Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN

PERTUSIS /BATUK REJAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3
RIKE MEIFI BONAI
MESAK RAWEYAI
KANDAWA MIGRON AIRORI
KARLIN FANI HOOR
CHAMILA TOMAMBA
HENDRIKA AMBOKARI
SONIDA WAITA

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN JAYAPURA
PRODI D-III KEPERAWATAN KEP.YAPEN
TA 2021/2022
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI PERTUSIS / BATUK REJAN

o Pertusis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan yang sangat
menular dengan ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri dari batuk yang
bersifat spasmodic dan parocsimal disertai nada yang meninggi.
( Rempengan, 1993)
o Pertusis adalah penyakit sluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella pertusis
, nama lain penyakit ini dalah tussis quirita, whooping coagh, batuk rejan .
( Mansjoer,2000)
o Pertusis adalah penyakit infeksi yang ditandai dengan radang saluran nafas
yang menimbulkan serangan batuk yang bertubi-tubi, berakhir
denganinspirasi berbising. (Ramali, 2003)
o Penyakit ini ditandai dengan demam dan perkembangan batuk semakin berat.
Batuk adalah gejala khas dari batuk rejan atau pertusis. Serangan batuk terjadi
tiba-tiba dan berlanjut terus tanpa henti hingga seluruh udara didalam paru-
paru terbuang keluar. Akibatnya saat napas berikutnya pasien pertusis telah
kekurangan udarasehingga bernapas dengan cepat , suara pernapasan berbunyi
seperti pada bayi yang baru lahir berumur kurang dari 6 bulan dan pada orang
dewasa bunyi ini sering tidak terdengar. Batuk pada pertusis biasanya sangat
parah hingga muntah-muntah dan penderita sangat kelelahan setelah seangan
batuk.

2. ETIOLOGI
o Batuk Rejan Merupakan Infeksi Saluran Pernapasa Yang
Disebabkan Oleh Bakteri Bordetella Pertusis
o Bardetella pertusis adalah satu-satunya penyebab pertusis yaitu
bakteri gram negaif ,tidak bergerak , dan ditemukan dengan
melakukan swab pada daerah nasofaring dan ditanamkan pada
media agar Bordet-Genggu. ( Arif Mansjoer, 2000)
o Pertusis menyebar dengan mudah ke orang –orang terutama
melalui tetesan yang dihasilkan oleh batuk atau bersin orang yang
terinfeksi.( WHO,2019)
Adapun ciri-ciri organisme ini antara lain :
o Berbentuk batang (cocobacilus)
o Tidak dapat bergerak
o Bersifat gram negative
o Tidak berspora, mempunyai kapsul
o Tidak sensitive terhadap tetrasiklin,ampicilin, eritomisisn, tetapi
resisten terhadap penicillin.
o Menghasilkan 2 macam toksin antara lain:
1. Toksin tidak tahan panas (Heat Labile Toxin)
2. Endotoksin (lipopolisakarida)

3. PATOFISIOLOGI
o Peradangan ini terjadi pada lapisan mukosa saluran nafas , dan bakteri
Bardetella pertusis hanya akan berkembang biak jika terdapat kongesti
dan infiltrasi yang berhubungan dengan epitel bersila dan menghasilka
toksin seperti endotoksin, perttusinogen ,toxin hest labile, dan kapsul
antifagostol, oleh limfosit dan leukosit untuk polimorfonuklir serta
debrit peradangan di lumen bronkus.
o Bardetella pertusis ditularkan melalui sekresi udara pernapasan yang
kemudian melekat pada sila epitel saluran pernapasan. Basil biasanya
bersarang pada silia epitel thorak mukosa, menimbulakn eksudasi yang
muko purulen ,lesi berupa nekrosis bagian basal dan tengah epitel
thorak, disertai infiltrate netrofil dan makrofag.
o Mekanisme pathogenesis infeksi Bordetella pertusis yaitu
perlengketan, perlawanan, pengerusakan local dan diakhiri dengan
penyakit sistemik.
o Terjadinya hyperplasia limfoid probonklas yang disusun dengan
nekrosis yang mengenai lapisan tengah bronkus:
o Menyebabkan Obstruksi bronkhiolus dan atelaktasis yang terjadi dari
penimbunan mucus
o Terjadinya bronkiektasis yag bersifat menetap

Cara penularan : penyakit ini dapat ditularkan kepada orang lain melalui
percikan-percikan ludah penderita pda saat batuk dan bersin. Dapat pula
melalui sapu tangan, handuk, dan alat-alat makan yang dicemari kuman-
kuman penyakit tersebut. Tanpa dilakukan perawatan , orang yang
menderita pertusis dapat menularkan nya kepada orang lain selama 3
minggu setelah batuk dimulai.
4. MANIFESTASI KLINIS
o Masa inkubasi 7-14 Hari , penyakit berlangsung 6-8 minggu atau lebih
dan berlangsung dalam 3stadium yaitu:

1. Stadium Kataralis
o Lamanya 1-2 minggu
o Gejala permulaannya yaitu timbulnya gejala infeksi saluran
pernapasan bagian atas yaitu timbulnya rinore dengan yang jernih .
o Kemerahan konjungtiva, lakrimasi.
o Batuk dan panas ringan
o Anokresia kongesti nasalis
o Pada tahap ini kuman paling mudah di isolasi
o Selama masa ini penyakit sulit dibedakan dengan batuk biasa
o Batuk yang timbul mula-mula malam hari, siang hari menjadi semakin
hebat, sekret pun banyak dan menjadi kental dan lengket.

2. Stadium Paroksimal
o Lamanya 2-4 minggu
o Selama stadium ini batuk menjadi hebat ditandai oleh
whoop ( batuk yang bunyinya nyaring ) sering terdengar
pada saat penderita menarik , nafas pada akhir seranagan
batuk . batuk dengan anak mulai menarik nafas dengan
cepat dan dalam. Sehingga terdengar bunyi melengking
( whoop) dan diakhiri dengan muntah.
o Batuk ini dapat berlangsung terus menerus, selama
beberapa bulan tanpa adanya infeksi aktif dan dapat
menjadi lebih berat
o Selama serangan wajah merah, mata tampak menonjol,
lidah terjulur , laksimasi, saliva dan pelebaran vena leher
o Batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosional missal
menangis dan aktifitas fisik ( makan, minum, bersin, dll.)

3. Stadium Konvaresens
o Terjadi pada minggu ke 4-6 setelah gejala awal
o Gejala yang muncul antara lain:

 Batuk berkurang
 Nafsu makan timbul kembali, muntah
berkurang
 Anak merasa lebih baik
 Pada beberapa penderita batuk terjadi
selama berbulan-bulan akibat
gangguan pada saluran pernapasan.
5. PENANGANAN
Cara terbaik untuk mecegah pertusis/batuk rejan pada bayi ,anak-anak,
remaja, ibu hamil, dan orang dewasa adalah dengan vaksinasi.Diberikan
vaksin pertusis yang terdiri dari kumn bordetella pertusis yang telah dimatikan
untuk diberijkan bersama vaksin difteri dan tetanus atau DPT.
Kontraindikasi pemberian vaksin DPT:
1. Panas lebih dari 33 ℃
2. Riwayat kejang
3. Reaksi berlebihan setelah imunisai DPT sebelumnya.

6. KOMPLIKASI
 Pada saluran pernapasan:
 Bronkopnemonia
 Bronchitis
 Atelaktasis
 Emphysema pulmonum
 Bronkhiektasis
 Pada saluran pencernaan :
 Emasiasi dikarenakan oleh muntah- muntahh berat
 Prolapsus rectum / hernia dikarenakan tingginya intra abdomen
 Ulkus pada ujung lidah karena tergosok pada gigi atau tergigit
pada saat batuk.
 StomatitisPada sisitem syaraf pusat terjadi karena kejang:
 Hiposia dan Anoksia akibat apneu yang lama
 Ensefalopat, akibat atrof, kortika yang difus
 Gangguan karena muntah

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian

1.1 data subjektif :


a. Paling banyak terdapat pada tempat yang padat penduduknya usia
yang paling rentan terkena penyakit pertusis adlah anak dibawah usia 5
tahun
b. Cara penularan yang sangat cepat
c. Imunisasi dapat mengurangi angka kejadian dan kematian yang
disebabkan oleh pertusis
d. Batuk ini disebabkan karena Bordetella Pertusis
e. Disalah satu Negara yang belum melaksanakan prosedur imunisasi
rutin , masih banyak terdapat penyakit pertusis
1.2 data objektif :
a. Anak tiba-tiba batuk keras terus-menerus
b. Batuk yang sukar berhenti
c. Muka menjadi merah
d. Batuk yang sampai keluar air mata
e. Kadang sampai muntah disertai keluarnya sedikit darah, karna batuk
yang sangat keras
f. Biasanya terjadi pada malam hari

2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d banyaknya mucus
b. Pola nafas tidak efektif b/d dispnea
c. Resiko tinggi terhadap ( pennyebaran). Factor resiko ketidak adekuatan
perthanan utama
d. Nyeri
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3. Intervensi

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d banyaknya mucus


Tujuan : status ventilasi saluran pernapasan baik, dengan cara mampu
membersihkan secet yang menghambat dan menjaga kebersihan jalan nafas.

Kriteria hasil:
a. Rata-rata pernapasan normal
b. Sputum keluar dari jendela nafas
c. Pernapasan menjadi mudah
d. Bunyi nafas normal
e. Sesak nafas tidak terjadi lagi
Intervensi :
a. Kaji frekuensi/ kedalaman pernapasan dan gerakan dada
Rasional : takipnea, pernapasan dangkal,dan gerakan dada tak simetriks
sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/ cairan
paru
b. Auskultasi area paru, cacat area penurunan/tak ada alra udara dan bunyi
napas atventisius misalnya krekes, mengi.
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsulidasi dengan
cairan. Bunyi napas bronchial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi
padaarea konsuldodasi. Krekes, ronki, dan mengi,terdengar pada inspirasi
dan /ekspirasi pada respon terhadap pengumoulan cairan ,secret.
c. Bantu pasien latihan napas sering. Tunjukan /bantu pasien melkukan
batuk, misalnya menekan dada dan batuk efektif.
Rasional : napas dalam memudahkan ekspansi maksimun paru-paru/ jalan
napas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan napas
alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas pasien.
Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada pada posisi duduk
memungkinkan upaya napas lebih dalam dan kuat.
d. Pengisapan sesuai indikasi
Rasional : merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara
mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena
e. Berikan cairan sedikitnya 2500ml/hari (kecuali kontraindikasi). Tawarkan
air hangat dari pada dingin.
Rasional : cairan (khususnya yang sangat hangat) memobilitasi dan
mengeluarkan secret.

Anda mungkin juga menyukai