Upik Kesumawati Hadi, PS Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Sekolah Pascasarjana IPB Bogor, Kampus
IPB Darmaga, Jl Agatis, Bogor 16880
Siapakah Tomcat itu? Tomcat merupakan sebutan untuk nama serangga penyebab
peradangan kulit atau Dermatitis Paederus. Di Malaysia dikenal dengan istilah
bukan Tomcat tetapi Charlee, semut semai atau semut kayap. Dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah Rove beetle, atau Kumbang jelajah atau kumbang pengembara.
Dermatitis ini merupakan bentuk reaksi alergi akibat kontak dengan kumbang atau
ordo Coleoptera, famili Staphylinidae, genus Paederus yang keberadaanya umum
di seluruh dunia, khususnya banyak ditemukan di daerah tropis. Kumbang ini
sesungguhnya tergolong serangga berguna karena berperan sebagai predator aktif
pada beberapa serangga pengganggu tanaman padi, seperti wereng batang coklat,
wereng punggung putih, wereng zigzag, wereng hijau dan hama kedelai yang
banyak terdapat di iklim tropis.
Habitat dan Perilaku Tomcat seperti apa? Kumbang ini berkembang biak di habitat
yang lembab seperti daun busuk basah dan tanah. Menurut FAO (1994) serangga ini
efektif memangsa wereng coklat hama padi di Bogor dengan daur hidup dari telur
sampai menjadi imago selama 18 hari. Stadium telur = 4 hari, larva = 9,2 hari,
prepupa = 1 hari, dan pupa = 3,8 hari. Lama hidup serangga betina adalah 113,8 hari
dan serangga jantan adalah 109,2 hari. Kemampuan bertelur 106 butir per betina.
Masa inkubasi telur selama 4 hari. Persentase penetasan 90,20 persen. Persentase
menjadi dewasa adalah 77,60 persen. Kemampuan memangsa wereng coklat
hama adalah 7,3; 7,5; 4,2; 3,2; dan 2,3 masing-masing instar 1, 2, 3, 4, dan 5.
Menurut Kalshoven (1981) P. fuscipes yang ada di Indonesia tidak efektif sebagai
predator wereng coklat hama padi karena sifatnya yang polifagus, tetapi beberapa
petani dan praktisi di lapangan serta FAO (1994) menyatakan bahwa serangga ini
cukup potensial sebagai musuh alami hama pada tanaman padi. Oleh karena itu
meskipun genus Paederus ini dimanfaatkan sebagai musuh alami hama tanaman,
semua harus waspada dan hati-hati. Paederus akan berbahaya bagi manusia apabila
tergenjet dan hemolimfe atau darahnya bersinggungan dengan kulit manusia.
Populasi kumbang meningkat pesat pada akhir bulan musim hujan (bulan Maret
dan April) dan kemudian dengan cepat berkurang dengan timbulnya cuaca kering
pada bulan-bulan berikutnya. Beberapa laporan penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan pesat dalam populasi mereka telah dikaitkan dengan peningkatan
hujan terkait dengan fenomena el Nino di beberapa negara beberapa waktu yang
lalu.
Lalu untuk penanganan luka-luka dermatitis dapat diberikan berbagai jenis salep
yang mengandung hidrokortison atau antibiotik, langsung ke atas permukaan kulit,
atau kalau sangat parah maka perlu konsultasi dengan dokter kulit.
Reference
Mullen G, Durden L. 2009. Medical and Veterinary Entomology. 2nd ed. London, UK: Academic Press;
Beetles (Coleoptera) p. 102.
Uslular C, Kavukcu H. 2002. An epidemicity of Paederus species in the Cukurova region. Cutis ; 69:277–279.
Armstrong RK, Winfield JL .1969. Paederus fuscipes dermatitis: an epidemic on Okinawa. The American
Journal of Tropical Medicine and Hygiene. 18:147–150.
Rahman S. 2006. Paederus dermatitis In Sierra Leone. Dermatol Online J. 12:9.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The pest of crops in Indonesia (revised by P.A. van der Laan). PT. Ichtiar Baru - Van
Hoeve, Jakarta.