Anda di halaman 1dari 4

Fenomena Tomcat atau Dermatitis Paederus

Upik Kesumawati Hadi, PS Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Sekolah Pascasarjana IPB Bogor, Kampus
IPB Darmaga, Jl Agatis, Bogor 16880

Baru-baru ini di tanah air tercinta ini semua orang


dihebohkan oleh adanya serangan Tomcat di Surabaya,
dan semua dibuat olehnya menjadi resah. Apakah
sesungguhnya Tomcat itu, bagaimana perilakunya dan
bagaimana mengatasinya? Berikut ini penulis mencoba
menguraikannya, semoga bermanfaat.

Siapakah Tomcat itu? Tomcat merupakan sebutan untuk nama serangga penyebab
peradangan kulit atau Dermatitis Paederus. Di Malaysia dikenal dengan istilah
bukan Tomcat tetapi Charlee, semut semai atau semut kayap. Dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah Rove beetle, atau Kumbang jelajah atau kumbang pengembara.
Dermatitis ini merupakan bentuk reaksi alergi akibat kontak dengan kumbang atau
ordo Coleoptera, famili Staphylinidae, genus Paederus yang keberadaanya umum
di seluruh dunia, khususnya banyak ditemukan di daerah tropis. Kumbang ini
sesungguhnya tergolong serangga berguna karena berperan sebagai predator aktif
pada beberapa serangga pengganggu tanaman padi, seperti wereng batang coklat,
wereng punggung putih, wereng zigzag, wereng hijau dan hama kedelai yang
banyak terdapat di iklim tropis.

Bagaimana kumbang ini bisa mencapai hunian


manusia? Kumbang dewasa berpindah dari habitatnya
dengan berjalan di permukaan tanah atau melalui tajuk
tanaman. Pada malam hari ia tertarik pada lampu pijar
dan neon, dan sebagai akibatnya, secara tidak sengaja
bersentuhan dengan kehidupan manusia. Kumbang ini
akan menjadi penggganggu utama ketika jendela atau
pintu bangunan rumah dibiarkan terbuka. Kumbang ini tidak menggigit atau
menyengat, tapi secara tidak disengaja tersapu atau tergaruk tangan sehingga
bagian tubuhnya hancur di atas kulit. Ketika itu ia akan mengeluarkan cairan
hemolimfe, yang berisi pederin (C25H45O9N), zat kimia iritan kuat, yang akan
menimbulkan reaksi gatal-gatal, rasa terbakar, eritema dan mengalir keluar 12-48
jam kemudian. Lesi-lesi kulit biasanya linear, dan kulit melepuh (vesiko-vitiliginous),
bisa juga terjadi konjungtivitis pada mata atau bungkul-bungkul kemerahan.

Beberapa laporan penelitian menunjukkan bahwa biosintesis pederin terjadi hanya


pada kumbang betina tertentu. Keberadaan bakteri endosymbiotic gram negatif
tertentu pada betina (+) tampaknya berperan penting untuk sintesis pederin. DNA
dari bakteri simbiotik tergolong dalam genus Pseudomonas, dan Pseudomonas
aeruginosa. Oleh karenanya, serangga betina yang infektif membawa bakteri
tersebut haemolymphnya mengandung paederin yang bersifat racun yang dapat
menyebabkan gejala radang dan melepuh pada kulit manusia. Lepuh akan pecah
dan mengering atau dapat bernanah, dalam waktu kurang lebih 2 minggu baru akan
pulih kembali.

Bagaimana bentuk kumbang Tomcat? Kumbang Paederus dewasa umumnya


berukuran 7 sampai 10 mm panjang dan 0,5 sampai 1 mm lebar. Di Indonesia jenis
yang paling banyak dijumpai adalah Paederus fuscipes (Kalshoven 1981) dan satu
jenis lagi tetapi tidak sebanyak yang pertama yaitu Paederus tamulus. Tubuh
kumbang Paederus berbentuk memanjang, terbagi menjadi tiga yaitu kepala, toraks,
dan abdomen. Bagian kepala, perut bagian bawah, dan elitera (struktur sayap
pelindung) berwarna hitam, dan bagian dada serta perut atas berwarna merah
oranye. Kakinya terdiri atas tiga pasang dengan jumlah ruas tarsi kaki depan, tengah,
dan belakang adalah 5-5-5, serta tidak berkuku. Sayapnya dua pasang, tetapi tidak
menutupi seluruh abdomen, hanya menutupi ruas abdomen kesatu sampai dengan
ketiga. Sayap depan mengeras disebut elitera, dan berfungsi sebagai perisai,
sedangkan sayap yang kedua membranus atau bening digunakan untuk terbang.

Jenis Paederus fuscipes, terlihat pronotumnya berbentuk oval memanjang, kaki-


kakinya berwarna kuning kecoklat-coklatan (oranye) kecuali bagian apeks femur
ketiga. Terminal segmen pada palpi berwarna coklat. Bagian basal elitera berjarak
sangat dekat dan terlihat seperti menempel pada pronotum.

Berbeda dengan P. fuscipes, jenis P. tamulus memiliki pronotum berbentuk agak


membulat tidak memanjang seperti pada P. fuscipes semua kaki-kakinya berwarna
coklat kehitam-hitaman, terminal segmen pada palpi juga berwarna coklat kehitam-
hitaman, bagian basal elitera berjarak tidak terlalu dekat sehingga terlihat tidak
menempel pada pronotum.

Habitat dan Perilaku Tomcat seperti apa? Kumbang ini berkembang biak di habitat
yang lembab seperti daun busuk basah dan tanah. Menurut FAO (1994) serangga ini
efektif memangsa wereng coklat hama padi di Bogor dengan daur hidup dari telur
sampai menjadi imago selama 18 hari. Stadium telur = 4 hari, larva = 9,2 hari,
prepupa = 1 hari, dan pupa = 3,8 hari. Lama hidup serangga betina adalah 113,8 hari
dan serangga jantan adalah 109,2 hari. Kemampuan bertelur 106 butir per betina.
Masa inkubasi telur selama 4 hari. Persentase penetasan 90,20 persen. Persentase
menjadi dewasa adalah 77,60 persen. Kemampuan memangsa wereng coklat
hama adalah 7,3; 7,5; 4,2; 3,2; dan 2,3 masing-masing instar 1, 2, 3, 4, dan 5.

Menurut Kalshoven (1981) P. fuscipes yang ada di Indonesia tidak efektif sebagai
predator wereng coklat hama padi karena sifatnya yang polifagus, tetapi beberapa
petani dan praktisi di lapangan serta FAO (1994) menyatakan bahwa serangga ini
cukup potensial sebagai musuh alami hama pada tanaman padi. Oleh karena itu
meskipun genus Paederus ini dimanfaatkan sebagai musuh alami hama tanaman,
semua harus waspada dan hati-hati. Paederus akan berbahaya bagi manusia apabila
tergenjet dan hemolimfe atau darahnya bersinggungan dengan kulit manusia.

Populasi kumbang meningkat pesat pada akhir bulan musim hujan (bulan Maret
dan April) dan kemudian dengan cepat berkurang dengan timbulnya cuaca kering
pada bulan-bulan berikutnya. Beberapa laporan penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan pesat dalam populasi mereka telah dikaitkan dengan peningkatan
hujan terkait dengan fenomena el Nino di beberapa negara beberapa waktu yang
lalu.

Bagaimana pencegahan dan penanganannya? Upaya mencegah kontak dengan


kumbang ini merupakan metode utama untuk menghindari dermatitis Paederus.
Oleh karena itu perlu belajar mengenali bentuk kumbang Paederus, agar sedapat
mungkin bila kenal maka tidak akan menggencet atau menghancurkan serangga ini,
dan infeksi dapat dicegah. Jika kumbang hinggap pada kulit anda, tiuplah dengan
mulut agar dia terbang atau upayakan agar kumbang berjalan ke secarik kertas dan
setelah itu singkirkan jauh-jauh. Daerah kulit bekas kontak dengan kumbang harus
segera dicuci dengan sabun dan air, dan setiap pakaian yang berkontak dengan
kumbang harus dicuci juga. Pintu harus tetap tertutup dan skrining jendela harus
tetap dalam keadaan baik untuk membantu mengurangi masuknya serangga ke
dalam bangunan. Karena kumbang tertarik pada cahaya, lampu harus dimatikan
ketika orang tidur. Serangga yang ada di sekitar dapat dikendalikan dengan
menggunakan insektisida rumah tangga atau bila populasi menyebar ke wilayah
yang luas maka dapat dilakukan penyemprotan insektisida. Lingkungan yang
menjadi tempat perkembangbiakan pradewasa serangga seperti timbunan sampah
vegetasi yang busuk, serasah dan sejenisnya dibakar,dibersihkan dan disingkirkan
dari sekitar permukiman.

Lalu untuk penanganan luka-luka dermatitis dapat diberikan berbagai jenis salep
yang mengandung hidrokortison atau antibiotik, langsung ke atas permukaan kulit,
atau kalau sangat parah maka perlu konsultasi dengan dokter kulit.

Reference

Mullen G, Durden L. 2009. Medical and Veterinary Entomology. 2nd ed. London, UK: Academic Press;
Beetles (Coleoptera) p. 102.
Uslular C, Kavukcu H. 2002. An epidemicity of Paederus species in the Cukurova region. Cutis ; 69:277–279.
Armstrong RK, Winfield JL .1969. Paederus fuscipes dermatitis: an epidemic on Okinawa. The American
Journal of Tropical Medicine and Hygiene. 18:147–150.
Rahman S. 2006. Paederus dermatitis In Sierra Leone. Dermatol Online J. 12:9.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The pest of crops in Indonesia (revised by P.A. van der Laan). PT. Ichtiar Baru - Van
Hoeve, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai