Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

RHD

“Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan peradangan


pada sistem cardiovasculer”

“RHD”

DISUSUN OLEH :

Nelci A. Ratuwalu

Ivo P. S. Bossa

Martino hendriQues

Ricky M Blegur

Andre Seda

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA
KUPANG

1
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan
rahmat dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk
bekerja menyelesaikan makalah kami yang berjudul “RHD” makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar
kami, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami
harapkan.

Kupang, 18 April 2022

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah salah satu komplikasi yang
membahayakan dari demam reumatik.Penyakit jantung reumatik adalah sebuah
kondisi dimana terjadi kerusakan permanen dari katup-katup jantung yang
disebabkan oleh demam reumatik. Katup-katup jantung tersebut rusak karena
proses perjalanan penyakit yang dimulai dengan infeksi tenggorokan yang
disebabkan oleh bakteri Streptococcus β hemoliticus tipe A (contoh:
Streptococcus pyogenes), bakteri yang bisa menyebabkan demam reumatik.
Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa
terjadi kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung,
perikarditis (radang selaput jantung), bahkan kematian.Dengan penyakit jantung
reumatik yang kronik, pada pasien bisa terjadi stenosis katup (gangguan katup),
pembesaran atrium (ruang jantung), aritmia (gangguan irama jantung) dan
gangguan fungsi ventrikel (ruang jantung).Penyakit jantug reumatik masih
menjadi penyebab stenosis katup mitral dan penggantian katup pada orang dewasa
di Amerika Serikat.
RHD(Rheumatic Heart Desease) terdapat diseluruh dunia. Lebih dari
100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada
kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara
dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang
memadai.Sementara dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena
tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna.
Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD
rata-rata 3,44 ℅ dari seluruh jumlah penderita yang dirawat. Secara Nasional
mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama
penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.

3
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah penyakit jantung rematik itu?
2. Bagaimana etiologi penyakit jantung rematik?
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit jantung rematik?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit jantung rematik?
5. Apa saja manifestasi klinis pada penyakit jantung rematik?
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan pada penyakit jantung
rematik?
7. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
jantung rematik?

1.3 TUJUAN PENULISAN


a. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui apa itu penyakit jantung rematik
2. Untuk mengetahu bagaimana etiologi dari jantung rematik
3. Untuk mengetahui klasifikasi jantung rematik
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi jantung rematik
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis yang timbul pada jantung rematik
6. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosa jantung rematik

b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan jantung rematik

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFENISI PENYAKIT JANTUNG REMATIK


Penyakit Jantung Rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya Rheumatic
Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-
jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh
organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 2006).
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang di tandai dengan
kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang
berulang kali. (kapita selekta, edisi 3, 2007)
Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau
kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan
satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea
minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.

2.2 ETIOLOGI PENYAKIT JANTUNG REMATIK


Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini
sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang
disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatannya tidak
tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi
akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh. Antibody yang
melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.
Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi
timbulnya RHD yaitu :
1. Faktor genetik

5
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA
terhadap demam rematik menunjukan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik
dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus.

2. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian
dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam
katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik
fever.
3.   Keadaan sosial ekonomi yang buruk
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang
buruk, rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga
pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi
tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya
perawatan kesehatan kurang.

4. Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi
saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga
meningkat.

2.3 KLASIFIKASI JANTUNG REMATIK


Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantun reumatik dapat
dibagi dalam 4 stadium menurut Ngastiyah, 1995:99 adalah:
1.    Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A. Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan,
Muntah, Diare, Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat
2.    Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten,ialah masa antara infeksi
streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini
berlangsung 1-3 minggu,kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan
berbulan-bulan kemudian.
3.    Stadium III

6
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik,
saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung
reumatik.Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan
umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu, Anoreksia, Lekas
tersinggung, Berat badan menurun, Kelihatan pucat, Epistaksis, Athralgia, Rasa
sakit disekitar sendi, Sakit perut
4.    Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik
tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa
katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan
katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan.Pada
fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik
sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.

2.4 PATOFISIOLOGI JANTUNG REMATIK


Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik biasanya didahului oleh
radang saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-
hemolitikus golongan A, sehingga bakteri termasuk dianggap sebagai penyebab
demam reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau
asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu. Baru
setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.
Hingga sekarang masih belum diketahui dengan pasti hubungan langsung
antara infeksi streptokokus dengan gejala demam reumatik akut.
Produk streptokokus yang antigenik secara difusi keluar dari sel-sel
tenggorok dan merangsang jaringan limfoid untuk membentuk zat anti. Beberapa
antigen streptokokus, khususnya Streptolisin O dapat mangadakan reaksi-antibodi
antara zat anti terhadap streptokokus dan jaringan tubuh.
Pada demam reumatik dapat terjadi keradangan berupa reaksi eksudatif
maupun proliferatif dengan manifestasi artritis, karditis, nodul subkutan eritema
marginatum dan khorea.
Kelainan pada jantung dapat berupa endokarditis, miokarditis, dan
perikarditis.

7
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Untuk menegakkan diagnose demam dapat digunakan criteria Jones yaitu:
a.    Kriteria mayor:
1.         Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah – pindah, radang sendi –
sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (Poliartitis migran).
2.         Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis)
3.         Eritema Marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak gatal.

4.         Nodul Subkutan
Terletak pada permukaan ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut,
persendian kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.
5.         Khorea Syndendham
Gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal, sebagai manifestasi peradangan
pada sistem saraf pusat.

8
b.      Kriteria minor:
1.         Mempunyai riwayat menderita demam reumatik atau penyakit jantung
reumatik
2.         Artraliga atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien
kadang – kadang sulit menggerakkan tungkainya
3.         Demam tidak lebih dari 390 C
4.         Leukositosis
5.         Peningkatan laju endap darah (LED)
6.         Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur
7.         Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1.    Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan
laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan
hemoglobin.
2.    Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3.    Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A

2.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada Penyakit Jantung Rematik yaitu:
1. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.
Kelompok Tirah baring Mobilisasi bertahap
Klinis ( minggu ) ( minggu)
- Karditis (  -  )
- Artritis    ( + ) 2 2
- Karditis     ( + )
- Kardiomegali (-) 4 4
-   Karditis (  +  )
-   Kardiomegali(+) 6 6
-   karditis ( +  )
-   Gagal jantung (+ ) >6 > 12

2. Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin


1,2 juta unit IM bila berat badan > 30 kg dan 600.000-900.000 unit bila berat
badan < 30 kg, atau penisilin 2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika alergi
penisilin, diberikan eritromisin 2x20 mg/kg BB/hari untuk 10 hari. Untuk
profilaksis diberikan penisilin benzatin tiap 3 atau 4 minggu sekali. Bila alergi

9
penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5 g/hari untuk berat badan < 30 kg atau 1 g
untuk yang lebih besar. Jangan lupa menghitung sel darah putih pada minggu-
minggu pertama, jika leukosit < 4.000 dan neutrofil < 35% sebaiknya obat
dihentikan. Diberikan sampai 5-10 tahun pertama terutama bila ada kelainan
jantung dan rekurensi.
3.    Antiinflamasi
Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan
ditambah kortikosteroid jika ada kelainan jantung. Pemberian salisilat dosis
tinggi dapat menyebabkan intoksikasi dengan gejala tinitus dan hiperpnea.
Untuk pasien dengan artralgia saja cukup diberikan analgesik.
Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau tanpa kardiomegali, salisilat
diberikan 100 mg/kg BB/hari dengan maksimal 6 g/hari, dibagi dalam 3 dosis
selama 2 minggu, kemudian dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu
kemudian.
Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali.
Obat terpilih adalah prednison dengan dosis awal 2 mg/kg BB/hari terbagi
dalam 3 dosis dan dosis maksimal 80 mg/hari. Bila gawat, diberikan
metilprednisolon IV 10-40 mg diikuti prednison oral. Sesudah 2-3 minggu
secara berkala pengobatan prednison dikurangi 5 mg setiap 2-3 hari. Secara
bersamaan, salisilat dimulai dengan 75 mg/kg BB/hari dan dilanjutkan selama
6 minggu sesudah prednison dihentikan. Tujuannya untuk menghindari efek
rebound atau infeksi streptokokus baru.

10
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Timbul pada umur 5-15 th, wanita dan pria = 1 : 1
Sering ditemukan pada lebih dari satu anggota keluarga yang terkena, lingkungan
sosial juga ikut berpengaruh.
2.  Keluhan utama: Sakit persendian dan demam.
3. Riwayat penyakit sekarang
Demam, sakit persendian, karditis, nodus noktan timbul minggu, minggu pertama,
timbul gerakan yang tiba-tiba.
4. Riwayat penyakit dahulu: Fonsilitis, faringitis, autitis media.
5. Riwayat penyakit keluarga: Ada keluarga yang menderita penyakit jantung
6. ADL
a. Aktivitas/istrahat

Gejala      :  Kelelahan, kelemahan.
Tanda       :  Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.
b. Sirkulasi

Gejala      :  Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung. Palpitasi,


jatuh pingsan.
Tanda       :  Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior, Friction rub,
murmur,  edema, petekie, hemoragi splinter.
c. Eliminasi

Gejala      :  Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine.


Tanda       :  Urine pekat gelap.
d. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala      :  Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk,


gerakan menelan, berbaring; nyeri dada/punggung/ sendi.
Tanda       :  Perilaku distraksi, mis: gelisah.
e. Pernapasan

Gejala      :  dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak


produktif).

11
Tanda       :  takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi), sputum
banyak dan berbercak darah (edema pulmonal).
f. Keamanan

Gejala      :  Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.


Tanda       :  Demam.
7.    Pemeriksaan
a.       Pemeriksaan Umum
Keadaan umum lemah
Suhu : 38 – 390
Nadi cepat dan lemah
BB: turun
TD: sistol, diastole
b.      Pemeriksaan fisik
a.        Kepala dan leher meliputi keadaan kepala, rambut, mata.
b.        Nada perkusi redup, suara nafas, ruang interiostae dari nosostae takipnos
serta takhikardi
c.       Abdomen pembesaran hati, mual, muntah.
d.        Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Astopiter
LED
Hb
Leukosit
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan hapus tenggorokan.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan adanya gangguan pada
penutupan katup mitral ( stenosiskatup )
2. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/proses inflamasi, destruksi sendi.
3. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf
simpatis
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dan kebutuhan.

12
5. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Diagnosa I Tujuan: 1.     Kaji frekuensi nadi,1.    Memonitor adanya
Penurunan curah Setelahdiberikan RR, TD secara teratur perubahan sirkulasi
jantung asuhan setiap 4 jam. jantung sedini mungkin
berhubungandengan adanya keperawatan,penurunan dan terjadinya takikardia-
gangguan pada penutupan curah jantung dapat  disritmia sebagai
katup mitral diminimalkan. kompensasi
( stenosiskatup ) Kriteria hasil: meningkatkan curah
1.    Menunjukkan tanda-2.     Kaji perubahan warna jantung
tanda vital dalam batas kulit terhadap sianosis2.    Pucat menunjukkan
yang dapat diterima dan pucat. adanya penurunan perfusi
(disritmia terkontrol atau perifer terhadap tidak
hilang). adekuatnya curah jantung.
2.    bebas gejala gagal Sianosis terjadi sebagai
jantung (mis : parameter3.     Batasi aktifitas secara akibat adanya obstruksi
hemodinamik dalam batas adekuat. aliran darah pada
normal, haluaran urine ventrikel.
adekuat). 3.    Istirahat memadai
3.    Melaporkan penurunan diperlukan untuk
episode dispnea,angina.4.     Berikan kondisi memperbaiki efisiensi
Ikut serta dalam akyivitas psikologis lingkungan kontraksi jantung dan
yang mengurangi beban yang tenang. menurunkan komsumsi
kerja jantung. O2 dan kerja berlebihan.
4.    Stres emosi menghasilkan
5.      Kolaborasi untuk vasokontriksi yang
pemberian oksigen meningkatkan TD dan
meningkatkan kerja
6.     Kolaborasi untuk jantung.
pemberian digitalis 5.    Meningkatkan sediaan
oksigen untuk fungsi
miokard dan mencegah
hipoksia.
6.    Diberikan untuk
meningkatkan
kontraktilitas miokard dan
menurunkan beban kerja
jantung.
Diagnosa II Tujuan   : nyeri1.   Kaji keluhan nyeri,1.     R/ membantu dalam
Nyeri akut/kronis dapat berkurang/hilang catat lokasi dan memetukankebutuhan dan

13
berhubungan dengan Kriteria hasil: intensitas ( skala 0- manajemen nyeri dan
distensi jaringan oleh1)   Menunjukkan nyeri 10).Catat faktor yang keefektifan program.
akumulasi cairan/proses berkurang/hilang memcepat  dan tanda
inflamasi, destruksi sendi. 2)   Terlihat rileks, dapat sakit non verbal. 2.     Pada penyakit yang berat
tidur/istirahat Biarkan pasien torah baring sangat
3)   Berpartisipasi dalam mengambil posisi diperlukan untuk
aktifitas sesuai yang nyaman. membatasi nyeri/cidera
kemampuan. berlanjut.
3.     Beri obat sebelum3.     Menigkatkan relaksasi,
aktifitas/latihan yang mengurangi ketegangan
direncanakan. otot/spasme.
4.     Gejala kardinal
4.     Observasi gejala menunjukkan keadaan
kardinal. fisik dari organ-organ
vital tubuh, juga dapat
memberikan gambaran
kondisi pasien.
Diagnosa III Tujuan : 1.     Kaji status1.     Menyediakan data dasar
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan nutrisi( perubahan untuk memantau
nutrisi ; kurang dari tindakan keperawatan BB< pengukuran perubahan dan
kebutuhan tubuh masalah antropometrik dan mengevaluasi intervensi
berhubungan dengan ketidakseimbangan  nilai HB serta protein 2.    Membantu dalam
peningkatan asam lambung nutrisi kurang dari2.     Kaji pola diet nutrisi mempertimbangkan
akibat kompensasi sistem kebutuhan dapat teratasi. klien( riwayat diet, penyusunan menu
saraf simpatis Kriteria hasil : makanan kesukaan) sehingga klien berselera
Klien mengatakan makan
mual dan anoreksia3.     Kaji faktor yang3.    Menyediakan informasi
berkuarang / hilang, berperan untuk mengenai faktor yang
masukan makanan menghambat asupan harus ditanggulangi
adekuat dan kelemahan nutrisi ( anoreksia, sehingga asupan nutrisi
hilang. BB dalam rentang mual) adekuat.
normal. 4.    Membantu mengurangi
4.     Anjurkan makan produksi asam
dengan porsi sedikit lambnung/HCl akibat
tetapi sering dan tidak faktor-faktor perangsang
makan makanan yang dari luar tubuh
merangsang
pembentukan Hcl5.    Membantu mengurangi
seperti terlalu panas, produksi HCL oleh epitel
dingin, pedas lambung
5.     Kolaborasi untuk
pemberian obat6.    Mendorong peningkatan
penetral asam selera makan.

14
lambung seperti
antasida
6.     Kolaborasi untuk
penyediaan makanan
kesukaan yang sesuai
dengan diet klien

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Implementasi dapat dilaksanakan sesuai dengan intervensi setiap diagnosa
yang diangkat dengan memperhatikan kemampuan pasien dalam mentolerir
tindakan yang akan dilakukan.

3.5 EVALUASI KEPERAWATAN


1. Tanda-tanda vital dalam batas normal.
2. Terjadi penurunan episode dispnea, angina.
3. Mulai dapat beraktivitas secara mandiri.
4. Nyeri hilang/ terkontrol, klien tampak tenang
5. Berat Badan dalam batas normal
6. Klien dapat beraktivitas secara mandiri

15
BAB IV
TINJAUAN KASUS PENYAKIT JANTUNG REMATIK

4.1 PENGKAJIAN
I.Identitas Diri Klien

1. Nama : An. W

2. Tempat/tanggal lahir : Lubuk Pakam, 23 September 2008

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Alamat : DSN I DS. BARU BATANG KUIS

5. Status perkawinan :-

6. Agama : Kristen

7. Suku : Batak

8. Pendidikan : SD

9. Tanggal masuk RS : 01 November 2016

II. Status kesehatan klien saat ini

1. Keluhan utama : Demam dan nyeri sendi ± 3 hari ini

2. Faktor pencetus : Radang tenggorokan ± 1 minggu yang lalu

3. Faktor yang memperberat keluhan: Mudah lelah saat bermain

4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : Kompres

5. Diagnosa Medik : Rheumatic Heart Desease/ Penyakit Jantung Rematik

III. Riwayat Kesehatan Klien yang lalu

1. Riwayat penyakit yang pernah dialami klien : Faringitis

2. Riwayat pengobatan :-

3. Riwayat operasi :-

4. Riwayat kecelakaan :-

16
5. Riwayat hospitalisasi :-

6. Reaksi alergi : Tidak ada riwayat alergi makanan atau obat

7. Riwayat imunisasi : Imunisasi lengkap

IV. Pola Kebiasaan Sehari-Hari (ADL)


1. Pola Nutrisi
Klien mengatakan tidak selera makan
2. Pola Eliminasi
Tidak ada perubahan eliminasi BAK dan BAB
3. Pola Aktivitas
Kelelahan, malaise
4. Pola Istirahat
Klien sulit tidur
5. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri
Klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah
6. Pola Keyakinan Nilai
Orangtua klien mengajarkan anaknya untuk banyak berdoa

V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: Klien tampak lemah
BB: 30 kg
TB: 120 cm
2. Tanda-tanda vital
Kes: Composmentis
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,8 0C
3. Kepala: Bentuk simetris, rambut hitam, kepala bersih
4. Mata: Pupil isokor, konjungtiva (-) anemis
5. Hidung: Simetris, (-)pembesaran polip ataupun sinus
6. Mulut: Mukosa bibir kering

17
7. Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8. Sis. Pernapasan: Pernapasan vesikuler,
9. Sirkulasi: Takikardi: 110x/i
10. Abdomen: (-)nyeri tekan
11. Anogenetal: tidak dikaji
12. Neurologis: Kes: Composmentis
13. Integumen: Turgor kulit baik

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1.    Pemeriksaan laboratorium
Hb : 10 gr/dl
HMT : 45%
Leukosit : 12 ribu gr/dl
Trombosit : 120.000
Eritrosit : 4,6 juta
ASTO : 400
2.    Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.
3.    Hapusan tenggorokan
Ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A

ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
.
1. DS: Toxin beredar melalui Nyeri
-Klien mengatakan sakit pada sendi aliran darah
DO:
-Klien tampak meringis kesakitan Poliartritis

Nyeri

2. DS: Orangtua klien mengatakan Aktivasi Peningkatan suhu


anaknya demam antigen/antibodi tubuh
DO:
-Klien tampak gelisah Inflamasi
-Suhu tubuh klien di atas batas
normal Impuls disampaikan
ke hipotalamus
TTV:
TD: 90/60 mmHg Peningkatan suhu
HR: 110x/i tubuh

18
RR: 26x/i
T : 37,80C

3. DS: Katup jantung Intoleransi aktifitas


-Klien mengatakan cepat lelah mengalami gangguan
DO:
-Klien tampak lemah Peningkatan tekanan
-Klien tampak berbaring ditempat vena dan arteri
tidur pulmonalis

Kelemahan fisik

Intoleransi aktifitas

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri b/d poliartritis d/d klien mengatakan nyeri pada sendi, klien tampak
meringis
2. Peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi d/d ibu klien mengatakan
anaknya demam, suhu tubuh diatas batas normal
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d klien mengatakan cepat lelah,
klien tampak lemah dan berbaring ditempat tidur.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1. Nyeri b/d poliartritis d/d Tujuan: Mandiri: 1. Pengkajian
klien mengatakan nyeri Setelah dilakukan 1. Monitor tanda dilakukan
pada sendi, klien tampak intervensi vital untuk
meringis keperawatan selama 2. Kaji skala nyeri mengetahui
3x24 jam diharapkan 3. Ajarkan teknik abnormalitas
nyeri dapat teratasi relaksasi tanda vital
Kriteria Hasil: Kolaborasi: 2. Menurunkan
- Klien tampak 1. Berikan stimulus nyeri
analgesic 3. Analgesik
tenang
sesuai advise akan
- Skala nyeri: 2-4 dokter mengurangi
rasa nyeri
2. Peningkatan suhu tubuh b/d Tujuan: Mandiri: 1.Untuk
proses inflamasi d/d ibu Setelah dilakukan -Monitor tanda vital menormalkan suhu
klien mengatakan anaknya intervensi -Beri kompres tubuh klien

19
demam, suhu tubuh diatas keperawatan selama -Anjurkan klien
batas normal 3x24 jam diharapkan minum banyak
peningkatan suhu Kolaborasi:
tubuh dapat teratasi -Beri anti piretik
Kriteria Hasil: sesuai advise dokter
1. Klien tampak
tenang
2. Suhu dalam
batas normal:
36,5-37,20C
3. Intoleransi aktivitas b/d Tujuan: -Monitor tanda vital
kelemahan fisik d/d klien Setelah dilakukan -Anjurkan ibu klien -Menghemat
mengatakan cepat lelah, intervensi bantu klien energy klien
klien tampak lemah dan keperawatan selama beraktifitas
berbaring ditempat tidur. 3x24 jam diharapkan -Berikan bantuan
masalah intoleransi sesuai kebutuhan
aktifitas dapat
teratasi
Kriteria Hasil:
1. Klien dapat
beraktifitas
secara mandiri

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


No. Diagnosa Hari/Tanggal Jam Impleentasi
1. Nyeri b/d poliartritis d/d klien Rabu, Mandiri:
mengatakan nyeri pada sendi, 02-11-2016 11.00 1. Memonitor tanda vital
klien tampak meringis TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,8 0C
11.00 2. Mengkaji skala nyeri:
6
3. Mengajarkan teknik
relaksasi: nafas dalam

2. Kolaborasi:
13.00 1. Memberikan
analgesic: ketorolac 1
amp/12 j: drip

2. Peningkatan suhu tubuh b/d Kamis, 03 Mandiri:

20
proses inflamasi d/d ibu klien November 09.00 -Memonitor tanda vital
mengatakan anaknya demam, 2016 TD: 90/60 mmHg
suhu tubuh diatas batas normal HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,8 0C
10.00 -Mengompres klien
-Memberi minum air
hangat
12.00
Kolaborasi:
-Memberi anti piretik:
Novalgin 1 amp/12 j
3. Intoleransi aktivitas b/d Kamis, 03 -Memonitor tanda vital
kelemahan fisik d/d klien November 20.00 TD: 90/60 mmHg
mengatakan cepat lelah, klien 2016 HR: 110x/i
tampak lemah dan berbaring RR: 26x/i
ditempat tidur. 20.00 T : 37,8 0C
-Menganjurkan ibu klien
bantu klien beraktifitas
-Memberikan bantuan
sesuai kebutuhan klien
07.00

V. EVALUASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
.
1. Nyeri b/d poliartritis d/d Kamis, 03 S: Kien mengatakan
klien mengatakan nyeri November nyeri sendi mulai
pada sendi, klien tampak 2016 berkurang
meringis O: - Klien tampak
tenang
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,2 0C
Skala nyeri: 3
A: Masalah nyeri
teratasi
P:Intervensi dihentikan
2. Peningkatan suhu tubuh Jumat, 04 S: Ibu klien
b/d proses inflamasi d/d November mengatakan demam
ibu klien mengatakan 2016 anaknya mulai turun
anaknya demam, suhu O: - klien tampak

21
tubuh diatas batas normal tenang
Skala nyeri: 3
TD: 90/60 mmHg
HR: 110x/i
RR: 26x/i
T : 37,2 0C
A: Masalah
peningkatan suhu
tubuh teratasi
P: Intervensi
dihentikan
3. Intoleransi aktivitas b/d Jumat, 04 S: Klien mengatakan
kelemahan fisik d/d klien November masih belum bisa
mengatakan cepat lelah, 2016 beraktifitas secara
klien tampak lemah dan mandiri
berbaring ditempat tidur. O: - Klien tampak
dibantu keluarga
dalam beraktifitas
A: Masalah intoleransi
aktivitas belum teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan

BAB V
PENUTUP

22
5.1. KESIMPULAN
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang
mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung
dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A.
Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang biasanya
timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta hemolitikus
golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan dapat
menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub.
Demam reumatik akut biasanya didahului oleh radang saluran nafas
bagian atas yang disebabkan oleh infeksi streptokokus beta-hemolitikus
golongan A, sehingga kuman termasuk dianggap sebagai penyebab demam
reumatik akut.
Infeksi tenggorokan yang terjadi bisa berat, sedang, ringan, atau
asimtomatik, diikuti fase laten (asimtomatik) selama 1 sampai 3 minggu.
Baru setelah itu timbul gejala-gejala demam reumatik akut.
Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani
secara adekuat, Maka sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit
jantung rematik. Infeksi oleh kuman Streptococcus Beta Hemolyticus group
A yang menyebabkan seseorang mengalami demam rematik dimana diawali
terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan
penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurah terarah menyebabkan
racun/toxin dari kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan
mengakibatkan peradangan katup jantung. Akibatnya daun-daun katup
mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan mengkerut
sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran.
Apabila diagnosa penyakit jantung rematik sudah ditegakkan dan masih
adanya infeksi oleh kuman Streptococcus tersebut, maka hal utama yang
terlintas dari Tim Dokter adalah pemberian antibiotika dan anti radang.
Misalnya pemberian obat antibiotika penicillin secara oral atau benzathine
penicillin G. Pada penderita yang allergi terhadap kedua obat tersebut,
alternatif lain adalah pemberian erythromycin atau golongan cephalosporin.
Sedangkan antiradang yang biasanya diberikan adalah Cortisone and
Aspirin.
Penderita dianjurkan untuk tirah baring dirumah sakit, selain itu Tim
Medis akan terpikir tentang penanganan kemungkinan terjadinya komplikasi
seperti gagal jantung, endokarditis bakteri atau trombo-emboli. Pasien akan
diberikan diet bergizi tinggi yang mengandung cukup vitamin.
Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan
mengalami demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal dengan

23
antibiotiknya. Hal ini untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua
kalinya atau bahkan menyebabkan Penyakit Jantung Rematik

5.2. SARAN
Seseorang yag terinfeksi kuman streptococcus hemoliticus dan
mengalami demam reumatik, harus diberikan terapi yang maksimal dengan
antibiotika, hal ini untuk menghindari kemungkinanserangan kedua kalinya
bahkan menyebabkan penyakit jantung reumatik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Jumiarni Ilyas,dkk (2006), Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks


Keluarga,PusatPendidikan Tenaga Kesahatan Dep. Kes RI, Jakarta

LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak (2007), Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Rumah


Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo, Surabaya

Ngastiyah  (2007), Perawatan Anak Sakit, Edisi III EGC ,Jakarta.

Brunner dan Suddarth. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Corwin, Elizabeth J. 2008. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media
Aesculapius. Jakarta.

Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit


Ed. 6 Vol 1. EGC. Jakarta.

Slamet suyono, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.3. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.

Suriadi, SKep, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada


Anak. Jakarta: Sagung Seto. Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3.
Volume II, 2001, FKUI.

25

Anda mungkin juga menyukai