Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KELOMPOK AUDITING II

RINGKASAN

TUJUAN AUDIT (AUDIT OBJECTIVES)

&

AUDIT PROSEDUR

DOSEN MATA KULIAH


Fauziah Kumalasari SE, M.Ak

DISUSUN OLEH:
Mei Linhua Tambunan (190503053)

Umratul Aini (190503070)

Joeya Yohana Monthdes (190503075)

Robet Luis Sitepu (190503078)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
TUJUAN AUDIT (AUDIT OBJECTIVES) & AUDIT PROSEDUR

a. Pemeriksaan Aset Tak Berwujud


 Tujuan Audit
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas aset tak
berwujud.
2. Untuk memeriksa apakah perolehan, penambahan, dan penghapusan aset tak berwujud
didukung oleh bukti-bukti yang sah dan lengkap serta diotorisasi oleh pejabat perusahaan
yang berwenang.
3. Untuk memeriksa apakah aset tak berwujud yang dimiliki perusahaan masih mempunyai
kegunaan di masa yang akan datang (manfaatnya lebih dari satu tahun).
4. Untuk memeriksa apakah amortisasi aset tak berwujud dilakukan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.
5. Untuk memeriksa apakah hasil/pendapatan yang diperoleh dari aset tak berwujud sudah
dicatat dan diterima oleh perusahaan.
6. Untuk memeriksa apakah penyajian aset tak berwujud dalam laporan keuangan sudah
dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan ETAP/PSAK/IFRS.

 Audit Prosedur
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tak berwujud.
2. Minta perincian aset tak berwujud per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) yang
antara lain menunjukkan:
a. saldo awal, penambahan, amortisasi dan penghapusan serta saldo akhir
3. Cocokkan saldo awal dan saido akhir ke buku besar, lalu check footing dan cross footing
4. Periksa penambahan aset tak berwujud:
a. apakah diotorisasi pejabat entitas yang berwenang.
b. periksa notulen rapat direksi/pemegang saham, untuk mengetahui apakah otorisasi
tersebut diberikan melalui rapat tersebut.
c. periksa keabsahan dan kelengkapan bukti-bukti pendukungnya.
5. Periksa amortisasi dan penghapusan (jika ada) aset tak berwujud. Periksa apakah
amortisasi dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia

1
ETAP/PSAK/IFRS dan perhitungannya akurat. Jika ada aset tak berwujud yang
dihapuskan, misalnya goodwill, karena tidak lagi mempunyai kegunaan, maka harus
diperiksa otorisasi dari pejabat entitas yang berwenang.
6. Periksa perjanjian-perjanjian yang dibuat entitas dengan pihak ketiga yang ingin
menggunakan hak paten, hak cipta, dan franchise yang dimiliki perusahaan. Periksa
apakah pendapatan dari perjanjian tersebut (dalam bentuk royalty fee) sudah dicatat dan
diterima oleh perusahaan.
7. Periksa apakah penyajian aset tak berwujud dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia ETAP/PSAK/IFRS.

b. Pemeriksaan Liabilitas Jangka Pendek


 Tujuan Audit
1. Untuk meyakini bahwa terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka
pendek.
Jika internal control atas liabilitas jangka pendek disimpulkan oleh auditor cukup
baik, maka ruang lingkup pemeriksaan atas liabilitas jangka pendek dapat dipersempit.
Dan apabila disimpulkan lemah, ruang lingkup pemeriksaan harus diperluas.
a) Pemisahan tugas antara bagian pembelian, bagian penerimaan barang, bagian gudang,
bagian akuntansi, dan bagian keuangan.
b) Digunakannya formulir–formulir yang bernomor urut tercetak (prenumbered) untuk
permintaan pembelian (purchase requisition), order pembelian (purchase order), dan
laporan penerimaan barang (receiving report).
c) Adanya sistem otorisasi untuk pembelian maupun pelunasan utang.
d) Digunakannya sistem tender untuk pembelian dalam jumlah yang besar, dimana
beberapa supplier diundang untuk memasukkan penawaran tertulis dalam amplop
tertutup ke panitia tender.
e) Jumlah barang yang dicantumkan dalam faktur pembelian (supplier invoice) harus
dibandingkan dengan jumlah yang dilaporkan dalam receiving dan purchase order
untuk mencegah pembayaran atas barang yang dibeli melebihi jumlah barang yang
dipesan dan yang diterima.

2
2. Untuk meyakini bahwa liabilitas jangka pendek tercantum di laporan posisi
keuangan (neraca) didukung oleh bukti yang lengkap dan berasal dari transaksi
yang benar-benar terjadi.
Ini dikarenakan jika liabilitas jangka pendek merupakan utang usaha, yang berasal
dari pembelian secara kredit, maka utang tersebut harus didukung oleh bukti – bukti yang
lengkap seperti : purchase requisition, purchase order, supplier invoice, dan receiving
report. Jika berupa utang deviden maka harus didukung oleh notulen rapat umum
pemegang saham yang memberikan otorisasi untuk pembagian deviden. Jika berupa
kredit bank, harus didukung oleh perjanjian kredit dan notulen rapat direksi yang
memberikan otorisasi untuk peminjaman uang dari bank. Jika ada utang pemegang
saham, maka tidak boleh ada setoran modal yang belum dilunasi oleh pemegang saham.
3. Untuk meyakini bahwa semua liabilitas jangka pendek perusahaan sudah tercatat
per tanggal neraca.
Dalam hal ini auditor harus meyakinkan diri bahwa tidak ada unrecorded
liabilities. Untuk itu auditor harus memeriksa semua perjanjian yang dibuat perusahaan
dengan pihak ketiga, memeriksa notulen rapat direksi dan pemegang saham dan
mengirim konfirmasi ke penasihat hukum (legal consultan/lawyer) perusahaan.
4. Untuk meyakini bahwa jumlah accrual expense reasonable (layak).
Untuk itu auditor harus memeriksa dasar perhitungan accrued expenses yang
dibuat perusahaan, apakah masuk akal dan konsisten dengan tahun sebelumnya atau
tidak.
5. Untuk meyakini bahwa kewajiban sewa (jika ada) sudah tercatat sesuai dengan
standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK No. 30 Revisi 2015 tentang sewa).
Misalnya jika ada utang leasing untuk pembelian mesin pabrik, maka harga
perolehan mesin dan utang leasing harus dicatat sebesar nilai tunainya.
6. Untuk meyakini bahwa utang dalam mata uang asing per tanggal nerca, sudah
dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI dan selisih
kurs dibebankan pada rugi laba tahun berjalan.
7. Untuk menyakinkan bahwa biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas
jangka pendek telah dicatat per tanggal neraca.

3
Dalam hal ini auditor harus yakin bahwa semua bunga liabilitas jangka pendek,
baik dari utang bank, utang pemegang saham dan lain-lain, sudah dicatat sebagai beban
perusahaan. Jika bunga tersebut belum dibayar, sudah dicatat sebagai utang bunga per
tanggal laporan posisi keungan (neraca).
8. Untuk menyakinkan bahwa bunga liabilitas jangka pendek yang tercatat pada
tanggal neraca benar telah terjadi, dihitung secara akurat, dan merupakan beban
perusahaan.
Auditor harus yakin bahwa bunga yang dibebankan dalam laporan laba rugi,
berasal dari pinjaman jangka pendek yang digunakan perusahaan dan didukung oleh
perjanjian kredit yang sah, sehingga benar-benar merupakan beban perusahaan. Selain itu
auditor juga melakukan pemeriksaan apakah perhitungan bunga sudah dilakukan secara
akurat, walaupun beban bunga dicatat berdasarkan nota debit dari bank (berarti dihitung
oleh bank).
9. Untuk menyakinkan bahwa semua persyaratan dalam perjanjian kredit telah
diikuti oleh perusahaan sehingga tidak terjadi bank default (right and obligation).
Biasanya dalam perjanjian kredit, bank mencantumkan beberapa persyaratan yang
harus dipatuhi antara lain :
- Perusahaan tidak boleh mengganti “manajer kunci tanpa seizin bank”
- Current ratio harus dijaga pada tingkat tertentu
- Tidak boleh terlambat dalam membayar bunga

Jika persyaratan tersebut dilanggar oleh perusahaan, maka terjadi “bank default”
dan hal tersebut harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (notes to
financial statement).

10. Untuk penyajian current liabilities dalam neraca dan catatan laporan keuangan
telah sesuai dengan SAK.
Misalnya jika perusahaan mempunyai kredit jangka pendek dari bank atau
mempuanyai utang leasing (sewa), maka dalam catatan atas laporan keuangan harus
diungkapkan antara lain :
- Plafon kredit
- Jangka waktu kredit

4
- Tingkat bunga
- Jaminan kredit
- Pengembalian kredit dan pembayaran bunga apakah dalam rupiah atau mata
uang asing
- Nilai tunai aset dalam rengka sewa guna
- Jenis leasing
- Jangka waktu leasing

 Audit Prosedur
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas liabilitas jangka pendek.
Dalam hal ini auditor dapat menggunakan internal control questionnaires, flow
chart atau penjelasan narrative. Karena utang usaha merupakan bagian dari siklus
pembelian. Jika dari evaluasi internal control atas liabilitas jangka pendek, auditor
menyimpulkan bahwa internal controlnya baik atau berjalan efektif, maka substantive
test atas liabilitas jangka pendek bisa dikurangi. Dengan perkataan lain, ruang lingkup
pemeriksaan bisa dibatasi.
2. Minta rincian dari liabilitas jangka pendek, utang usaha maupun liabilitas lainnya.
Periksa footing dan cocokkan saldonya dengan saldo liabilitas jangka pendek di
buku besar. Perlu diingat bahwa rincian-rincian tersebut harus disiapkan oleh klien.
Tugas auditor adalah memeriksa rincian tersebut, bukan menyusun rincian. Jika rincian
yang diberikan klien tidak cocok dengan saldo buku besarnya atau terdapat kesalahan
footing, maka auditor harus mengembalikan rincian tersebut kepada klien untuk
diperbaiki. Selain rincian utang usaha, yang harus diminta dari klien adalah rincian biaya
yang masih harus dibayar, liabilitas lain-lain, utang pajak, dan lain- lain
3. Untuk utang usaha, cocokkan saldo masing-masing supplier dengan saldo menurut
subsidiary ledger utang usaha.
Jika jumlah supplier banyak (misalkan seratus supplier) dan internal control klien
baik, maka penyesuaian ke subledger dapat dibatasi jumlahnya. Seandainya ditemukan
perbedaan antara saldo di rincian utang usaha dan saldo di subledger utang usaha, harus
diminta agar klien mencari penyebab perbedaan tersebut.

5
4. Secara test basis (sampling), periksa bukti pendukung dari saldo utang kepada
beberapa supplier.
Perhatikan kecocokan dengan purchase requisition, purchase order, receiving
report dan supplier invoice. Periksa juga perhitungan mathematic (mathematical
accuracy) dari dokumen-dokumen tersebut dan otorisasi dari pejabat perusahaan yang
berwenang.
5. Seandainya terdapat monthly statement of account dari supplier, maka harus
dilakukan rekonsiliasi antara saldo utang menurut statement of account tersebut
dengan saldo subsidiary ledger utang.
6. Pertimbangan untuk mengirim konfirmasi kepada beberapa supplier yang saldonya
besar maupun yang saldonya tidak berubah sejak tahun sebelumnya.
Auditor tidak harus mengirim konfirmasi untuk utang usaha, karena sumber
pencatatan utang usaha berasal dari luar perusahaan (misalnya faktur dari supplier), dan
tujuan konfirmasi adalah untuk memeriksa keakuratan dan akuntansi klien. Jadi lain
dengan konfirmasi piutang yang merupakan audit prosedur standar yang harus dilakukan
oleh auditor. Apalagi jika sebagian besar supplier terbiasa untuk mengirim monthly
statement of account, maka auditor hanya perlu mencocokkan saldo utang usaha menurut
rincian dengan saldo menurut monthly statement of account tersebut.
7. Periksa pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada unrecorded liabilities per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) dan untuk meyakinkan diri mengenai kewajaran saldo
utang per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Caranya adalah dengan me-review
buku pengeluaran kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) sampai
mendekati tanggal selesainya pemeriksaan lapangan. Perhatikan apakah ada pembayaran-
pembayaran di periode sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) yang
menyangkut pembelian atau biaya untuk tahun yang diperiksa yang belum dicatat sebagai
liabilitas jangka pendek per tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Periksa juga
notulen rapat direksi, pemegang saham, dewan komisaris untuk mengetahui apakah ada
kewajiban perusahaan, misalnya pembagian bonus, yang baru akan dibayar diperiode
berikutnya dan belum dicatat sebagai liabilitas jangka pendek per tanggal laporan posisi

6
keuangan (neraca). Auditor juga harus memeriksa bukti-bukti pembayaran di subsequent
period yang berkaitan dengan kewajiban yang terjadi di tahun yang diperiksa.
8. Seandainya ada utang kepada bank dalam bentuk kredit modal kerja, kredit
investasi, maupun kredit overdraft, maka kirim konfirmasi ke bank.
Periksa surat perjanjian kredit dan buatkan except dari perjanjiian kredit tersebut.
Lalu periksa otorisasi dari direksi untuk perolehan kredit bank tersebut.
9. Seandainya ada utang dari pemegang saham, dari direksi, maupun dari perusaaan
afiliasi yang harus dilunasi dalam waktu satu tahun yang akan datang. Maka harus
dikirim konfirmasi, periksa perjanjian kreditnya dan periksa apakah ada
pembebanan bunga atas pinjaman tersebut.
10. Apabila terdapat utang leasing (sewa).
Periksa apakah pencatatannya sudah sesuai dengan standar akuntansi sewa
(PSAK No. 30 Revisi 2007 tentang Sewa) dan apakah bagian yang jatuh tempo dalam
waktu satu tahun yang akan datang sudah dicatat (direklasifikasi) sebagai liabilitas jangka
pendek.
11. Periksa perhitungan dan pembayaran bunga.
Periksa apakah sudah dilakukan secara akurat dan tie-up jumlah beban
bungantersebut dengan jumlah yang dicantumkan pada laporan laba rugi. Perhatikan juga
aspek pajaknya.
12. Apabila ada saldo debit dari utang usaha.
Harus ditelusuri apakah ini merupakan uang muka pembelian atau karena adanya
pengembalian barang yang dibeli tetapi sudah dilunasi sebelumnya. Kalau jumlahnya
besar (material) harus direklasifikasi sebagai piutang.
13. Seandainya ada uang muka penjualan per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca).
Periksa bukti pendukungnya dan periksa apakah saldo tersebut sudah diselesaikan
di periode berikutnya (subsequent clearance) misalnya dengan mengirimkan barang yang
dipesan oleh pembeli.
14. Seandainya ada kredit jangka panjang.
Periksa apakah bagian yang jatuh tempo satu tahun yang akan datang sudah
direklasifikasi sebagai liabilitas jangka pendek.

7
15. Apabila terdapat kewajiban dalam mata uang asing.
Periksa apakah saldo tersebut per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) telah
dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per
tanggal laporan posisi keuangan (neraca), dan selisih kurs yang terjadi dibebankan atau
dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
16. Periksa pelunasan utang PPh 21 dan PPn untuk periode berikutnya.
Seharusnya utang PPh 21 dan PPn per 31 desembar dilunasi di bulan Januari
tahun berikutnya. Sedangkan untuk PPh Badan harus diperiksa apakah pada waktu
mengisi dan memasukan SPT PPh Badan, perusahaan telah membayar PPh 29 (setoran
akhir).
17. Periksa dasar perhitungan accrued expenses yang dibuat oleh perusahaan.
Perhatikan apakah reasonable (masuk akal) dan konsisten dengan dasar
perhitungan tahun sebelumnya. Selain itu harus diperiksa pembayaran sesudah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca). Perlu diketahui bahwa untuk memperkecil laba, bisa
saja perusahaan memperbesar jumlah accrued expenses-nya. Dengan memeriksa
pembayaran sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) auditor bisa mengetahui
apakah jumlah yang di-accrued benar-benar dibayar di tahun berikutnya dalam jumlah
yang kurang lebih sama. Selain itu bisa diketahui seandainya ada biaya-biaya tahun yang
diperiksa yang belum dicatat di periode sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca), sehingga harus diusulkan audit adjustment-nya oleh auditor.
18. Periksa notulen rapat direksi, pemegang saham, dan perjanjian-perjanjian yang
dibuat perusahaan dengan pihak ketiga.
19. Kirim konfirmasi kepada penasihat hukum perusahaan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perusahaan mempunyai masalah di
bidang hukum yang memerlukan bantuan dari legal consultant atau lawyer. Misalnya,
ada tuntutan di pengadilan yang per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) prosesnya
belum selesai. Seperti diketahui proses peradilan memakan waktu yang cukup lama
(mulai dari Pengadilan negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung). Hal ini
menyebabkan timbulnya contingent liabilities, yaitu liabilitas yang mungkin terjadi,
mungkin juga tidak terjadi, tergantung pada kerjadian daam periode berikutnya.

8
20. Periksa apakah penyajian liabilitas jangka pendek di laporan posisi keuangan
(neraca) dan catatan atas laporan keuangan sudah sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan ETAP atau PSAK atau IFRS.

c. Pemeriksaan Liabilitas Jangka Panjang


 Tujuan Audit
Untuk menentukan apakah :
1. Terdapat internal control yang baik atas liabilitas jangka panjang.
2. Liabilitas jangka panjang yang menjadi kewajiban perusahaan sudah dicatat seluruhnya
per tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan diotorisasi oleh pejabat perusahaan
yang berwenang.
3. Liabilitas jangka panjang yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca) benar-
benar merupakan kewajiban perusahaan.
4. Liabilitas jangka panjang yang berasal dari legal claim atau aset yang dijaminkan sudah
diidentifikasi.
5. Liabilitas jangka panjang dalam valuta asing per tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan kurs tengah Bank Indonesia per
tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dan selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan
atau dikreditkan pada laba rugi tahun berjalan.
6. Biaya bunga dan bunga yang terutang dari liabilitas jangka panjang serta amortisasi dari
premium/discount telah dicatat per tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
7. Biaya bunga liabilitas jangka panjang yang tercatat pada tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) benar telah terjadi, dihitung secara akurat dan merupakan beban perusahaan.
8. Seluruh persyaratan dalam perjanjian kredit telah diikuti oleh perusahaan sehingga tidak
terjadi bank “default”
9. Bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun yang akan
datang sudah direklasifikasikan sebagai kewajiban lancar.
10. Liabilitas jangka panjang berikut discount, premium, dan bunga yang timbul sudah
dicatat dengan akurat dan diklasifikasikan serta diungkapkan dalam laporan keuangan,
termasuk catatan atas laporan keuangn, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
ETAP/PSAK/IFRS.

9
 Audit Prosedur
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas libilitas jangka panjang.
2. Dapatkan dan periksa ringkasan perubahan liabilitas jangka panjang berikut discount,
premium, dan bunga selama peiode yang diperiksa.
3. Kirim informasi kepada bank yang antara lain menanyakan mengenai : plafon kredit,
saldo per tanggal laporan posis keuangan, tingkat bunga, jangka waktu pinjaman dan
jaminan kredit.
4. Minta salinan perjanjian kredit untuk permanent file. Lalu perhatikan apakah data yang
terdapat dalam perjanjian kredit tersebut sesuai dengan data yang tercantum dalam kertas
kerja pemeriksaan liabilitas jangka panjang.
5. Periksa apakah perolehan/penambahan bunga dan amortisasi discount/premium dari
obligasi. Tie-Up jumlah beban bunga dan amortisasi discount/premium obligasi dengan
jumlah yang tercantum pada laporan laba rugi. Discount/premium yang belum
diamortisasi harus dilaporkan sebagai pengurangan/penambahan dari nilai nominal
obligasi.
6. Periksa perhitungan bunga, pembayaran bunga dan amortisasi discount/premium dari
obligasi.
7. Periksa apakah ada liabilitas jangka panjang atau wesel bayar yang diperpanjang
(direnewed) setelah tanggal laporan posisi keuangan. Untuk mengetahui apakah utang
tersebut harus tetap disajikan sebagai liabilitas jangka panjang atau sebagai utang lancar.
8. Seandainya ada utang dari pemegang saham atau dari direksi atau dari perusahaan
afiliasi, harus dikirim konfirmasi dan periksa apakah ada pembebanan bunga atas
pinjaman tersebut.
9. Seandainya ada utang leasing, periksa apakah pencatatannya dan penyajiannya di laporan
keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi sewa guna usaha (PSAK No. 30 Revisi
2007 tentang Sewa).
10. Periksa apakah ada bagian dari liabilitas jangka panjang yang jatuh tempo dalam waktu
satu tahun akan datang, sehingga harus direklasifikasi sebagai liabilitas jangka pendek
11. Seandainya ada liabilitas jangka panjang yang harus dibayar kembali dalam mata uang
asing, periksa apakah per tanggal laporan posisi keuangan sudah dikonversikan ke dalam

10
rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal laporan posisi
keuangan dan selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan/dikreditkan pada laba rugi tahun
berjalan.
12. Lakukan penelaahan analitis (analytical review procedures) terhadap liabilitas jangka
panjang dan biaya bunganya, untuk melihat kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
pencatatan biaya bunga.
13. Tarik kesimpulan apakah penyajian liabilitas jangka panjang di laporan posisi keuangan
dan catatan atas laporan keuangan dilakukan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan
ETAP/PSAK/IFRS.
d. Pemeriksaan Ekuitas
 Tujuan Audit
Untuk memeriksa :
1. Apakah terdapat internal kontrol yang baik atas ekuitas, termasuk Transaksi jual beli
saham, pembayaran dividen dan sertifikat saham. Internal kontrol dilihat dari adanya
otoritasi pejabat berwenang, dan ada pembagian dividen yang disahkan oleh RUPS.
Perubahan modal, seperti:
a) PT melalui Menteri Hukum dan HAM
b) Perusahaan didirikan untuk PMDN oleh BKMPDN.
c) PMA disetujui oleh BKPM dan disetujui oleh Presiden.
d) Perusahaan yang akan go public disetujui oleh Bapepam-LK
2. Kesesuian struktur ekuitas yang tercantum di neraca sesuai dengan akta pendirian
perusahaan.
3. Izin kepemilikan yang diperlukan dari pemerintah yang menyangkut ekuitas (misalnya:
Depart. Kehakiman dan HAM, BKPM, BKPMD, BAPEPAM, KPP dan SK Presiden)
telah dimiliki perusahaan.
4. Otoritasi perubahan ekuitas dari pejabat perusahaan yang berwenang (direksi, dewan
komisaris), RUPS maupun instansi pemerintah.
5. Bukti yang sah pada setiap perubahan Retained Earnings/ Accumulated Losses.
6. Penyajian ekuitas di neraca sudah sesuai dengan PSAK/PAU dan hal-hal yang penting
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

11
 Audit Prosedur
1. Pelajari dan evaluasi internal kontrol ekuitas (transaksi jual beli saham, pembayaran
dividen dan sertifikat saham menggunakan ICQ/penjelasan naratif).
2. Minta copy akte pendirian, SK Pengesahan MenKeh, HAM, BKPM, BKPMD,
BAPEPAM, KPP dan SK Presiden untuk disimpan dalam permanent file.
3. Menyesuaikan data akta pendirian dengan modal yang tercantumkan di neraca dan
penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan
4. Untuk perusahaan yang baru berdiri dan mempunyai tambahan setoran modal dalam
periode, periksalah bukti setoran dan pembukuan lainnya, otoritasi dari penjabat
berwenang dan instansi pemerintah melalui pemeriksaan buku besar dan jika ada
transaksi kredit diperiksa voucher refference.
a) Bukti penerimaan kas/nota bank, setoran tunai yang harus diperiksa. apakah
ditarik kembali? Jika iya, maka itu melanggar UU PT no. 1 tahun 1995.
b) Aset non kas (Journal voucher, laporan appraisal dan bukti pendukung lainnya).
c) Adanya Right issue (penambahan modal disetor bagi perusahaan go public dengan
mengutamakan pemegang saham lama).
5. Jelaskan dalam kertas kerja pemeriksaan :
a) Modal dasar, modal ditempatkan, modal disetor serta premium dan discount dari
penjualan saham
b) Jenis saham yang dimiliki (jumlah lembar dan nominal)
c) Rincian pemegang saham.
6. Periksa dokumen pendukung setiap ada perubahan dalam perkiraan retained
earning/defisit.
a) Bukti pengeluaran kas/bank, SSP (membayar kekurangan penyetoran pajak untuk
tahun lalu+ denda)
b) Bukti pendukung lainnya dan otorisasi (koreksi atas biaya dan pendapatan)
7. Jika ada pembagian dividen, periksa:
a) Bentuk pembagian dividen (cash, stock/property dividen).
b) Kebenaran pencatatan.
c) Otorisasi pejabat yang berwenang.
d) Kesesuaian aspek perpajakan dengan peraturan perpajakan.

12
8. Periksa, apakah akumulasi kerugian perusahaan (accumulated losses/defisit) sudah
melebihi modal disetor, jika ini terjadi maka pertimbangkan kembali going concern
perusahaan. Karena diragukan going concern nya, maka auditor pun tidak dapat
memberikan unqualified opinion kecuali ada pernyataan meyakinkan dari manajemen.
9. Pertimbangkan untuk mengirim konfirmasi ke pemegang saham (Stock Transfer Agent).
10. Jika ada treasury stock, periksa:
a) Bukti pembelian dan otorisasinya.
b) Bukti penjualan dan otorisasinya (jika trasury stock dijual kembali)
c) Tanyakan kepada manajemen tujuan pembelian treasury stock.
11. Periksa penyajian ekuitas di neraca
12. Buat kesimpulan mengenai kewajaran ekuitas.

Hal Yang Harus Di Perhatikan mengenai pemeriksaan Ekuitas.

1. Jika akte pendirian suatu peusahaan belum mendapat pengesahan dari menteri kehakiman
dan HAM menurut UU PT no. 1 tahun 1995, transaksi hukum perusahaan (perjanjian
yang dibuat perusahaan ) belum dianggap sah.
2. Modal disetor dan modal ditempatkan tidak boleh melebihi modal dasar.
3. Modal yang tercantum dineraca adalah Modal Disetor
4. Jika Akumulasi Kerugian suatu perusahaan mencapai 50% dari modal disetor,
perusahaan harus melaporkan ke pengadilan negeri untuk diumumkan dalam berita
negara.
5. Menurut PSAK, aktiva tetap harus dicatat dalam neraca berdasarkan harga perolehannya
(Acquisition Cost).
6. Adjusment ke Retained Earnings (defisit) hanya diperbolehkan jika menyangkut Laba
Rugi tahun lalu yang jumlahnya besar / pembayaran pajak yang berasal dari STP atau
SKPKB walaupun jumlahnya kecil.
7. Setoran saham dalam bentuk barang, harus menggunakan nilai wajar aktiva bukan kas
yang diserahkan (disetor)
8. Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan tidak banyak kecuali jika:
a) Perusahaan banyak menggunakan koreksi retained earnings (defisit)
b) Perusahaan dalam proses go public

13
e. Pemeriksaan Laba Rugi
 Tujuan Audit
1. Untuk memeriksa apakah internal control baik atas pendapatan dan beban. Internal
control yang kuat terhadap pendapatan berarti semua pendapatan telah menjadi hak
perusahaan yang diterima dan dicatat oleh perusahaan. Jika internal control kuat atas
beban maka biaya menjadi beban perusahaan yang dibayar dan dicatat keseluruhan oleh
perusahaan dan biaya efisiensi ditingkatkan.
2. Untuk memeriksa keseluruhan pendapatan hak perusahaan telah dicatat dengan cut-off
yang tepat, untuk meyakini bahwa semua pendapatan baik dari operasi maupun diluar
operasi telah dicatat dalam buku perusahaan dan uangnya sudah diterima perusahaan.
Pendapatan telah dicatat dalam periode yang tepat, dan tidak ada pendapatan yang bukan
menjadi hak perusahaan untuk tujuan window dressing.
3. Untuk memeriksa semua biaya yang menjadi beban perusahaan dicatat sesuai cut-off
yang tepat, untuk meyakini semua biaya sudah dicatat dalam buku perusahaan, dicatat
dalam periode yang tepat, dan tidak ada biaya yang bukan menjadi beban perusahaan.
4. Untuk memeriksa terdapat fluktuasi yang besar terhadap pendapatan dan beban dibanding
bulan per bulan. Jika fluktuasi besar maka auditor memeriksa alasan kenaikan/penurunan
tersebut, masuk akan atau tidak, atau klien melakukan kesalahan pencatatan.
5. Untuk memeriksa pendapatan dan beban telah dilaporkan sesuai SAK
ETAP/PSAK/IFRS. Dan dalam CALK, dijelaskan kebijakan akuntansi seperti :
perusahaan menggunakan metode akrual atau tidak, metode pengakuan pendapatan yang
digunakan, pemeliharaan, reparasi-perbaikan, dan penyempurnaan-penambahan, serta
laba-rugi penjualan aset tetap.

 Audit Prosedur
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas pendapatan dan biaya untuk siklus penjualan,
piutang, penerimaan kas dan siklus pembelian, kewajiban, dan pengeluaran kas.
2. Minta rincian laporan laba rugi untuk periode yang diperiksa dengan angka periode
sebelumnya, dan melakukan analytical review procedures untuk mendapatkan gambaran

14
mengenai kinerja perusahaan apakah lebih baik/buruk yang dilakukan secara vertikal dan
horizontal. Ini digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan laporan laba rugi.
3. Minta rincian laba rugi untuk periode yang diperiksa. Hitung variance dalam rupiah
ataupun persen. Dari hasil analisis diketahui perusahaan melaporkan angka sebenarnya
atau tidak sesuai besaran budget yang ditetapkan.
4. Minta rincian penjualan menurut jenis penjualannya, kemudian bandingkan kuantitas
yang dijual.
5. Periksa cut-off penjualan untuk mengetahui ada atau tidaknya pergeseran waktu
pencatatan penjualan, begitu juga dengan pembelian.
6. Periksa subsequent payment untuk mengetahui kemungkinan adanya unrecorded
liabilities. Periksa juga subsequent collection untuk mengetahui kemungkinan adanya
unrecorded receivables.
7. Buat analisis terhadap beberapa perkiraan biaya atau pendapatan yang kemungkinan bisa
ditanyakan oleh pihak pajak atau diperlukan dalam pengisian SPT untuk membuat
koreksi fiskal, atau yang memungkinkan timbulnya contingent liability.
8. Untuk biaya-biaya dan pendapatan yang ada kaitannya dengan pajak harus diperiksa
apakah peraturan perpajakan yang berlaku telah ditaati.
9. Khusus untuk biaya gaji:
a. Periksa daftar gaji untuk satu atau beberapa bulan, kemudian tes perhitungan PPh 21
untuk mengetahui apakah perhitungannya sudah sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
b. Bandingkan total biaya gaji yang tercantum dalam perhitungan laba rugi dengan SPT
PPh 21. Perhatikan apakah PPh 21 ditanggung karyawan atau perusahaan.
c. Secara tes basis bandingkan data yang ada dalam daftar gaji dengan personnel file
untuk mengetahui apakah jumlah gaji, status keluarga sama atau tidak.
d. Lakukan observasi pada saat pembayaran gaji, untuk mengetahui apakah ada pegawai
yang fiktif.
10. Periksa apakah penyajian pos-pos laba rugi sudah sesuai dengan SAK
ETAP/PSAK/IFRS, begitu juga kecukupan pengungkapan (disclosure) dalam CALK.

f. Pemeriksaan Subsequent Event dan Penyelesaian Pemeriksaan

15
 Tujuan Audit
1. Untuk menentukan apakah ada kejadian-kejadian penting sesudah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) yang membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan atau
memerlukan pengungkapan dalam CALK agar tidak menyesatkan pengguna laporan
keuangan.
2. Untuk menentukan kemungkinan tertagihnya piutang. Walaupun konfirmasi (positif)
piutang tidak dijawab oleh pelanggan, dan piutang tersebut sudah lama tidak dilunasi oleh
pelanggan, namun jika setelah tanggal laporan perusahaan tidak perlu meragukan
collectibility piutang tersebut.
3. Untuk memastikan bahwa “barang dalam perjalanan” yang tercantum di laporan posisi
keuangan (neraca) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), betul-betul masih dalam
perjalanan.
4. Untuk memastikan bahwa liabilitas dan beban yang masih harus dibayar yang tercantum
di laporan posisi keuangan (neraca) pertanggal laporan posisi keuangan (neraca), betul-
betul merupakan liabilitas perusahaan yang akan dilunasi pada saat jatuh temponya
(sesudah tanggal laporan posisi keuangan/neraca).
5. Untuk memastikan bahwa tidak ada liabilitas perusahaan yang belum dicatat per tanggal
laporan posisi keuangan (neraca).

 Audit Prosedur
1. Periksa pengeluaran kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work. Dengan melakukan scanning terhadap
buku pengeluaran kas, perhatikan apakah ada pengeluaran kas di periode setelah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) untuk pelunasan liabilitas yang terjadi di periode yang
sedang diaudit.. Jika ada lakukan vouching dan periksa apakah liabilitas atau beban sudah
dicatat sebagai liabilitas dan/atau beban yang masih harus dibayar. Jika belum dicatat
berarti terdapat unrecorded liabilities yang memerlukan audit adjustment.
2. Periksa penerimaan kas sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sampai
mendekati tanggal selesainya audit field work. Dengan melakukan scanning terhadap
buku penerimaan kas, perhatikan apakah ada penerimaan kas diperiode setelah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) untuk pelunasan piutang yang terjadi di periode yang

16
sedang di audit. Jika ada lakukan vouching dan periksa apakah penjualan kredit tersebut
sudah dicatat sebagai piutang. Jika belum dicatat, berarti terdapat unrecorded receivable
yang memerlukan audit adjustment.
3. Periksa bukti penerimaan barang sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
sampai mendekati tanggal selesainya audit field work.. Tujuannya adalah: untuk
mengetahui apakah barang yang diterima setelah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca) merupakan pembelian di tahun yang diperiksa, dan belum dicatat sebagai
utang.Dan untuk memeriksa apakah barang dalam perjalanan yang terlihat di laporan
posisi keuangan (neraca) per tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sudah diterima di
periode sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca) dengan memperhatikan juga
apakah syarat pengiriman barang fob destination point atau fob shipping point.
4. Periksa bukti pengeluaran barang sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
sampai mendekati tanggal selesainya audit field work. Tujuannya adalah untuk
mengetahui apakah barang yang dikirim setelah tanggal laporan posisi keuangan (neraca)
sudah dicatat sebagai penjualan di tahun yang diperiksa sebetulnya masih merupakan
sales commitment sehingga belum dapat dicatat sebagai penjualan.
5. Periksa cut-off pembelian dan cut-off penjualan. Caranya dengan memeriksa dokumen-
dokumen pembelian dan penjualan lebih kurang satu atau dua minggu sebelum dan
sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Tujuannya untuk mengetahui apakah
ada pergeseran waktu pencatatan pembelian dan penjualan.
6. Review laporan keuangan interim untuk periode sesudah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca). Tujuannya untuk mengetahui apakah di periode sesudah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) terdapat hal-hal yang unusual dalam jumlah yang besar, sehingga
dapat memengaruhi kewajaran laporan laba rugi atau memerlukan penjelasan dalam
CALK.
7. Minta salinan (copy) notulen rapat direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan
pelajari notulen tersebut untuk mengetahui apakah ada commitment yang dibuat
perusahaan dan baru dipenuhi di periode setelah tanggal laporan posisi keuangan
(neraca).
8. Lakukan tanya jawab dengan pejabat perusahaan yang berwenang untuk mengetahui:
a. Apakah ada contingent liabilities.

17
b. Apakah ada perubahan yang cukup signifikan dalam modal saham, liabilitas
jangka panjang atau kredit modal kerja dalam periode setelah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca).
c. Apakah ada kejadian-kejadian yang penting sesudah tanggal laporan posisi
keuangan (neraca) yang memerlukan penyesuaian terhadap laporan keuangan
atau memerlukan penjelasan dalam CALK
9. Kirim konfirmasi ke penasihat hukum perusahaan, untuk mengetahui apakah perusahaan
mempunyai masalah hukum di pengadilan, misalnya karena ada tuntutan dari pihak
ketiga, dan bagaimana pendapat penasihat hukum mengenai status perkara di pengadilan
tersebut. Seperti diketahui, penyelesaian perkara di pengadilan membutuhkan waktu yang
sangat lama: perkara yang sudah diputus di Pengadilan Negeri bisa diajukan banding ke
Pengadilan Tinggi, bisa naik banding lagi ke Mahkamah Agung. Jika per tanggal neraca
(laporan posisi keuangan) belum ada keputusan yang jelas, maka perusahaan harus
menjelaskan adanya contingent liability di laporan keuangannya.
10. Analisis perkiraan professional fees, untuk mengetahui apakah ada pembebanan fee dari
penasihat hukum perusahaan, yang menyangkut perkara di pengadilan.
11. Dapatkan surat pernyataan langganan (client representation letter).

 Pengungkapan Peristiwa Setelah Tanggal Laporan Dicatat atas Laporan Keuangan


Menurut SAK ETAP (IAI, 2009:158)
Tanggal Penyelesaian Laporan Keuangan Entitas harus mengungkapkan tanggal
penyelesaian laporan keuangan. Entitas harus mengungkapkan untuk setiap kategori
peristiwa setelah akhir periode pelaporan yang tidak memerlukan penyesuaian
sebagai berikut:
a. Sifat dari peristiwa.
b. Estimasi dampak keuangannya atau suatu pernyataan bahwa estimasi tersebut
tidak dapat dilakukan.

Menurut PSAK No. 8 (Revisi 2014) 8.4

18
Tanggal Otorisasi untuk Terbit, Entitas mengungkapkan tanggal laporan keuangan
diotorisasi untuk terbit dan pihak yang bertanggung jawab mengotorisasi laporan
keuangan.

Peristiwa non-penyesuai setelah periode pelaporan yang berdampak material jika


tidak diungkapkan akan memengaruhi pengambilan keputusan pengguna laporan
keuangan. Sejalan dengan hal tersebut, entitas mengungkapkan informasi berikut
untuk setiap kelompok peristiwa tersebut:

a. Sifat peristiwa, dan


b. Estimasi atas dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi tersebut tidak
dapat dibuat.

19

Anda mungkin juga menyukai