Anda di halaman 1dari 4

TULISAN REFLEKTIF

Pengalaman Hidup terkait dengan tujuan hidup yang harus dimiliki seorang konselor
Dosen Pengampu: Dr. Sri Dwi Harti, M.Th

Oleh :

Nama : Marthina T.G Kapitan


Prodi : PAK
Semester : VI (Enam)
Tugas : Pastoral Konseling

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI PELITA DUNIA


TAHUN AJARAN 2022/2023
 Pengalaman Hidup terkait dengan tujuan hidup yang harus dimiliki seorang konselor.

Kita tahu bahwa seorang konselor bukan hanya dilakukan oleh seorang yang telah
ditahbiskan sebagai hamba Tuhan atau pendeta atau seorang gembala sidang. Tetapi seorang
konselor adalah orang yang dipanggil dan diberikan karunia oleh Tuhan untuk pelayanan
konseling. Dalam hal ini jika kita berbicara mengenai seorang konselor berarti seorang yang
telah lahir baru, hidup di dalam Kristus, berpegang sepenuhnya kepada Firman Tuhan dan
memiliki hati seperti Kristus yang mudah tergerak oleh belas kasihan. Seorang konselor
dituntut untuk menjadi teladan atau contoh seperti yang dikatakan dalam (1 Timotius 4:12),
dimana dikatakan bahwa “Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu,
dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu”. Oleh
sebab itu tidaklah baik jika seorang konselor memberikan pelayanan konseling pada waktu ia
sendiri sedang bermasalah dan belum dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Pengalaman
untuk menjadi seorang konselor perlu menyatakan terlebih dahulu buki kehidupan pribadi
dan keluarganya sebelum dapat menjadi konselor yang baik. Ia harus memiliki kehidupan
yang baik sesuai dengan kebenaran Firman dan jika ia telah berkeluarga ia harus
menunjukkan keharmonisan rumah tangganya. Seorang konselor yang memiliki masalah
dalam keluarganya tidak mungkin dapat membantu memecahkan masalah keluarga orang lain
secara baik, apalagi dalam memberikan pengertian Firman Tuhan. Mana mungkin seorang
konselor yang telah bercerai dapat membantu keluarga orang lain untuk mempertahankan
pernikahan mereka?

Demikian juga seorang konselor dituntut untuk mengutamakan komunikasi dengan Tuhan
lewat persekutuan doa karena doa memiliki kuasa, “Doa orang yang benar bila dengan yakin
didoakan, sangat besar kuasanya” (Yakobus 5:16). Doa dapat menyelesaikan masalah pribadi
dan juga masalah orang lain yang dilayaninya. Seorang konselor akan mampu melayani
pelayanan konseling dengan baik jika ia memiliki motivasi yang benar. Untuk itu ada
beberapa pertanyaan yang perlu dijawab terlebih dahul oleh seorang konselor agar dapat
menegtahui motivasi pelayanannya. Adapun pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu
seperti: Apakah saya mengasihi Tuhan dengan segenap hati? Apakah saya memiliki hati yang
mudah berbelas kasihan kepada orang lain? Apakah saya dengan tulus berkeinginan
menolong orang lain? Apakah ada tanda bahwa pelayanan saya adalah untuk menolong orang
lain? Apakah ada kepuasan hidup sewaktu saya dapat menolong orang lain?. Dengan
pertanyaan-pertanyaan di atas maka seorang konselor dapat menilai dirinya terlebih dahulu
sebelum melakukan pelayanannya.
Tuhan Yesus memberi contoh kepada kita melalui sikapnya sebagai seorang konselor
dengan sikap menerima dan lemah lembut, serta melakukan konseling, yaitu mendengarkan,
menyelesaikan masalah, menyembuhkan, memulihkan dan memenuhi kebutuhan manusia.
Jika kita sebagai konselor perlu selalu menjelaskan kepada orang-orang yang sedang kita
tolong mengenai peranan kedaulatan Allah. Sebagai seorang konselor juga harus memiliki
hidup dan kemerdekaan di dalam Kristus dan akan melawan godaan untuk melayani terlepas
dari Allah. Mereka dipimpin oleh Roh Allah dan mengerti bahwa mereka bukanlah jawaban
bagi orang-orang yang sedang mereka tolong. Ketika mereka berusaha untuk menolong orang
lain, mereka melakukannya dengan kesadaran bahwa Allah senantiasa hadir dan bahwa Ia
adalah sang Penasehat Ajaib. Oleh sebab itu, konselor tidak berusaha untuk memainkan peran
Roh Allah dalam kehidupan orang lain. Seorang konselor bergantung pada Allah untuk
petunjuk serta hikmat dan untuk membawa perubahan yang berkelanjutan terhadap para
konseling jika mereka mau bertobat dan mempercayai kebenaran itu. Tujuan daripada
tanggung jawab kita sebagai seorang konselor adalah bahwa kita tidak dapat bertindak
sebagai Allah dalam kehidupan orang lain, dan kita tidak dapat menggantikan tanggung
jawab orang lain kepada Allah. Peranan seorang konselor lebih menyerupai fasilitator yang
pelayanannya adalah mendamaikan (2 Kor 5:18).

Menjadi hamba-hamba yang mengandalkan Tuhan berarti kita sepenuhnya bergantung


pada Allah. Ketika kita menjadi seorang konselor dalam memulai setiap sesi konseling
dengan pemahaman bahwa kita tidak bisa membalut atau membebat hati yang telah remuk
redam. Hanya Tuhan yang dapat melakukan itu. Kita tidak dapat memerdekakan orang.
Hanya Tuhan yang dapat melakukan itu. Kita tidak bisa mengubah mereka atau membuat
mereka sentosa. Hanya Kristus yang bisa mengubah mereka dan menjadikan mereka
sempurna. Yang dapat kita lakukan sebagai seorang konselor adalah membagikan Injil. Yesus
berkata, “Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh
Bapa yang mengutus Aku” (Yoh 6:44). Dengan demikian untuk menjadi seorang konselor
tidaklah mudah harus bisa memiliki kelemahlembutan. Satu-satunya waktu ketika Yesus
pernah menggambarkan diriNya sendiri adalah ketika Dia berkata: Marilah kepadaKu, semua
yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadaMu. Pikullah kuk
yang Kupasang, dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan
jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun
ringan (Mat 11:28-30). Sebagai seorang konselor kita telah diajak untuk berjalan dengan
Yesus yang lemah lembut untuk memimipin orang kepada Yesus dan hati yang lemah
lembut.

Anda mungkin juga menyukai