DI SUSUN OLEH
1. Kondiloma akuminata
Kondiloma akuminata atau jengger ayam atau kutil kelamin adalah penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh virus Human Papilloma virus (HPV).
2. HIV
HIV adalah virus human immunodeficiency yang tersebar melalui cairan tubuh dan
menyerang sistem kekebalan tubuh.
HIV di awal penyebarannya tidak akan menujukkan gejala, karena virus akan “tidur”
sementara waktu.
Namun pada gilirannya, yakni ketika sistem imun melemah, HIV dapat berkembang
menjadi AIDS yang sangat mematikan.
3. Herpes genital
Herpes disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang memasuki tubuh melalui luka
kecil di kulit atau selaput lendir. Orang yang terinfeksi virus ini tidak pernah menyadari
dirinya telah terinfeksi karena herpes umumnya tidak menimbulkan tanda-tanda.
4. Hepatitis B
Virus Hepatitis dapat menular melalui hubungan seksual dan jarum suntik yang dipakai
bersama. Mengutip dari Kompas, HBV (virus hepatitis B) dapat menular 50 hingga 100
kali lebih mudah secara seksual dibandingkan HIV
5. Moluskum kontagiosum
Moluskum kontagiosum merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh virus Molluscum
contagiosum. Penyakit ini ditandai dengan timbulnya benjolan pada lapisan atas kulit.
Prosedur tes ini dianjurkan bagi orang yang berisiko tinggi mengalami penyakit menular seksual.
Berikut contohnya:
Berganti-ganti pasangan seksual
Mengalami gejala-gejala yang menandakan penyakit menular seksual
Menderita HIV/AIDS
Dipaksa berhubungan seksual, misalnya korban pemerkosaan
Pria yang berhubungan seks dengan sesama jenis
Wanita yang aktif secara seksual dan berusia di bawah 25 tahun
Menggunakan jarum suntik bersama orang lain, contohnya pengguna obat-obatan
terlarang
Merencanakan kehamilan
Merencanakan pernikahan
Memiliki pasangan yang ketahuan selingkuh
Skrining PMS khusus klamidia dan gonore dilakukan melalui tes urine atau tes usab (swab
test) pada penis atau pada Rahim Sampel dari tes ini kemudian akan dianalisis lebih lanjut di
laboratorium.
2. Skrining HIV, sipilis, dan hepatitis
Skrining IMS khusus HIV direkomendasikan untuk dilakukan setidaknya satu kali seumur
hidup, termasuk dalam check-up rumah sakit rutin mulai dari usia 15-65 tahun.
Orang-orang yang berusia sekitar 15 tahun atau kurang dari itu diharuskan menjalankan skrining
jika mereka berada pada risiko yang sangat tinggi terhadap infeksi menular seksual (IMS).
Skrining HIV dilakukan setiap tahun jika Anda berisiko tinggi terhadap infeksi.
Berikut kelompok orang yang perlu menjalankan skrining penyakit menular seksual seperti HIV,
sifilis, dan hepatitis:
Terdiagnosis positif mengidap penyakit kelamin lain yang berarti Anda berisiko lebih
besar terhadap penyakit lainnya.
Memiliki pasangan seksual lebih dari satu orang sejak skrining terakhir.
Menggunakan narkotika suntik.
Anda seorang pria dan pernah berhubungan seks dengan pria lain.
Anda sedang hamil atau merencanakan kehamilan.
Anda pernah terlibat dalam aktivitas seksual atas dasar paksaan.
Skrining sifilis dilakukan dengan uji darah atau tes usap dari sampel jaringan genital Anda.
Skrining HIV dan hepatitits hanya membutuhkan uji darah.
3. Skrining infeksi menular seksual untuk herpes genital
Herpes genital atau herpes oral adalah infeksi virus yang mudah ditularkan bahkan jika orang
tersebut tidak menunjukkan gejala apapun.
Hingga saat ini belum ada skrining penyakit menular seksual yang spesifik untuk mendeteksi
herpes.Akan tetapi, dokter bisa melakukan biopsi (sampel jaringan) dari kutil atau luka lecet
untuk memeriksa herpes.Sampel ini kemudian dianalisis lebih lanjut di laboratorium. Ketika
hasil tes skrining IMS negatif bukan berarti Anda tidak memiliki herpes.
Biasanya, dokter menyarankan Anda untuk melakukan uij darah.
Hanya saja, hasil pemeriksaan tersebut tidak bisa pasti karena tergantung dari tingkat sensitivitas
tes dan stadium infeksi yang Anda alami.
Masih terdapat peluang kesalahan dalam hasil skrining infeksi menular seksual untuk herpes.
4. Skrining penyakit menular seksual HPV
Beberapa tipe human papillomavirus (HPV) bisa mengakibatkan kanker rahim, sedangkan jenis
lainnya bisa menyebabkan kutil kelamin.
Orang-orang yang terinfeksi HPV bisa saja tidak menunjukkan tanda dan gejala sama sekali.
Virus ini umumnya hilang dalam 2 tahun sejak kontak pertama. Skrining infeksi menular seksual
untuk HPV untuk pria belum tersedia.
Menurut Mayo Clinic, biasanya HPV pada pria didiagnosis dari pemeriksaan visual oleh dokter
atau biopsi dari kutil genital.
Sementara untuk wanita, skrining penyakit menular seksual yang perlu dilakukan yakni:
Pap test
Tes untuk memeriksa adanya pertumbuhan sel abnormal di dalam rahim.
Pap test direkomendasikan dilakukan oleh wanita setiap tiga tahun sekali mulai usia 21-65 tahun.
Tes HPV
Tes HPV biasanya dilakukan sebagai tindak lanjut bagi wanita usia 30 tahun ke atas setelah
melakukan pap test.
Jadwal tes HPV dapat dilakukan setiap 5 tahun sekali jika pap test sebelumnya tergolong normal.
Wanita berusia 21-30 tahun akan disarankan tes HPV bila menunjukkan hasil abnormal pada
pap test terakhir.
HPV juga dikaitkan dengan kanker vulva, vagina, penis, anus, serta kanker mulut dan
tenggorokan.
Vaksin HPV bisa melindungi wanita dan pria dari beberapa jenis infeksi HPV, tetapi hanya
efektif jika diberikan sebelum memulai aktivitas seksual.
Untuk beberapa tipe infeksi menular seksual, pengobatan mungkin melibatkan konsumsi
rutin antibiotik resep atau melalui suntikan oleh dokter.
Penyakit tertentu, seperti herpes atau HIV/AIDS, tidak bisa disembuhkan. Namun,
kondisi tersebut bisa dikelola dengan pengobatan dan terapi jangka panjang untuk mencegah
infeksi meluas ke bagian tubuh lainnya atau menyebar ke orang lain.
Selain itu, terbukalah dengan pasangan mengenai penyakit seksual Anda.
Pasangan Anda juga perlu mendapatkan pemeriksaan karena ia mungkin tertular infeksi dari
Anda maupun sebaliknya.
Selalu gunakan kondom saat berhubungan seksual untuk menghindari penyebaran infeksi
lebih lanjut.
Sadari setiap perubahan yang terjadi pada tubuh Anda sekecil apapun itu.
Jangan merasa segan untuk melakukan skrining PMS. Dokter juga bisa memberikan konsultasi
lanjutan tentang cara mengurangi risiko penularan penyakit seksual di kemudian hari.