Jurnal Dedikasi Pendidikan: Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ranah
Jurnal Dedikasi Pendidikan: Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ranah
Abstract: This study aims to obtain data and practical information about the effectiveness and efficiency
of the SSCS model and PBL model on learning outcomes of the cognitive sphere and generic science skills
of Class X Students of SMAN 4 Kendari. This research is quasi-experimental with a quantitative descriptive
form that uses two classes to be used as research objects without a control class. The sample was taken by
purposive random sampling technique, class X MIA8 and class X MIA9 study with SSCS model and class
X MIA2 and class X MIA5 study with PBL model. Research data is obtained through 1) Observation of
learning and science generic skills; 2) LOC and KGS tests in multiple-choice, and 3) Documentation. Data
were analyzed using Microsoft Excel and SPSS 16.0 at α = 0.05. The results of data analysis show: 1) The
SSCS and PBL model show relative effectiveness 30,30% for the LOC and 116,29% for the SGS; 2) the
SSCS shows the efficiency of 85,04% for the LOC and 20,3% for the SGS; while the PBL shows the
efficiency of 67,6% % for the LOC and 42,3% for the SGS; 3) There is a significant difference in the
average scores of the LOC of learners who are studying with the SSCS model and the PBL model; 4) There
is a significant difference in the average scores of the SGS of learners who are studying with the SSCS
model and the PBL model; 5) There is a significant difference in the mean value of N-gain LOC learners
who are studying with the SSCS model and the PBL model, and 6) There was a significant difference in the
mean value of N-gain SGS learners who studied with the SSCS model and the PBL model. The conclusion:
The PBL model provides relatively better effectiveness than the SSCS model of HBK and KGS. Therefore,
it is recommended to physics teachers in schools use SSCS models and PBL models on materials that
require labs to improve the knowledge and skills of learners.
Keywords : SSCS Learning Model, PBL Learning Model, Cognitive Learning Outcomes, Generic
Science Skills.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi empiris tentang keefektifan dan
efesiensi model pembelajaran SSCS dan model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar ranah kognitif
(HBK) dan keterampilan generik sains (KGS) peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 4 Kendari. Penelitian
ini merupakan penelitian quasi experimental atau eksperimen semu dengan bentuk deskriptif kuantitatif
Efektivitas Model Pembelajaran SSCS....
(Takda, Sarman, Fayanto, Salido, & Benly, 2021) 383
Jurnal Dedikasi Pendidikan, Vol. 5, No. 2, Juli 2021 : 383-393
http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/dedikasi
yang menggunakan dua kelas untuk dijadikan obyek penelitian tanpa kelas kontrol. Sampel penelitian
diambil dengan teknik purposive sampling, kelas X MIA8 dan kelas X MIA9 belajar dengan model SSCS
dan kelas X MIA2 dan kelas X MIA5 belajar dengan model PBL. Data penelitian diperoleh melalui: 1)
Observasi keterlaksanaan pembelajaran dan KGS; 2) Tes KBK dan KGS dalam bentuk pilihan ganda; dan
3) Dokumentasi. Data dianalisis menggunakan Microsoft Excel dan SPSS 16.0 pada α=0,05. Hasil analisis
data menunjukkan: 1) Model SSCS dan model PBL memberikan keefektifan relatif sebesar 30,30%
terhadap HBK dan KGS sebesar 116,29%; 2) Model SSCS memberikan efisiensi relatif sebesar 85,04%
untuk HBK dan 20,3% untuk KGS, sedangkan model PBL memberikan efisiensi relatif sebesar 67,6%
untuk HBK dan 42,3% untuk KGS; 3) Ada perbedaan yang signifikan nilai rata-rata HBK peserta didik
yang belajar dengan model SSCS dan model PBL; 4) Ada perbedaan yang signifikan nilai rata-rata KGS
peserta didik yang belajar dengan model SSCS dan model PBL; 5) Ada perbedaan yang signifikan nilai
rata-rata N-gain HBK peserta didik yang belajar dengan model SSCS dan model PBL; 6) Ada perbedaan
yang signifikan nilai rata-rata N-gain KGS peserta didik yang belajar dengan model SSCS dan model PBL.
Kesimpulan: Model PBL memberikan keefektifan relatif lebih baik daripada model SSCS terhadap HBK
dan KGS. Oleh karena itu, disarankan kepada guru fisika di sekolah agar menggunakan model SSCS dan
model PBL pada materi-materi yang membutuhkan praktikum untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan peserta didik.
Kata kunci : Model Pembelajaran SSCS, Model Pembelajaran PBL, Hasil Belajar Ranah Kognitif,
Keterampilan Generik Sains
Berdasarkan hasil observasi, dalam proses masalah dari guru (Solve) masih sangat kurang.
pembelajaran guru lebih dominan menerapkan Kebanyakan peserta didik lebih banyak pasif dan
model pembelajaran konvensional yaitu ceramah tidak melakukan hal apapun ketika guru
dan pemberian tugas. Akibatnya hanya beberapa memberikan sebuah permasalahan dalam hal ini
siswa yang aktif sementara siswa yang lain lebih contoh soal. Hal tersebut akan berpengaruh
banyak pasif. Kurangnya keterlibatan siswa dalam terhadap hasil belajarnya, sehingga peneliti
kegiatan pembelajaran mengakibatkan kurangnya mengunakan model pembelajaran SSCS untuk
kreativitas siswa dalam membangun ide-ide atau mengatasi hal tersebut. Selain itu, peserta didik
gagasan untuk memecahkan suatu masalah sangatlah pasif dalam melakukan inkuiri dan
(Supiandi & Julung, 2016). Pemilihan model investigasi untuk mendapatkan jawaban atas
pembelajaran yang tepat, diharapkan mampu permasalahan yang dihadapi sehingga
menimbulkan pengaruh untuk memunculkan membutuhakan model PBL dalam mengatasi hal
kemampuan generic sains dan berpengaruh pula tersebut. PBL memiliki kelebihan pada pemecahan
terhadap hasil belajar kognitifnya. masalah yang merupakan teknik yang cukup bagus
Sebagai upaya untuk menunjang dan untuk memahami isi pelajaran, mengembangkan
meningkatkan keterampilan generic sains serta hasil kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
belajar kognitif siswa dalam proses pembelajaran mengembangkan kemampuan mereka untuk
pada materi momentum dan impuls maka menyesuaikan dengan pengetahuan baru dan
diperlukan model pembelajaran SSCS (Search, mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki
Solve, Create, and Share) dan Problem Based dalam dunia nyata(Hartono, 2021; Sugono, 2020).
Learning (PBL). Dari hasil observasi awal di kelas, Pada penelitian ini proses pembelajaran akan
kreaktivitas peserta didik dalam memecahkan menggunakan dua model tersebut yakni model
SSCS dan PBL yang diharapkan mampu pembelajaran SSCS pengetahuan dibangun oleh
meningkatkan keterampilan generic sains dan hasil siswa sendiri. Pizzini menyatakan “model SSCS di
belajar kognitif peserta didik dalam pembelajaran desain untuk memperluas dan mengaplikasikan
fisika.. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu konsep ilmu pengetahuan dan kemampuan berpikir
dilakukan sebuah penelitian mengenai Keefektifan kritis”, artinya bahwa model SSCS diorientasikan
Model Pembelajaran SSCS (Search, Solve, Create kearah pemecahan masalah dan didesain untuk
And Share) dan Problem Based Learning terhadap mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis
Hasil Belajar Ranah Kognitif dan Keterampilan agar meningkatkan pemahaman siswa tentang
Generik Sains Peserta Didik Kelas X MIA SMAN konsep (Widiana & Jampel, 2016).
4 Kendari pada Materi Pokok Momentum Dan Model SSCS terdiri dari 4 fase; Search, Solve,
Impuls. Kajian ini harapkan akan memberikan Create, dan Share seperti yang ditunjukkan pada
sumbangsih yang besar dalam pemilihan model Gambar 1 (Awang & Ramly, 2008). Selain dari
pembelajaran serta aspek aspek kognitif khusunya SSCS model tidak luput pula penggunanaan model
pada bagian hasil belajar dan keterampilan generic pembelajarab problem based learning dalam
sains. pembelajara. Problem Based Learning biasanya
terdiri dari 5 tahap yang dimulai dengan (1)
KAJIAN PUSTAKA
orientasi siswa kepada masalah, (2)
Salah satu model pembelajaran yang dapat
mengorganisasikan siswa untuk belajar, (3)
diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa
membimbing penyelidikan individual maupun
adalah model pembelajaran SSCS (Search, Solve,
kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan
Create, and Share). Model ini dikembangkan oleh
hasil karya dan (5) menganalisis dan mengevaluasi
Edward L. Pizzini & Shepardson pada tahun 1987
proses pemecahan masalah (Gunantara et al. 2014;
(Hatari et al. 2016). Model pembelajaran seperti itu
Rahmadhani, 2016). Jika jangkauan masalahnya
adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang
sedang-sedang saja, kelima tahapan tersebut
secara efektif dapat digunakan dalam statistik yang
mungkin dapat diselesaikan dalam 2 sampai 3 kali
diorientasikan kearah pemecahan masalah
pertemuan.
(Sukariaish et al.2019). Model SSCS terdiri atas
empat langkah untuk menyelesaikan suatu masalah
yaitu pengidentifikasian masalah (search),
menyusun rencana kegiatan untuk menyelesaikan
masalah (solve), menyelesaikan masalah (create),
dan mensosialisasikan masalah yang telah
diselesaikan (share) (Senjawati & Bernard, 2018;
Deli, 2015; Sapto et al. 2015)
Filosofi dari model pembelajaran SSCS
adalah konstruktivis, artinya bahwa dalam model
XMIA5 (72 orang) diberi perlakuan dengan model Tabel 2. Hasil analisis data hasil belajar kognitif
peserta didik.
pembelajaran PBL. Data Hasil Belajar Ranah Kognitif
Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2
Variable dalam penelitian ini dikelompokkan Kompone
Tes N- Tes N-
n Tes Tes
Akhi gai Akhi gai
menjadi 2 yaitu : (1) Variable bebas (independen) : Awal Awal
r n r n
Jumlah 72 72 72 72
model SSCS dan Problem Based Learning. (2) Sampel
Nilai 0 25 0 56,25
Variable terikat (dependen) : keterampilan generic Minimum
Nilai 81,2 87,5 75 87,5
sains dan hasil belajar kognitif. Instrumen yang Maksimu 5
m
digunakan untuk mengumpulkan data terdiri tes Nilai Rata- 55,7 65,5 0,2 47,6 70,4 0,4
rata 2 4
hasil belajar ranah kognitif dan tes keterampilan Standar 14,8 12,54 19,9 9,58
Deviasi
generic sains. Penelitian ini menggunakan dua Varians 218, 157,3 397, 72,6
7 8
teknik analisis statistik yaitu uji Levene dan analisis Dari Tabel 2 diperoleh informasi bahwa
uji Non Parametrik yang digunakan adalah uji dengan menerapkan model pembelajaran SSCS
Mann Whitney bantuan software Statistical Product (kelas eksperimen 1) dan model pembelajaran PBL
and Service Solurions (SPSS) versi 16. (kelas eksperimen 2) pada kelas X MIA terjadi
peningkatan hasil belajar ranah kognitif peserta
METODE PENELITIAN
didik. Namun, pada tes akhir, hasil belajar ranah
Metode penelitian berisi bahan-bahan utama
kognitif dengan model pembelajaran PBL
yang digunakan dalam penelitian dan metode yang
memperoleh nilai rata-rata lebih baik daripada tes
digunakan dalam pemecahan permasalahan
akhir hasil belajar ranah kognitif dengan
termasuk metode analisis. Metode Penelitian
menerapkan model SSCS, yaitu sebesar 70,4 >
mengungkapkan cara-cara yang digunakan dalam
65,5. Selain itu, kedua kelas memiliki nilai N-gain
proses penelitian.
dalam kategori rendah.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis deskriptif data keterampilan
Hasil Analisis Deskriptif-Kualitatif Data generic sains peserta didik yang belajar
Penelitian menggunakan model pembelajaran SSCS dan
Hasil analisis deskriptif data hasil belajar ranah model pembelajaran PBL dapat dilihat pada Tabel
kognitif dan keterampilan generik sains peserta 3.
didik yang diajar melalui model pembelajaran Tabel 3. Hasil analisis deskriptif keterampilan
SSCS dan model pembelajaran PBL dapat dilihat generic sains peserta didik.
Data Keterampilan Generik Sains Peserta Didik
pada Tabel 2 dan Tabel 3. Komponen
Kelas SSCS Kelas PBL
Tes Tes N- Tes Tes N-
Keterangan pada gambar harus terlihat di Awal Akhir gain Awal Akhir gain
Jumlah 72 72 72 72
bawah gambar. Semua keterangan yang Sampel
Nilai 0 25 0 44,4
menyertainya ditulis dengan huruf besar di awal Minimum
Nilai 88,9 100 77,8 100
saja. Maksimum
Nilai Rata- 49,7 59,8 33,6 79,5
0,20 0,62
Rata
Standar 24,9 19,9 20,74 14,1
Deviasi
Varians 618,9 394,9 430,24 198,92 perbedaan rata-rata hasil keterampilan genrik sain
Catatan: PBL (Problem based learning), SSCS (Seacrh, Solve,
Create, Share) serta N-gain yang diajar dengan menggunakan
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh informasi
model pembelajaran SSCS dan PBL disajikan pada
bahwa dengan menerapkan model pembelajaran
Tabel 5 dan Tabel 6.
SSCS dan model pembelajaran PBL pada kelas X
MIA terjadi peningkatan keterampilan generik Tabel 5 Hasil pengujian hipotesis rata-rata hasil
belajar ranah kognitif dan keterampilan generic
peserta didik. Namun, tes akhir kelas eksperimen 2 sains peserta didik terhadap model pembelajaran
SSCS dan PBL.
memperoleh nilai rata-rata lebih baik daripada tes
Variabel Signifikansi Keputusan
akhir kelas eksperimen 2 sebesar 79,5 > 59,8. Selain Hasil Belajar H0 ditolak
0,006
Ranah Kognitif
itu, kelas SSCS memiliki nilai N-gain dalam Keterampilan H0 ditolak
0,000
kategori rendah dan kelas PBL memiliki nilai N- Generik Sains
Tabel 5 memperlihatkan bahwa nilai
gain dalam kategori sedang. Hasil analisis uji
signifikansi rata-rata hasil belajar ranah kognitif dan
keefektifan dan efisiensi relatif model
keterampilan generic sains peserta didik terhadap
pembelajaraan disajikan dalam Tabel 4.
model pembelajaran SSCS dan PBL sebesar 0,006
Tabel 4. Hasil analisis keefektifan dan efisiensi dan 0,000. Karena nilai signifikansi tersebut lebih
relatif kedua model pembelajaran yang diterapkan.
kecil daripada alpha (α) 0,05 maka H0 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan nilai rata-rata hasil
belajar ranah kognitif dan keterampilan generic
sains peserta didik yang belajar menggunakan
Hasil analisis data pada Tabel 4 memberikan model pembelajaran SSCS dan model
informasi bahwa model pembelajaran PBL pembelajaran PBL.
memberikan efek relatif lebih besar daripada model
Tabel 6. Hasil pengujian hipotesis rata-rata N-
pembelajaran SSCS sebesar 30,30% terhadap hasil Gain hasil belajar ranah kognitif dan
keterampilan generic sains peserta didik
belajar ranah kognitif peserta didik dan 116,29% terhadap model pembelajaran
terhadap keterampilan generic sains peserta didik. Variabel Signifikansi Keputusan
Hasil Belajar H0 ditolak
Selain itu, diperoleh informasi bahwa model 0,000
Ranah Kognitif
pembelajaran SSCS memberikan efisiensi relatif Keterampilan H0 ditolak
0,000
Generik Sains
lebih besar daripada model pembelajaran PBL Tabel 6 memperlihatkan bahwa nilai
sebesar 58,4% terhadap HBK namun pada KGS probabilitas N-gain untuk hasil belajar ranah
memberikan efesiensi relatif lebih kecil daripada kognitif dan keterampilan generic sains peserta
model pembelajaran PBL sebesar 20,3% didik yang belajar menggunakan model
Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian pembelajaran SSCS dan model pembelajaran PBL
Hasi analisis Mann Whitney mengenai adalah sebesar 0,000. Karena nilai signifikansi
perbedaan rata-rata hasil belajar ranah kognitif, tersebut lebih kecil daripada alpha (α) 0,05 maka
H0 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dan model pembelajaran PBL. Berdasarkan
terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata N- perhitungan N-gain hasil belajar ranah kognitif
gain hasil belajar ranah kognitif dan keterampilan peserta didik diperoleh bahwa peningkatan nilai
generic sains peserta didik yang belajar rata-rata gain kelas PBL lebih tinggi daripada kelas
menggunakan model pembelajaran SSCS dan kelas SSCS.
model pembelajaran PBL. Selanjutnya, dengan menggunakan model
Secara keseluruhan, nilai rata-rata hasil belajar pembelajaran SSCS dan model pembelajaran PBL
ranah kognitif peserta didik yang belajar dengan dapat pula diperoleh gambaran hasil keterampilan
model pembelajaran PBL lebih baik atau lebih besar generic sains peserta didik. Data Tabel 3
dari nilai rata-rata hasil belajar ranah kognitif menggambarkan hasil keterampilan generic sains
peserta didik yang belajar dengan model peserta didik dengan model pembelajaran yang
pembelajaran SSCS. Namun, meskipun model berbeda. Rata-rata nilai keterampilan generic sains
SSCS dan PBL memiliki ketercapaian hasil belajar peserta didik yang belajar melalui model
ranah kognitif yang berbeda, kedua model ini sama- pembelajaran PBL lebih baik daripada rata-rata nilai
sama dapat meningkatkan hasil belajar ranah keterampilan generic sains peserta didik yang
kognitif peserta didik. Hal ini sesuai dengan belajar melalui model pembelajaran SSCS.
pernyataan Fauzan et al. (2017) yang menyatakan Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dapat
bahwa model PBL lebih meningkatkatkan hasil dilihat bahwa nilai rata-rata N-gain keterampilan
belajar ranah kognitif peserta didik jika generik sains peserta didik kelas PBL lebih baik
dibandingkan dengan model konvensional. Dalam daripada nilai rata-rata N-gain keterampilan generic
proses pembelajaran fisika menggunakan model sains peserta didik pada kelas SSCS. Dari hasil uji
pembelajaran PBL, siswa dimulai dari masalah hipotesis diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang
yang dirancang pada masalah autentik yang berasal signifikan antara rata-rata nilai keterampilan generic
dari lingkungan kehidupan nyata yang dialami sains yang diajar dengan model pembelajaran SSCS
siswa itu sendiri, yang dapat diamati sehingga dan PBL, begitu pula dengan nilai N-gainnya
menimbulkan ketertarikan anak untuk dimana terdapat perbedaan yang signifikan antara
menyelesaikannya serta merasakan rata-rata nilai N-gain keterampilan generic sains
kebermanfaatan fisika dalam menyelesaikan peserta didik yang diajar dengan model PBL dan
persoalan dalam kehidupan sehari-hari serta SSCS.
menimbulkan motivasi belajar anak untuk Dengan kata lain, pembelajaran PBL lebih
mempelajari fisika sehingga dapat meningkatkan baik dibandingkan dengan pembelajaran SSCS
hasil belajarnya. dalam pencapaian keterampilan generic sains
Dari hasil uji hipotesis diperoleh bahwa peserta didik. Namun, meskipun model SSCS dan
terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata PBL memiliki ketercapaian keterampilan generic
hasil belajar ranah kognitif peserta didik yang sains yang berbeda, kedua model ini sama-sama
belajar menggunakan model pembelajaran SSCS dapat meningkatkan keterampilan generic sains
Efektivitas Model Pembelajaran SSCS....
(Takda, Sarman, Fayanto, Salido, & Benly, 2021) 389
Jurnal Dedikasi Pendidikan, Vol. 5, No. 2, Juli 2021 : 383-393
http://jurnal.abulyatama.ac.id/index.php/dedikasi
peserta didik. Hal ini sesuai dengan pernyataan tidak terlepas dari setting pembelajaran yang
Sumarjono (2012); Ardiyanti & Sudarmin (2015) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
yang menyatakan bahwa interaksi antara model berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam
PBL dan keterampilan generik sains sangat menyelesaikan masalah-masalah nyata yang
berpengaruh terhadap penguasaan konsep fisika. diberikan oleh guru. Hal ini sesuai dengan Johan
Peserta didik yang memiliki keterampilan generik (2012) yang menyatakan bahwa model
sains yang baik jika belajar dengan model PBL pembelajaran SSCS bersifat student center,
maka akan memiliki penguasaan konsep fisika yang membangun pembelajaran aktif, pebelajar menjadi
baik juga, sehingga berpengaruh juga terhadap hasil penerima informasi aktif, serta lebih menekankan
belajar kognitifnya. Hal yang sama diungkapkan pada program pendidikan dari mengajar menjadi
oleh Febrianti et al. (2014) yang menyimpulkan pembelajaran. Pembelajaran ini juga meningkatkan
bahwa penerapan model SSCS dapat meningkatkan sikap menyelesaikan masalah, berfikir, kerja
hasil belajar siswa serta keterampilan generic sains kelompok, berkomunikasi.
kerja sama dan merumuskan masalah. Adanya Dalam penelitian sebelumnya, Utami (2011)
korelasi yang tinggi antara model SSCS, hasil menyebutkan bahwa SSCS merupakan model
belajar dan keterampilan generic sains, sehingga pembelajaran yang memberikan kebebasan dan
model pembelajaran SSCS dapat dikombinasikan keleluasaan kepada siswa untuk mengembangkan
dengan keterampilan generic sains lainya yang kreativitas dan keterampilan berpikir dalam rangka
dapat mengukur beberapa keterampian generic memperoleh pemahaman ilmu dengan melakukan
sains siswa. penyelidikan dan mencari solusi dari permasalahan
Selain itu, Tabel 4 menyajikan efektivitas dan yang ada. Melalui tahapan pembelajaran dalam
efisiensi relatif model pembelajaran yang model pembelajaran SSCS, siswa akan mampu
digunakan. Berdasarkan acuan beberapa kriteria mengingat dan memaknai konsep lebih lama
keefektifan penggunaan model pembelajaran sehingga akan berpengaruh terhadap penguasaan
diperoleh, skor rerata keterlaksanaan model konsep fisika siswa.
pembelajaran yang menggunakan model SSCS dan
KESIMPULAN DAN SARAN
model PBL menunjukkan suatu peningkatan
Kesimpulan
disetiap pertemuan. Sesuai dengan kriteria
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil
efektifitas, pembelajaran dikatakan efektif apabila
analisis data penelitian dapat disimpulkan sebagai
keterlaksanaan model pembelajaran menunjukkan
berikut: (1) Ketuntasan belajar peserta didik
suatu peningkatan, maka pembelajaran yang
menggunaan model pembelajaran PBL lebih tinggi
menggunakan model SSCS dan model PBL
dibandingkan dengan kelas yang menggunakan
dikatakan efektif.
model pembelajaran SSCS baik pada hasil belajar
Tahapan model pembelajaran SSCS
ranah kognitif maupun keterampilan generic sains
mengharuskan siswa untuk terlibat aktif. Hal ini
peserta didik; (2) Model pembelajaran PBL
memberikan efek relatif lebih besar daripada model Ardiyanti, D., & Sudarmin, S. (2015).
Pengembangan perangkat pembelajaran
pembelajaran SSCS sebesar 30,30% terhadap hasil
larutan berpendekatan PBL untuk
belajar ranah kognitif peserta didik dan 116,29% meningkatkan KGS inferensial
logika. Jurnal Inovasi Pendidikan
terhadap keterampilan generic sains peserta didik;
Kimia, 9(2).
(3) Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai
Awang, H., & Ramly, I. (2008). Creative
rata-rata hasil belajar ranah kognitif peserta didik
thinking skill approach through problem-
yang belajar menggunakan model pembelajaran based learning: Pedagogy and practice in
the engineering classroom. International
SSCS dan model pembelajaran PBL berdasarkan
journal of human and social
Nilai probabilitas sebesar 0,006 yang lebih kecil sciences, 3(1), 18-23.
dari pada alpha (α) 0,05; (4) Terdapat perbedaan Deli, M. (2015). Penerapan Model
yang signifikan antara nilai rata-rata keterampilan Pembelajaran Search Solve Create Share
(SSCS) Untuk Meningkatkan Motivasi
generic sains peserta didik yang belajar Belajar Matematika Siswa Kelas VII-2
menggunakan model pembelajaran SSCS dan SMP Negeri 13 Pekanbaru. Primary:
Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
model pembelajaran PBL berdasarkan Nilai Dasar, 4(1), 71-78.
probabilitas sebesar 0,000 yang lebih kecil dari pada
Fauzan, M., Gani, A., & Syukri, M. (2017).
alpha (α) 0,05. Penerapan model problem based learning
pada pembelajaran materi sistem tata
Saran surya untuk meningkatkan hasil belajar
siswa. Jurnal Pendidikan Sains
Saran untuk penelits selanjutnya yaitu Indonesia (Indonesian Journal of Science
menggunakan model pembelajaran lain untuk Education), 5(1), 27-35.
menganalisis hasil belajar ranah kognitif dan Febrianti, N., Yenti, I. N., & Asmendri, A.
keterampilan generik sains. Selain itu, penting (2014). Penerapan Pendekatan Problem
Posing Model Search, Solve, Create And
untuk menambahkan beberapa indicator sehingga Share (SSCS) Terhadap Kemampuan
kajian akan lebih luas. Penalaran Matematis Siswa Kelas XI IPS
MAN 1 Model
Bukittinggi. Edusainstika, 1(1).
DAFTAR PUSTAKA
Gunantara, G., Suarjana, I. M., & Riastini, P. N.
Agustina, K., Kristiyanto, W., & Noviandini, D. (2014). Penerapan model pembelajaran
(2017). Learning design of problem problem based learning untuk
based learning model based on meningkatkan kemampuan pemecahan
recommendations of sintax study and masalah matematika siswa kelas
contents issues on physics impulse V. Mimbar PGSD Undiksha, 2(1).
materials with experimental
activities. International Journal of Active Hartono, E. (2021). Peningkatan Hasil Belajar
Learning, 2(2), 68-81. Ekologis Tentang Pencemaran
Lingkungan Melalui Pembelajaran
Anwar, C. (2016). The Effectiveness of problem Berbasis Masalah Bagi Siswa Kelas X
based learning integrated with Islamic Mipa 2 Sma Negeri 1 Bulu Pada
values based on ICT on higher order Semester 2 Tahun Pelajaran
thinking skill and students’ character. Al- 2018/2019. Jurnal Dedikasi
Ta Lim Journal, 23(3), 224-231. Pendidikan, 5(1), 149-158.