Anda di halaman 1dari 7

Nama : Joeya Yohana Monthdes

NIM : 190503075
Prodi/Fakultas : S1-Akuntansi/Ekonomi dan Bisnis
Mata Kuliah : Sistem Pengendalian Manajemen
TUGAS
1. Pengertian sistem
Secara formal, McLeod (2001) memberi batasan sistem sebagai sekelompok
elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
Marimin (2006) mendefinisikan sistem sebagai suatu kesatuan usaha yang terdiri dari
bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha untuk mencapai suatu tujuan
dalam suatu lingkungan yang kompleks. Mengacu pada definisi atau pengertian sistem
sebagaimana yang telah diuraikan, dapat dinyatakan bahwa sistem sebagai gugus dari
elemen-elemen yang saling berinteraksi secara teratur. Interaksi tersebut adalah dalam
rangka mencapai tujuan atau subtujuan. Karakteristik suatu sistem adalah runtut, terpola,
terkoordinasi, dan terdiri dari beberapa langkah yang terkoordinasi untuk mencapai
tujuan tersebut.

2. Struktur dan proses sistem


Sistem terdiri atas komponen-komponen atau fungsi utama sebagai berikut:
 Masukan (Input) → elemen-elemen yang bertugas dalam pemasukan (entry) ke dalam
sistem untuk diproses lebih lanjut.
 Pemrosesan/Transformasi (Processing) → melibatkan proses transformasi yang
mengonversi atau mengubah masukan menjadi keluaran di dalam sistem.
 Keluaran (Output) → elemen-elemen hasil transformasi melalui berbagai proses
pengolahan yang ada dalam sistem sebagaimana yang dikehendaki.
Selain ketiga komponen yang telah disebutkan, terdapat dua komponen tambahan
yang sering tercakup dalam pembahasan sistem secara keseluruhan. Kedua komponen
yang dimaksud adalah umpan-balik (feedback) dan kendali sistem (control). Kedua
komponen ini sering disebut sebagai sistem sibernetik (cybernetic), yaitu suatu sistem
yang melakukan monitoring dan pengaturan sendiri. Sehingga apabila terjadi kelainan
atau penyimpangan pada ketiga komponen utama maka dapat dilakukan perbaikan untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.
Umpan-balik maupun kendali sistem pada prinsipnya berperan saling menunjang
dalam upaya meyakinkan bahwa sistem benar-benar telah berjalan sesuai dengan
harapan. Suatu sistem yang berjalan dengan baik akan menghasilkan suatu umpan-balik
yang positif, yang memberikan sinyal kepada fungsi kendali agar tetap memelihara
keadaan sistem sebagaimana adanya karena sistem telah berjalan sesuai dengan harapan.
Selanjutnya, sistem yang berjalan tidak sesuai dengan harapan akan menghasilkan
umpan-balik yang negatif.

3. Tipe/jenis sistem
a. Sistem alam
Sistem alam merupakan sistem yang terjadi karena proses alam dan tidak terdapat
campur tangan manusia. Contoh dari sistem alam adalah sistem rotasi bumi,
sistem tata surya, dan lain-lain.
b. Sistem artifisial
Sistem ini meniru kejadian dalam alam yang dibentuk berdasarkan kejadian di
alam di mana manusia tidak mampu melakukannya (tiruan yang ada di alam).
Contohnya:
1. Sistem Artificial Intelligent (AI), yaitu program komputer yang mampu
membuat komputer seolah-olah berpikir.
2. Sistem robotika.
3. Jaringan neutral network.

 Sistem formal dan non formal


  Sistem formal adalah sistem yang memungkinkan pendelegasian otoritas
dimana sistem formal memperjelas struktur, kebijakan dan prosedur yang harus diikuti
oleh anggota organisasi. Pendokumentasian struktur, kebijakan dan prosedur secara
formal ini membantu anggota organisasi dalam menjalankan tugas-tugasnya. Sistem
struktur, prosedur dan respon yang terpola membantu manajemen dalam merencanakan
dan mengelola strategi dalam memenuhi tujuan organisasi dengan tetap memperhatikan
faktor lingkungan yang ada. Sedangkan sistem informal adalah sistem yang lebih
berdimensi pada hubungan antar pribadi yang tidak ditunjukkan dalam struktur formal.
Biasanya suatu organisasi memiliki kedua bentuk sistem ini.
 Sistem sentralisasi dan desentralisasi
Sentralisasi adalah sistem yang memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah
kecil manajer atau yang berada di posisi puncak struktur organisasi. Penerapan sistem
sentralisasi ini banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya
otonomi daerah. Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan
dan kebijakan dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pusat organisasi, sehingga
waktu yang diperlukan untuk memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan sistem ini
adalah minim timbul permasalahan akibat perbedaan pengambilan keputusan, karena
seluruh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh puncak organisasi.
Sedangkan sistem desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam
membuat keputusan dan kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada
level bawah dalam suatu struktur organisasi. Kebanyakan organisasi memilih
menerapkan sistem desentralisasi karena dapat memperbaiki serta meningkatkan
efektifitas dan produktifitas suatu organisasi. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar
keputusan dan kebijakan yang berada pada lingkup tertentu dapat diputuskan tanpa
menunggu jawaban dari puncak organisasi. Namun kekurangan dari sistem desentralisasi
adalah kemungkinan timbulnya penyelewengan wewenang dari pihak-pihak tertentu yang
hanya memperhatikan keuntungan pribadi.
 Sistem terbuka dan tertutup
Sistem tertutup (closed system) merupakan sistem yang bekerja tidak
berhubungan dengan lingkungan luarnya. Artinya proses yang terjadi tidak mengalami
pertukaran materi, energi atau informasi dengan lingkungan di luar sistem tersebut.
Contohnya adalah reaksi kimia dalam tabung terisolasi dan tertutup.
Adapun sistem terbuka (open system) merupakan sistem yang selalu
berhubungan dengan lingkungan luar dalam melakukan proses untuk menghasilkan
keluaran (output). Artinya pada sistem ini terjadi pertukaran energi, materi atau informasi
dengan lingkungannya. Sistem terbuka cenderung memiliki sifat adaptasi, yakni dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga dapat meneruskan eksistensinya.
Contohnya adalah sistem keorganisasian yang memiliki kemampuan adaptasi. Seperti
bisnis dalam menghadapi persaingan dari pasar yang berubah, di mana perusahaan yang
tidak dapat menyesuaikan diri akan tersingkir.
 Sistem konsep dan fisik
Sistem konseptual merupakan sistem yang dibentuk akibat terselenggaranya
ketergantungan ide dan tidak dapat diidentifikasikan secara nyata, tetapi dapat diuraikan
elemennya. Contoh sistem yang bersifat konsep adalah sistem sosial, sistem ekonomi,
dan sistem teologi (hubungan antara manusia dengan Tuhan).
Sedangkan sistem fisik merupakan kumpulan elemen atau unsur-unsur yang
saling berinteraksi satu sama lain secara fisik, serta dapat diidentifikasikan secara nyata
terkait tujuannya. Contoh sistem yang bersifat fisik adalah,
a. sistem tata surya, sistem biologis tubuh manusia, sistem pengolahan minyak,
sistem komputer, dan sebagainya;
b. sistem transportasi, dengan elemen-elemen yang meliputi: petugas, mesin, dan
organisasi yang menjalankan transportasi;
c. sistem komputer, dengan elemen-elemen yang meliputi: peralatan yang
berfungsi bersama-sama untuk menjalankan pengolahan data.

4. Pengendalian
a. Definisi pengendalian
Griffin, memberikan batasan tentang pengendalian sebagai pengamatan secara
organisatoris terhadap sasaran yang dicapai perusahaan. Maka dapat dikatakan,
pengendalian adalah usaha sistematik untuk menetapkan standar prestasi tertentu
dengan mendesain sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi yang
sesungguhnya dengan standar prestasi untuk menentukan apakah terjadi
penyimpangan. Lalu mengukur apakah penyimpangan itu berarti atau signifikan, dan
melakukan perbaikan yang diperlukan untuk memastikan bahwa semua sumber daya
digunakan dengan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
b. Tipe Pengendalian
Tipe pengendalian manajemen dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok,
yaitu sebagai berikut :
 Pengendalian preventif (preventive control). Tahap pengendalian ini
adalah pengendalian yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan untuk
menghindari terjadinya penyimpangan- penyimpangan dalam pelaksanaan.
Preventive control ini dilakukan dengan cara:
1. Menentukan proses pelaksanaan pekerjaan.
2. Membuat peraturan dan pedoman pelaksanaan pekerjaan itu.
3. Menjelaskan dan atau mendemontrasikan cara pelaksanaan pekerjaan
itu.
4. Mengorganisasi segala macam kegiatan.
5. Menentukan jabatan, job description, authority, dan responsibility bagi
setiap individu karyawan.
6. Menentukan sistem koordinasi pelaporan dan pemeriksaan.
7. Menentukan sanksi-sanksi bagi karyawan yang membuat kesalahan
 Repressive Control. Pengendalian ini dilakukan setelah terjadi kesalahan
dalam pelaksanaannya, dengan tujuan agar tidak terjadi pengulangan
kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan yang diinginkan. Repressive
control ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Membandingkan antara hasil dengan rencana.
2. Menganalisis sebab-sebab yang menimbulkan kesalahan dan mencari
tindakan perbaikannya.
3. Memberikan penilaian terhadap pelaksananya, jika perlu dikenakan
sanksi hukuman kepadanya.
4. Menilai kembali prosedur-prosedur pelaksanaan yang ada.
5. Mengecek kebenaran laporan yang dibuat oleh petugas pelaksana.
6. Jika perlu meningkatkan keterampilan atau kemampuan pelaksana
melalui training atau education.
 Pengendalian saat proses dilakukan.
 Pengendalian berkala → pengendalian yang dilakukan secara berkala,
misalnya per bulan, per semester, dan lain-lain.
 Pengendalian mendadak (sidak) → pengawasan yang dilakukan secara
mendadak untuk mengetahui apa pelaksanaan atau peraturan- peraturan
yang ada dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan baik. Pengendalian
mendadak ini sekali-sekali perlu dilakukan, supaya kedisiplinan karyawan
tetap terjaga baik.
 Pengamatan melekat (waskat) → pengawasan/pengendalian yang
dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah
kegiatan dilakukan

5. Manajemen dan manajer


a. Definisi manajemen dan manajer
Manajemen adalah suatu proses penggunaan sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan organisasi melalui: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian. Sumber daya yang dimaksud adalah aset yang dimiliki organisasi,
meliputi: SDM, bahan baku/mentah, mesin, informasi dan keterampilan, serta modal
keuangan. Manajer adalah pihak/orang yang bertanggungjawab dalam mengawasi
penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Singkatnya,
manajer adalah pihak yang menjalankan fungsi manajemen. Manajemen juga dapat
disebut sebagai pimpinan dari organisasi, dan memiliki hierarki tertentu. Hierarki
manajemen adalah pembagian manajemen menjadi beberapa lapisan. Semakin
kompleks organisasi maka semakin banyak lapisan manajemen yang dibentuk.
b. Level/tingkatan manajer
Berdasarkan tingkatannya, manajer terbagi atas:
 Manajer lini → tingkatan manajemen yang paling rendah dalam suatu
organisasi yang memimpin dan mengawasi tenagatenaga operasional. Para
manajer ini sering disebut dengan kepala atau pimpinan, mandor, dan penyelia
(supervisors).
 Manajer menengah → membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para
manajer lainnya dan terkadang juga karyawan operasional. Sebutan lain bagi
manajer ini adalah manajer departemen, kepala pengawas, dan sebagainya.
 Manajer puncak → bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen
organisasi. Sebutan khasnya adalah direktur, presiden, kepala divisi, wakil
presiden senior, dan sebagainya.
 Non-management staff → staf yang bertanggungjawab atas pelaksanaan
operasional sehari-hari organisasi; bekerja sesuai dengan keahlian masing-
masing, misal; tenaga produksi, tenaga penjualan, dan tenaga akuntansi.
Pembagian tanggung jawab di antara ketiga tingkatan manajer tersebut adalah
sebagai berikut. Manajemen puncak melakukan aksi “do the right things” dan
manajemen level bawah/operasional melakukan aksi “do things right”. Yang
dimaksud dengan “do the right things” adalah tanggungjawab manajemen atas
untuk menentukan strategi yang tepat bagi organisasi untuk masa yang akan
datang. Sedangkan “do things right” artinya manajemen level bawah atau
operasional akan melaksanakan tugas tepat waktu seperti terjadwal. Manajemen
tengah, tentunya berdiri di bawah manajemen atas dan di atas manajemen
bawah/operasional, bertugas sebagai koordinasi.
6. Sistem Pengendalian
a. Definisi sistem pengendalian
Sistem pengendalian adalah serangkaian aktivitas yang umumnya bersifat
berulang dalam usaha mengukur dan mengatur unsur-unsur tertentu agar sesuai
dengan standar sehingga tidak terjadi penyimpangan yang akan menghambat
tercapainya tujuan organisasi.
b. Elemen-elemen sistem pengendalian
Dalam suatu sistem pengendalian akan ditemukan minimal 4 (empat) elemen
proses pengendalian, yaitu:
 Detector / Sensor → alat untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya
terjadi dalam proses pengendalian dalam organisasi.
 Assessor / Penilai → alat untuk menilai signifikansi apa yang sedang terjadi
(peristiwa actual) dalam proses pengendalian. Pada umumnya yang dilakukan
adalah membandingkan apa yang sedang terjadi dengan yang seharusnya
terjadi (standar).
 Effector / Pelaksana → alat yang mendorong perilaku atau tindakan tertentu
jika assessor menyatakan bahwa realitas tidak sesuai dengan ketentuan atau
standar. Elemen tersebut kadang disebut “feedback” atau umpan balik.
 Communication Network / Jaringan komunikasi → transmisi informasi dari
detector dan assessor atau assessor dan effector.
Jika keempat elemen pengendalian diterapkan dalam suatu organisasi, maka
seorang detector mempunyai tugas melakukan pengamatan atas apa yang terjadi,
kemudian assessor membandingkan apa yang terjadi dengan standar atau aturan yang
berlaku. Kalau apa yang terjadi tidak sesuai dengan standar maka effector akan
melakukan tindakan tertentu agar sesuai yang diharapkan. Tentunya ketiga elemen
tersebut harus dihubungkan dengan jaringan komunikasi yang baik.

7. Fokus pengendalian manajemen menurut mata kuliah Sistem Pengendalian


Manajemen.
Pengendalian manajemen adalah proses dimana manajer mempengaruhi
anggotanya untuk melaksanakan strategi organisasi. Sistem Pengendalian Manajemen
merupakan perangkat struktur komunikasi yang saling berhubungan yang memudahkan
pemrosesan informasi dengan maksud membantu manajer mengkoordinasikan bagian-
bagian yang ada dan pencapaian tujuan organisasi secara terus menerus. Sistem
pengendalian manajemen dikategorikan sebagai bagian dari pengetahuan perilaku terapan
(applied behavioral science). Pada dasarnya, sistem ini berisi tuntutan kepada kita
mengenai cara menjalankan dan mengendalikan perusahaan / organisasi yang “dianggap
baik” berdasarkan asumsi-asumsi tertentu. Masing-masing perusahaan memiliki
kompleksitas berbeda dalam pengendalian manajemen, makin besar skala perusahaan
akan semakin kompleks.
Tujuan dari sistem ini adalah untuk meningkatkan keputusan-keputusan kolektif
dalam organisasi. Untuk memahami sebuah sistem dibutuhkan suatu pengetahuan tentang
lingkungan dimana sistem itu berada. Dua unsur penting dalam sistem pengendalian
manajemen adalah lingkungan pengendalian dan proses pengendalian.

Anda mungkin juga menyukai