JOURNAL READING
ORAL MEDICINE
Manifestasi Oral pada Sifilis Sekunder
Disusun oleh:
Dewi Amalia 160112180020
Dibimbing oleh:
drg. Wahyu Hidayat., Sp PM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2
2.1 Definisi Sifilis..............................................................................................2
2.2 Epidemiologi Sifilis.....................................................................................2
2.3 Klasifikasi Sifilis..........................................................................................3
2.4 Etiologi Sifilis..............................................................................................6
2.5 Gejala Klinis.................................................................................................6
2.6 Pemeriksaan Sifilis.......................................................................................9
2.7 Tata Laksana Sifilis....................................................................................11
2.8 Diagnosa Banding......................................................................................14
2.9 Patofisiologi Sifilis.....................................................................................17
2.10 Lesi Ulserasi...............................................................................................18
2.11 Stadium Sifilis............................................................................................20
2.12 Tahap Inkubasi Sifilis................................................................................21
2.13 Dental Manajemen Sifilis...........................................................................22
BAB III MANIFESTASI ORAL PADA SIFILIS SEKUNDER 23
3.1 Abstrak.......................................................................................................23
3.2 Pendahuluan...............................................................................................24
3.3 Bahan dan Metode......................................................................................26
3.4 Hasil...........................................................................................................26
3.5 Diskusi........................................................................................................29
3.6 Kesimpulan................................................................................................34
BAB IV KESIMPULAN 35
DAFTAR PUSTAKA 36
i
BAB I
PENDAHULUAN
sebelumnya yang telah menurun secara dramatis setelah Perang Dunia Kedua
tidak memiliki reservoir hewan selain manusia dan biasanya dapat didiagnosis
dengan tes sederhana yang murah dan dapat disembuhkan, namun nyatanya
insidensi sifilis masih tinggi secara global terutama pada kelompok sosioekonomi
yang rendah. Sifilis dikenal sebagai "peniru ulung" karena manifestasinya dapat
hadir dalam berbagai cara dan sering menyerupai penyakit lain. Semua organ dan
sistem juga dapat terlibat dalam tahapan klinisnya. Sifilis juga dapat menimbulkan
oralnya penting untuk keperluan diagnosis dan perawatan yang memadai (Keçici,
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kontak seksual dengan lesi infeksi, dari ibu ke janin dalam rahim, melalui
transfusi produk darah, atau melalui luka pada kulit yang bersentuhan dengan lesi
dari penyakit ini dapat meniru banyak infeksi lain ataupun penyakit sistem
kekebalan tubuh; dengan demikian, sulit untuk membuat diagnosis dini pada
Menurut perkiraan terkini oleh WHO, sekitar 17,7 juta orang yang berusia
15-49 tahun secara global menderita sifilis pada 2012. Perkiraan prevalensi dan
baratdengan lebih dari 60% kasus baru terjadi di Negara dengan status
sifilis primer dan sekunder yang dilaporkan meningkat secara signifikan dari 8724
2
3
disebabkan oleh peningkatan kasus di antara pria yang berhubungan seks dengan
pria. Meningkatnya insidensi sifilis dalam populasi ini juga disebabkan oleh
meningkatnya tingkat perilaku seksual berisiko, seks tanpa kondom (oral dan
anal), hubungan seks dengan banyak pasangan, atau hubungan seks di bawah
konkomitan karena memiliki cara penularan yang serupa, dan infeksi salah
dengan sifilis primer dan sekunder juga terinfeksi HIV, dibandingkan dengan 10%
pada populasi laki-laki yang berhubungan seks dengan perempuan dan 3,9%
perempuan(Keçici, 2017).
utama, dengan satu juta kehamilan per tahun di seluruh dunia yang terdampak.
Insidensi sifilis kongenital mencerminkan tingkat sifilis pada wanita usia subur
yang tidak menerima perawatan prenatal atau pengobatan sifilis sebelum atau
selama kehamilan. Di Amerika Serikat, tingkat sifilis kongenital di antara bayi <1
tahun berfluktuasi antara 8 dan 12 kasus per 100.000 kelahiran hidup antara 2005
waktu yang berlalu setelah paparan. Sifilis kongenital ditularkan dari ibu ke bayi
yang biasanya dimulai sebagai papula tanpa rasa sakit dan berlanjut ke ulkus bulat
atau oval dengan margin terangkat dan indurated. Masa inkubasi rata-rata sebelum
kemunculan chancre adalah 21 hari. Chancres yang tidak diobati sembuh dalam 3-
6 minggu dengan bantuan respon imun lokal. Lesi biasanya terjadi pada genitalia,
mewakili infeksi lokal awal, selanjutnya jika tidak terdapat perawatan sifilis
2017).
dan limfatik dalam 3-10 minggu, diamati pada sekitar 25% individu dengan
infeksi primer yang tidak diobati. Hal ini ditandai dengan manifestasi mukokutan
Setelah periode 3-12 minggu, sifilis sekunder yang tidak diobati biasanya
akan sembuh secara spontan dan diikuti oleh keadaan asimptomatik yang disebut
sifilis laten. Sekitar 90% kekambuhan akan terjadi dalam tahun pertama dan
5
menjadi tahap laten awal. Setelah 1 tahun, pasien memasuki tahap laten akhir dan
laten akhir tidak dianggap menular ke kontak seksualnya karena mereka tidak
memiliki lesi yang dapat menularkan penyakit. Sebaliknya, pasien dengan sifilis
Sekitar 25-40% pasien dengan sifilis yang tidak diobati dapat mengalami
tahapan lanjut penyakit, dan gejala dapat muncul kapan saja dari 1 hingga 30
tahun setelah infeksi primer. Sifilis tersier memiliki berbagai manifestasi yang
kulit, tulang, SSP, jantung, dan pembuluh darah utama bersifat patognomonik.
Setengah dari pasien dengan sifilis tersier mungkin hanya mengalami lesi gusi,
hamil ke janinnya. Infeksi dapat menyebabkan bayi lahir mati, prematur, atau
spektrum luas manifestasi klinis, dan hanya kasus yang parah yang tampak secara
klinis saat lahir. Jika seorang anak memiliki tanda-tanda fisik, laboratorium, atau
radiografi sifilis kongenital dan lahir dari seorang ibu dengan sifilis yang tidak
diobati secara optimal, kondisi ini didefinisikan sebagai sifilis kongenital. Sifilis
6
aliran darah ibu atau, kadang-kadang, melalui kontak langsung dengan lesi infeksi
transmisi seksual HIV karena banyak jalur untuk partikel virus dan infeksi HIV
2004).
Lesi awal disebut sebagai chancre, muncul satu hingga dua minggu
inkubasi dapat bertahan hingga 40 hari.Lesi biasanya erosif atau ulserasi, tunggal,
tidak nyeri, dengan infiltrasi ke dasar sering terjadi di daerah genital dan
oral sifilis primer.Pada daerah oral, lesi mungkin bervariasi pada tampilan klinis.
Sebuah ulserasi mengeras pada dorsum lidah, disertai dengan hiperplastik papilla
perdarahan petechial dengan atau adanya chrance dapat terjadi pada palatum
7
transudat berwarna kuning diserta limfadenopati regional yang tidak lunak harus
dengan bintik-bintik bulat dan oval tanpa substansi yang disebut roseolar
tangan dan telapak kaki, bercak pada mukosa, mikrosfadenopati umum, dan lesi
ini menghilan bahkan tanpa pengobatan karena munculnya antibodi yang relatif
dan multiple dapat disertai dengan kemunuculuan lesi di kulit seiring dengan
demam, migraine, sakit tenggorokan. Lesi oral terdiri dari dua jenis dasar:
kemunculan macula dan papula atau bercak mukosa, yang terakhir adalah yang
paling umum.Lesi cenderung oval atau tidak beraturan, erosi sedikit meningkat
yang putih keabu-abuan atau silver. Pada distal dan lateral lidah lesi cenderung
Sifilis tersier terjadi setelah satu tahun berevolusi pada pasien yang tidak
lesi pada fase ini, gumma (pertumbuhan jaringan lunak) dapat menunjukkan
terlihat setelah variabel laten dan lebih sering terjadi pada kulit, kardiovaskuler,
Secara intraoral, gumma terlihat pada palatum keras, sebagai lesi kronik,
septum nasal.Lidah tampak atrofi, pecag-pecah atau berlobus dan plak leukoplakia
biasanya terdapat di bagian dorsal. Follow up setiap 3-6 bulan dan biopsi
malignant pada lesi. Hal ini perlu diketahui karena sifilis tersier bukan infeksi
celah hidung. Manifestasi sifilis kongenital akhir diakui oleh trias Hutchinson: (1)
keratitis interstitial kornea, (2) ketulian saraf delapan, (3) kelainan gigi. Kelainan
atrofi lidah, palatal cleft dan rhagades perioral (celah) (Soares, et al., 2004).
pengambilan finger prick digunakan secara klinis. Namun tes ini tidak dapat
digunakan untuk membedakan sifilis yang harus diobati atau tidak diobati
(Sukthankar, 2014)
laboratorium dan swab dari ulser atau lesi erosi yang moist dapat diuji
(Sukthankar, 2014).
10
2.6.3 Serologi
karena tes negatif yang salah merupakan sebuah masalah. Tes IgM
setelah dua minggu setelah infeksi, diikuti cepat dengan tes reaginic dan
tetapi tes EIA dan TPPA/TPHA tetap positif selama sisa hidup pasien.
Titer VDRL atau RPR meningkat dengan cepat pada infeksi awal menjadi
lebih dari 1 pada 16, namun titer secara bertahap turun setelah dua tahun
pengobatan dan penurunan titer yang cepat empat kali lipat menunjukkan
11
(Sukthankar, 2014).
microscope.Eksudat dari ulser genital (tapi bukan dari ulser dalam kavitas
oral), lesi condylomata lata atau aspirasi dari kelenjar getah bening dapat
(Sukthankar, 2014).
setelah chancre muncul. Kulit paling sering terkena. Pasien dapat datang dengan
lesi pustular makula, makulopapular, atau bahkan rata-rata, dimulai pada trunkus
permukaan kulit, termasuk telapak tangan dan telapak kaki. Kondiloma latum juga
dikaitkan dengan sifilis sekunder. Terlibat terutama pada area yang hangat dan
lembab seperti theperineum dan kulit perianal, plak yang lembut dan berwarna ini
tidak menimbulkan rasa sakit tetapi sangat infeksius.(Brown and Frank 2003)
Organ dan sistem lain yang dapat terkena sifilis sekunder meliputi sistem
untuk sifilis primer. Tindak lanjut sama dengan yang dilakukan pada sifilis primer
yaitu Penicillin G benzathine, 2.4 million units IM satu kali seminggu untuk tiga
ceftriaxone
(Rocephin), 1 g
once daily IM or
IV for 8 to 10
days; or
azithromycin
(Zithromax), 2 g
orally (single
dose)
million units IM
once weekly for
3 weeks
Alternatives in
nonpregnant
patients with
penicillin
allergy:
doxycycline,
100 mg orally
twice daily for 4
weeks; or
tetracycline, 500
mg orally for
times daily for 4
weeks
a. HIV
15
kelelahan, dan mialgia. AIDS secara klasik hadir dengan penurunan berat
badan, keringat malam, kelelahan, diare, luka mukosa, batuk, dan defisit
b. Pityriasis rosea
Temuan: ruam merah muda dan berbentuk oval bersisik diikuti oleh
kelompok ruam yang lebih kecil dan lebih banyak jumlahnya. Dapat
c. Viral exanthem
konstitusional.
d. Scarlet fever
e. Insect bite
f. Mononucleosis
h. Rickettsialpox
penyakit seperti flu termasuk demam, menggigil, lemas dan nyeri otot,
tetapi gejala yang paling khas adalah ruam yang pecah, merentang ke
i. Kawasaki disease
ruam kulit pada penyakit awal, dengan mengelupas kulit tangan, kaki, dan
area genital.
j. Yaws
Infeksi tropis pada kulit, tulang, dan persendian yang disebabkan oleh
k. Stevens-Johnson syndrome
Umumnya timbul borok dan lesi lain di selaput lendir, hampir selalu di
Treponema adalah organisme yang sangat kecil yang tidak terlihat pada
mikroskop cahaya. Dengan demikian, itu diidentifikasi oleh gerakan spiral yang
berbeda pada mikroskop darkfield. Di luar tubuh, ia tidak bertahan lama (Tudor,
2019).
beberapa chancres non-genital, seperti digit, puting, amandel, mukosa mulut. Lesi
ini dapat terjadi di tempat kontak langsung dengan lesi yang terinfeksi dan disertai
oleh limfadenopati yang lunak atau tidak lunak. Bahkan tanpa pengobatan, lesi
primer ini akan hilang tanpa jaringan parut. Jika tidak diobati, sifilis primer dapat
berkembang menjadi sifilis sekunder, yang memiliki banyak temuan klinis dan
histopatologis(Tudor, 2019).
lesi tangan dan kaki, ruam makula, limfadenopati difus, sakit kepala, mialgia,
Kedua lesi primer dan sekunder sembuh tanpa pengobatan, dan pasien
memasuki fase awal atau laten di mana tidak ada manifestasi klinis. Infeksi hanya
dapat dideteksi pada tahap ini dengan tes serologis. Beberapa pasien dalam tahap
ini akan berkembang ke tahap tersier yang ditandai oleh sifilis kardiovaskular,
Lesi ulserasi oral adalah salah satu keluhan yang paling sering terjadi pada
mukosa mulut. Lesi ulserasi pada mukosa oral sering disebabkan karena trauma
fisik. Penyebab yang paling umum dari lesi-lesi ini adalah faktor mekanis,
penyakit menular, neoplasma, serta penyakit autoimun dan hematologi. Ciri klinis
utama dari semua kondisi ini adalah adanya ulser yang didefinisikan sebagai
hilangnya semua lapisan epitel, dan adanya erosi yang didefinisikan hilangnya
permukaan epitel.
memiliki tampilan berwarna merah karena ada sedikit kerusakan pada dasar
lamina propria. Jika kerusakan sampai ketebalan penuh dari epitel, secara khusus
kerusakan tersebut akan tertutup oleh eksudat fibrinous dan kemudian akan
Istilah ulser digunakan pada kerusakan yang terjadi pada epitel dan lamina
propria. Ulser memiliki bentuk seperti kawah, adakalanya secara klinis dibuat
lebih jelas oleh adanya edema atau proliferasi yang menyebabkan pembengkakan
jaringan di sekitarnya. Halo inflamasi, jika ada, juga menandakan kalau itu ulser,
Ulser Aftosa Rekuren memiliki tiga variasi gambaran klinis yaitu minor,
mayor dan herpetiform ulser. Aftosa minor adalah bentuk yang paling umum,
ukuranya kecil dengan diameter 3-6 mm, sakit, ditutupi oleh membran putih
kekuningan dan dikelilingi oleh lingkaran merah tipis. Lesi mungkin tunggal atau
ganda (dua sampai enam), dan dapat sembuh tanpa bekas luka pada 7-12 hari.
Aftosa mayor ditandai dengan adanya ulser yang dalam dan sakit, diameter 1-2
cm, yang bertahan selama 3-6 minggu dan dapat menyebabkan bekas luka. Jumlah
lesi bervariasi dari satu sampai lima. Aftosa herpetiform ditandai dengan ukuran
yang kecil, sakit, ulser dangkal, diameter 1-2 mm, dengan kecenderungan untuk
Lesi klasik dari sifilis primer disebut dengan chancre, ulkus yang keras
dengan dasar yang bersih, tunggal, tidak nyeri, merah dan berbatas tegas. Chancre
dapat ditemukan dimana saja tetapi paling sering di penis, serviks, dinding vagina,
rektum dan anus. Dasar chancre banyak mengandung kuman treponema yang
dapat dilihat dengan mikroskop lapangan gelap atau imunofluresen pada sediaan
1. Stadium pertama : Stadium ini ditandai gejala awal luka yang kemerahan
dan basah di daerah genital, poros usus atau mulut. Luka ini disebut
sangat menular.
2. Stadium kedua, jika sifilis stadium pertama tidak diobati, biasanya para
Masa inkubasi sifilis umumnya terdiri dari tiga tahapan. Hal tersebut
seperti dikemukakan Dayan dan Ooi (2005) terdapat tiga tahap masa inkubasi
a. Tahap I
Antara 9-90 hari setelah terinfeksi. Timbul luka kecil, bundar dan tidak sakit
chancre tepatnya pada kulit yang terpapar atau kontak langsung dengan
dan sekitar genetalia, anus bahkan mulut. Pada kasus yang tidak diobati
b. Tahap II
Antara 1-2 bulan kemudian, muncul gejala lain: sakit tenggorokan, sakit pada
bagian dalam mulut, nyeri otot, demam, lesu, rambut rontok dan terdapat
c. Tahap III
Dikenal sebagai tahap akhir sifilis. Pada fase ini chancre telah menimbulkan
kerusakan fatal dalam tubuh penderita. Dalam stase ini akan muncul gejala:
kebutaan, tuli, borok pada kulit, penyakit jantung, kerusakan hati, lumpuh dan
gila.
22
Sementara menurut Eccleston, et. al. (2007) sifilis dibedakan menjadi tahap
primer, tahap sekunder, dan tahap tersier. Tahap primer merupakan tahap yang
paling infeksius.
3.1 Abstrak
secara sorologis dan klinis diperiksa, diagnosis melalui manifestasi lesi oral
histopatologis.Hasil: Lesi ditemukan di area umum seperti bibir, lidah dan kulit.
Namun, ada juga lesi pada palatum keras, dan commissure labial, yang
Pengetahuan tentang manifestasi oral sifilis dalam semua periodenya penting bagi
23
24
3.2 Pendahuluan
Treponema pallidum.Diperkirakan ada lebih dari 12 juta kasus per tahun di dunia,
dimana 900 ribu berada di Brasil. Masa inkubasi sifilis biasanya 21 hingga 30 hari
setelah kontak, meskipun dapat bervariasi dari 10 hingga 90 hari, tergantung pada
secara seksual, tetapi juga bisa terjadi melalui jalur hematologi atau vertikal.
penyakit.Dalam banyak kasus, manifestasi oral merupakan salah satu dari gejala awal
penyakit yang dapat membimbing diagnosis dini yang benar dan sangat penting untuk
perawatan kondisi ini. Gambaran klinis sifilis sangat beragam, seperti dalam kasus
infeksi primer awal yang ditandai oleh cancrum dan lesi mukokutan sekunder dengan
infeksi akhir terdapat berbagai tanda dan gejala, seperti pada pembuluh darah, dan
sistem tegumentary, dan pada mulut, lesi yang menjadi karakteristik adalah gusi
Pasien yang terkena sifilis dapat menunjukkan adenopati bilateral non-inflamasi yang
tidak nyeri pada nodus limfa submandibular dan servikal.Bibir mewakili area
keterlibatan yang paling umum, diikuti oleh lidah dan tonsil. Karakteristik penting
lesi sifilis pada rongga mulut adalah tidak adanya gejala yang menyakitkan; karena
itu, kondisi ini harus dibedakan dari sel skuamosa karsinomayang menjadi
inflamasi tahap sekunder. Pasien yang terkena sifilis dapat menunjukkan adenopati
25
bilateral non-inflamasi yang tidak nyeri pada nodus limfa submandibular dan
servikal.Bibir mewakili area keterlibatan yang paling umum, diikuti oleh lidah dan
tonsil.Karakteristik penting lesi sifilis pada rongga mulut adalah tidak adanya gejala
yang menyakitkan; karena itu, kondisi ini harus dibedakan dari sel skuamosa
karsinoma, suatu neoplasma ganas yang umum dijumpai wilayah anatomi ini.
Tahapan Sifilis sekunder biasa terdpat sakit kepala, mudah keluar air mata, sekresi
hidung, faringitis, artralgia geralisata dan mialgia.Penyakit pada tahap ini, ditandai
oleh keterlibatan sistemik dan lesi makulopapular difus yang tidak nyeri yang disebut
rosette sifilis.Terkadang selain lesi kulit, kondisi sistemik ini dapat dikaitkan dengan
Secara klinis di rongga mulut, manifestasi oral chancre berupa ulcer non-
spesifik yang dapat sembuh sendiri dan sebagian besar ada pada lidah, bibir, dan
manifestasi klinis penyakit lebih heterogen dan tidak spesifik.Makula oval keputihan
atau kemerahan ditutupi oleh pseudomembran fibrinous atau erupsi papular dapat
diamati pada membran mukosa, yang berhubungan atau tidak dengan lesi
berupa nodular, lesi keras atau plak mukosa yang terangkat, yang mungkin terkikis
atau mengalami ulserasi pada permukaannya. Sifilis oral dapat berkembang dan
glositis sifilis. Tujuan dari penelitian ini adalah melaporkan empat kasus klinis sifilis
direkrut dari Layanan Oral Medicine State University of Montes Claros, Negara
Bagian Minas Gerais, Brasil.Dalam semua kasus, sifilis ditentukan berdasarkan lesi
oral, histopatologis dan uji serologis.Kriteria inklusi adalah pasien dengan tes
serologis sifilis positif yang menunjukkan manifestasi oral karena seks oral dengan
hasil tes HIV negatif.Jenis kelamin pasien tidak digunakan sebagai faktor inklusi atau
manifestasi oral sifilis dilakukan. Literatur review dan laporan kasus tentang
diagnosis sifilis yang ditunjukkan melalui lesi oral digunakan untuk membandingkan
data dengan temuan klinis pada pasien yang dianalisis dalam penelitian ini.
Semua pasien yang termasuk dalam penelitian ini dilakukan evaluasi klinis,
yang meliputi pemeriksaan secara umum dan oral.Penelitian ini mendapat persetujuan
yang ditandatangani diperoleh dari semua peserta atau wali sah mereka.
3.4 Hasil
dianalisis. Gejala umum dan gejala terisolasi ditemukan di antara mereka (Tabel 1).
Pasien diklasifikasikan sebagai 1 hingga 4 untuk pemahaman yang lebih baik dalam
27
penelitian ini. Pasien 1 dan 2 mengalami lesi bilateral pada lidah dan bibir bawah
(Gbr. 1). Pasien 3 dan 4, selain lesi oral pada bibir dan komisura labial, memiliki lesi
yang menghitam pada kulit dan telapak tangan (Gbr. 2).Pasien 2, melaporkan telah
untuk menyembuhkan lesi. Pasien 4 melaporkan lesi pada komisura bibir tanpa
remisi. Pada tes laboratorium pertama dan biopsi insisi, hasilnya tidak meyakinkan,
hanya memperjelas kasus ini. Setelah biopsi insisi, reaksi peradangan akut terjadi di
lokasi lesi, menyebabkan edema dan nyeri, suatu kondisi yang tidak ditemukan
sebelum prosedur pembedahan dilakukan. Ini membuat pasien merasa lebih tidak
nyaman dengan cidera. Setelah lima belas hari, ujian diulangi, mengkonfirmasikan
diagnosis klinis sifilis sekunder. Untuk semua pasien, tes laboratorium khusus untuk
sifilis seperti VDRL dan FTA ABS diminta, mengkonfirmasi positif untuk
sifilis.Semua pasien dalam penelitian ini memiliki hasil tes HIV negatif. Semua
pasien dimasukkan ke biopsi insisi pada lidah, komisura labial atau bibir, bervariasi
sesuai dengan lokasi lesi setiap pasien, dari mana pemeriksaan histopatologis
endarteritis, dan menunjukkan pola perivaskular (Gambar 3). Jadi, dalam 4 kasus
Gambar 3.1 (Tampilan klinis sifilis sekunder). Pola yang berbeda dari tampilan klinis sifilis
sekunder. (A) Lesi putih keabu-abuan pada batas lateral lidah kanan. (B) Ulkus sirkular dan berbatas
tegas pada mukosa labial bawah asimptomatik (C) Lesi ulserasi dengan batas fibrinosa pada
komisurabibir. (D)Mukus yang hadir di lidah (kiri) menyebabkan peningkatan volumedan remodeling
pada relief superficial lidah
3.5Diskusi
satunya host yang dikenal dan tidak bisa bertahan hidup tanpa host, dikarenakan
ditularkan secara horizontal melalui kontak seksual dan secara vertikal dari ibu ke
penghalang plasenta. Penularan sifilis dengan cara lain selain seksual kontak telah
genital area adalah situs manifestasi yang paling umum, daerah luar genital dikutip
dapat menjadi awal mula munculnya cancrum, seperti rongga mulut, jari, hidung,
kemerahan oval atau erupsi makulopapular (roset sifilis). Dalam beberapa situasi,
kedua, disajikan dalam penelitian ini. Lesi inijarang dilaporkan. Pasien yang diamati
30
terjadi. Kehadiran dariplak mukosa, ulserasi pada komisura labial dan palatum keras
dan sembuh secara spontan dalam 2 sampai 10 minggu, hanya30 hingga 40% pasien
didiagnosis saat ini. Kasus-kasus yang disajikan dalam penelitian ini melalui infeksi
dengan benar.
Lesi dapat dimulai sebagai papula yang dapat berkembang menjadi keras,
tidak sakit, tidak bernanah, ulkus berdasar bersih seperti yang disebutkandalam
kasus-kasus yang disajikan dalam penelitian ini. Ukuran darilesi bervariasi dan
gingiva, palatum lunak dan bibir; dalam kasus yang disajikan, selain daerah-daerah
ini, terdapatlesi pada komisura labial dan palatum durum, dalam penelitian ini, lesi
Gambar 3.2.Aspek klinis oral dan kulit sifilis sekunder (A) makula kemerahanhadir di telapak tangan
dan lengan. (B) Lesi eritematosa hadir pada palatum durum. (C) Plak mukosa yang luas hadir dengan
daerah eritematosa di komisura labial dan mukosa oral. (D) Lesi yang mengalami ulserasi terdapat
pada commissure labial.
.
Gambar 3.3.Aspek histopatologis sifilis oral. (A) Pemeriksaan histopatologis mengungkapkan
hiperplasia epitel.(B) Infiltrat inflamasi kronis yang padat dan difus, terutama terdiri dari limfosit dan
sel plasma, dilamina propria. (C) Infiltrat inflamasi meluas ke area yang lebih dalam dari lamina
propria dan menunjukkan polaperivaskular
Plak mukus adalah manifestasi klinis paling umum pada tahap ini dan
khususnya terletak pada bibir, lidah, mukosa bukal, dan palatum. Pada tahap ini,
umumnya tampilan bintik-biktik atau plak mukus sedikit meningkat dan ditutupi oleh
pseudomembran putih atau keabu-abuan. Lesi ini dapat juga disertai area eritematus.
32
Lesi ulserasi dengan irreguler dan batas putih juga tampak. Makula merah atau daerah
erosi pada mukosa, nodular, dan lesi makulapapular juga diperlihatkan. Dalam
laporan kasus pada penelitian ini, tampilan dari plak mukus ditemukan di rongga
mulut, disertai dengan sakit kepala berkelanjutan dan myalgia. Dilihat dari tampilan
manifestasi oral, dapat didiagnosa sebagai secondary syphilis. Tampilan klinis dari
secondary syphilis oral luas dan bervariasi, dengan beberapa traumatik dan lesi
Pasien 1 dan 2 memperlihatkan lesi pada lidah dan bibir, yang biasanya
dijelaskan pada literatur. Kasus pasien 3 dan 4 memiliki beberapa lesi yang
berhubungan dengan kulit, seluruh badan, dan pada telapak tangan (makula pink atau
merak simetris, ke bentuk papula dan pustula). Pada kasus keempat, tes laboratorium
mulanya tidak meyakinkan, tetapi ulserasi pada komisura labial masih diperlihatkan,
mengkonfirmasi positif sifilis, yang sudah secara klinis, jelas. Situs presentasi lesi
oral ketika dibandingkan dengan data di literatur jarang ditemukan. Karena lesi di
bibir bawah dan lidah biasanya diamati, dan pada pasien 3 dan 4 kami
pada situs insidensi dari lesi sifilis oral kami melihat kalau situs umumnya pada bibir,
lidah, dan tonsil dan ketika dibandingkan ke sites pada penelitian ini, kami
33
mengamati sites langka yang terpengaruh, termasuk palatum keras dan komusira
labial.
karena spektrum luas dari tampilan klinis. Karakteristik dari penyakit mungkin
meniru kondisi lain dan disebabkan oleh peningkatan insidensi di beberapa bagian di
dunia, itu dapat dipertimbangkan pada diagnosa banding dari lesi oral.
manifestasi oral dari oral sifilis disebabkan oleh mengingkatnya praktek seks oral.
Namun, tinjauan literatur memperlihatkan bahwa jumlah laporan kasus dan kutipan
dalam literatur tentang terjadinya lesi oral tampaknya tidak mengikuti “wabah” yang
baru-baru ini dilaporkan. Berdasarkan Eyer-Silva et al. 2017 kejadian lesi oral pada
antara sifilis dan praktek seks oral, kita tau bahwa praktek dapat menularkan
Treponema pallidum, melewati kedua seks oral, melewati ciuman di mulut dan
penggunaan sikat gigi yang bebarengan. Dalam penelitian ini memiliki 100%
frekuensi munculnya lesi sifilis dalam mulut, setelah praktek seks oral.
lesi. Sedangkan perubahan seringnya tidak spesifik, temuan sel endotelial mengalami
dalam penelitian ini diamati epitelium hiperplasia, infiltrasi padat dan difus inflamasi
kronis, terdiri terutama oleh limfosit dan sel plasma, di lamina propria dan infiltrat
inflamasi yang meluas ke area yang lebih dalam dari lamina propria menunjukkan
pola perivaskular. Dalam pasien ini, VDRL dan FTA-ABS dipilih menilik dari biaya
mengesampingkan secara objektif penyakit lain. Perawatan sifilis terdiri dari terapi
3.6 Kesimpulan
Praktek seks oral yang tak terlindung dapat menyebabkan infeksi dan
perkembangan sifilis. pembenaran manifestasi oral dari penyakit ini oleh ahli
dari tampilan klinis, temuan histopatologi, dan tes serologi dibutuhkan untuk
melengkapi diagnosis dari sifilis. Lesi ulserasi pada bibir adalah manifestasi oral
paling umum pada pasien dengan sifilis, palatum keras dan komisura labial daerah
jarang terpengaruh.
BAB IV
KESIMPULAN
yaitu sifilis. Sifilis dapat ditularkan secara vertikal dari ibu ke janin, melalui transfusi
darah, alat kesehatan yang terkontaminasi dan lainnya. Sifilis memiliki tiga stadium
yaitu stadium primer, sekunder dan tersier. Diantara ketiga stadium tersebut terdapat
stadium laten dimana tidak menimbulkan gejala klinis namun pada pemeriksaan
yang digunakan adalah antibiotik golongan penisilin, namun pada pasien dengan
35
DAFTAR PUSTAKA
Creta, E.K; Maria, C.M. 2016. Secondary syphilis in the oral cavity and the role of
the dental surgeon in STD prevention, diagnosis and treatment: a case series
study. The brazilian journal of infectious disease 20(4):393-398.
Dayan, L; Ooi, C. 2005. Syphilis treatment: old and new. Expert opinion on
pharmacotherapy 6 (13): 2271–80.
Kang, Jin Han. 2015. “Febrile Illness with Skin Rashes.” Infection and
Chemotherapy 47 (3): 155–66. https://doi.org/10.3947/ic.2015.47.3.155.
Mullooly, C; Higgins, SP. 2010. Secondary syphilis: the classical triad of skin rash,
mucosal ulceration and lymphadenopathy. International journal of STD &
AIDS 21 (8): 537–45.
Soares, A.B., H.F.S. Gonzaga, M.A. Jorge, and S.R.C.S. Barraviera. 2004. “Oral
Manifestations of Syphilis: A Review.” J. Venom. Anim. Toxins Incl. Trop. Dis.
10 (1): 2–9.
Sukthankar, Ashish. 2014. “Syphilis.” Medicine 42 (7): 394–98.
https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2014.04.002.
Tudor ME, Al Aboud AM, Gossman WG. Syphilis. [Updated 2019 Oct 29]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534780/
36