Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Biologi Terapan

JUDUL

(Penerapan CCPOB Atau GMP)

Dosen pengampu Mata kuliah : Ariandi

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK I

➢ Dewi Sartika
➢ Marsya
➢ Nur Inayah
➢ Venni

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
MAJENE
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan industri pangan dewasa ini meningkat dengan sangat pesat. Seiring
dengan perkembangan tersebut banyak ditemui masalah yang berkaitan dengan penyakit yang
timbul disebabkan karena makanan, obat-obatan, kosmetik dan peralatan medis (medical
devices) yang menimbulkanancaman bagi keselamatan dan kesehatan konsumennya. Salah
satu penyebab dari permasalahan di atas disebabkan oleh adanya kontaminasi dalam proses
produksi dari produk-produk tersebut. Salah satu program dari pemerintahIndonesia adalah
mensyaratkan bagi industri-industri di atas untuk menerapkan GMP.

GMP merupakan suatu pedoman bagi industri terutama industri yang terkait dengan pangan,
kosmetik, farmasi dan peralatan medis (medical devices) untuk meningkatkan mutu hasil
produksinya terutama terkait dengan keamanan dan keselamatan konsumen yang
mengkonsumsi atau menggunakan produk-produknya. Dalam penerapannya, GMP sangat
erat hubungannya dengan HACCP( Hazard Analysis & Critical Control Control Points).
Dimana GMP merupakan persyaratan awal ( pre-requisite) dari HACCP. GMP secara luas
berfokus dan berakibat pada banyak aspek, baik aspek proses produksi maupun proses operasi
dari personelnya sendiri. yang diutamakan dari GMP adalah agar tidak terjadi kontaminasi
terhadap produk selama proses produksi hingga informasi produk ke konsumen sehingga
produk aman dikonsumsi atau digunakan oleh konsumen. Termasuk dalam pengendalian
GMP adalah faktor fisik (bangunan, mesin, peralatan, transportasi, konstruksi pabrik,
dll), faktor higienitas dari personel yang bekerja dan faktor kontrol operasi termasuk
pelatihan dan evaluasi GMP.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana proses perkembangan mesin tepung singkong?
2. Apakah produksi tepung singkong secara konvensional telah memenuhi standar CPPOB
dan GMP?
3. Apakah produksi tepung singkong secara modern dengan menggunakan mesin canggih
telah memenuhi standar CPPOB dan GMP?
4. Apakah perbedaan antara produksi tepung singkong secara konvensional dan modern dari
segi kebersihan dan kesesuaian standar CPPOB dan GMP?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui proses perkembangan mesin tepung singkong


2. Untuk mengetahui apakah produksi tepung singkong secara konvensional telah memenuhi
standar CPPOB dan GMP
3. Untuk mengetahui apakah produksi tepung singkong secara modern dengan menggunakan
mesin canggih telah memenuhi standar CPPOB dan GMP
4. Untuk mengetahui perbedaan antara produksi tepung singkong secara konvensional dan
modern dari segi kebersihan dan kesesuaian standar CPPOB dan GMP
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Mesin Tepung Singkong


Mesin penepung singkog merupakan salah satu alat pembuat tepung yang
digunakan untuk membuat bubuk tepung halus dari bahan baku singkong yang dikeringkan.
Awalnya proses pembuatan tepung sigkong dibuat dengan cara konvensional yaitu proses
pembuatan tepung dengan cara yang sederhana atau proses pembuatannya masih manual dan
dibantu oleh tenaga manusia dan tidak mennggunakan mesin. Proses produksi singkong
secara konvensional memiliki beberapa kelemahan yaitu produk yang belum tentu higenis
karena alat yang digunakannya masih manual. Selain itu dalam proses pengeringannya masih
terhambat karena masih mengandalkan panas matahari. Seiring berjalannya waktu Balai
Besar Indutri Agro BBIA kementrian perindustrian bogor berhasil mengatasi kelemahan
proses konvensional ini. Proses pembuatan tepung singkong yang dulunya masih
menggunakan teknik konvensional kini sudah menggunakan alat bantu mesin dimana pada
teknologi tersebut ditambahkan teknologi empat dalam mein pengelola tepung singkong.
Pada produksi tepung dengan bantuan mesin lebih dikenal dengan proses pembuatan
singkong secara modern.
Pada proses pembuatan tepung singkong secara modern hanya dipantau secara real
time menggunakan internet Oftings. kinerja mesin dan jumlah prosuksi dapat dilihat dari
manapun melalui gawai.

B. Produksi Tepung Singkong Secara Konvensional

Berdasarkan peraturan Menteri Perindustrian RI No. 75/M-IND/PER/7/2010 tentang


Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik.

Adapun ruang lingkup pedoman GMP

1. Lokasi
2. Bangunan

3. Fasilitas sanitasi

4. Mesin dan peralatan

5. Bahan

6. Pengawasan proses

7. Produk akhir

8. Laboratorium

9. Karyawan

10.Pengemas

11. Label dan keterangan produk

12.Penyimpanan

13.Pemeliharaan dan program sanitasi

14.Pengangkutan

15. Dokumentasi dan pencatatan

16.Pelatihan

17.Penarikan produk

18.Pelaksanaan pedoman

Berdasarkan hasil video yang telah kami temukan dan berdasarkan ruang lingkup
pedoman dari GMP maka kami dapat menyimpulkan bahwa proses pembuatan tepung
singkong secara konvensional ini kurang memenuhi standarisasi dari CPPOB atau GMP
karena dilihat dari alat-alat yang digunakan terbilang tidak steril dan masih menggunakan
alat-alat yang sederhana. Selain itu para karyawan yang bertindak dalam proses pembuatan
tepung singkong konvensional ini pun terbilang kurang mematuhi standarisasi yang
seharusnya, banyak dari mereka yang tidak menggunakan pelindung kepala, tidak mencuci
tangan terlebih dahulu dan tidak menggunakan kaos tangan. Selain itu tempat atau mesin
yang digunakan untuk membuat tepungnya pun terbilang tidak begitu steril.
C. Produksi Tepung Singkong Secara Modern

Produksi tepung singkong secara modern dengan menggunakan mesin canggih telah
memenuhi standar CPPOB DAN GMP. Industri pangan adalah salah satu industri
terpenting dan berdampak langsung terhadap masyarakat negara kita. Maka dari itu,
pengelolaannya harus sesuai prosedur yang baik, agar mendapatkan kualitas yang memadai
dan hasil yang memuaskan. Secara internasional, prosedur ini dikenal dengan Good
Manufacturing Practices (GMP) atau Cara Produksi Makanan yang Baik (CPMB) menurut
aturan dan bahasa Indonesia. Maka dari itu, Good Manufacturing Practices dalam industri
pangan sangat dibutuhkan. Menurut sejarahnya, GMP atau CPMB sudah berlaku di
Indonesia sejak tahun 1978 melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.23/MEN.KES/SKJI/1978 tentang Pedoman Cara Produksi Makanan yang Baik
(CPMB). Dengan kata lain, GMP merupakan sebuah quality system regulation (QSR) atau
sistem mutunya diumumkan secara resmi oleh pemerintah Amerika Serikat. Beberapa
tahun berlalu, lahirlah Undang-undang Pangan No.7 tahun 1996 yang berisikan penerapan
standar mutu produk pangan dan proses produksinya yang menjadi kewajiban bagi para
produsen pangan. Artinya, penjaminan standar mutu produk makanan bukan lagi soal
hasilnya saja, tapi juga menyangkut metode dan sikap tindakan mencegah terjadinya
kesalahan.

Adapun keuntungan dan manfaat GMP yang diterapkan pada pembuatan tepung
singkong secara modern yaitu jaminan produk pangan yang bermutu dan aman dikonsumsi.
Jaminan ini akan berdampak positif pula pada kepercayaan konsumen terhadap unit usaha
industri pangan. Selain itu dapat meningkatkan kepercayaan dalam keamanan produk dan
produksi, mengurangi kerugian dan pemborosan, menjamin efisiensi penerapan Hazard
Analysis Critical Control Points (HACCP), dan memenuhi persyaratan peraturan produksi.

Dalam penerapannya, GMP juga memiliki ruang lingkup yang terdiri atas 9 ruang lingkup.

1. Lingkungan sarana pengolahan dan lokasi

Lingkungan sarana pengolahan pangan harus terawat dengan baik, serta bersih dari
sampah. Di samping itu, limbahnya harus dikelola dengan baik dan terkendali, serta
harus adanya sistem saluran pembuangan air yang lancar. Untuk hal lokasi, dianjurkan
terletak di bagian perifer kota, atau tidak berada di lokasi padat penduduk. Lokasinya
juga sebaiknya tidak menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan, tidak berada
dekat industri logam atau kimia, serta bebas banjir dan polisi asap atau kontaminasi
udara lainnya.

2. Bangunan dan Fasilitas Unit Usaha

Bangunan tempat pengelolaan pangan harus didesain sesuai alur prosesnya. Lebih
baik bila cukup luas agar bisa dibersihkan secara intensif. Bangunan tersebut juga
harus memiliki ruang bersih dan kotor yang terpisah, disertai lantai dan dinding terbuat
dari bahan kedap air namun kuat serta mudah dibersihkan. Untuk fasilitas, yang
diperlukan adalah penerangan yang cukup, ventilasi yang memadai untuk masuknya
udara segar, dan tempat pencucian tangan yang dilengkapi sabun serta pengering
tangan. Tempat tersebut juga perlu memiliki gudang yang mudah dibersihkan, terjaga
dari hama, dan sirkulasi udara yang bagus.

3. Peralatan pengolahan

Sangat dianjurkan menggunakan alat yang terbuat dari bahan non-toksik (tidak
beracun), bila digunakan untuk kontak langsung dengan produk. Alat tersebut juga
harus tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan mudah perawatannya. Alat-alat
tersebut juga harus disusun sesuai dengan alur proses.

4. Fasilitas dan kegiatan sanitasi

Sanitasi dibutuhkan untuk menjamin kebersihan baik peralatan yang kontak langsung
dengan produk, ruang pengolahan serta ruang lainnya, sehingga produk bebas dari
cemaran biologis, fisik dan kimia. Program sanitasi meliputi jenis peralatan dan ruang
yang harus dibersihkan, pelaksana dan penanggung jawab, serta cara pemantauan dan
dokumentasi. Fasilitas lainnya adalah ketersediaan higiene karyawan, pasokan air
yang mencukupi kebutuhan proses produksi serta untuk minum, dan pembuangan air
limbah dengan desain yang tak mencemari.

5. Sistem pengendalian hama

Dalam pengendalian hama, dapat dilakukan pencegahan dengan sanitasi yang baik,
pengawasan atas barang/bahan yang masuk, dan penerapan/praktik higienis yang baik.
Sementara, pencegahan masuknya hama dapat dengan penutupan lubang dan saluran
tempat hama masuk, memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi, serta mencegah
hewan berkeliaran di lokasi unit usaha.

6. Kebersihan karyawan

Karyawan juga sebaiknya dipastikan kebersihan dan kesehatannya dengan


pemeriksaan yang rutin. Berikan juga pelatihan higiene bagi karyawan, diikuti
peraturan yang lengkap dengan petunjuk, peringatan, larangan, dll.

7. Pengendalian proses
Dalam pengolahan pangan dengan GMP, harus ada proses pengendalian yang dibagi
tiga tahap. Pertama, pengendalian pra-produksi yang menetapkan persyaratan bahan
baku, komposisi bahan, cara pengolahan bahan baku, persyaratan distribusi, dan
penggunaan produk sebelum konsumsi. Tahap kedua, pengendalian saat proses
produksi yang meliputi prosedur yang telah diterapkan, dipantau dan diperlukan lagi.
Diikuti tahap ketiga, pengendalian pasca produksi yang diikuti beberapa poin
keterangan seperti jumlah bahan, bagan alur proses, jenis, ukuran, jenis produk pangan,
keterangan lengkap produk, penyimpanan produk, hingga distribusi produk yang
harus didesain khusus. Dalam proses pembuatan tepung singkok hanya dipantau
secara real time menggunakan internet Oftings. kinerja mesin dan jumlah prosuksi
dapat dilihat dari manapun melalui gawai.
8. Manajemen pengawasan
Yang butuh pengawasan adalah jalannya proses produksi, pencegahan terhadap
penyimpangan yang menurunkan mutu dan keamanan produk. Pengawasan adalah
kegiatan yang butuh proses rutin dan dikembangkan agar produksi efektif dan efisien.
9. Pencatatan dan dokumentasi
Catatan berisi proses pengolahan termasuk tanggal produksi dan kadaluarsanya.
Bersamaan dengan itu, dokumen yang baik akan meningkatkan jaminan mutu dan
keamanan produk. Demikianlah pemahaman sederhana tentang GMP atau CPMB,
semoga dapat memotivasi para pekerja industri pangan untuk bisa mengelola lahannya
sendiri dengan baik dan sesuai standar.
Tujuannya tentu hasil yang terbaik secara berkelanjutan dan disukai konsumen. Begitu
konsumen sudah menyukainya, maka akan menguntungkan perusahaan itu sendiri karena
kepercayaan khalayak yang terus meningkat.pengolahan tapioka yang paling epektif untuk
UKM??

PENGOLAHAN TEPUNG TAPIOKA BERTEKNOLOGI MODERN SEKALA UKM

1. Singkong yang telah dipanen harus segera dilakukan pengupasan dengan tujuan
singkong terhindar dari racun, dan pati yang di dapat akan lebih banyak Mesin untuk
membantu mengupas singkong sudah banyak di pasaran, namun perlu di ingat !! dari
beberapa teknologi di pasaran indonesia, sistem pengupasan singkong yang paling
epektif adalah mesin yang proses pembersihannya menggunakan sikat... ALASAN
( bila menggunakan bilah pisau, banyak daging singkong yang terbuang, bila
menggunakan sikat khusus, daging singkong tidak akan habis terbuang, dan hasilnya
lebih bersih )
2. Setelah proses pembersihan kulit, maka selanjutnya singkong di parut, disini penulis
pernah mendesain mesin ekstraksi singkong menjadi pati. Mesin ini terdiri dari
PARUTAN – PEMERAS ( bilah pemukul dan ayakan/skrin ) – pengendapan, semua
itu hanya dijalankan oleh 1 electro motor saja.
3. Setelah tahapan ekstraksi kita akan mendapatkan 2 hasil, yaitu PATI, dan AMPAS
singkong, ampas singkong kita jangan buang, banyak kalangan yang menggunakan
ampas singkong sebagai bahan baku pembuatan saus serta di jadikan pakan ternak.
4. PATI yang di peroleh, kemudian kita keringkan,. Beberapa cara untuk proses
pengeringan, diantaranya :
a. Menggunakan Panas sinar matahari langsung ( dijemur ),
1) Kelebihan , hasilnya bagus, putih tidak berubah warna,
2) Kelemahan, memerlukan waktu cukup lama, terkontaminasi debu, belum lagi
bila hujan,.
b. Menggunakan oven, biasanya oven pemanas dengan menggunakan bahan bakar gas
/ solar.
1) Kelebihan , lebih cepat,
2) Kelemahan, memerlukan sumber energi berupa bahan bakar ( menambah biaya
produksi ), serta ada beberapa kasus, dimana terjadi kebocoran pada unit PHE,
sehingga merusak hasil pengeringan, seperti perubahan bau dan warna
c. Menggunakan rumah kaca ( bangunan yang memiliki atap setengah diameter serta
beratapkan plastik UV ), ya... penulis menggunakan cara tersebut untuk
mengeringkan tepung tapioka, selain lebih ekonomis cara tersebut ampuh
mengurangi kerepotan saat hujan ataupun terkena debu, masih bingung? Secara
sederhana, PATI merupakan kandungan tepung dan air, untuk menangkap air harus
dengan udara yang mengalir, bisa kita manfaatkan turbin bertenaga angin sebagai
exhaust kita, sehingga air terangkat., selain tempat pengeringan, rumah kaca bisa
kita pergunakan sebagi storage
5. Dan yang terakhir adalah mesin penepung, terdiri dari
a. mesin hamer mill
b. blower
c. cyclone
d. dust colector

D. Mengetahui Perbedaan Antara Produksi Tepung Singkong Secara Konvensional

Dan Modern

Perbedaan Konvensional dan Modern Tepung singkong dari segi kebersihan dan kesesuaian
standar CPPUB dan GMP.
Bioteknologi konvensional dan modern memiliki ciri-ciri yang khusus. Seperti hal bioteknologi
konvensional yang ditemukaan saat perkembangan ilmu pengetahuan kurang begitu diperhatikan.
Hal itu menyebabkan penemuan yang ada masih sangat sederhana, sehingga masih banyak
kekurangan yang ditemukan pada hasil maupun prosesnya. Sedangkan produk bioteknologi
modern lebih baik yang disebabkan adanya pertimbangan dari berbagai prinsip ilmu yang ada

No. Karakteristik Bioteknologi

Konvensional Modern

Asal Berdasarkan keterampilan yang Berdasarkan hasil kajian berbagai


1.
diwariskan turun temurun disiplin ilmu yang mendalam
2. Sifat Teknologi sederhana Teknologi modern

Teknik yang Fermentasi oleh Mikroorganisme Rekayasa Genetika


3.
digunakan

Bahan Menggunakan makhluk hidup Menggunakan makhluk hidup dan


4.
secara langsung komponennya secara langsung

Keterlibatan Tidak mengubah sifat (proses) Mengubah sifat (proses) pada agen
5.
manusia pada agen biologi yang digunakan biologi (organisme) yang digunakan

Prinsip Tidak menerapkan prinsip ilmiah menerapkan prinsip ilmiah


6.
ilmiah

7. Kebersihan Belum steril Steril

Produk yang Sedikit Masal


8.
dihasilkan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mesin penepung singkog merupakan salah satu alat pembuat tepung yang digunakan
untuk membuat bubuk tepung halus dari bahan baku singkong yang dikeringkan. Awalnya
proses pembuatan tepung sigkong dibuat dengan cara konvensional yaitu proses pembuatan
tepung dengan cara yang sederhana atau proses pembuatannya masih manual dan dibantu
oleh tenaga manusia dan tidak mennggunakan mesin. Proses produksi singkong secara
konvensional memiliki beberapa kelemahan yaitu produk yang belum tentu higenis karena
alat yang digunakannya masih manual. Selain itu dalam proses pengeringannya masih
terhambat karena masih mengandalkan panas matahari. Seiring berjalannya waktu Balai
Besar Indutri Agro BBIA kementrian perindustrian bogor berhasil mengatasi kelemahan
proses konvensional ini. Proses pembuatan tepung singkong yang dulunya masih
menggunakan teknik konvensional kini sudah menggunakan alat bantu mesin dimana pada
teknologi tersebut ditambahkan teknologi empat dalam mein pengelola tepung singkong.

B. Saran

Alat pembuat tepung singkong sangat membantu dalam proses pengembangan produk
pangan sebaiknya mesin pembuat tepung singkong lebih dikembangkan agar siswa lebih
mudah dalam memahaminya dan mengetahui manfaat dari pembuatan tepung tersebut.

Demikianlah makalah yang dapat penulis susun, tentunya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan penulis untuk
memperbaiki makalah ini. Penulis juga minta maaf apabila ada penulisan atau ulasan yang
salah atau kurang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
REFERENSI
https://youtub.be/rliF80zZz74

Anda mungkin juga menyukai