Anda di halaman 1dari 20

TUGAS GAWAT DARURAT

“AMPUTASI AKIBAT TRAUMA”

Oleh :
KELOMPOK IV

JUSRIANI (A.19.11.021)
KURNITA (A.19.11.023)
NURKHALISAH (A.19.11.036)
NURSYAFIKA (A.19.11.037)
NURUL INSANA (A.19.11.038)
RISKA BELLA (A.19.11.040)
SRI ULFA UTAMI (A.19.11.043)
YUSNIAR (A.19.11.048)

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Askep
Amputasi ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih kepada Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai manajememen dan kepemimpinan keperawatan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Bulukumba,April 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2

BAB 1..................................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...............................................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG............................................................................................................3

B. TUJUAN.................................................................................................................................4

BAB II.................................................................................................................................................4

PEMBAHASAN..................................................................................................................................4

A. KONSEP DASAR TEORI.....................................................................................................4

1. DEFINISI............................................................................................................................4

2. KLASIFIKASI...................................................................................................................5

3. ETIOLOGI.........................................................................................................................7

4. PATOFISIOLOGI.............................................................................................................8

5. MANIFESTASI KLINIK................................................................................................11

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...................................................................................11

7. KOMPLIKASI.................................................................................................................12

8. PENATALAKSANAAN..................................................................................................13

b. Medis.........................................................................................................................................13

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN..............................................................14

1. PENGKAJIAN.................................................................................................................14

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN......................................................................................16

3. RENCANA KEPERAWATAN.......................................................................................17

Intervensi :.........................................................................................................................................17

Intervensi :.........................................................................................................................................18

4. EVALUASI.......................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................20
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Footner (1992), mengemukakan 60% amputasi dilakukan pada klien dengan usia
diatas 60 tahun dan umumnya akibat iskemia (kematian jaringan) atau akibat penyakit
vascular perifer progresif (sering sebagai gejala sisa diabetes militus), gangren, trauma,
(cedera,remuk dan luka bakar) dan tumor gamas. Dari semua penyebab tadi penyakit
vascular parifer merupakan penyebab yang tertinggi amputasi pada ekstremitas bawah.
Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien dari
pada kehilangan ekstremitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi yang
sangat spesialistis. Amputasi dapat dianggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi
drastis dan digunakan untuk menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi dan
menyelamatkan atau memperbaiki kwalitas hidup pasien.
Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikasi dengan gaya positif maka
pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpartisipasi aktif
dalam rencana rehabilitasi. Karena kehilangan ektremitas memerlukan penyesuaian
besar. Presepsi pasien mengenai amputasi harus di pahami oleh tim perawat kesehatan.
Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen, yang
harus diselaraskan sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan harga diri rendah
pada pasien akibat perubahan citra tubuh.
B. TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada gangguan sistem
muskuloskeletal
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR TEORI

1. DEFINISI

Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan


“pancung”. Bararah dan Jauhar (2012) menyatakan bahwa “amputasi adapat
diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam
kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas
sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau
manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara
utuh atau merusak organtubuh yang lain seperti timbulnya komplikasi infeks”.
Adapun pengertian amputasi menurut LeMone (2011) Amputasi adalah
pemotongan sebagian atau seluruh dari anggota ekstremitas. Amputasi
merupakan tidakan dari proses yang akut, seperti kejadian kecelakaan atau
kondisi yang kronik, misalnya penyakit pembuluh perifer, diabetes mellitus
Hal yang sama diungkapkan juga oleh Lukman dan Ningsih (2009),
amputasi adalah pengangkatan/pemotongan/pembuangan sebagian anggota
tubuh/gerak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah,
osteomeilitis, dan kanker tulang melalui proses pembedahan.
2. KLASIFIKASI

Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :

a. Amputasi selektif/terencana

Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan


mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus.
Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir

b. Amputasi akibat trauma

Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak


direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi
amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
c. Amputasi darurat

Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan.


Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat
seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan
kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

Jenis amputasi yang dikenal adalah :

1) Amputasi terbuka

Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana


pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.
2) Amputasi tertutup

Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih


memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang
dibuat dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah
potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan,
maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan luka operasi/mencegah
terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur,
mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan
protese. Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien
yang mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan
keperawatan pada klien sesuai dengan kompetensinya.
3. ETIOLOGI

Penyebab / faktor predisposisi terjadinya amputasi dapat dilakukan


pada kondisi :

a. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki.


b. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.
c. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat.
d. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota
tubuh lainnya.
e. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi
secara konservatif.
f. Deformitas organ.
4. PATOFISIOLOGI

Penyakit pembuluh darah perifer merupakan pemnyebab terbesar dari


amputasi anggota gerak bagian bawah. Biasanya penyebab dari penyakit
pembuluh darah perifer adalah hipertensi, diabetes, hiperlipidemia. Penderita
neuropati perifer terutama klien dengan diabetes melitus mempunyai resiko
untuk amputasi. Pada neuropati perifer biasanya kehilangan sensor untuk
merasakan adanya luka dan infeksi. Tidak terawatnya luka dapat infeksi dapat
menyebabkan terjadinya gangren dan membutuhkan tindakan amputasi.
Insiden amputasi paling tinggi terjadi pada laki-laki usia muda.
Biasanya amputasi di indikasikan karena kecelakaan kendaraan terutama
motor, atau kecelakaan penggunaan mesin saat bekerja. Kejadian ini juga
dapat terjadi pada orang dewasa namun presentasinya lebih sedikit dibanding
dengan kalangan muda. Amputasi di indikasikan bagi klien dengan gangguan
aliran darah baik akut maupun kronis. Pada situasi trauma akut, dimana
anggota tubuhnya terputus sebagian atau seluruhnya akan mengalami
kematian jaringan. Walaupun replantasi jari, bagian tubuh yang kecil, atau
seluruh anggota tubuh sukses. Pada proses penyakit kronik,sirkulasi
mengalami gangguan sehingga terjadi kebocoran protein pada intersisium
sehingga terjadi edema. Edema menambah resiko terjadinya cedera dan
penurunan sirkulasi. Ulkus yang ada menjadi berkembang karena terinfeksi
yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan yang membuat bakteri mudah
berkembangbiak. Infeksi yang terus bertumbuh membahayakan sirkulasi
selanjutnya dan akhirnya memicu gangren, dan dibutuhkan tindakan amputasi
(LeMone, 2011).
Selain dari data diatas, penyebab atau faktor predisposisi terjadinya
amputasi diantaranya ialah terjadinya fraktur multiple organ tubuh yang yangt
tidak mungkin dapat diperbaiki, kehancuran jaringan kuli yang tidak mungkin
diperbaiki, gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat, infeksi
yang berat atau berisiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya, ada tumor
pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif, deformitas organ
(Bararah dan Jauhar, 2013).
Berdasarkan pelaksanaannya amputasi dibedakan menjadi amputasi
selektif/terencana diamana amputasi ini dilakukan pada penyakit yang
terdiagnosis dan mendapat penangan yang terus menerus, biasanya dilakukan
sebagai salah satu tindakan terakhir, sedangkan amputasi akibat trauma tidak
direncanakan. Amputasi darurat merupakan tindakan yang memerlukan kerja
yang cepat, seperti pada trauma multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang
luas.
Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat
mencapai penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan
berdasarkan dua faktor peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan
fungsional (sesuai kebutuhan protesis).
Amputasi jari kaki dan sebagian kaki hanya menimbulkan perubahan
minor dalam gaya jalan dan keseimbangan. Amputasi syme (memodifikasi
amputasi disartikulasi pergelangan kaki) dilakukan paling sering pada trauma
kaki ekstensif dan menghasilkan ekstremitas yang bebas nyeri dan kuat dan
dapat menahan beban berat badan penuh. Amputasi dibawah lutut lebih
disukai dibanding amputasi diatas lutut karena pentingnya sendi lutut dan
kebutuhan energi untutk berjalan. Dengan mempertahankan lutut bagi lansia
antara ia bisa berjalan dengan alat bantu dan atau bisa duduk di kursi roda.
Diartikulasi sendi lutut paling berhasil pada klien muda, aktif yang masih
mampu mengembangkan kontrol yang tepat sebanyak mungkin panjangnya,
otot dibentuk dan distabilkan, dan disupervisi pinggul dapat dicegah untuk
potensi supervise maksimal. Bila dilakukan amputasi disartikulasikan sendi
pinggul kebanyakan orang akan tergantung pada kursi roda untuk
mobilisasinya.
Amputasi ekstremitas atas dilakukan dengan mempertahankan
panjang fungsional maksimal. Protesis segera diukur dengan fungsinya bisa
maksimal (Bararah dan Jauhar, 2013).
Perdarahan infeksi, dan kerusakan integritas kulit merupakan
komplikasi amputasi. Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh
darah besar dan dapat menjadi massif. Infeksi dapat terjadi pada semua
pembedahan, dengan perdaran darah yang buruk atau adanya kontaminasi
serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk dan
iritasi penggunaan prosthesis .

PATHWAYS
5. MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada pasien dengan post


operasi amputasi antara lain :
a. Nyeri akut

b. Keterbatasan fisik

c. Pantom syndrome

d. Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman

e. Adanya gangguan citra tubuh, mudah marah, cepat tersinggung,


pasien cenderung berdiam diri

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

a. Foto Rontgen

Untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang

b. CT Scan

Mengidentifikasi lesi neopalstik, osteomfelitis, pembentukan


hematoma
c. Angiografi dan pemeriksaan aliran darah

Mengevaluasi perubahan sirkulasi / perfusi jaringan dan membantu


memperkirakan potensial penyembuhan jaringan setelah amputasi
d. Kultur luka

Mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme penyebab

e. Biopsy

Mengkonfirmasi diagnosa benigna / maligna

f. Led

Peninggian mengidentifikasi respon inflamasi

g. Hitung darah lengkap / deferensial

Peninggian dan perpindahan ke kiri di duga proses infeksi


7. KOMPLIKASI

Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan


kulit. Karena ada pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi
perdarahan masif. Infeksi merupakan infeksi pada semua pembedahan;
dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka setelah amputasi
traumatika, resiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan
iritasi akibat prostesis dapat menyebabkan kerusakan kulit.

8. PENATALAKSANAAN

a. Terapi

1) Antibiotik

2) Analgetik

3) Antipiretik (bila diperlukan)

b.Medis

1) Balutan rigid tertutup

Digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga


jaringan lunak dan mengontrol nyeri, serta mencegah kontraktur.
2) Balutan lunak

Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila


perlu diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai
kebutuhan.
3) Amputasi bertahap

Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi.

4) Protesi

Protesis sementara kadang diberikan pada hari pertama


pascabedah, sehingga latihan segera dapat dimulai, keuntungan
menggunakan prosthesis sementara yaitu membiasakan klien
menggunakan protesis sedini mungkin.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Biodata
2) Keluhan utama: Keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri.dan
gangguan neurosensori
3) Riwayat kesehatan masa lalu: Kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi,
trauma.dan fraktur), cara penanggulangan dan penyakit (amputasi).
4) Riwayat Kesehatan sekarang: kapan timbul masalah, riwayat trauma,
penyebab,gejala (tiba-tiba/perlahan), lokasi, obat yang diminum dan cara
penanggulangan.
5) Pemeriksaan fisik: keadaan umum dan kesadaran, keadaan integumen (kulit dan
kuku). (hipertensi dan takikardi). neurologis (spasme otot dan kesemutan).
keadaan ekstremitas, keterbatasan rentang gerak dan adanya kontraktur, dan sisa
tungkai (kondisi dan fungsi).

Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien
secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan
amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi
tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat. Kondisi fisik
yang harus dikaji meliputi:
 Integumen: Kulit secara umum.Lokasi amputasi: Mengkaji kondisi umum kulit
untuk meninjau tingkat hidrasi. Lokasi amputasi mungkin mengalami
keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan
progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis
vena atau gangguan venus return.
 Sistem Cardiovaskuler :Cardiac reserve Pembuluh darah: Mengkaji tingkat t
aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah
satu indikator fungsi jantung. Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui
penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.
 Sistem Respirasi: Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya
sianosis, riwayat gangguan nafas.
 Sistem Urinari: Mengkaji jumlah urine 24 jam. Mengkaji adanya perubahan
warna, BJ urin
 Cairan dan elektrolit: Mengkaji tingkat hidrasi.. Memonitor intake dan output
cairan.
 Sistem Neurologis: Mengkaji tingkat kesadaran klien. Mengkaji sistem
persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan
diamputasi.
 Sistem Mukuloskeletal: Mengkaji kemampuan otot kontralateral.
6) Riwayat Psikososial: reaksi emosional, citra tubuh dan sistem pendukung.
Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi
psikologis (respon emosi) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan
pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan,
penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji
juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan
pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri klien dengan memperhatikan
tingkat persepsi klien terhadap dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan
meninjau persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan
dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri, pandangan klien
terhadap rendah diri antisipasif, gangguan penampilan peran dan gangguan
identitas.

Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus diperhatikan secara seksama dan
bersama-sama dengan klien melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan
koping konstruktif. Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum seperti
terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya perlu didiskusikan dengan
klien setelah klien benar-benar siap untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri.
Kesadaran yang penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi
kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk melakukan
tindakan intervensi dalam mengatasi masalah umum pada saat pre operatif.

7) Pemeriksaan diagnostik: rontgen (lokasi/luas), CT scan, MRI, arteriogram,


darah lengkap dan kreatinin
8) Pola kebiasaan sehari-hari: nutrisi, eliminasi dan asupan cairan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien post operasi amputasi


menurut (Lukman dan Ningsih, 2013) dan intervensinya berdasarkan
Doengoes (2011) yaitu :
1) D. 0077. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
( amputasi ).SDKI
2) D. 0083. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
struktur/bentuk tubuh (amputasi).SDKI
3. RENCANA KEPERAWATAN

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (amputasi ).


Karakteristik penentu : Menyatakan nyeri, ekspresi wajah
menunjukkan kesakitan, merintih/meringis
Tujuan : nyeri dapat hilang atau berkurang

Kriteria hasil : Menyatakan nyeri hilang, ekspresi wajah rileks.

Intervensi :

1) Kaji nyeri sesuai PQRST

Rasional : membantu dalam evaluasi kebutuhan dan keefektifan


intervensi.
2) Ajarkan dan anjurkan teknik relaksasi distraksi
Rasional : Untuk mengurangi nyeri secara mandiri.
3) Observasi keadaan luka
Rasional : Untuk mengetahui tingkat luka yang menyebabkan
nyeri.
4) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat mengurangi nyeri
5) Observasi keluhan nyeri local/kemajuan yang tak hilang dengan
analgetik.
Rasional : dapat mengindikasikan adanya sindrom kompartemen
khususnya cedera traumatik.
2) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan
struktur/bentuk tubuh (amputasi).
Karakteristik penentu : Menyatakan berduka mengenai kehilangan
tubuh, mengungkapkan negatif tentang tubuhnya, depresi.
Tujuan : mendemonstrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.
Kriteria hasil : Menyatakan penerimaan terhadap situasi diri,
mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang
akurat tanpa harga diri negatif, membuat rencana untuk melanjutkan
gaya hidup.
Intervensi :

1) Validasi masalah yang dialami klien.

2) Rasional : Meninjau perkembangan klien.

3) Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung.


Rasional : Mendorong antisipasi meningkatkan adaptasi pada
perubahan citra tubuh.
4) Berikan dukungan moral.

Rasional : Meningkatkan status mental.

5) Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri.


Rasional : Meningkatkan status mental.
4. EVALUASI

Evaluasi merupakan taghap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi


merupakan tahap yang menentukan pakah tujuan akan tercapai sesuai
dengan apa yang ditetapkan dalam tujuan rencana keperawatan. Apabila
setelah dilakukan evaluasi tujuan tidak tercapai maka ada beberapa
kemungkinan yang perlu ditinjau kembali yaitu : tujuan tidak reslistis,
tindakan keperawatan belum tepat, faktor-faktor yang tidak bias diatasi. Ada
beberapa macam dalam evaluasi menurut Asmadi (2008) yaitu :
a. Evaluasi formatif

Dapat dilihat dari evaluasi proses. evaluasi ini dapat segera dilakukan
setelah melakuan tindakan keperawatan bertujuan untuk menilai
keberhasilan tindakan yang dilakukan.
b. Evaluasi sumatif

Dapat dilakukan di akhir proses keperawatan, bertujuan untuk menilai


ketercapaian asuhan keperawatan yang di berikan selama proses
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Standar Diagnosis Keperawata Indonesia (SDKI).


2. Bararah dan Jauhar. 2014. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi
Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Pustakarya.
3. Guyton, Arthur C, and john E. Hall 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Edisi ke-9 jakarta : EGCLemone dan Burke. 2016. Nursing Care Plan on
Clients. Jakarta : EGC.
4. Lukman dan Ningsih Nurna. 2015. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
5. Sudayo, Aru W. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai