Anda di halaman 1dari 34

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ruptur Perineum


2.1.1. Pengetian Ruptur Perineum

Perineum adalah jaringan antara vestibulum vulva dan anus dan panjang

kira-kira 4 cm (Maimunah, 2015). Sedangkan menurut kamus Dorland perineum

adalah daerah antara kedua belah paha, antara vulva dan anus. Perineum

terletak antara vulva dan anus, panjangnya ratarata 4 cm (Saifuddin, 2014).

Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara

spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan terjadi hampir

pada semua primipara dan tidak jarang pada persalinan berikutnya

(Prawirohardjo, 2015). Pada dasarnya, robekan perineum dapat dikurangi dengan

menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui kepala janin terlalu cepat

(Wiknjosastri, 2015).

2.1.2. Pembagian Ruptur Perineum

Menurut (Sulistyawati,2012) derajat laserasi jalan lahir adalah sebagai berikut :

1. Derajat I laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior,

kulit perineum.Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarhan dan

posisi luka baik.

2. Derajat II laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior,

kulit perineum, otot perineum.Jahit menggunakan teknik yang

sesuai kondisi pasien.

3. Derajat III laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior,

kulit perineum, otot perineum,otot spingter ani.


4. Derajat IV laserasi mengenai mukosa vagina, komisura posterior,

kulit perineum, otot perineum,otot spingter ani,rectum.

2.1.3. Resiko Ruptur Perineum

Keluarnya bayi melalui jalan lahir sebagian besar menyebabkan robekan

pada vagina dan perineum. Meski tidak tertutup kemungkinan robekan itu

memang sengaja dilakukan untuk memperlebar jalan lahir. Risiko yang

ditimbulkan karena robekan perineum adalah perdarahan, dengan perdarahan

yang hebat ibu akan mengalami kondisi tidak berdaya, lemah, tekanan darah

turun, anemia dan berat badan turun.

2.1.4. Penanganan Ruptur Perineum

Bila dijumpai robekan perineum segera dilakukan penjahitan


luka dengan baik lapis demi lapis, dengan menghindari robekan
terbuka ke arah vagina karena dapat tersumbat oleh bekuan darah
yang akan menyebabkan kesembuhan luka menjadi lebih lama.
Tujuan penjahitan robekan perineum adalah untuk menyatukan kembali

jaringan tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu. Penjahitan

dilakukan dengan cara jelujur menggunakan benang catgut kromik. Dengan

memberikan anastesi lokal pada ibu saat penjahitan laserasi, dan mengulangi

pemberian anestesi jika masih terasa sakit. Penjahitan dimulai satu cm dari

puncak luka. Jahit sebelah dalam ke arah luar, dari atas hingga mencapai bawah

laserasi. Pastikan jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit. Ikat

benang dengan membuat simpul dalam vagina. Potong ujung benang dan sisakan

1,5 cm. Kemudian melakukan pemeriksaan ulang pada vagina dan anus untuk

mengetahui terabanya jahitan pada rectum karena bisa menyebabkan fistula dan

bahkan infeksi.

2.1.5. Pengobatan Ruptur Perineum


Pengobatan yang dapat dilakukan untuk ruptur perineum
adalah dengan memberikan antibiotik yang cukup. Perawatan luka
perineum pada ibu setelah melahirkan berguna untuk mengurangi rasa
ketidaknyamanan, menjaga kebersihan, mencegah infeksi dan
mempercepat penyembuhan luka. Perawatan perineum umumnya
bersamaan dengan perawatan vulva. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah :
1) Mencegah kontaminasi dengan rectum
2) Menangani dengan lembut jaringan luka
3) Membersihkan darah yang menjadi sumber infeksi dan bau

2.1.6. Komplikasi

Risiko komplikasi yang mungkin terjadi jika rupture perineum

tidak segera diatasi, yaitu :

1) Perdarahan
Seorang wanita dapat meninggal karena perdarahan
pasca persalinan dalam waktu satu jam setelah
melahirkan. Penilaian dan penatalaksanaan yang
cermat selama kala satu dan kala empat persalinan
sangat penting. Menilai kehilangan darah yaitu
dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi
asal perdarahan, serta memperkirakan jumlah
perdarahan lanjutan dan menilai tonus otot.
2) Fistula
Fistula dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya
karena perlukaan pada vagina menembus kandung
kencing atau rectum. Jika kandung kencing luka,
maka air kencing akan segera keluar melalui vagina.
Fistula dapat menekan kandung kencing atau rectum
yang lama antara kepala janin dan panggul, sehingga
terjadi iskemia.
3) Hematoma
Hematoma dapat terjadi akibat trauma partus pada
persalinan karena adanya penekanan kepala janin
serta tindakan persalinan yang ditandai dengan rasa
nyeri pada perineum dan vulva berwarna biru dan
merah. Hematoma dibagian pelvis bisa terjadi
dalam vulva perineum dan fosa iskiorektalis.
Biasanya karena trauma perineum tetapi bisa juga
dengan varikositas vulva yang timbul bersamaan
dengan gejala peningkatan nyeri.

Kesalahan yang menyebabkan diagnosis tidak


diketahui dan memungkinkan banyak darah yang
hilang. Dalam waktu yang singkat, adanya
pembengkakan biru yang tegang pada salah satu sisi
introitus di daerah ruptur perineum.

4) Infeksi
Infeksi pada masa nifas adalah peradangan di
sekitar alat genetalia pada kala nifas. Perlukaam
pada persalinan merupakan tempat masuknya
kuman ke dalam tubuh sehingga menimbulkan
infeksi.
2.2. Persalinan
2.2.1. Pengertian Persalinan
Menurut Jannah (2015) persalinan adalah proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia luar. Persalinan dan
kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun
janin. Menurut Hanretty (2014) Persalinan adalah bagian dari proses melahirkan
sebagai respons terhadap kontraksi uterus, segmen bawah uterus teregang dan
menipis, serviks berdilatasi, jalan lahir terbentuk dan bayi bergerak turun ke
bawah melalui rongga panggul. Menurut Prawirohardjo (2014) persalinan adalah
proses pembukaan, menipisnya serviks, janin turun ke dalam jalan lahir dan
ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan adalah proses pengeluaran
hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar
kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 1998
dalam Ilmiah 2015). Proses persalinan normal ditentukan oleh tiga faktor utama,
yaitu Power (his dan tenaga mengejan), passanger (janin, plasenta dan selaput
ketuban) dan passage (jalan lahir). Ketiga faktor utama ini sangat menetukan
jalannya persalinan (Manuaba, 2015 dalam Lestari, 2017).
2.2.2. Tahap persalinan menurut Prawirohardjo (2012) antara lain :
1) Kala I (kala pembukaan)
Kala I persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang
ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan
pembukaan lengkap (10 cm) pada primigravida kala I berlangsung kira-
kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. Terdapat 2
fase pada kala satu, yaitu :
a) Fase laten
Merupakan periode waktu dari awal persalinan pembukaan
mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak
kontraksi mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm atau
permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase
ini presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama
sekali.

b) Fase Aktif
Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif
pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi,
pembukaan pada umumnya dimulai dari 3-4 cm hingga 10 cm
dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi
janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama
kala dua persalinan. Fase aktif dibagi dalam 3 fase, yaitu :
(1) Fase Akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3
cm menjadi 4 cm.
(2) Fase Dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
(3) Fase Deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban
kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi
lengkap

2) Kala II (kala pengeluaran janin)


Menurut Prawirohardjo (2012), beberapa tanda dan gejala persalinan
kala II yaitu :

a) Ibu merasakan ingin mengejan bersamaan terjadinya


kontraksi

b) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau


vaginanya

c) Perineum terlihat menonjol

d) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka

e) Peningkatan pengeluaran lendir darah.


Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira- kira 2-3 menit
sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek timbul rasa
mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air
besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai
terlihat, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan
yang terpimpin akan lahir kepala dengan diikuti seluruh badan janin.
Kala II pada primi: 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2012).
Pada kala II persalinan, nyeri tambahan disebabkan oleh regangan dan
robekan jaringan misalnya pada perineum dan tekanan pada otot skelet
perineum. Nyeri diakibatkan oleh rangsangan struktur somatik
superfisial dan digambarkan sebagai nyeri yang tajam dan terlokalisasi,
terutama pada daerah yang disuplai oleh saraf pudendus (Mander, 2012).

3) Kala III (kala pengeluaran plasenta)


Menurut Prawirohardjo (2012) tanda-tanda lepasnya plasenta
mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini :
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Sebelum bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh (discoit) dan tinggi fundus
biasanya turun sampai dibawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan uterus terdorong ke bawah, uterus menjadi
bulat dan fundus berada di atas pusat (sering kali mengarah
ke sisi kanan).

b) Tali pusat memanjang


Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui
vulva dan vagina (tanda Ahfeld).

c) Semburan darah tiba-tiba


Darah yang terkumpul di belakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi.
Semburan darah yang secara tiba-tiba menandakan darah
yang terkumpul diantara melekatnya plasenta dan
permukaan maternal plasenta (maternal portion) keluar
dari tepi plasenta yang terlepas.

Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus


teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi
plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat
kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke
dalam vagina akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari
atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-
200 cc (Mochtar, 2012).
4) Kala IV
Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum. Perdarahan
dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 cc sampai
500 cc. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV antara lain :

a) Intensitas kesadaran penderita


b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan
pernafasan
c) Kontraksi uterus
d) Terjadinya perdarahan
2.2.3. Sebab – sebab yang menimbulkan persalinan
1) Teori penurunan hormone
Menurut Mochtar (2011) sebab-sebab yang menimbulkan
persalinan adalah Pada saat 1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi
penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron. Progesteron
bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim. Karena itu, akan
terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar
progesteron turun.
2) Teori plasenta menjadi tua
Penuan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal
tersebut akan menimbulkan kontraksi rahim.
3) Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang

menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga

mengganggu sirkulasi uteroplasenta.

2.2.4. Tanda-tanda permulaan persalinan


Tanda-tanda Persalinan Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah
(Kurniarum, 2016):
1. Timbulnya kontraksi uterus biasa juga disebut dengan his persalinan
yaitu his pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut:
a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian
depan
b) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
c) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar
d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan
cervix
e) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang
terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan
pembukaan serviks
2. Penipisan dan pembukaan serviks
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.
3. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.

2.2.5. Tanda-tanda inpartu


1. Terjadinya his persalinan
His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa
nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks. Kontraksi
rahim dimulai pada 2 face maker yang letaknya didekat cornu uteri.
His yang menimbulkan perubahan serviks dengan kecepatan tertentu
disebut his efektif. His efektif mempunyai sifat adanya dominan
kontraksi uterus pada fundus uteri, kondisi berlangsung secara
syncron dan harmonis, adanya intensitas kontraksi yang maksimal 37
diantara dua kontraksi, irama teratur dan frekuensi yang kian sering,
lama his berkisar 45-60 detik. His persalinan memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a) Pinggangnya terasa sakit dan menjalar ke depan
b) Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan
semakin besar
c) Terjadi perubahan pada serviks
d) Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya dengan
berjalan, maka kekuatan hisnya akan bertambah.
2. Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (blood show)
Lendir berasal dari pembukaan, lepasnya lendir disebabkan oleh
kanalis servikalis. Sedangkan pengeluaran darah disebabkan
robeknya pembuluh darah waktu serviks membuka.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
Jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan persalinan dapat
berlangsung dalam 24 jam. Namun apabila tidak tercapai, maka
persalinan harus diakhiri dengan tindakan tertentu, misalnya ekstraksi
vakum atau sectio caesaria.
4. Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-
angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau
pemendekan kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm menjadi
hilang sama sekali, sehingga hanya ostium yang tipis seperti kertas
(Marmi,2012)
2.2.6. Faktor penting dalam persalinan (Marmi, 2012)
1. Power
2. Pasanger
3. Passage
2.2.7. Faktor yang berhubugan dengan ruptur perineum pada ibu bersalin
1. Faktor maternal
a) Partus presipitatus
Partus presipitatus merupakan partus yang sudah selesai
kurang dari tiga jam. His yang terlalu kuat dan terlalu
efisien menyebabkan persalinan menyebabkan persalinan
selesai dalam waktu yang sangat singkat. His yang terlalu
kuat atau juga disebut hypertonic uterine contraction.
Partus presipitatus ditandai dengan adanya sifat his norm
al, tonus otot di luar his juga biasa, kelainannya terletak
pada kekuatan his. Bahaya partus presipitatus bagi ibu
adalah terjadinya perlukaan jalan lahir, khususnya serviks
uteri, vagina dan perineum, sedangkan bahaya untuk bayi
adalah mengalami perdarahan dalam tengkorak karena
bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam waktu yang
singkat. Pada partus presipitatus keadaan diawasi dengan
cermat, dan episiotomi dilakukan pada waktu yang tepat
untuk menghindarkan terjadi ruptur perineum tingkat
ketiga.

b) Edema dan kerapuhan pada perineum


Pada proses persalinan jika terjadi oedem pada perineum
maka perlu dihindarkan persalinan pervaginam karena
dapat dipastikan akan terjadi laserasi perineum.

c) Paritas

Seorang Primipara adalah seorang wanita yang telah pernah


melahirkan satu kali dengan janin yang telah mencapai
batas viabilitas, tanpa mengingat janinnya hidup atau mati
pada waktu lahir. Pada primipara perineum utuh dan
elastis, sedang pada multipara tidak utuh, longgar dan
lembek.

Pada saat akan melahirkan kepala janin perineum harus


ditahan, bila tidak ditahan perineum akan robek terutama
pada primigravida. Dianjurkan untuk melakukan episiotomi
pada primigravida atau pada perineum yang kaku. Dengan
perineum yang masih utuh pada primi akan mudah terjadi
robekan perineum.
Klasifikasi Paritas adalah :
1) Primipara untuk hidup diluar adalah wanita
yang telah melahirkan seorang anak yang
cukup besar untuk hidup didunia luar.

2) Multipara adalah wanita yang telah


melahirkan anak lebih dari satu kali atau 2
anak atau lebih.
3) Grande Multipara adalah wanita yang telah
melahirkan 5 orang anak atau lebihdan
biasanya mengalami penyulit dalam
kehamilan dan persalinan.
d) Umur ibu
Umur adalah dihitung berdasarkan tahun
kelahiran yaitu lamanya hidup sejak lahir.
Remaja wanita merupakan populasi risiko
tinggi terhadap komplikasi kehamilan, penyulit
ini terjadi karena pada remaja biasanya masih
tumbuh dan berkembang sehingga memiliki
kebutuhan kalori yang lebih besar dari wanita
yang lebih tua. Sehingga akibatnya, mortalitas,
perinatal, dan morbilitas meternal sangat tinggi
pada remaja wanita hamil dibanding dengan
wanita dalam usia 20-an.
Wanita usia subur disebut sebagai masa dewasa dan disebut
juga masa reproduksi, dimana pada masa itu diharapkan
orang telah mampu untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi dengan tenang secara emosional, dalam
merawat kesehatan reproduksinya. Wanita usia subur
dikategorikan menjadi:

2. Faktor janin
a) Lingkar kepala janin
Kepala janin merupakan bagian yang paling besar dan
keras dari pada bagian-bagian lain yang akan dilahirkan.
Janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan dengan
besarnya dan posisi kepala tersebut.
Kepala janin besar dan janin besar dapat menyebabkan
laserasi perineum. Kepala janin merupakan bagian yang
terpenting dalam persalinan yang berpengaruh terhadap
peregangan perineum pada saat kepala di dasar panggul dan
membuka jalan lahir dengan diameter 5-6 cm akan terjadi
penipisan perineum, sehingga pada perineum yang kaku
dapat terjadi laserasi perineum. Pengendalian kecepatan
dan pengaturan diameter kepala saat melalui introitus
vagina dan perineum dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya robekan.
b) Berat badan bayi
Berat badan janin dapat mempengaruhi proses persalinan
kala II. Berat neonatus pada umumnya < 4000 gr dan
jarang mebihi 5000 gr. Kriteria janin cukup bulan yang
lama kandungannya 40 pekan mempunyai panjang 48-50
cm dan berat badan 2750 – 3000 gram.
Klasifikasi berat badan bayi lahir dapat dibedakan atas :
1) Bayi dengan berat normal yaitu 2500-4000 gram
2) Bayi dengan berat lebih yaitu ≥ 4000 gram
3) Bayi dengan berat rendah yaitu kurang dari 2500
gram
Pada janin yang mempunyai berat lebih dari 4000 gram
memiliki kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan
adalah karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Kepala
janin besar dan janin besar dapat menyebabkan laserasi
perineum.

c) Presentasi defleksi

Presentasi defleksi dibagi menjadi 3 yaitu defleksi ringan


(presentasi puncak kepala), defleksi sedang (presentasi
dahi), dan defleksi maksimal (presentasi muka). Pada sikap
defleksi sedang, janin dengan ukuran normal tidak mungkin
dapat dilahirkan secara pervaginam.

d) Letak sungsang dengan after coming head

Apabila terjadi kesukaran melahirkan kepala janin dengan


cara mauriceau, dapat digunakan cunam piper
(Wiknjosastro, 2007). Ekstraksi cunam adalah tindakan
obstetric yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah janin
(kepala) dengan alat cunam.

Komplikasi dapat timbul pada janin dan ibu, komplikasi


pada janin adalah hematom pada kepala, perdarahan dalam
tengkorak (intracranial hemorrhage), fraktur cranium,
luka-luka lecet pada kepala. Sedangkan komplikasi yang
terjadi pada ibu adalah rupture uteri, robekan pada portio
uteri, vagina dan peritoneum, syok serta perdarahan
postpartum.
e)
3. Faktor penolong persalinan

Herdiani C, Trisnasari A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Ruptur Perineum
Spontan di RSUD Kebumen. J Kebidanan. (2013)

2.3. Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan


2.3.1. Teori penurunan hormon

1. Teori plasenta menjadi tua


Penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar esterogen

dan progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal

tersebut akan menimbulkan kontraksi rahim

2.3.2. Klasifikasi Dismenorea

Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknya

kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi

menjadi, dismenorea spasmodik dan dismenorea kongestif (Calis, 2011).

1. Nyeri Spasmodik

Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid

atau segera setelah masa haid mulai. Banyak perempuan terpaksa harus

berbaring di tempat tidur karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia tidak

dapat mengerjakan apapun. Ada di antara mereka yang pingsan, merasa mual,

bahkan ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah

perempuan muda walaupun dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun

keatas. Dismenorea spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan

lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan yang tidak mengalami

hal seperti itu.

2. Nyeri Kongestif
Penderita dismenore kongestif yang biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya bahwa masa

haidnya akan segera tiba. Mereka mungkin akan mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut

kembung tidak menentu, BH terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha,

merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh,

terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan atas. Semua itu merupakan simptom pegal

menyiksa yang berlangsung antara 2 atau 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses menstruasi

mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa

haid, orang yang menderita dismenorea kongestif akan merasa lebih baik. Sedangkan berdasarkan

ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenorea

primer dan dismenorea sekunder.

a. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di adanya kelainan pada alat-alat

genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12

bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan bulan pertama setelah menarche umumnya

berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya

atau bersama- sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada

beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit- jangkit,

biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha.

Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan

sebagainya. Gadis dan perempuan muda dapat diserang nyeri haid primer. Dinamakan dismenore

primer karena rasa nyeri timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu

hilang sesudah perempuan itu melahirkan anak pertama, sehingga dahulu diperkirakan bahwa rahim

yang agak kecil dari perempuan yang belum pernah melahirkan menjadi penyebabnya, tetapi belum

pernah ada bukti dari teori itu (Hermawan, 2012)


b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis. Tanda – tanda

klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista

ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang

berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada perempuan yang lebih tua (30-40 th) dan dapat

disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal) (Hermawan,

2012).

2.3.3. Faktor Penyebab Dismenorea

Banyak teori yang telah dikemukakan untuk menjelaskan penyebab dismenorea primer tetapi

sampai saat ini patofisiologinya masih belum jelas dimengerti. Penyebab yang saat ini dipakai untuk

menjelaskan dismenorea primer, yaitu (simanjuntak, 2008).

1. Faktor Kejiwaan

Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap pertumbuhan dan

perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi

perkembangan dan pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang

akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti dismenore (Abedian,

2011).

2. Faktor Konstitusi

Faktor konstitusi berhubungan dengan faktor kejiwaan sebagai penyebab timbulnya dismenore primer

yang dapat menurunkan ketahanan tubuh seseorang terhadap rasa nyeri (Simanjuntak, 2008). Faktor

yang termasuk dalam hal ini adalah anemia, penyakit menahun, dan sebagiannya timbul nya

dismenorea.

3. Faktor Obstruksi kanalis servikalis: teori stenosis/obstruksi kanalis servikalis adalah teori yang paling

digunakan untuk menjelaskan proses terjadinya dismenorea (simanjuntak, 2008). Pada wanita dengan
uterus hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang

tidak dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorea (Simanjuntak, 2008).

4. Faktor Endokrin

Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena

endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 α yang menyebabkan kontraksi otot-

otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 α berlebih akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka

selain dismenore, dijumpai pula efek umum, seperti diare, nausea, dan muntah.

5. Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer dengan urtikaria, migren atau

asma bronkial. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid (Simanjuntak, 2008).

2.3.4. Faktor Resiko Dismenorea

Beberapa faktor dibawah ini dianggap sebagai faktor resiko timbulnya nyeri menstruasi yaitu:

1. Mentruasi pertama (Menache) di usia dini atau kurang dari 12 tahun.

2. Wanita yang belum pernah hamil dan melahirkan (Nulipara).

3. Darah mentruasi berjumlah banyak atau masa menstruasi yang panjang.

4. Merokok

5. Adanya riwayat nyeri menstruasi pada keluarga.

6. Obesitas atau kegemukan/ kelebihan berat badan (Proverawati & Misaroh, 2009).

2.3.5. Derajat Nyeri Dismenorea

Setiap wanita mempunyai pengalaman nyeri dismenorea yang berbeda-beda, dimana hal itu muncul rasa

tidak nyaman, letih, sakit yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Nyeri kan berkurang setelah
mentruasi, namun ada beberapa wanita nyeri bisa terus dialami selama periode mentruasi (Proverawati

& Misaroh, 2009). Menurur French, (2008) karakteristik nyeri mentruasi berdasarkan derajat nyerinya

antara lain:

1. Nyeri ringan yaitu tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, dan dapat hilang dengan istirahat.

2. Nyeri sedang yaitu sedikit mengganggu aktifitas sehari-hari, danbutuh analgesik dosis rendah untuk

mengurangi nyeri.

3. Nyeri berat yaitu mengganggu aktifitas sehari-hari, dan butuh analgesik dosis rendah untuk

mengurangi nyeri.

4. Nyeri sangat berat yaitu tidak dapat beaktifitas, dan tidak dapat hilang dengan analgesik dosis rendah.

2.3.6. Skala Pengukuran Tingkat Nyeri Haid

Sementara itu menurut Potter (2009), karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat

keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai

nyeri ringan, sedang dan parah. Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri

yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Deskriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis

yang terdiri dari 3-5 kata. Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak terasa nyeri “ sampai “ nyeri yang tidak

tertahankan”. Alat VDS ini memungkinkan klien untuk mendeskripsikan nyeri. Skala penilaian numerik

(Numerical Rating Scale, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini,

klien menilai nyeri dengan menggunakan slaka 0-10. Gambar 2.1 Skala Intensistas Nyeri

Numerik 0-10

D Skala Nyeri menurut Bourbanis


●●●●●●●●●●●
0 123 4 5 6
789 10

nyeri
ringan nyeri
sedang nyeri
berat nyeri berat
tidak
terkontrol terkontrol

Gambar 2.2 Skala Nyeri menurut Bourbanis


Keterangan:

0 : tidak nyeri

1 : nyeri sangat ringan hampir tidak terasa. Sebagian besar waktu anda tidak berpikir tentang nyeri ini

2 : rasa sakit bertambah. Ada rasa bendenyut kuat sesekali saja

3 : nyeri sudah mulai mengganggu, namun anda dapat membiasakan diridan beradaptasi, nyeri sedang dan

mengganggu secara nyata dengan aktivitas hidup sehari-hari

4 : nyeri sedang. Jika anda terlibat dalam suatu kegiatan, nyeri dapat diabaikan untuk periode waktu, tetapi

masih mengganggu.

5 : nyeri sedang dan kuat. Hal ini tidak bisa diabaikan selama lebih dari beberapa menit, tapi dengan usaha

anda masih dapat mengatur untuk bekerja atau berpartisipasi dalam beberapa kegiatan.

6 : nyeri yang cukup kuat yang mengganggu kegiatan sehari-hari. Kesulitan berkonsentrasi. Nyeri

mengakibatkan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

7 : nyeri yang kuat yang mendominasi indera anda dan secara nyata membatasi kemampuan anda untuk

melakukan kegiatan sehari-hari yang normal atau mempertahankan hubungan sosial. Nyeri ini

mengganggu tidur.

8 : nyeri yang terus menerus. Aktivitas fisik sangat terbatas, berbicara membutuhkan usaha besar.

9 : nyeri luar biasa. Tidak dapat berbicara, menangis dan ataunmengerang tak terkendali.

10 : sakit tak terkatakan. Berbaring saja membuat nyeri dan sampai dengan mengigau. Sangat sedikit orang

yang akan mengalami tingkat rasa sakit ini.

Skala nyeri harus dirancang sehingga skla tersebut mudah digunakan dan tidak mengkonsumsi banyak

waktu saat klien melengkapinya. Apabila klien dapat membaca dan memahami skala, maka deskripsi
nyeri akan lebih akurat. Skala deskriptif bermanfaat bukan saja dalam upaya mengkaji tingkat

kepribadian nyeri, tapi juga mengevaluasi perubahan kondisi klien.

2.3.7. Penatalaksanaan Dismenorea

1. Farmakologi

a. Pemberian Obat Analgesik

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simtomatik. Jika

rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan komprespanas pada perut bawah untuk

mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adlah preparat kombinasi aspirin,

fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar dipasaran adalah novalgin, ponstan,

acetaminopen, dan sebagainya (Simanjuntak, 2008).

b. Obat anti inflamasi nonsteroid ( NSAID)

NSAID menghambat sintesis prostaglandin dan memperbaiki gejala pada 80% kasus (Kabirian,

2011). Nasihatkan wanita untuk mengkonsumsi pada saat atau sesaat sebelum awitan nyeri 3 kali/hari

pada hari pertama hingga ketiga (Sinclair, 2009).

c. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud

untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenorea primer, atau untuk memungkinkan

penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai

dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi (Simanjuntak, 2008). Hal ini bertujuan

untuk mencegah terjadinya ovulasi dan meningkatkan produksi prostaglandin karena antrofi

endometrium

2. Non farmakologis
a. Kompres dengan handuk atau botol berisi air panas (hangat) tepat pada bagian yang terasa kram (bisa

di perut atau pinggang bagian bawah). Mandi dengan air hangat dan minum minuman hangat yang

mengandung kalsium tinggi. Penelitian solekhah (2011), ada pengaruh yang bermakna dengan

pemberian kompres hangat terhadap penurunan tingkat nyeri dismenorea.

b. Dengan beristirahat cukup, setidaknya tidur selama 7 jam di malam hari dan meluangkan waktu untuk

tidur siang selama 1 jam bisa membantu tubuh lebih rileks dan bugar, sehingga bisa mengurangi sakit

akibat menstruasi.

c. Aroma terapi dan pemijatan juga dapat mengurangi rasa tidak nyaman. Pijatan yang ringan dan

melingkar dengan menggunakan telunjuk pada perut bagian bawah akan membantu mengurangi nyeri

haid.

d. Melakukan tarik nafas dalam secara perlahan untuk relaksasi. Dengan tarik nafas dalam di percaya

dapat menurunkan intensitas nyeri.

e. Mengkonsusmsi minuman kunyit asam. Menurut sina (2012) secara alamiah kunyit dipercaya

memiliki kandungan senyawa fenolik sebagai antioksidan, bermanfaat sebagai analgetika, anti-

inflamasi, antimikroba, serta pembersih darah. Sneywa aktif yang terdapat dalam kunyit yaitu

curcumine. Sedangkan menurut Nair (2004), asam jawa juga memiliki bahan aktif yaitu anthocyanin

pada asam jawa akan menghambat reaksi cyclooxygenase (COX) sehingga menghambat atau

mengurangi terjadinya inflamasi sehingga akan mengurangi atau bahkan menghambat kontraksi

uterus yang menyebabkan nyeri haid.

2.4. Jahe
2.4.1. Pengertian Jahe

Jahe (Zingeber officinale Rose) merupakan rempah rempah Indonesia yang sangat penting dalam

kehidupan sehari-hari, terutama dalam bidang kesehatan. Jahe merupakan obat berupa tumpuhan

rumpun berbatang semu dan termasuk dalam suku temu-temuan (Zingiberaceae). Jahe berasal dari Asia
Pasifik yang tersebar dari India sampai Cina (Paimin, 2008). Tanaman jahe termasuk keluarga

Zingiberaceae yaitu suatu tanaman rumput-rumputan tegak dengan ketinggian 30-75 cm, berbadan

sempit memanjang menyerupai pita, dengan panjang 15-23 cm, lebar ± 2,5 cm, tersusun teratur dua baris

berseling, bewarna hijau bunganya kuning kehijauan dengan bibir ungu gelap berbintik putih

kekuningan dan kepala sarinya bewarna ungu. Akarnya yang bercabang dan berbau harum, bewarna

kuning atau jingga dan berserat (Paimin, 2008).

2.4.2. Klasifikasi Ilmiah jahe menurut Setyawan (2015):

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : Zingiberoffichinale

Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpang, jahe dibedakan menjadi jenis yaitu:

a. Jahe Putih Kecil/ Jahe Emprit (Zingiberoffichinale var, amarum), dengan ciri sebagai berikut

bentuknya pipih, warnanya putih kuning, seratnya lembut dan aromanya lebih tajam dari jahe putih

besar. Ruasnya kecil, diameter 32,7 s/d 40 mm, tinggi 63,8 s/d 111 mm, panjang 61 s/d 137 mm, agak

rata dan sedikit mengembung. Kandungan minyak atsirinya lebih besar dari jahe gajah (1,50 s/d 3,5 %)

sehingga rasanya lebih pedas, disamping seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat atau untuk

diekstrak oleoresin dan minyak atsiri (Setyawan, 2015).


Gambar 2.3 Jahe Emprit

b. Jahe Putih Besar (Zingiberoffichinale var, offichinarum), lebih dikenal dengan jahe badak atau jahe

gajah. Jahe ini ditandai dengan rimpangnya jauh lebih besar dan ukurannya lebih gemuk tetapi aroma

dan rasanya kurang tajam dibanding kedua jenis lainnya. Diameter 48 s/d 85 mm, tnggi 62 s/d 113 mm,

dan panjangnya 158 s/d 327 mm. Ruas rimpangnnya lebih mengembang dari kedua varietas lainnya.

Jahe ini bisa dikonsumsi baik saat berumur muda maupun berumur tua, baik sebagai jahe segar

maupun jahe olahan. Minyak atsiri di dalam rimpang 0,82-2,8 % (Setyawan, 2015).

Gambar 2.4 Jahe Besar

c. Jahe Merah (Zingiberoffichinale var, rubrum),

ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil,

bewarna kuning kemerahan dan seratnya

kasar, rasanya sangat pedas dan aromanya sangat

tajam. Diameter 42 s/d 43 mm, tinggi 52 s/d 104 mm,

dan panjang 123 s/d 126 mm. Dipanen setelah tua dan memiliki kandungan minyak atsiri 2,58 s/d 3,9

%. Sehingga jahe merah pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku obat (Setyawan, 2015).

Gambar 2.5 Jahe Merah

2.4.3. Kandungan dan Manfaat Kimia Jahe


Jahe mengandung komponen minyak menguap (volatile oil), minyak tak menguap (nonvolatile

oil), dan pati. Minyak menguap yang biasa disebut dengan minyak atsiri merupakan komponen pemberi

bau yang khas, sedangkan minyak yang tidak menguap adalah oleoresin merupakan komponen pemberi

rasa pedas dan pahit. Komponen yang terdiri dari oleoresin merupakan gambaran utuh dari kandungan

jahe, yaitu minyak astiri dan fixed oil yang terdiri dari gingerol, shagaol, dan resin. Kandungan kimia

jahe antara lain, acetates, bisabolene, caprilate, d-a-phallandreme, d-champhene, d-borneol, farnisol,

kurkumin, khavinol, linalool, sineol, zingerolzingiberene, vitamin A, B, dan C, glukominol, resin,

geraniol, shagaol, albizzin, zengediasetat, flavonoid. Didalam rimpang jahe merah terkandung zat

gingerol, dan minyak atsiri yang tinggi, sehingga lebih banyak digunakan sebagai bahan baku obat

(Setyawan, 2015).

Beberapa khasiat jahe yang sudah terbukti menurut Kemenkes (2008, dalam Tim TPC, hal 4),

antara lain untuk mengatasi mual dan muntah (akibat mabuk kendaraan, mual pagi hari pada wanita

hamil) diare, perut kembung, demam, batuk berdahak, flu, pegel linu, kaki kesemutan, keracunan

makanan, kolik, rematik, sakit pinggang, nyeri haid, dan keseleo.

Bagian utama dalam jahe yang dimanfaatkan adalah rimpangnya. Rimpang jahe digunakan secara

luas sebagai bumbu dapur dan obat herbal untuk beberapa penyakit. Rimpang jahe mengandung

beberapa komponen kimia yang berkhasiat bagi kesehatan (Tim Lab IPB, 2011). Komponen utama dari

jahe segar adalah senyawa homolog, fenolik keton yang dikenal sebagai gingerol (Mishra, 2009, dalam

Hernani dalam Winarti, 2011). Kandungan gingerol jahe merah lebih tinggi dari jahe pada lainnya.

Senyawa gingerol telah dibuktikan mempunyai aktivitas sebagai anti inflamasi atau pereda nyeri

(Hermani dan Winarti, 2011).

Konsumsi jahe juga sudah dilaporkan memiliki efek bermanfaat untuk mengurangi nyeri dan

frekuensi sakit kepala migran dan penelitian tentang kerjanya pada keadaan rematik menunjukan efek

yang bermanfaat. Pembedaan dibuat antara indikasi untuk rimpang segar (muntah, batuk, kembung
abdomen, dan pireksial) dan rimpang yang dikeringkan atau telah diolah (nyeri abdomen, lumbago, dan

diare). Hal ini dapat dibenarkan karena kandugan kimianya terdapat dalam perbandingan berbeda di

dalam sediaan yang berbeda ( Michael, et al, 2009).

Jahe merupakan obat alami anti inflamasi atau penghilang rasa sakit akibat menstruasi. Ekstrak

jahe dapat menekan pengeluaran prostaglandin dan leukotrin pada endometrium yang mengakibatkan

kontraksi kuat sehingga timbul rasa nyeri yang disebut disminore atau nyeri haid (Burner, 2012).

Penggunaan jahe pada 6 gram perhari atau lebih dapat menyebabkan iritasi lambung (Harwati, 2010).

Dua hal utama dalam ekstrak rempah adalah essential oil dan oleoresin. Oleoresin jahe adalah

cairan pada jahe yang bewarna coklat gelap dan memiliki kandungan minyak atsiri berkisar 15-35 %,

dan senyawa pembentuk rasa yaitu gingerol, shogaol, zingeron, bersifat agak kental rasa jahe. Oleoresin

jahe yang digunakan dalam pengolahan pangan didapat dari ekstraksi rimpang jahe segar, jahe kering,

atau tepung jahe. Oleoresin mengandung total rasa dan aroma khas bahan asalnya (Widya, 2007).

Senyawa gingerol sebagai kandungan utama adalah suatu antioksidan kuat yang efektif mengatasi

radang. Dewasa ini, jahe merupakan bahan ramuan lebih dari 50 % obat tradisional yang mampu

mengatasi kondisi seperti mual, kram perut, demam, infeksi, dan lain-lain. Jahe memiliki kandungan

kalsium dan zat besi yang cukup tinggi, bahwa studi menunjukan bahwa jahe mampu menghentikan

mual dan muntah dipagi hari pada wanita hamil, pasien pasca bedah, mencegah penyakit pembuluh

darah, mengatasi gangguan pencernaan, infeksi usus, rematik dan migran (Tim Redaksi Vitahealth,

2006). Rimpang jahe mengandung unsur gizi penting seperti kalsium, magnesium, zat besi, beta karoten,

dan vitamin C. Zat besi yang terkandung dalam jahe dapat digunakan untuk mencegah anemia pada saat

haid. Sedangkan kalsium dan vitamin C dalam jahe berguna untuk menenangkan saraf dan mengurangi

rasa nyeri (Alam dan Hadibroto, 2007). Peradangan tubuh yang terjadi akibat system autoimun dalam

mengeluarkan zat yang bernama prostaglandin yang menyebabkan rasa sakit di daerah peradangan.

Obat golongan NSAID dapat menyebabkan nyeri ini dengan cara memblok prostaglandin yang
menyebabkan nyeri. Pengobatan dengan mengobatkan NSAID memiliki efek samping yang berbahaya

terhadap system tubuh lainnya (nyeri lambung dan resiko kerusakan ginjal). Jahe mengandung gingerol

yang mampu memblokir prostaglandin (Ozgoli, Goli, dan Moattar, 2009).

Penelitian menunjukan bahwa jahe memiliki efektivitas yang sama dengan asam mefanamat dan

ibuprofen dalam mengurangi rasa nyeri pada dismonerea primer. Selain itu tidak ditemukan efek

samping yang parah dari jahe (Ozgoli, Goli, dan Moattar, 2009).

2.4.4. Cara Pembuatan Minuman

Cara mengkonsumsi jahe yaitu pemberian jahe secara per oral sebanyak 1,25 gr sekali minum saat

24 jam pertama mentruasi dan saat disminorea timbul kemudian ditunggu reaksinya selama 15 menit

untuk mengukur nyeri pada disminorea (Hua, 2012). Cara membuat obat nyeri haid tradisisonal dari jahe

adalah irislah 1 rimpang jahe dengan tipis-tipis dan kemudian diremukkan. Tambahkan air lalu didihkan,

kemudian saring. Dan tambahkan 1 sdm gula, minumlah 1 kali dalam dosis 240 ml/hari (Herbie, 2016).

2.5. Kunyit
2.5.1. Definisi Kunyit

Kunyit atau kunir, (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val), adalah termasuk salah satu

tanaman rempah - rempah dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami

penyebaran ke daerah Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia dan

India serta bangsa Asia umumnya pernah mengonsumsi tanaman rempah ini, baik sebagai pelengkap

bumbu masakan, jamu atau untuk menjaga kesehatan dan

kecantikan. Dalam bahasa Banjar kunyit atau kunir ini


dinamakan "Janar". Kunyit tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae. Kunyit dikenal di

berbagai daerah dengan beberapa nama lokal, seperti turmeric (Inggris), kurkuma (Belanda), kunyit

(Indonesia dan Malaysia), janar  (Banjar), kunir (Jawa), koneng (Sunda), konyet (Madura) (Ide P, 2011).

Gambar 2.6 rimpang kunyit

2.5.2. Klasifikasi Ilmiah Kunyit

Kerajaan : plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub-diviso : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zungiberaceae

Genus : Curcuma

Species : Curcumadomestica Val.

2.5.3. Kandungan Kunyit

Kunyit indonesia mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang

terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin sebanyak 10% dan bisdesmetoksikurkumin sebanyak 1-5% dan

zat- zat bermanfaat lainnya seperti minyak atsiri yang terdiri dari Keton sesquiterpen, turmeron,

tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren, sabinen, borneoldan sineil. Kunyit juga

mengandung Lemak sebanyak 1 -3%, Karbohidrat sebanyak 3%, Protein 30%, Pati 8%, Vitamin C 45-

55%, dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor, dan kalsium.
2.5.4. Manfaat Kunyit

Kunyit merupakan salah satu rempah yang sangat banyak terdapat di Indonesia, bahkan tidak

sedikit yang menjadikannya sebagai herbal tradisional. Tidak heran karena manfaat tanaman / rempah

ini tidak hanya untuk masakkan melainkan juga untuk kesehatan. Manfaat kunyit antara lain yang paling

sering diketahui oleh masyarakat umum adalah untuk ibu menyusui, untuk ibu hamil dan sebagainya.

Sedangkan manfaat lainnya dari kunyit adalah untuk membersihkan wajah dan menghilangkan flek

hitam pada kulit.

Manfaat lain dari kunyit untuk kesehatan sudah tidak terbantahkan lagi, ia memiliki berbagai

nutrisi sehat yang dibutuhkan tubuh manusia.

1. Anti Inflamasi (peradangan)

Kandungan minyak volatile dalam kunyit telah menunjukkan aktivitas anti-inflamasi yang signifikan

dalam berbagai model eksperimental dan penelitian. Bahkan lebih kuat dari minyak atsiri, hal ini

dikarenakan pigmen kuning atau oranye dari kunyit yang disebut curcumin. Curcumin dianggap agen

farmakologis utama dalam kunyit. Dalam banyak penelitian, efek anti-inflamasi curcumin ini telah

terbukti sebanding obat hydrocortisone dan fenilbutazon sebagai zat anti-inflamasi seperti Motrin.

Berbeda dengan obat-obatan, yang berhubungan dengan efek toksik yang signifikan (pembentukan

ulkus, penurunan jumlah sel darah putih, pendarahan usus), curcumin tidak menghasilkan toksisitas.

2. Rheumatoid Arthritis (peradangan sendi kronis)

Studi klinis telah membuktikan bahwa kurkumin dalam kunyit juga diberikannya efek antioksidan

yang sangat kuat. Sebagai antioksidan, kurkumin mampu menetralisir radikal bebas, bahan kimia

yang dapat dalam tubuh dan menyebabkan berbagai kerusakan pada sel-sel sehat dan membran sel.

Hal ini penting dalam banyak penyakit, salah satunya adalah radang sendi, di mana radikal bebas

merupakan penyebab peradangan sendi yang menyakitkan dan kerusakan pada sendi.

Kandungan kunyit yang dapat memberikan efek antioksidan dan anti-inflamasi menjelaskan mengapa


banyak orang dengan penyakit sendi terasa sangat lega ketika mengkonsumsi herbal ini. Dalam

sebuah penelitian terbaru tentang pasien dengan rheumatoid arthritis (peradangan sendi kronis),

kurkumin dibandingkan dengan fenilbutazon akan menghasilkan perbaikan yang sebanding dalam

durasi singkat seperti kaku pada pagi hari dan mengurangi pembengkakan sendi.

3. Pencegahan Kanker

Kandungan antioksidan kurkumin ini memungkinkan untuk melindungi sel-sel usus besar dari radikal

bebas yang dapat merusak DNA. Proses ini sangat bermanfaat khususnya bagi usus besar yang mana

pergantian sel cukup pesat, yang terjadi kira-kira setiap tiga hari. Karena replikasi sel ini sering

terjadi, mutasi DNA pada sel usus dapat menyebabkan pembentukan sel-sel kanker jauh lebih cepat.

Curcumin juga membantu tubuh untuk menghancurkan sel-sel kanker, sehingga mereka tidak dapat

menyebar ke seluruh tubuh yang dapat membuat kerusakan yang lebih parah. Cara utama kurkumin

melakukannya adalah dengan meningkatkan fungsi hati. Mekanisme lain yang dilakukan oleh

curcumin (zat pembentuk kuning/orange pada kunyit) yang dapat melindungi dari perkembangan

kanker adalah dengan menghambat sintesis protein dianggap berperan dalam pembentukan tumor dan

mencegah perkembangan suplai darah tambahan yang diperlukan untuk pertumbuhan sel kanker.

Kunyit lebih ampuh dari pada manfaat daun serai dan mungkin sama baiknya dengan manfaat daun

sirsak dalam membasmi kanker.

4. Meningkatkan Antioksidan

Kandungan curcumin merupakan salah satu antioksidan kuat yang dapat menetralkan radikal bebas

karena struktur kimianya yagn dimilikinya. Selain itu kurkumin juga meningkatkan aktivitas enzim

antioksidan di dalam tubuh sendiri. Dengan cara ini, curcumin memberikan perlawanan /

membunuh radikal bebas.

5. Meningkatkan Fungsi Hati


Penelitian yang dilakukan dengan objek studi tikus yang dilakukan untuk mengevaluasi efek kunyit

pada kemampuan hati untuk mendetoksifikasi xenobiotik (beracun) bahan kimia, kadar dua enzim

detoksifikasi hati sangat penting (UDP glucuronyl transferase dan glutathione-S-transferase) secara

signifikan meningkat pada tikus yang diberi makan kunyit dibandingkan dengan yang tidak. Para

peneliti berkomentar, “Hasil penelitian menunjukkan bahwa kunyit dapat meningkatkan sistem

detoksifikasi selain sifat anti-oksidan”

6. Mengurangi Resiko Leukimia

Penelitian yang dipresentasikan pada konferensi mengenai leukimia yang diselenggarakan di London,

memberikan bukti bahwa mengonsumsi makanan dibumbui dengan kunyit bisa mengurangi risiko

terkena leukimia. Adalah Prof. Moolky Nagabhushan dari Loyola University Medical Centre,

Chicago, IL yang hampir 20 tahun melakukan studi ini. Dalam studinya ia mengatakan bahwa

curcumin dalam kunyit dapat :

a. Menghambat mutagenisitas hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) (bahan kimia karsinogenik

yang diciptakan oleh pembakaran bahan bakar berbasis karbon termasuk asap rokok)

b. Menghambat radiasi kerusakan kromosom

c. Mencegah pembentukan amina heterosiklik berbahaya dan senyawa nitroso, yang terdapat

pada makanan olahan tertentu, seperti produk daging olahan yang mengandung nitrosamin.

d. Menghambat perbanyakan sel leukemia dalam kultur sel

7. Perlindungan kardiovaskular (Penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah)

Curcumin mungkin dapat mencegah oksidasi kolesterol dalam tubuh. Karena kolesterol teroksidasi

dapat merusak pembuluh darah dan menumpuk di plak yang dapat menyebabkan serangan jantung

atau stroke, mencegah oksidasi kolesterol baru dapat membantu mengurangi perkembangan

aterosklerosis dan penyakit jantung. Kunyit merupakan sumber vitamin B6 yang diperlukan untuk

menjaga tingkat homocysteine agar tidak terlalu tinggi. Asupan B6 merupakan salah satu asupan
tinggi vitamin B6 dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung. Dalam penelitian yang

dipublikasikan dalam Indian Journal of Physiology and Farmakologi, ketika 10 relawan yang sehat

mengkosumsi 500 mg kurkumin per hari selama 7 hari, tidak hanya melakukan menurunkan tingka

oksidasi darah sehingga menurunkan kolesterol sebesar 33%, tetapi total kolesterol mereka

turun 11.63%, dan HDL mereka (kolesterol baik) meningkat sebesar 29%! (Soni KB, Kuttan R).

8. Mencegah Alzaimer

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kurkumin, konstituen biologis aktif dalam kunyit, dapat

mencegah penyakit Alzheimer dengan mengaktifkan gen yang mengkode produksi protein

antioksidan. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal Biokimia Italia (Desember 2003)

membahas peran kurkumin dalam induksi dari jalur oxygenase heme, sistem pelindung, bila dipicu

dalam jaringan otak, menyebabkan produksi bilirubin antioksidan menjadi lebih kuat, yang

melindungi otak melawan oksidatif (radikal bebas) dan cidera. Oksidasi tersebut diduga menjadi

faktor utama dalam penuaan dan menyebabkan gangguan neurodegenerative termasuk demensia

seperti penyakit Alzheimer. Penelitian lain yang dilakukan bersama oleh tim Italia dan Amerika

Serikat dan dipresentasikan pada konferensi tahunan American Physiological Society tahun 2004 di

Washington, DC, menegaskan bahwa kurkumin berperan penting menginduksi gen, yang disebut

hemeoxygenase-1 (HO-1) di astrosit dari wilayah hippocampus otak.

9. Mencegah Depresi

Depresi juga berkaitan dengan menurunnya fungsi neurotropik yang diturunkan dari otak dan

menyusutnya hippocampus, area otak yang berperan dalam belajar dan memori. karena kandungan

kunyit memiliki fungsi untuk membantu proses neurotropik ini membuatnya dapat memberikan efek

anti depresi.

Selain 9 manfaat utama tersebut diatas, kunyit juga dapat memberikan berbagai efek penting bagi

kesehatan, berikut beberapa khasiat kunyit lainnya:


a. Diabetes Melitus

b. Tifus

c. Usus buntu

d. Disentri

e. Keputihan

f. Haid tidak lancatr

g. Perut mulas pada saat haid

h. Membantu memperlancar ASI

i. Menyapih bayi

j. Amandel

k. Berak lendir

l. Morbili

m. Sakit perut

n. Susah BAB

o. Sakit kepala

p. Sariawan

q. Mabuk kendaraan

r. Penambah darah

s. Gatal-gatal.

2.6. Asam Jawa


2.6.1. Profil
Tanaman asam jawa adalah tanaman yang mudah kita temukan di sekitar kita terutama di pinggir

jalan raya. Nama latin tanaman asam jawa adalah Asam Jawa Tamarindus indica L. Sedangkan dalam

bahasa inggris tanaman asam jawa ini mempuyai nama tamarind. Sejarah tanaman asam jawa ini asal

usul tanaman asam jawa berasal dari Afrika. Ciri-ciri tanaman asam jawa ini memiliki daun yang kecil
batang yang besar dan kayunya keras. Fungsi tanaman asam jawa dulu waktu zaman penjajahan Belanda

kegunaan asam jawa sebagai tanaman peneduh pinggir jalan karena tanaman ini memiliki daun yang

kecil sehingga dalam perawatannya mudah dan juga tanaman ini memiliki batang dan akar yang keras

sehingga tidak mudah tumbang bila terkena angin. Buah dari tanaman asam jawa ini biasanya digunakan

sebagai bumbu masakan dan juga sebagai penambah rasa asam. Tanaman asam jawa ini memiliki

berbagai manfaat dan khasiat bagi tubuh yang bisa digunakan sebagai obat herbal untuk mengobati

berbagai macam penyakit.

2.6.2. Klasifikasi Ilmiah Asam Jawa

Nama ilmiah asam jawa atau nama latin asam jawa adalah Tamarindus indica. Klasifikasi tumbuhan

asam jawa adalah sebagai berikut:

Kingdom :Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom :Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi :Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi :Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas :Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas :Rosidae

Ordo :Fabales

Famili :Fabaceae ( suku polong – polongan )

Genus :Tamarindus

Spesies : Tamarindus indica L.

2.6.3. Kandungan

Buah asam jawa memiliki rasa manis, asam, dan bersifat sejuk. Buah asam jawa mengandung

bahan kimia, seperti gula invert, tartaric acid, citric acid, serine, β-alanin, vitamin B3, geranial,
limonene, peptin, proline, leusin, phenylalanine, dan pipecolic acid. Bagian daun mengandung stexin,

iovitexin, dan isoorientin, sedangkan pada kulit kayu mengandung zat tanin. Efek farmakologis asam

jawa diantaranya antiseptik, menghilangkan rasa sakit, peluruh kandungan (abortivum), penurun panas,

penambah nafsu makan, sebagai astringen, dan tonik (Hariana, 2013).

2.6.4. Manfaat

Buah asam jawa memiliki banyak manfaat medis yang telah dipercaya. Terutama kandungan

xylose,xyloglycans, dan anthocyanin yang teradapat dalam buah tersebut. Xylose dan xyloglycans

sangat bermanfaat dalam hal kosmetika medis. Sedangkan yang paling bermanfaat dalam anti inflamasi

dan anti piretika adalah antthocyanin karena agen tersebut dapat menghambat kerja enzim

cyclooxygenase (COX) sehingga mampu menghambat dilepaskannya protaglandin sehingga mampu

mengurangi nyeri. Sedangkan bahan tannins, saponins, sesquiterpenes, alkaloid, dan pholobatamin akan

sangat bermanfaat megurangi aktivitas sistem saraf (Hadcer, et al, 2008).

Manfaat asam jawa yang baik untuk kesehatan kita yaitu: Mengobati, disentri, Obat penyakit

difteri, Mengatasi demam setelah nifas, Mengatasi darah rendah, Mengobati ambien, Menurunkan

demam bayi, Menurunkan, kolestrol, Mengobati nyeri haid, Mengobati asma, Obat batuk kering,

Mengobati bisul, Mengobati keputihan, gatal alergi dan biduran, Mengatasi bau anyir saat haid.

2.6.5. Jamu Kunyit Asam

Kunyit asam adalah ramuan alami yang dipercaya secara turun-temurun mengatasi berbagai

keluhan kaum perempuan. Selain diyakini bisa menjaga badan tetap langsing, kunyit asam juga

dipercaya mengatasi masalah menstruasi.

Kunyit mengandung kurkuminoid yang merupakan salah satu jenis antioksidan dan berkhasiat

antara lain sebagai bakteriostarik, spasmolitik, antihepatotoksik, dan anti-inflamasi. Asam adalah buah

yang memiliki kadar antioksidan tinggi dan akan bertambah kadar antioksidannya apabila dipadukan

dengan rempah lain. Penelitian menunjukan bahwa pada pemberian minuman kunyit yang dicampur
dengan asam dapat mengurangi skala nyeri dismenore selama rata-rata 15 menit setelah perlakukan

diberikan. (Marlina, 2012). Asam berfungsi untuk melancarkan peredaran darah sehingga dapat

mencegah terjadinya kontraksi pembuluh darah ketika disminore (Astawan, 2009).

Cara membuat kunyit asam yaitu dengan menyediakan 63 gram rimpang kunyit, 63 gram asam

jawa, 25 gram gula pasir, campurkan kemudian haluskan, tambahkan air lalu didihkan, kemudian

disaring. Diminum 1 kali sehari dengan dosis 240 ml (Herbie, 2016).

2.7. Pengaruh Pemberian Jahe Terhadap Dismenorea Pada Remaja Putri

Jahe merupakan obat alami anti inflamasi atau penghilang rasa sakit akibat menstruasi. Ekstrak jahe

dapat menekan pengeluaran prostaglandin dan leukotrin pada endometrium yang mengakibatkan

kontraksi kuat sehingga timbul rasa nyeri yang disebut disminore atau nyeri haid (Burner, 2012).

Penelitian menunjukan bahwa jahe memiliki efektivitas yang sama dengan asam mefanamat dan

ibuprofen dalam mengurangi rasa nyeri pada dismonerea primer. Selain itu tidak ditemukan efek samping

yang parah dari jahe (Ozgoli, Goli, dan Moattar, 2009). Sedangkan rimpang jahe mengandung unsur gizi

penting seperti kalsium, magnesium, zat besi, beta karoten, dan vitamin C. Zat besi yang terkandung

dalam jahe dapat digunakan untuk mencegah anemia pada saat haid. Sedangkan kalsium dan vitamin C

dalam jahe berguna untuk menenangkan saraf dan mengurangi rasa nyeri (Alam dan Hadibroto, 2007).

2.8. Pengaruh Pemberian Kunyit Asam Terhadap Dismenorea Pada Remaja Putri
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa mengkonsusmsi minuman kunyit asam. Menurut sina (2012)

secara alamiah kunyit dipercaya memiliki kandungan senyawa fenolik sebagai antioksidan, bermanfaat

sebagai analgetika, anti-inflamasi, antimikroba, serta pembersih darah. Senyawa aktif yang terdapat dalam

kunyit yaitu curcumine. Sedangkan menurut Nair (2004), asam jawa juga memiliki bahan aktif yaitu

anthocyanin pada asam jawa akan menghambat reaksi cyclooxygenase (COX) sehingga menghambat atau
mengurangi terjadinya inflamasi sehingga akan mengurangi atau bahkan menghambat kontraksi uterus

yang menyebabkan nyeri haid.

2.9. Efektivitas Pemberian Jahe dan Kunyit Asam Terhadap Dismenorea Pada Remaja Putri

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa rimpang jahe memiliki kandungan unsur gizi penting seperti

kalsium, magnesium, zat besi, beta karoten, dan vitamin C. Fungsi lain dari Ekstrak jahe yaitu dapat

menekan pengeluaran prostaglandin dan leukotrin pada endometrium yang mengakibatkan kontraksi kuat

sehingga timbul rasa nyeri yang disebut disminore atau nyeri haid (Burner, 2012). Sedangkan kunyit

memiliki kandungan senyawa fenolik sebagai antioksidan, bermanfaat sebagai analgetika, anti-inflamasi,

antimikroba, serta pembersih darah. Senyawa aktif yang terdapat dalam kunyit yaitu curcumine. Buah

asam jawa mengandung bahan kimia, seperti gula invert, tartaric acid, citric acid, serine, β-alanin, vitamin

B3, geranial, limonene, peptin, proline, leusin, phenylalanine, dan pipecolic acid.

Kandungan senyawa dalam jahe dan kunyit asam yang dapat menurunkan nyeri disminore hampir

sama yaitu mengandung kalsium dan vitamin C yang sama-sama memiliki fungsi untuk menenangkan

saraf dan meredakan nyeri. Namun kandungan dalam kunyit asam lebih tinggi dari pada jahe dan kunyit

asam memiliki senyawa fenolik sebagai antioksidan, bermanfaat sebagai analgetika, anti-inflamasi,

antimikroba, serta pembersih darah. Senyawa aktif yang terdapat dalam kunyit yaitu curcumine. Dan

anthocyanin pada asam jawa akan menghambat reaksi cyclooxygenase (COX) yang akan mengurangi atau

bahkan menghambat kontraksi uterus yang menyebabkan nyeri haid.

Anda mungkin juga menyukai