Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini, biaya masalah kesehatan semakin meningkat sejalan

dengan perkembangan penyakit. Salah satunya ialah Infeksi Saluran

Kemih (ISK). Infeksi saluran kemih adalah suatu penyakit yang dimana

terbentuknya mikroorganisme dalam jumlah banyak di saluran kemih. ISK

merupakan kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam urin yang

jumlahnya sangat banyak dan mampu menimbulkan infeksi pada saluran

kemih (Dipiro et al, 2008) dalam (Musdalipah, 2018)

Menurut WHO, Infeksi saluran kemih adalah penyakit infeksi kedua

tersering pada tubuh sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3

juta kasus dilaporkan per tahun. Indonesia merupakan negara

berpenduduk ke empat terbesar dunia setelah Cina, India dan Amerika

Serikat. Infeksi saluran kemih di Indonesia dan prevalensinya masih cukup

tinggi, Menurut perkiraan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 90-100 kasus per 100.000

penduduk pertahun nya atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun

(Kemnekes RI, 2014 dalam Kausuhe, dkk, 2017).

ISK lebih sering dijumpai pada wanita dari pada laki-laki karena

perbedaan anatomis antara keduanya dan merupakan suatu keadaan

patologis yang sudah sangat lama dikenal dan dapat dijumpai diberbagai

pelayanan kesehatan primer sampai sub spesialistik. Infeksi ini juga

merupakan penyakit infeksi bakterial tersering yang didapat pada praktik

1
2

umum dan bertanggung jawab terhadap morbiditas khususnya pada wanita

dalam kelompok usia seksual aktif (Lina dan Lestari, 2019)

ISK disebabkan oleh beberapa faktor resiko antara lain adalah

ketidakmampuan atau kegagalan kandung kemih untuk mengosongkan

isinya secara sempurna, penurunan daya tahan tubuh, dan peralatan yang

dipasang pada saluran kemih seperti kateter dan prosedur sistoskopi, jenis

kelamin, usia, genetik, kelainan refluks, diabetes melitus, penggunaan

kateter, aktivitas seksual, kebiasaan menahan buang air kecil (BAK), dan

kurang minum air putih (Lina dan Lestari, 2019).

ISK disebabkan invasi mikroorganisme ascending dari uretra ke

dalam kandung kemih. Invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal

dipermudah dengan refluks vesikoureter. Pada wanita, mula-mula kuman

darianal berkoloni di vulva kemudian masuk ke kandung kemih melalui

uretra yang pendek secara spontan atau mekanik akibat hubungan seksual

dan perubahan pH dan flora vulva dalam siklus menstruasi (Sari dan

Muhartono, 2018)

ISK dapat menyerang semua golongan usia. Data statistik

menyebutkan 20-30% perempuan akan mengalami infeksi saluran kemih

berulang pada suatu waktu dalam hidup mereka, sedangkan pada laki-laki

hal tersebut sering terjadi terjadi setelah usia 50 tahun keatas. Pada masa

neonatus, ISK lebih banyak terdapat pada bayi laki-laki (2,7%) yang tidak

menjalani sirkumsisi dari pada bayi perempuan (0,7%), sedangkan pada

masa anak-anak hal tersebut terbalik dengan ditemukannya angka

kejadian sebesar 3% pada anak perempuan dan 1% pada anak laki-laki.


3

Insiden ISK pada usia remaja anak perempuan meningkat 3,3% sampai

5,8% (Sari dan Muhartono, 2018).

Adapun tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada penderita ISK

secara umum adalah rasa ingin buang air kecil dan sering dicoba untuk

berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar, sering kencing, kesakitan

saat kencing, air kencing bisa berwarna putih, cokelat, atau kemerahan dan

baunya sangat menyengat, warna seni kental/pekat seperti air teh, kadang

kemerahan bila ada darah, nyeri pada pinggang, demam atau menggigil

yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri

disisi bawah belakang rusuk), mual atau muntah (Nurarif dan Kusuma,

2015).

Salah satu ciri khas dari penyakit ISK adalah nyeri yang dialami

pasien. Guna mengatasi nyeri baik nyeri akut maupun nyeri kronis, perawat

perlu mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi

meredakan nyeri serta memberikan teknik non famakologi untuk mengatasi

nyeri (SIKI PPNI, 2018).Salah satunya adalah pemberian kompres hangat

dengan tujuan menurunkan tingkat nyeri (Annamma,dkk, 2014)

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 Tahun 2017 tentang

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan mengatakan bahwa Pelaksanaan Pencegahan dan

Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertujuan untuk

melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung yang menerima

pelayanan kesehatan serta masyarakat dalam lingkungannya dengan cara

memutus siklus penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar

dan berdasarkan transmisi (Kemenkes RI,2017). Salah satu fasilitas


4

pelayanan kesehatan yang telah melakukan hal tersebut adalah Rumah

Sakit Umum Karel Sadsuitubun Langgur.

Data yang penulis dapat dari petugas rekam medik RSU Karel

Sadsuitubun Langgur, data prevalensi penderita infeksi saluran kemih tahun

2018 sebanyak 48 pasien, tahun 2019 sebanyak sebanyak 19 pasien dan

tahun 2020 sebanyak 34 pasien yang dirawat (Data Rekam Medik RSU

KSL, 2020).

Hasil wawancara dengan beberapa penderita Infeksi Saluran Kemih

yang ditemui di ruang Pria, pasien mengatakan bahwa biasanya

merasakan nyeri didaerah pinggang, sulit buang air kecil, terasa panas

saat berkemih, saat berkemih terasa nyeri dan rasanya seperti tertusuk-

tusuk. Hal tersebut sudah sering terjadi secara berulang dan bila

merasakan hal yang sama maka penderita selalu datang ke Puskesmas

untuk berobat. Namun karena kelalaian ddalam meminum obat yang

diberikan dokter di Puskesmas, pasien merasa bahwa sakitnya semakin

menjadi parah dan akhirnya oleh keluarga pasien dibawah ke rumah sakit

umum untuk memperoleh perawatan dan pengobatan

Dari berbagai uraian permasalahan diatas, maka penulis tertarik

untuk melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pasien

Infeksi Saluran Kemih Dengan Pemberian Kompres Hangat Dalam

Mengatasi Nyeri di Ruang Pria RSU Karel Sadsuitbun Langgur”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah

studi kasus sebagai berikut: “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pasien


5

Infeksi Saluran Kemih Dengan Pemberian Kompres Hangat Dalam

Mengatasi Nyeri di Ruang Pria RSU Karel Sadsuitbun Langgur ?

1.3. Tujuan Studi Kasus

Adapun tujuan dari studi kasus ini adalah menggambarkan Asuhan

Keperawatan Pasien Infeksi Saluran Kemih Dengan Pemberian Kompres

Hangat Dalam Mengatasi Nyeri di Ruang Pria RSU Karel Sadsuitbun

Langgur

1.4. Manfaat Studi Kasus

1.4.1. Bagi Rumah Sakit Umum Karel Sadsuitbun Langgur

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang

keperawatan dalam meningkatkan pengetahuan tentang asuhan

keperawatan pasien infeksi saluran kemih Dengan Pemberian

Kompres Hangat Dalam Mengatasi Nyeri.

1.4.2. Bagi Pasien dan Keluarga

Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga tentang

kemandirian dalam mengatasi nyeri akibat Infeksi Saluran Kemih

Dengan Pemberian Kompres Hangat

1.4.3. Bagi Peliti

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan khususnya studi kasus tentang asuhan keperawatan

pasien infeksi saluran kemih Dengan Pemberian Kompres Hangat

Dalam Mengatasi Nyeri

Anda mungkin juga menyukai