Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Tetralogi Fallot

“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan peradangan


pada sistem cardiovasculer”

“Tetralogi Fallot (TF)”

DISUSUN OLEH :

Nelci A. Ratuwalu

Ivo P. S. Bossa

Ricky M Blegur

Andre W seda

Martino HendriQues

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

[1]
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA
KUPANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan
rahmat dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk
bekerja menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Tetralogy Fallot” makalah
ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar
kami, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami
harapkan.

Kupang, 18 April 2022

Penulis

[2]
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tetralogi of Fallot adalah suatu penyakit dengan kelainan bawaan yang
merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang paling banyak dijumpai.
dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan
pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus
arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung
bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan
2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling
sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau
kanan ke kiri. Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang
ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang
perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu
memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Tetralogi of fallot adalah penyakit jantung kongentinal yang merupakan
suatu bentuk penyakit kardiovaskular yang ada sejak lahir dan terjadi karena
kelainan perkembangan dengan gejala sianosis karena terdapat kelainan VSD,
stenosispulmonal, hipertrofiventrikel kanan, dan overiding aorta (Nursalam
dkk, 2005). Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara
kedua rongga ventrikel. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep
pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot
dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan. Hipertrofi
ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan
tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal. Overiding aorta

[3]
merupakan keadaan dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel
kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari
bilik kanan.
Tetralogi of fallot paling banyak ditemukan dimana TOF ini menempati
urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum
ventrikel, defek septum atrium duktus arteriosus, atau lebih kurang 10 % dari
seluruh penyakit bawaan, dan merupakan penyebab utama diantara penyakit
jantung bawaan sianostik. 95% dari sebagian besar bayi dengan kelainan
jantung tetralogi of fallot tidak diketahui, namun berbagai faktor juga turut
berperan sebagai penyebabnya seperti pengobatan ibu ketika sedeang hamil,
faktor lingkungan setelah lahir, infeksi pada ibu, faktor genetika dan kelainan
kromosom.
Insidens tetralogi of fallot di laporkan untuk kebanyakan penelitian dalam
rentang 8 – 10 per 1000 kelahiran hidup. Kelainan ini lebih sering muncul
pada laki – laki daripada perempuan. Dan secara khusus katup aorta bikuspid
bisa menjadi tebal sesuai usia , sehingga stenosis bisa timbul. Hal ini dapat
diminimalkan dan dipulihkan dengan operasi sejak dini. Sehingga deteksi dini
penyakit ini pada anak – anak sangat penting dilakukan sebelum komplikasi
yang lebih parah terjadi. Oleh karena itu, kami membuat makalah ini agar
bermanfaat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya
pembaca makalah ini yang membahas kelainan jantung tetralogy of fallot serta
asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi masalah ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapatkan antara lain:
1. Apa definisi dari penyakit tetralogi fallot?
2. Apa saja etiologi dari penyakit tetralogi fallot?
3. Bagaimana patofisiologi penyakit tetralogi fallot?
4. Apa gejala dan tanda penyakit tetralogi fallot?
5. Apa saja komplikasi dari penyakit tetralogi fallot?

[4]
6. Apa saja pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penyakit tetralogi
fallot?
7. Bagaimana pengobatan penyakit tetralogi fallot?
8. Bagaimana penerapan asuhan keperrawatan tetralogy fallot?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang didapatkan antara lain:
1. Agar dapat menjelaskan definisi dari penyakit tetralogi fallot
2. Agar dapat menjelaskan etiologi dari penyakit tetralogi fallot
3. Agar dapat menjelaskan patofisiologi penyakit tetralogi fallot
4. Agar dapat menjelaskan gejala dan tanda penyakit tetralogi fallot
5. Agar dapat menjelaskan komplikasi dari penyakit tetralogi fallot
6. Agar dapat menjelaskan pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk penyakit
tetralogi fallot
7. Agar dapat menjelaskan pengobatan penyakit tetralogi fallot
8. Agar dapat mengetahui penerapan asuhan keperrawatan tetralogy fallot

[5]
BAB II
KONSEP TEORI

A. Defenisi
Tetralogy fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis
yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal meliputi
defekseptup ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertropi
ventrikel kanan. Komponen yang paling penting dalam menentukan derajat
beratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat ringan hingga berat.
Stenosis pulmonal bersifat progresif dan semakin lama semakin berat.
Tetralogy of fallot (TOF) adalah merupakan defek jantung yang terjadi
secara kongenital dimana secara khusus mempunyai empat kelainan anatomi
pada jantungnya TOF ini adalah merupakan penyebab tersering pada cyanotic
heart tefect dan juga pada blue baby syndrome.
B. Etiologi
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui secara pasti. Diduga karena adanya factor endogen dan eksogen.
1. Factor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetic : kelainan kromosom
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, seperti diabetes mellitus,
hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu

[6]
b. Sebelumnya ikut program kb oral atau suntik, minum obat-obatan
tanpa resep dokter (tali damid, dekstro amfetamin, aminoptering,
metoptering, jamu)
c. Ibu menderita penyakit infeksi rubella
d. Pajanan terhadap sinar x
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen jarang
terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Apapun sebabnya pajanan
terhadap factor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan,
oleh karena pada minggu kedelapan kehamilan pembentukan jantung janin
sudah selesai.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada penderita tetralogy fallot adalah sebagai
berikut:
1. Sianosis
Sianosis merupakan manifestasi tetralogy paling nyata, mungkin tidak
ditemukan saat lahir. Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan mungkin
tidak berat dan bayi tersebut memiliki pintasan kiri ke kanan yang besar
bahkan mungkin dapat gagal jantung kogesif.
2. Dyspnea
Dyspnea terjadi jika penderita melakukan aktivitas fisik. Bayi dan anak
yang mulai belajar berjalan akan bermain aktif untuk waktu singkat
kemudian akan duduk atau berbaring. Anak yang lebih besar mungkin
mampu berjalan sejauh kurang lebih lebih satu blok sebelum berhenti
untuk beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung pada penderita
tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak akan
mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan menghilngkan
dyspnea yang terjadi akibat dari aktivitas fisik, biasanya anak tersebut
dapat melanjutkan aktivitasnya kembali dalam beberapa menit
3. Serangan dyspnea paroksimal (serangan anoksia biru)
Manifestasi ini merupakan masalah selama dua tahun pertama kehidupan
penderita. Bayi menjadi dyspnea dengan gelisah, sianosis yang terjadi

[7]
menjadi bertambah hebat dan penderita mulai sulit bernafas. Serangan
tersebut sering terjadi pada pagi hari.
4. Keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan
Gangguan pertumbuhan tinggi badan terutama pada anak gizi kurang dari
kebutuhan normal, pertumbuhan otot dari jaringan subkutan terlihat
kendur dan lunak, masa pubertas terlambat.
5. Bising sistolik
Bising sistolik ditemukan sering kali terdengar keras dan kasar, bising
tersebut menyebar luas, tetapi paling besar intensitasnya pada tepi kiri
tulang dada. Bising sistolik terjadi di atas lintasan aliran keluar ventrikel
kanan serta cenderung kurang menonjol pada obstruksi berat dan pintasan
dari kanan ke kiri. Bunyi jantung kedua terdengar tunggal dan di
timbulkan oleh penutupan katub aorta. Bising sistolik tersebut jarang
diikuti oleh bising diastolic, bising yang terus menerus ini dapat terdengar
pada setiap bagian dada, baik di anterior maupun posterior, bising tersebut
dihasilkan oleh pembuluh darah koleteral bronkus yang melebar atau
terkadang oleh suatu duktus arteriosus menetap.
D. Patofisiologi
Tetralogy fallot merupakan kelainan “Empat Sekawan” yang terdiri atas
defekseptup ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertropi
ventrikel kanan secara anatomis sesungguhnya tetralogy fallot merupakan
suatu defek ventrikel subaraortik yang disertai defiasi ke anteriol septum
infundibuler (bagian basal dekat aorta). Defiasi ini menyebabkan akar aorta
bergesek kedepan (dekstro posisi aorta), sehingga terjadi over riding aorta
terhadap septum interventrikuler, stenosis pada bagian infundibuler ventrikel
kanan dan hypoplasia arteri pulmonal. Pada tetralogy fallot, overriding aorta
biasanya tidak melebihi 50%. Apabila overriding aorta melebihi 50%,
hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya suatu outlet ganda ventrikel
kanan.
Defiasi septup infundibuler kearah anteriol ini sesungguhnya merupakan
bagian yang paling esensial pada tetralogy fallot. Itu sebabnya suatu defek

[8]
septum ventrikel dan over riding aorta yang disertai stenosis pulmonal
valvuler, misalnya, tidak dapat disebut sebagai tetralogy fallot apabila tidak
terdapat defiasi septum infundibuler ke anteriol. Terkadang tetralogy fallot
disertai pada adanya septum antrium sekunder dan kelompok kelainan ini
disebut sebagai tetralogy fallot.
Adanya obstruksi infundibuler menyebabkan tekanan dalam ventrikel
kanan meningkat, tetapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogy
fallot tekanan dalam ventrikel kanan, ventrikel kiri dan aorta relative menjadi
sama. Oleh sebab itu, pada tetralogy fallot jarang terjadi gagal jantung
kongestif, berbeda dengan stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek
septum ventrikel, gagal jantung kongestif dapat saja melebihi tekanan
sistemik.
Sianosis merupakan gejala tetralogy fallot yang utama. Berat ringannya
sianosis tergantung dari tingkat keparahan stenosis infundibuler yang terjadi
pada tetralogy fallot dan arah pirau interventrikuler. Sianosis dapat timbul
semenjak lahir dan ini menandakan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat
atau bahkan atresia pulmonal atau dapat pula sianosis timbul beberapa bulan
kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan. Sianosis biasanya berkembang
perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini menandakan adanya
peningkatan usia hipertropi infundibuler pulmonal yang memperberat
obstruksi pada bagian itu.
Stenosis infundibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi
ventrikel kanan, sehingga semakin lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi.
Disamping itu dengan meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam
ventrikel kanan, kolateralisasi aorta pulmonal sering tumbuh luasa pada
tetralogy fallot, melalui cabang mediastinal, bronkial, esofagus, subklavika
dan anomaly arteri lainnya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA (Major Aorta
Pulb monary Collateral Arteries).

[9]
Pengembalian vena sistemis

Atrium kanan Ventrikel kanan

Menguncup à stenosis pulmonalis

Cacat septum ventikel à aorta

Ketidakjenuhan
darah arteri

Sianosis menetap

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk penderita tetralogy fallot adalah
sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
Adanya peningkatan hemoglobin dan hematocrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin di pertahankan 16-18
gr/dl dan hematocrit antara 50-65%. Nilai gas darah arteri menunjukkan
peningkatan tekanan parsial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan
parsial oksigen (PO2) dan penurunan klien yang memiliki nilai Hb dan Ht
normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologi

[10]
Pemeriksaan sinar X pada toraks menunjukkan penurunan aliran darah
pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak
apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu. Selain itu, didapatkan
hasil arkus aorta di sebelah kanan, aorta asendens melebar, konus
pulmonalis, apeks terangkat dan vaskularitas paru berkurang.
3. Elektrokardiogram
Pada pemeriksaan EKG di dapatkan hasil sumbu QRS hampir selalu
berdevisiasi kekanan. Tampak pula hipertropi ventrikel kanan.
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan, penurunan arteri pulmonalis dan penurunan aliran darah ke paru.
5. Kateterisasi
Kateterisasi diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui
defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis
normal atau rendah.
F. Penatalaksanaan
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan
untuk memutus patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara
sebagai berikut:
1. Menekuk lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morfin sulfat 0,1 – 0,2 mlg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat
pernafasan dan mengatasi takipnea.
3. Natrium bikarbonat 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis.
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian pada kondisi ini tidak
begitu tepat karena permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi
karena aliran dara ke paru menurun.
Dengan usaha di atas di harapkan anak tidak lagi mengalami takipnea,
sianosis berkurang dan anak menjadi tenang. Bila hal tersebut tidak terjadi
dapat dilanjutkan dengan pemberian:

[11]
1. Propranolol 0,01-0,25 mlg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan
denyut jantung sehingga serangan dapat diatasi. Dosis total dilarutkan
dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis awal /bolus diberikan setengahnya,
bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan dalam 5-10 menit
berikutnya.
2. Ketamine 1-3 mlg/kg (rata-rata 2,2 mlg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative.
3. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam
penaganan serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat
meningkatkan curah jantung, sehingga aliran darah ke paru-paru
bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke seluruh tubuh
juga meningkat.
G. Komplikasi
1. Thrombosis Serebri
Biasanya terjadi dalam sinus duralis dan terkadang dalam arteri serebrum,
lebih sering ditemukan pada polisitemia hebat. Dapat juga dibangkitkan
oleh dehidrasi. Thrombosis lebih sering ditemukan pada usia 2 tahun.
Penderita ini lpaling sering mengalami anemia defisiensi besi dengan
kadar Hb dan Ht dalam batas normal.
2. Abses Otak
Komplikasi abses otak biasanya dialami oleh pasien yang telah mencapai
usia di atas 2 tahun. Awitan penyakit sering kali tersembunyi di sertai
demam derajat rendah. Mungkin ditemukan nyeri tekan setempat pada
cranium. Laju endap darah dan hitung jenis leukosit dapat meningkat.
Penderita juga dapat mengalami serangan seperti epilepsy. Tanda
neurologis yang terlokalsasi tergantung dari tempat dan ukuran abses
tersebut.
3. Endocarditis Bakterialis
Komplikasi ini terjadi pada penderita yang tidak mengalami pembedahan,
tetapi lebih sering ditemukan pada anak yang menjalani prosedur
pembuatan pintasan selama masa bayi.

[12]
4. Gagal Jantung Kongestif
Gagal jantung kongestif dapat terjadi pada bayi yang mengalami atresia
paru dan memiliki aliran darah kolateral yang besar. Kondisi ini hamper
tanpa pengecualian, akan menaglami penurunan selama bulan pertama
kehidupan dan penderita menjadi sianosis akibat sirkulasi paru yang
menurun.
5. Hipoksia
Hipoksia terjadi akibat stenosis pulmonal yang menyebabkan aliran darah
dalam paru menuru

[13]
Penyimpangan KDM

Terpapar factor eksogen dan


endogen

Kelainan jantung kongenital sianotik: tetralogy of


fallot

Stenosis pulmonal Defect septum ventrikel Overriding aorta

Penurunan curah
obstruksi jantung Suplei darah preload,
overload

Aliran darah ke Pasokan darah


paru-paru tidak seimbang
Obstruksi aliran darah
keluar ventrikel kanan
Pencampuran
darah kaya O2
O2 dalam Hipertrofi vent Aliran darah dan CO2
darah kanan aorta

HIpoksemi

Sianosis
sesak

Gangguan pertukaran
Kebutuhan o2
gas Perubahan status
Kelelahan Tubuh kesehatan

Tidak mau mengunyah


(Anoreksia) Intoleransi Aktivitas Ansietas

[14]
Terjadi penurunan BB

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh (deficit/nutrisi)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas (data biografi)
Tetralogy fallot sering ditemukan pada anak-anak. Manifestasi yang paling
sering muncul adalah sianosis. Tetralogy fallot juga dapat diturunkan
secara genetic dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga
karena kelainan kromosom
2. Keluhan utama
Klien tetralogy fallot sering mengalami sianosis saat melakukan aktifitas
fisik seperti pada saat bayi atau anak-anak yang mulai belajar berjalan
akan bermain aktif untuk waktu singkat kemudian akan duduk atau
berbaring
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien tetralogy fallot, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda
sianosis, dyspnea, sesak nafas ketika melakukan aktifitas, jantung
berdebar.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah klien terlahir premature atau ibu menderita
infeksi rubella.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan tentang riwayat penyakit tetralogy fallot pada anggota
keluarga yang lain karena penyakit ini dapat diturunkan secara genetic
atau karena kelainan kromosom
6. Riwayat tumbuh

[15]
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena
keletihan. Anak akan sering jongkok selama beberapa waktu sebelum ia
berjalan kembali.
7. Riwayat psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaiman perilaku
anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan
anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap
penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
8. Pengkajian fisik (ROS: Review Of Systeem)
a. B1 (pernafasan)
Nafas cepat dan dalam, dyspnea, sianosis, sesak nafas ketika
melakukan aktivitas. Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras di
daerah pulmonal yang semakin melemah dengan bertamabahnya
derajat obstruksi.
b. B2 (kardiovaskuler)
Takikardi, distritmia, adanya jari tabuh, setelah 6 bulan, sianosi pada
membrane mukosa, gigi sianotik.
c. B3 (Persarafan)
Kejang kaku kuduk, tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan
kematian. Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal leher kaku.
Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/mengadu/mengeluh.
d. B4 (Perkemihan)
Adanya inkontinensia dan / atau retensi urin.
e. B5 (Pencernaan)
Kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan, sulit menyusu, anoreksia,
muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering.
f. B6 (Muskuloskeletal dan Intergumen)
Malaise, keterbatasan aktivitas atau istirahat karena kondisinya.
Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum, keterbatasan
dalam rentang gerak. Ketergantungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri.

[16]
B. Diagnosa keperawatan
1. Penuruanan curah jantung b/d malformasi jantung
2. Gangguan pertukaran gas b/d kongesti pulmonal
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kelelahan
pada saat makan dan meningkatkan kebutuhan kalori.
4. Kecemasan orang tua b/d kurang pengetahuan orang tua dan pospitalis
5. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d tidak adekuatnya suplai
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan

C. Rencana tindakan keperawatan


No. Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
(1) (2) (3) (4)
1. Penurunan curah jantung Seletah dilakukan Perawatan jantung
Definisi : asuhan keperawatan a. Evaluasi adanya nyeri
Ketidak adekuatan darah selama 1 x 24 jam dada (intensitas,
yang di pompa oleh klien menunjukkan lokasi, radiasi, durasi,
jantung untuk memenuhi curah jantung dan factor pencetus
metabolic tubuh. adekuat, dengan nyeri).
Batasan Karakteristik : kriteria: b. Lakukan penilaian
Perubahan a. Tekanan darah komprehensif
frekunesi/irama jantung : dalam rentang terhadap sirkulasi
1. Bradikardi normal perifer (misalnya cek
2. Takikardi b. Toleransi nadi perifer, edema,
3. Palpitasi jantung terhadap aktivitas pengisian kapiler dan
4. Perubahan EKG c. Nadi perifer kuat suhu ekstrimitas).
Perubahan preload : d. Ukuran jantung c. Catat tanda dan gejala
1. Keletihan normal penurunan curah
2. Mumur jantung e. Tidak ada jantung.
3. Edema distensi vena d. Observasi tanda-tinda
4. Penurunan dan jugularis vital
peningkatan CVP, f. Tidak ada e. Observasi status
PAWP. (central disritmia kardiovaskular
venous pressure, g. Tidak ada bunyi f. Observasi disritmia
pulmonary artery jantung abnormal jantung termasuk
wedge pressure) h. Tidak ada angina gangguan irama dan
Perubhan afterload : i. Tidak ada edema konduksi
1. Dyspnea perifer g. Observasi status
2. Perubahan warna j. Tidak ada udema respirasi terhadap
kulit (mis : pucat, pulmo gejala gagal jantung
sianosis, abu-abu) k. Tidak ada h. Observasi
3. Perubahan tekanan diaphoresis keseimbangan cairan
darah l. Tidak ada mual (asupan-haluaran dan
m. Tidak ada berat badan harian)
kelelahan i. Kenali adanya

[17]
perubahan tekanan
darah
j. Kenali pengaruh
psikologis yang
mendasari kondisi
klien.
k. Evaluasi respons klien
terhadap disritmia
l. Kolaborasi dalam
pemberian terapi
antiarimia sesuai
kebutuhan.
m. Monitor respons klien
terhadap pemberian
terapi antiaritmia.
n. Instruksikan klien dan
keluarga tentang
pembatasan aktivitas.
o. Tentukan periode
latihan dan istirahat
untuk menghindari
kelelahan.
p. Observasi toleransi
klien terhadap
aktivitas
q. Abservasi adanya
dyspnea, kelelahan,
takipnea, dan
ortopnea
r. Ciptakan hubungan
yang saling
mendukung antara
klien dan keluarga
s. Anjurkan klien untuk
melaporkan adanya
ketidaknyamanan
dada.
t. Tawarkan dukungan
spiritual untuk klien
dan keluarganya.
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas
Definisi : kelebihan atau asuhan keperawatan a. posisikan klien untuk
deficit oksigenasi selama 1 x 24 jam memaksimalkan
dan/atau eliminasi karbon klien menunjukkan ventilasi.
dioksida pada membrane pertukaran gas b. Auskultasi bunyi
alveolar-kapiler. adekuat, dengan napas, area penurunan
Batasan karakteristik : kriteria: ventilasi atau tidak
1. Dyspnea a. Status mental adanya ventilasi dan
2. Gelisah dalam rentang adanya bunyi napas
3. Sianosis normal tambahan.

[18]
4. Hipoksia b. Klien bernapas c. Keluarkan secret
5. Pola pernapasan dengan mudah dengan batuk efektif
abnormal c. Tidak ada atau lakukan suction
6. Warna kulit abnormal dyspnea sesuai kebutuhan
7. Takikardia d. Tidak ada d. Anjurkan klien untuk
8. Napas cuping hidung kegelisahan bernapas pelan, napas
9. Penurunan e. Tidak ada dalam dan batuk
karbondioksida sianosis e. Ajarkan klien cara
10. pH arteri abnormal f. Tidak ada menggunakan inhaler
somnolen f. Atur posisi klien
g. PaO2 dalam batas untuk mengurangi
normal dyspnea.
h. PCO2 dalam g. Monitor status
batas normal respirasi dan
i. pH arteri dalam oksigenasi sesuai
batas normal kebutuhan.
j. saturasi O2 dalam h. Atur asupan caitan
batas normal untuk
k. ventilasi perfusi mengoptimalkan
seimbang keseimbangan cairan.
Terapi oksigen
a. Bersihkan mulut,
hidung, dan trakea
dari sekresi sesuai
kebutuhan.
b. Pertahankan
kepatenan jalan napas.
c. Siapkan perlengkapan
oksigen dan atur
system humidifikasi.
d. Berikan tambahan
oksigen sesuai
permintaan
e. Observasi aliran
oksigen.
f. Observasi posisi
pemberian oksigen.
g. Berikan oksigen
sesuai kebutuhan.
h. Observasi efektivitas
terapi oksigen
i. Monitor kemampuan
pasien dalam
menoleransi
perpindahan oksigen
ketika makan.
j. Observasi tingkat
kecemasan klien
berhubungan dengan
kebutuhan terapi

[19]
oksigen.
Monitor Pernapasan
a. Observasi kecepatan,
irama, kedalaman
pernapasan.
b. Catat pergerakan
dada, kesimetrisan,
penggunaan otot
napas tambahan dan
adanya retraksi otot
interkosta.
c. Observasi pola napas,
seperti bradipnea,
takipnea,
hiperpentilasi,
pernapasan abnormal.
d. Lakukan perkusi
toraks anterio dan
posterior di bagian
apeks dan dasar kedua
paru.
e. Auskultasi bunyi paru
setelah pemberian
pengobatan.
f. Observasi
peningkatan
kegelisahan dan
kecemasan.
g. Observasi
kemampuan klien
untuk batuk efektif
h. Catat karakteristik
dan lamanya batuk.
i. Observasi adanya
bunyi krepitasi sesuai
kebutuhan
j. Observasi hasil
pemeriksaan foto
toraks
3. Ketidak seimbangan Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan a. Tanyakan pada klien
kebutuhan tubuh selama …… x24 tentang alergi
Definisi : jam klien dapat terhadap makanan
Asupan nutrisi tidak meningkatkan status b. Tanyakan makanan
cukup untuk memenuhi nutrisi dengan kesukaan klien
kebutuhan metabolic kriteria: c. Kolaborasi dengan
Batasan Karakteristik : a. Asupan nutrisi ahli gizi tentang
1. BB badan 20% atau adekuat. jumlah kalori dan tipe
lebih di bawah b. Asupan makanan nutrisi yang
rentang BB ideal dan cairan dibutuhkan.

[20]
2. Bising usus hiperaktif adekuat d. Anjurkan asupan
3. Membrane mukosa c. Energy kalori yang tepat yang
pucat meningkat sesuai dengan gaya
4. Tonus otot menurun d. Berat badan hidup
5. Sariawan rongga meningkat e. Anjurkan peningkatan
mulut zat besi yang sesuai
6. Ketidakmampuan f. Anjurkan peningkatan
memakan makanan asupan protein dan
7. Diare vitamin c.
8. Kelemahan otot g. Anjurkan untuk
pengunyah banyak makan buah
9. Kelemahan otot dan minum
menelan h. Berikan klien diet
tinggi protein tinggi
kalori.
4. Ansietas Setelah dilakukan Menurunkan kecemasan
Definisi : asuhan keperawatan a. Gunakan ketenangan
Perasaan tidak nyaman selama ….. x24 jam dalam pendekatan
atau kekhwatiran yang orang tua klien untuk menenangkan
samar disertai respons mampu mengontrol orang tua klien
otonom (Sumber sering cemas dengan b. Jelaskan seluruh
kali tidak spesifik atau kriteria: prosedur tindalan
tidak diketahui oleh a. Orang tua klien kepada orang tua
individu) perasaan takut dapat klien dan perasaan.
yang disebabkan oleh merencanakan c. Gunakan ketenangan
antisipasi terhadap strategi koping untuk menenangkan
bahaya. Hal ini untuk situasi orang tua klien.
merupakan isyarat yang membuat d. Jelaskan seluruh
kewaspadaan yang stress. prosedur tindakan
memperingatkan individu b. Orang tua klien kepada orang tua
akan adanya bahaya dan dapat klien dan perasaan
memempukan individu mempertahan yang mungkin muncul
untuk bertindak penampilan pada saat melakukan
menghadapi ancaman. peran. tindakan.
Batasan karakteristik : c. Orang tua klien e. Berusaha memahami
Perilaku : melaporkan tidak keadaan orang tua
1. Agitasi ada gangguan klien dna situasi stress
2. Gelisah resepsi sensori. yang di alami orang
3. Gerakan ekstra d. Orang tua klien tua klien.
4. Insomnia melaporkan tidak f. Berikan informasi
5. Mengekspresikan ada manifestasi tentang diagnose,
kekhwatiran karena kecemasan prognosis dan
perubahan dalam secara fisik. tindakan.
peristiwa hidup e. Orang tua klien g. Temani klien untuk
6. Tampak waspada melaporkan tidak memberikan
7. Kontak mata yang ada manifestasi kenyamanan dan
buruk perilaku akibat mengurangi
8. Penurunan kecemasan. ketakutan.
produktivitas f. Oaring tua klien h. Anjurkan keluarga
dapat untuk menemani klien

[21]
meneruskan sesuai kebutuhan
aktifitas yang i. Motivasi orang tua
dibutuhkan klien untuk
meskipun ada mengungkapkan
kecemasan. perasaan,
g. Orang tua klien pengharapan, dan
menunjukkan ketakutan yang di
kemampuan alami
untuk berfokus j. Identifikasi tingkat
pada pngetahuan kecemasan orang tua
dan keterampilan klien
yang baru. k. Berikan aktivitas
h. Orang tua klien hiburan untuk
dapat mengurangi
mengidentifikasi ketegangan.
gejala yang l. Bantu orang tua klien
merupakan untuk
indicator mengidentifikasi
kecemasan. situasi yang
menyebabkan
kecemasan.
m. Control stimulus
sesuai kebutuhan
klien.
n. Dengarkan dengan
penuh perhatian.
o. Ciptakan hubungan
saling percaya.
p. Bantu orang tua klien
untuk
mengungkapkan yang
membuat cemas.
q. Tentukan kemampuan
oran tua klien dalam
membuat keputusan
r. Ajarkan orang tua
dengan teknik
relaksasi
s. Observasi gejala
verbal dan nonverbal
dari kecemasan
5. Gangguan pertumbuhan Setelah dilakukan Peningkatan
dan perkembangan asuhan keperawatan perkembangan anak
Definisi : diharapkan a. Bina hubungan saling
Kondisi individu pertumbuhan dan percaya dengan anak.
menggalamai gangguan perkembangan anak b. Identifikasi kebutuhan
kemampuan bertumbuh adekuat, dengan khusus anak dan
dan berkembang sesuai kriteria : penerimaan yang
dengan kelompok usia a. Anak mencapai dibutuhkan.
Penyebab : pertumbuhan c. Bina hubungan saling

[22]
1. Efek ketidak normal yang percaya dengan
mampuan fisik diharapkan memberi perawatan.
2. Keterbatasaan sesuai usianya d. Ajarkan pemberi
lingkungan dengan berat perawatan tenang
3. Inkonsistensi badan, tinggi tahap penting
respon badan, lingkar perkembangan normal
4. Pengabaian lengan, dan dan perilaku yang
5. Terpisah dari lingkar lengan berhubungan.
orang tua atas dalam e. Demonstrasikan
dan/atau orang rentang normal. aktifitas yang
terdekat b. Anak mencapai meningkatkan
6. Defisiensi tahap perkembangan kepada
stimulus pertumbuhan pemberi perawatan.
(SDKI) fisik, kognitif f. Fasilitasi pemberi
dan kemajaun perawatan untuk
psikososial berhubungan dengan
sesuai usia tanpa sumber komunitas
keterlambatan sesuai kebutuhan.
perkembangan. g. Fasilitasi integrasi
c. Anak mencapai antara anak dan teman
kematangan fisik sebayanya.
yang h. Beri aktivitas yang
berkembang meningkatkan
secara normal interaksi di antara
anak-anak.
i. Dukung anak untuk
mengekspresikan diri
melalui pujian atau
umpan balik positif
atas usaha-usahanya.
j. Beri mainan atau
benda-benda yang
sesuai dengan
usianya.
k. Bernyanyi dan
berbicara dengan anak
l. Motivasi anak untuk
bernyanyi dan menari.
m. Rujuk pengasuh ke
kelompok pendukung
sesuai kebutuhan.
Terapi nutrisi
a. Kaji status nutrisi
lengkap sesuai
kebutuhan.
b. Observasi asupan
makanan atau cairan
dan jumlah kalori
harian.
c. Kolaborasi dengan

[23]
ahli gizi tentang
jumlah kalori dan
jenis makanan yang
dibutuhkan anak
sesuai kebutuhan.
d. Kaji status nutrisi
lengka sesuai
kebutuhan.
e. Observasi asupan
makanan atau cairan
dan jumlah kalori
harian.
f. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
jumlah kalori dengan
jenis makanan yang
dibutuhkan anak
sesuai kebutuhan.
g. Pilihkan suplemen
nutrisi sesuai
kebutuhan.
h. Anjurkan oaring tua
utnuk memberikan
makanan tinggi
kalsium dan kalium
sesuai kebutuhan.
i. Berikan makanan
tinggi kalori tinggi
protein.
j. Berikan perawatan
mulut sebelum makan
sesuai kebutuhan.
k. Bantu anak untuk
posisi duduk sebelum
makan.
Monitor status nutrisi
a. Observasi berat badan
anak.
b. Amati interaksi orang
tua dan anak selama
makan sesuai
kebutuhan.
c. Observasi turgor kulit
sesuai kebutuhan.
d. Observasi kekeringan
rambut.
e. Observasi kadar
albumin, protein total,
Hb, Ht, limfosit dan
elektrolit.

[24]
f. Observasi
pertumbuhan dan
perkembangan.
g. Observasi tingkat
energy, kelelahan dan
kelemahan.
h. Observasi adanya
pucat, kemerahan,
konjugtiva atau
konjungtiva kering.
i. Observasi asupan
kalori dan nutrisi.
j. Observasi
kelembaban mukosa
mulut.
k. Catat adanya edema,
kemerahan, dan
hipertrofi pada lidah
dan membrane
mukosa oral.
l. Catat adanya
perubahan penting
dalam status nutrisi.
m. Kenalkan pada ahli
gizi sesuai kebutuhan
n. Berikan kondisi
lingkungan yang
mendukung saat
makan.

D. Evaluasi
Diagnose keperawatan: Penurunan curah jantung
1. Klien menunjukkan penurunan episode dyspnea, angina dan distritmia
2. Klien menunjukkan perilaku untuk menurunkan beberapa kerja jantung
3. Klien menunjukkan nadi perifer kuat tidak ada kelelahan.
Diagnose keperawatan: Gangguan pertukaran gas
1. Klien menunjukkan frekuensi napas normal, bunyi napas bersih, tidak ada
bunyi CRACKLE atau mengi, tidak ada sesak.
Diagnose keperawatan : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
1. Orang tua klien melaporkan asupan makanan dan cairan adekuat
2. Orang tua klien melaporan peningkatan berat badan.
Diagnose keperawatan: kecemasan orang tua

[25]
1. Orang tua klien menunjukkan kemampuan koping untuk mengatasi stress
2. Orang tua klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
dan perilaku
3. Orang tua klien mampu meneruskan aktivitas meskipun ada kecemasan
4. Orang tua klien mampu berfokus pada pengetahuan dan keterampilan yang
baru
5. Orang tua klien menunjukkan kemampuan mengidentifikasi gejala
kecemasan
6. Orang tua klien menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan
kecemasan
Diagnose keperawatan: gangguan pertumbuhan dan perkembangan
1. Klien menunjukkan berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dalam
rentang normal
2. Klien menunjukkan kemajuan perubahan fisik, perkembangan kognitif dan
psikososial
3. Klien menunjukkan perkembangan yang optimal

[26]
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kombinasi kelainan kongenital yang di kenal sebagai tetralogy fallot
antara lain defekseptum ventrikuler, pembesaran aorta, stenosis katub
pulmoner, dan hipertrofi ventrikel kanan. Penyebab tetralogy fallot terdiri dari
dua factor yaitu endogen dan eksogen. Anak dengan tetralogy fallot umumnya
akan mengalami sesak saat beraktifitas, berat badan bayi yang tidak
bertambah, clubbing fingers, dan sianosis.pemeriksaan yang dilakukan antara
lain pemeriksaan darah, foto toraks, elektrokardiografi dan ekokardiografi.

B. Saran
1. Hindari penggunaan alcohol atau obat yang membahayakan pada masa
kehamilan.
2. Makanan ibu harus mencukupi nilai gizi serat nutrisi yang di butuhkan

[27]
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler


Aplikasi NIC dan NOC, Jakarta : EGC, 2014.
Karso. 2012. Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler, Yogyakarta : Nuha
Medika
Speer, Kathleen Morgan.2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan
Clinical Pathways. EGC : Jakarta
Behrman, Kliegman, Arvin, 2000, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.2, Editor,
Prof.DR.dr.A.Samik Wahab,sp.A(k),EGC:Jakarta
Cecily Lynn Betz, Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
EGC : Jakarta
http://muhammadihsan87.blogspot.com/2011/01/askep-asd-vsd.html
http://putrisayangbunda.blog.com/2010/08/29/askep-patent-ductus-arterious-
pda/

[28]

Anda mungkin juga menyukai