tersebut. Pembatasan kegiatan yang melibatkan kerumunan orang,
penggunaan masker, social distancing menjadi pembatas aktivitas selama menjalankan ibadah
puasa di bulan suci Ramadhan.

Jika dilihat pengertian dari menjalankan ibadah puasa adalah bagaimana seseorang
bisa menahan diri dari kondisi lapar dan haus dari terbitnya fajar hingga terbenam matahari.
Tentunya yang dijalani selama ini telah memenuhi syarat tersebut. Namun jika kita lihat
makna dari ibadah puasa tersebut bukan hanya sekedar menahan lapar dan haus saja. Lebih
dari situ, puasa itu merupakan melatih diri dari menahan lapar, haus, menjaga mata, menjaga
telinga, menjaga hati, keinginan, nafsu, berbagi peduli, sedekah, menahan untuk tidak
keluyuran, menahan diri tidak buka sembarangan dan sebagainya. Untuk Ramadhan tahun
ini, dengan adanya wabah virus corona kita di ajarkan bagaimana menjalankan ibadah puasa
yang sesungguhnya. Semoga ini menjadi pembelajaran yang sangat berharga buat kita semua,
semoga bisa menjadi iqtibar kebaikan buat kita semua. Aamiin....

Anda mungkin juga menyukai