Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 2

NILAI ESTETIKA DARI KEBUDAYAAN PRA

SEJARAH

PRODI DKV

ANGELIA PANJAITAN

2018022006

UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesenian daerah adalah kesenian yang lebih banyak menggunakan zat dan unsur
seni suku bangsa tertentu dalam ramuannya, sehingga warna dan suasana etnik
tampak dan terasa dalam kehadirannya. Seni rupa sebenarnya telah dikenal jauh
sebelum manusia mengenal tulisan (pra-sejarah) yang membawanya pada zaman baru
yang disebut sejarah, Zaman prasejarah adalah zaman ketika manusia belum
meninggalkan bukti tertulis. Sedangkan zaman sejarah adalah zaman ketika manusia
telah meninggalkan bukti tertulis. Kedua zaman ini dapat ditemukan dengan cara yang
berbeda. Misalnya pada zaman prasejarah tidak meninggalkan benda-benda hasil
kebudayaan manusia. Maka untuk mengetahuinya para ahli sejarah melakukan
penelitian dengan cara melakukan ekskavasi untuk menemukan peninggalan budaya
yang tertanam di tanah dan mempelajari kehidupan suku-suku terasing pada waktu
sekarang yang dipercaya masih hidup seperti di zaman nenek moyang manusia.
Adapun tulisan berikut merupakan tugas dari mata kuliah Estetika mengupas nilai
estetika dari karya seni zaman pra sejarah.

TUGAS 2 NILAI ESTETIKA DARI KEBUDAYAAN PRA SEJARAH- DKV | 1


BAB II
KARYA SENI DAN PERSEPSI ESTETIKA

A. Tinjauan Seni Rupa Prasejarah


Manusia hidup dalam masa Prasejarah dalam jangka waktu yang sangat
panjang sampai mencapai jutaan tahun. Pada masa ini manusia hidup tergantung pada
alam, dan dengan sarana akalnya manusia mulai memikirkan, bahkan sudah mulai
membuat alat-alat yang dapat membantu pekerjaannya dalam menjalani hidupnya di
alam yang luas ini. Walaupun alat-alat yang dibuat pada masa itu masih sangat
sederhana sebab masih sedik merubah bentuk aslinya yang ada di alam. Oleh karena
orientasi kehidupan pada masa prasejarah ini masih sederhana seperti mengumpulkan
makanan dan berburu, maka alat-alat yang dibuatnyapun merupakan pemenuhan atas
aktivitas mengumpulkan makanan dan berburu itu. Misalnya alat untuk mencari umbi-
umbian sebagai bahan makanan atau alat untuk berburu, alat-alat ini dibuat dengan
material alam seperti batu inti yang di pecah, atau tulang binatang yang diasah sehingga
tajam dan dapat digubnakan sebagai pisau. Kehidupan manusiapun pada masa ini
belum sepenuhnya menetap, mereka masih berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
lainnya tergantung pada situasi dan kondisi setempat, bila tempat tinggal mereka tidak
subur lagi, maka mereka pindah dan mencari tempat tinggal baru. Menurut beberapa
ahli Arkeolog bahwa kadang-kadang dalam perjalanan menuju tempat yang baru ini,
mereka singgah dan bertempat tinggal sementara disuatu tempat, mungkin tempat itu
adalah gua atau dataran terbuka, sehingga sering ditemukan beberapa peralatan dan sisa
makanannya pada tempat yang diperkirakan sebagai tempat persinggahannya ini,
bahkan menurut ahli Arkeolog ini, dalam masa perpindahan ini sering terjadi kematian,
apalagi anak-anak dan para wanita yang mengalami kesulitan dalam perjalanan ini,
maka tidaklah mengherankan bila sering di temukan rangka manusia yang terpisah jauh
dari temuan lainnya.
Manusia-manusia prasejarah inipun belum membuat rumah sebagai tempat tinggal
tetap, pada umumnya mereka masih tinggal di gua-gua atau didawerah terbuka, tempat
yang mereka cari adalah terutama yang dekat dengan sumber air, sebab air memegang
peranan penting dalam kehidupan mereka, selain untuk minum, membersihkan badan,
alat transportasi melalui sungai, juga memudahkan mencari binatang buruan, sebab

TUGAS 2 NILAI ESTETIKA DARI KEBUDAYAAN PRA SEJARAH- DKV | 2


binatang-binatang pun butuh air untuk minum. Pada masa kehidupan di gua-gua ini
menonjol sekali adanya aktivitas penguburan dan lukisan-lukisan sebagai bukti
berkembangnya corak kepercayaan pada masa kehidupan berburu dan mengumpulkan
makanan ini. Kemudian dengan daya kerja otaknya maka manusia mulai mengalami
berbagai kemajuan dalam proses hidupnya, mereka mulai membuat alat-alat yang lebih
praktis untuk dimanfaatkan dalam kehidupan mereka, sedikit demi sedikit mereka mulai
melepaskan diri dari tekanan alam, mereka tidak hanya seluruhnya bergantung pada
alam, tapi telah ada upaya-upaya untuk menguasai alam. Misalnya umbi-umbian yang
awalnya dicari dihutan, kini mulai ditanam sendiri, binatang-binatang buruan mulai
dijinakkan, membuat perladangan sederhana, mulai bercocok tanam dan bertempat
tinggal menetap.i Mereka sudah memiliki hasil budaya tinggi, mereka telah mengenal
budaya bercocok tanam, memelihara hewan, juga membuat benda-benda dari material
tanah berupa periuk, tempayan dan lain-lainnya, mungkin untuk pakaian mereka juga
telah menenun dan membuat pakaian dari kulit kayu, dan yang paling mengesankan lagi
adalah mereka telah memiliki kecenderungan yang tinggi untuk mengekspresikan
dirinya dalam karya-karya yang saat ini kita sebut Lukisan, walaupun dengan bahan
pewarna dari alam dan bidang dinding gua atau batu dan kayu pada permukaan dari
alat-alat kebutuhan hidup mereka, namun itu telah menjadi bukti bahwa merekapun
telah memanfaatkan insting dan intuisi berkeseniannya.
Sejalan dengan itu, perkembangan tahap demi tahap semakin memperlihatkan
kemajuannya, apalagi setelah di temukannya biji logam, maka pertanian, peternakan
dan pembuatan alat-alat mengalami kemajuan tekniknya. Alat-alat tidak hanya di buat
dari batu, tulang dan tanah serta dari logam. Karena logam beradasrkan sifat
materialnya lebih mudah dibentuk daripada batu, maka akhirnya logam memegang
peranan penting. Bahkan lama-kelamaan logam mulai menggeser kedudukan batu,
batupun hanya berfungsi sebagai benda pusaka saja yang kehilangan nilai praktisnya.
Maa ini lalu dikenal sebagai masa perundagian seabagai puncak dari karya budaya
prasejarah. Perkampungan juga semakin besar, beberapa kampung bersatu membentuk
satu kampung lagi yang lebih besar. Dengan semakin besarnya kelompok masyarakat,
maka sudah tentu pembagian tugas sangat diperlukan. Mereka sudah mulai membentuk
kelompok-kelompok sesuai dengan tugas atau kerja. Di sini terbentuk kelompok pandai
besi, perunggu, petani, pedagang, peternak, dan pemburu. Karena setiap kelompok
mempunyai penghasilan yang berbeda, maka terjadilah komunikasi yang timbal balik
antara sikonsumen dan produsen. Perdagangan telah dilakukan dengan sistem barter.

TUGAS 2 NILAI ESTETIKA DARI KEBUDAYAAN PRA SEJARAH- DKV | 3


Dengan demikian terbentuklah kelompok-kelompok yang terampil dalam masyarakat.
Masyarakat yang camping dan undagi ini disebut
B. Lukisan di Gua dan batu karang

Gambar I
Lukisan cap telapak tangan di gua leang-leang Kabupaten Maros
Sulawesi Selatan

Sejak jaman prasejarah tradisi berekspresi dalam bentuk lukisan sudah dikenal,
dimana tradisi melukis ini bukan hanya sekedar mengekspresikan unsur keindahan saja, tapi
ada berbagai nilai yang tersirat dalam lukisan itu, mulai dari warna, bentuk dan teknik
merupakan simbol dari berbagai makna-makna yang ingin disampaikan.

Arti Gambar dan Fungsi Gambar: merupakan kepercayaan mereka yang ternyata
memiliki kaitan yang erat, bisa jadi sebuah lukisan dibuat dengan ritual tertentu dan untuk
kepentingan ritual pula sebab merekapun mulai percaya pada adanya kekuatan yang
menguasai mereka yang berada di luar dirinya, dan kekuatan itu berpengaruh besar terhadap

TUGAS 2 NILAI ESTETIKA DARI KEBUDAYAAN PRA SEJARAH- DKV | 4


kelangsungan hidupnya, kemakmurannya, keamanan dan kebahagiaan hidupnya.

Persepsi: Pada masa berburu dan mengumpul makanan pada umumnya lukisan digambarkan
di dinding-dinding gua tempat mereka bertempat tinggal, pada masa kemudian barulah
mereka mulai melukiskan pada tempat yang mereka anggap mengandung daya magis,
sehingga akhirnya semakin indah lukisannya dianggap semakin besar pula daya magisnya,
dan akhirnya benda tersebut berubah fungsi menjadi benda untuk upacara keagamaan. Pola
hias geometrik adalah pola hias yang paling banyak di gunakan dalam seni hias di Indonesia
dari jaman-kejaman, pola geometrik adalah pola hias tradisional yang selalu memegang
peranan, pola hias ini mengandung arti sosial, geografis, dan relegius.

Estetika Gambar:
 Bentuk : Cap tangan atau lukisan-lukisan makhluk hidup seperti berbagai jenis
binatang, berupa garis-garis lengkung, lingkaran-lingkaran, pilin, pola
hias berbentuk lingkaran, garis-garis silang, titik-titik
 Sifat gambar : abstrak.
 Warna : Merah, Biru, dll

A. Zaman Paleolitikum (Zaman Batu Tua)


Zaman Batu Tua (Palaeolitikum) Disebut Demikian Sebab Alat-Alat Batu Buatan
Manusia Masih Dikerjakan Secara Kasar, Tidak Diasah Atau Dipolis. Apabila Dilihat Dari
Sudut Mata Pencariannya, Periode Ini Disebut Masa Food Gathering (Mengumpulkan
Makanan), Manusianya Masih Hidup Secara Nomaden (Berpindah-Pindah) Dan Belum Tahu
Bercocok Tanam. Peninggalan Pada Zaman Ini Seperti:

1. Kapak Perimbas

TUGAS 2 NILAI ESTETIKA DARI KEBUDAYAAN PRA SEJARAH- DKV | 5


Estetika Gambar

Bentuk : Kapak Perimas


Ciri-Ciri : Terbuat dari batu, tidak memiliki tangkai, digunakan dengan cara menggengam.
Fungsi : Dipakai untuk menguliti binatang, memotong kayu, dan memecahkan tulang
binatang buruan

2. Kapak Genggam

Estetika Gambar

Bentuk : Kapak genggam memiliki bentuk hampir sama jenis kapak penetak dan
perimbas, namun bentuknya jauh lebih kecil.
Fungsi : membelah kayu, menggali umbi-umbian, memotong daging hewan buruan,
dan keperluan lainnya.
Pada tahun 1935, peneliti Ralph von Koenigswald berhasil menemukan sejumlah kapak
genggam di Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

3. Flakes (alat-alat serpih)

TUGAS 2 NILAI ESTETIKA DARI KEBUDAYAAN PRA SEJARAH- DKV | 6


Bentuk : Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu Chalcedon.
Fungsi : digunakan untuk mengupas makanan, umumnya untuk berburu, menangkap ikan,
mengumpulkan ubi dan buah-buahan.

4. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa

Salah satu alat peninggalan zaman paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat
dari tulang ini termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa
alat penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi.
Fungsi : Untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa
digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan.

TUGAS 2 NILAI ESTETIKA DARI KEBUDAYAAN PRA SEJARAH- DKV | 7


DAFRAR PUSTAKA

Ankersmit, F.R., 1987. Refleksi Tentang Sejarah: Pendapat-pendapat Modern tentang


Filsafat Sejarah, (diindonesiakan oleh Dick Hartoko), Cetakan I, Jakarta; PT
Gramedia.

Dick Hartoko, 1984. Manusia dan Kebudayaan, Knisius, Yogyakarta.

Effendhie. Machmoed, 1999. Sejarah Budaya, Untuk SMU Kelas 3, Cetakan I, Jakarta;.
Depdikbud.

HR Van Heekeren, 1957, hal. 96-98.


J. Daeng, Hans, 2000. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan: Tinjauan Antropologis,
(Pengantar Dr. Irwan Abdullah), Cetakan I, Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Karso, dkk., 1996. Sejarah Nasional dan Umum, Edisi I, Untuk SMU Berdasarkan
Kurikulum 1994 Jilid 3 Kelas 3 Cawu I,2,3, Cetakan I, Bandung;. Angkasa.

Soedarso SP, 1990/1991. Seni Rupa Indonesia dalam Masa Prasejarah


Soekmono, 1993 Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1, 2, 3 Yogyakarta: Kanisius.
------------, Perjalanan Seni Rupa Indonesia, Depdikbud.

TUGAS 2 NILAI ESTETIKA DARI KEBUDAYAAN PRA SEJARAH- DKV | 8

Anda mungkin juga menyukai