Anda di halaman 1dari 41

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA F20.

1 (SKIZOFRENIA
HEBEFRENIK) DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI
RUANG BENUAS RSJ KALAWA ATEI BUKIT RAWI

Oleh :

Nama : Indah Permata Sari

Nim : 2021-01-14091-028

YAYASAN STIKES EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN AJARAN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Indah Permata Sari


Nim : 2021-01-14901-028
Program Profesi : Ners Angkatan IX
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
D Dengan Diagnosa Medis F.20.2 (Skizofrenia
Katatonik) Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Di Rumah
Sakit Jiwa Kalawa Atei Bukit Rawi.

Telah melaksanakan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Keperawatan Jiwa pada Program Studi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Pembimbing Praktik

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dwi Agustian Faruk, Ners.,M.Kep. Wiwik Haryenie, S.kep.,Ners.


LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Indah Permata Sari


Nim : 2021-01-14901-028
Program Profesi : Ners Angkatan IX
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.
D Dengan Diagnosa Medis F.20.2 (Skizofrenia
Katatonik) Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Di Rumah
Sakit Jiwa Kalawa Atei Bukit Rawi.

Telah melaksanakan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Keperawatan Jiwa pada Program Studi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Pembimbing Praktik

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dwi Agustian Faruk, Ners.,M.Kep. Wiwik Haryenie, S.kep.,Ners.

KATAMengetahui,
PENGANTAR
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul
Meilitha Carolina, Ners, M.Kep
“Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. D Dengan Diagnosa
Medis F.20.2 (Skizofrenia Katatonik) Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Di
Rumah Sakit Jiwa Kalawa Atei Bukit Rawi”. Laporan Kasus Asuhan
Keperawatan ini merupakan salah satu persyaratan pada Pendidikan Program
Profesi Ners Stase Keperawatan Jiwa di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka
Harap Palangka Raya.
Selama menyusun laporan kasus asuhan keperawatan ini, penulis mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak serta bantuan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini secara khusus
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1) Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes. selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2) Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep. selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan dan Ners.
3) Bapak Dwi Agustian Faruk, Ners.,M.Kep. selaku pembimbing akademik
yang telah memberikan dorongan, arahan dan pemikiran serta penuh
kesabaran membimbing penyusunan dalam menyelesaikan laporan kasus
asuhan keperawatan ini.
4) Ibu Wiwik Haryenie, S.kep.,Ners. selaku pembimbing klinik yang telah
memberikan dorongan, arahan dan pemikiran serta penuh kesabaran
membimbing penyusunan dalam menyelesaikan laporan kasus asuhan
keperawatan ini.
5) Bapak dan Ibu dosen STIKes Eka Harap Palangka Raya yang telah
memberikan materi terkait asuhan keperawatan dasar profesi.
6) Seluruh Staf STIKes Eka Harap yang banyak memberikan semangat dalam
menyelesaikan laporan kasus asuhan keperawatan ini.
7) Semua pihak yang telah membantu hingga laporan kasus asuhan keperawatan
ini dapat terselesaikan, yang mana telah memberikan bimbingan dan bantuan
kepada penyusun.
8) Semoga laporan kasus asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu keperawatan.
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun laporan kasus asuhan
keperawatan ini masih jauh dari sempurna untuk itu kepada semua pihak,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
menunjang kesempurnaan laporan kasus asuhan keperawatan ini.
Palangka Raya, Januari 2021

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................iii
DAFTAR ISI .................................................................................................v

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3. Tujuan Penulisan....................................................................................3
1.4. Manfaat Penulisan..................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Dasar Halusinasi.......................................................................5
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.........................................................14

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Data Demografi ....................................................................................20
3.2 Alasan Masuk Dan Keluhan Utama .....................................................20
3.3 Faktor Presipitasi Dan Predisposisi ......................................................20
3.4 Status Mental ........................................................................................23
3.5 Kebutuhan Persiapan Pulang ................................................................25
3.6 Mekanisme Koping ..............................................................................26
3.7 Masalah Psikososial Dan Lingkungan .................................................26
3.8 Aspek Medik ........................................................................................26
3.9 Daftar Masalah Keperawatan ...............................................................27
3.10 Daftar Diagnosis ...................................................................................27
3.11 Pohon Masalah .....................................................................................27
3.12 Intervensi ..............................................................................................30
3.13 Implementasi Dan Evaluasi ..................................................................32

BAB 4 PEMBAHASAN
1. Pengkajian.............................................................................................42
2. Diagnosa keperawatan ..........................................................................42
3. Intervensi ..............................................................................................43
4. Inplementasi .........................................................................................43
5. Evaluasi ................................................................................................43

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...........................................................................................44
5.2 Saran .....................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1
TINJAUN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Penyakit


1.1.1 Definisi Resiko Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis bisa di lakukan secara verbal,
di arahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan (Amatiria, 2012). Perilaku
kekerasan merupakan suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan (Elshy Pangden Rabba, Dahrianis, 2014).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain dan lingkungan yang timbul sebagai kecemasan dan ancaman (Hadiyanto,
2016). Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditunjukkan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut. Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari
gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari satu persen (Simatupang, 2010)
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan
kemarahan yang dimanisfestasikan dalam bentuk fisik. Kemarahan merupakan
suatu komunikasi atau proses penyampaian pesan individu. Orang yang
mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaian pesan bahwa ia “tidak
setuju, merasa tersinggung, merasa tidak dianggap, merasa tidak dituntut atau
diremehkan” (Yosep, 2011).
1.1.1. Rentang Respon Marah
Perilaku atau respon kemarahan dapat berflutuatif dalam rentang adaptif
sampai maladaptif. Rentang respon marah menurut (Fitria, 2014). Dimana amuk
dan agresif pada rentang maladaptif, seperti gambar berikut:
Respon Adaptif Respon Maladaftif

Asertif frustasi Pasif Agresif Amuk/


perilaku kekerasan
Keterangan:
Asertif :Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.
Frustasi :Kegagalan mencapaiu tujuan karena tidak realistis/terhambat.
Pasif :Respon lanjutan dimana klien tidak mampu mengungkapkan perasaannya.
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol.
1.1.3. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan-perubahan dalam
perilaku kekerasan menurut (Dermawan dan Rusdin, 2013) yaitu:
1) Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah factor biologis, psikologis dan sosiokultural
a. Faktor Biologis
a) Instinctual Drive Theory ( Teori Dorongan Naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
b) Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologi terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistim
limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun
menghambat rasa marah (Dermawan dan Rusdin, 2013)
Menurut Direja (2011) Berdasarkan teori biologi, ada beberapa yang
mempengaruhi perilaku kekerasan:
a) Beragam komponen sistem neurologis mempunyai implikasi dalam
menfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
b) Peningkatan hormon adrogen dan norefineprin serta penurunan serotin
pada cairan serebro spinal merupakan faktor predisposisi penting
menyebabkan timbulnya perilaku agresif seseorang.
c) Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat
kaitannya dengan genetic termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang
umumnya dimiliki oleh penghuni penjara atau tindak criminal.
c) Gangguan otak, sindrom otak genetik berhubungan dengan berbagai
gangguan serebral, tumor otak (khususnya pada limbic dan lobus
temporal), kerusakan organ otak, retardasi terbukti berpengaruh
terhadap perilaku agresif dan perilaku kekerasan.
b. Faktor Psikologis
a) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu gagal atau menghambat. Keadaan tersebut dapat
mendorong individu berprilaku agresif karena perasaan prustasi akan
berkurang melalui perilaku kekerasan.
b) Behavior Theory (Teori Perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas/situasi yang mendukung.
c) Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi)
Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan
ersebut tidak dapat terpenuhi melalui berprilaku konstruktif, maka
individu akan memenuhi melalui berprilaku destruktif.
c. Faktor Sosiokultural
a) Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu
untuk merespon asertif atau agresif.
b) Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi(Deden dan Rusdin, 2013)
2) Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat
unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan,
kematian) amaupun dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti,
kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik). Selain itu lingkungan yang
terlalu rebut, padat, kritikan yang mengaruh pada penghinaan, tindakan kekerasan
dapat memicu perilaku kekerasan(Dermawan dan Rusdin, 2013)
1.1.4. Mekanisme Koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien sehingga dapat
membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang kontstruktif
dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan
adalah mekanisme pertahanan ego seperti “Displancement”, sublimasi, proyeksi,
represi, denial dan reaksi formasi (Dermawan dan Rusdin, 2013)
1.1.5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala, marah, suka marah, pandangan tajam, otot tegang, nada
suara tinggi berdebat, selalu memaksakan kehendak dan memukul bila tidak
sengaja ditandai dengan: Fisik, Mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, seta postur tubuh kaku. Verbal,
mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras,
kasar dan ketus (Keliat, 2011)
Perilaku, menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain,
merusak lingkungan, amuk atau agresif. Emosi, tidak adekuat, tidak aman dan
nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan,
mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut. Intelektual,
mendominasi, cerewet, kasar berdebat, meremehakan dan tidak jarang
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme. Spiritual, merasa diri berkuasa, merasa
diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreativitas terhambat. Social,
menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran. Perhatian,
bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual (Keliat, 2011)
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan: (Yosep, 2011)
1) Fisik: muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan tajam, tangan
mengepal, postur tubuh kaku, jalan mondar mandir.
2) Verbal: bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam
secara fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor.
3) Perilaku: melempar atau memukul benda pada orang lain, menyerang orang
lain atau melukai diri sendiri, merusak lingkungan, amuk atau agresif.
4) Emosi: tidak ade kuat, dendam dan jengkel, tidak berdaya, bermusuhan,
mengamuk, menyalahkan dan menuntut.
5) Intelaktual: cerewet, kasar, berdebat, meremehkan.
6) Spiritual: merasa berkuasa, merasa benar sendiri, mengkritik pendapat orang
lain, menyinggung perasan orang lain, tidak peduli dan kasar.
7) Sosial: menarik diri, penolakan, ejekan, sindiran.
1.1.6. Patofisiologi
Stress, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat menimbulkan
marah. Respon terhadap marah dapat di ekspresikan secara eksternal maupun
internal. Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif
maupun destruktif. Mengekspresikan rasa marah dengan kata-kata yang dapat di
mengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain. Selain memberikan rasa
lega, ketegangan akan menurun dan akhirnya perasaan marah dapat teratasi. Rasa
marah diekspresikan secara destrukrtif, misalnya dengan perilaku agresif,
menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan
dapat menimbulkan amuk yang di tunjukan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan (Yosep, 2011).
Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa
tidak kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa
marahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan
menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, pada suatu saat dapat menimbulkan
rasa bermusuhan yang lama, dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan
yang destruktif yang ditujukan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
(Dermawan & Rusdi, 2013).
1.1.7. Penatalaksanaan
1) Terapi Farmakologi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Adapun pengobatan dengan neuroleptika yang mempunyai dosis efektif
tinggi contohnya : clorpromazine HCL yang digunakan mengendalikan
psikomotornya. Bila tidak ada dapat dipergunakan dosis efektif rendah,
contoh : Trifluoperasine estelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan
transquelillzer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun
demikian keduannya mempunyai efek anti tegang, anti cemas, dan anti agitasi
(Prabowo, 2014).
2) Terapi Okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja, terapi ini bukan
pemberian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan
kegiatan dan mengembalikan maupun berkomunikasi, karena itu didalam
terapi ini tidak harus diberikan pekerjaan terapi sebagai bentuk kegiatan
membaca koran, main catur, setelah mereka melakukan kegiatan itu diajak
berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan itu bagi
dirinya (Prabowo, 2014).
3) Peran Serta Keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan
langsung pada setiap keadaan pasien. Perawat membantu keluarga agar dapat
melakukan lima tugas kesehatan yaitu, mengenal masalah kesehatan,
membuat keputusan kesehatan, memberi perawatan pada anggota keluarga,
menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, dan menggunakan sumber daya
pada masyarakat. Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah
akan dapat mencegah perilaku maladaptive (primer), mengulangi perilaku
maladaptive (sekunder) dan memulihkan perilaku maladaptive dan adaptive
sehingga derajat kesehatan pasien dan keliuarga dapat ditingkatkan secara
optimal (Prabowo, 2014).
4) Terapi Somatik
Menurut Deskep RI 2000 hal 230 menerangkan bahwa terapi somatic terapi
yang diberikan kepada pasien dengan gangguan jiwa dengan tujuan
mengubah perilaku tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik pasien, tetapi
target terpai adalah perilaku pasien (Prabowo, 2014).
1.1.8. Pohon Masalah
Daftar Masalah Isolasi Sosial menurut Yosep (2011) :
Effect
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Core
Resiko Perilaku Kekerasan
Problem

Causa Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

1.1 Konsep Asuhan Keperawatan


Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang
dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang
ditimbulkan, pengangan klien perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan
tepat oleh tenaga yang professional ( Keliat, 2011)
Berdasarkan dari Nurhalimah, (2016) konsep asuhan keperawatan sebagai berikut:
1.2.1 Pengkajian
1) Identitas
Identitas klien yang perlu ditulis adalah nama klien, jenis kelamin, umur
(biasanya pada usia produktif), pendidikan (segala jenis/tingkat pendidikan
berisiko perilaku kekerasan), pekerjaan (tingkat keseriusan/tuntutan dalam
perkerjaannya dapat menimbulkan masalah), status (belum menikah,
menikah atau bercerai), alamat, kemudian nama perawat.
2) Alasan Masuk
Faktor yang membuat klien melakukan perilaku kekerasan.
3) Faktor Predisposisi
Hal-hal yang menyebabkan perubahan perilaku kekerasan klien, baik dari
pasien, keluarga, maupun lingkungan (Nurhalimah, 2016).
4) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : klien dengan resiko perilaku kekerasan biasanya
muka merah, pandangan tajam, sakit fisik, napas pendek, yang
menyebabkan perubahan memori, kognitif, alam perasaan dan
kesadaran.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : hipertensi/normal
Nadi :normal atau tidak
Suhu : meningkat/normal
Pernapasan : napas pendek
Berat badan : mengalami penurunan akibat nafsu makan menurun
Keluhan fisik : muka merah, pandangan tajam
5) Psikososial
a. Genogram
Genogram minimal tiga generasi yang dapat menggambarkan hubungan
klien dan keluarga.
Menjelaskan : seseorang yang berada dalam disfungsi keluarga akan
tertekan dan ketertekanan itu dapat merupakan faktor penyerta bagi
dirinya akibat perilaku kekerasan, kondisi keluarga yang tidak baik itu
adalah : keluarga yang tidak utuh, orang tua meninggal, orang tua cerai
dan lain-lain (Nursalim, 2016).
b. Konsep Diri
a) Citra diri : klien tubuhnya baik-baik saja
b) Identitas : klien kurang puas terhadap dirinya
c) Peran :klien anak keberapa dari berapa saudara
d) Ideal diri :klien menginginkan keluarhga dan orang lain
menghargainya
e) Harga diri :kurangnya penghargaan keluarga terhadap perannya
c. Hubungan Sosial
Marah-marah, bersikap tidak ramah, kasar terhadap keluarga lainnya.
d. Status Mental
a) Penampilan: Tidak rapi, tidak sesuai dan cara berpakaian tidak
seperti biasanya.
b) Pembicaran: Kaji cara bicara klien apakah cepat, keras, gagap,
apatis, lambat dan membisu.
e. Aktivitas Motorik
Lesu, gangguan kesadaran, selisah, gerakan otot muka yang berubah-
ubah tidak dapat dikontrol.
f. Afek dan Emosi
a) Afek : tumpul (datar) dikarenakan terjadi penurunan kesadaran.
b) Emosi : klien dengan resiko perilaku kekerasan biasanya memiliki
emosi yang tinggi.
g. Interaksi Selama Wawancara
Kontak mata kurang, cepat tersinggung, dan biasanya klien akan
menunjukan curiga.
h. Persepsi
Biasanya klien suka emosi.
i. Proses Pikir
Akibat perilaku kekrasan klien mengalami penurunan kesadaran.
j. Tingkat Kesadaran
Menunjukan perilaku kekerasan
k. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Secara umum klien perilaku kekerasan mengalami penurunan
konsentrasi dan penurunan berhitung.
l. Kamampuan Penilaian
Penurunan kemampuan penilaian.
m. Daya Tarik Diri
Apakah mengingkari penyakit yang diderita atau menyalahkan hal-hal
diluar dirinya.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam
mencapai tujuan yang telah di tetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab.
(Muhith, 2015) Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap
pola respons klien baik aktual maupun potensial (Stuart, 2016)
a. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
b. Resiko Perilaku Kekerasan
b. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
1.2.3 Strategi Pelaksanaan Tindakan keperawatan (SPTK).
a. SP Klien : SP I
a) Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b) Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
c) Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
d) Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
e) Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
f) Membantu klien mempraktikkan latihan cara mengontrol fisik 1
g) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP II
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Melatih klien cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik
2
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP III
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP IV
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP V
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
b) Melatih klien mengotrol perilaku kekerasan dengan cara minum
obat
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
b. SP Keluarga : SP I
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya
perilaku kekerasan
c) Menjelaskan cara merawat klien perilaku kekerasan
SP II
a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien perilaku
kekerasan
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat klien perilaku kekerasan
SP III
a) Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
1.2.4 Implementasi
Menurut Keliat (2012) implementasi keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan
masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien beserta
lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah
direncanakan, perawat perlu menvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan
masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini. Hubungan saling
percaya antara perawat dengan klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan.
Dermawan (2013) menjelaskan bahwa tindakan keperawatan dengan
pendekatan strategi pelaksanaan (SP) perilaku kekerasan terdiri dari : SP 1
(pasien) : membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenal
penyebab perilaku kekerasan, membantu klien dalam mengenal tanda dan gejala
dari perilaku kekerasan. SP 2 (pasien) : maembantu klien mengontrol perilaku
kekerasan dengan memukul bantal atau kasur. SP 3 (pasien) : membantu klien
mengontrol perilaku kekerasan seacara verbal seperti menolak dengan baik atau
meminta dengan baik. SP 4 (pasien) : membantu klien mengontrol perilaku
kekerasan secara spiritual dengan cara sholat atau berdoa. SP 5 (pasien) :
membantu klien dalam meminum obat seacara teratur.
1.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi proses atau
pormatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan
dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya. (Keliat, 2011).
S : Respon subjektif klien terhadap intervensi keperawatan yang telah
dilaksanakan.
O : Respon objektif keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah di
laksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
kontradikdif dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasar hasil analisa pada respon keluarga.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

Ruangan Rawat : Benuas B


Tanggal Dirawat : 28 Desember 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. M
Umur : 2& Tahun
Tanggal Pengkajian : 14 Januari 2022
Informan : Klien

II. ALASAN MASUK DAN FAKTOR PENCETUS


Klien dibawa oleh keluarganya ke IGD RSJ Kalawa Atei pada tanggal 28
Desember 2021 karena sering mengamuk dan meresahkan lingkungan,bicara
tidak nyambung,serta mengancam orang dengan senjata tajam
III. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak 

2. Pengobatan sebelumnya : Berhasil kurang berhasil tidak berhasil

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 :
6. Klien pernah mengalami perubahan perilaku kurang lebih 2 tahun yang
lalu
7. Klien pernah mengkonsumsi obat obatan jenis seledryl dan minuman-
minuman beralkohol Sejak 2 tahun yang lalu
8. klien pernah melakukan tindakan kriminal seperti mengancam orang -
orang dengan senjata tajam

Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : Ya Tidak 

Hubungan keluarga Gejala Riwayat


Pengobatan / perawatan
........................................ ........................................ ........................................
... ... ...
........................................ ........................................ ........................................
... ... ...
........................................ ........................................ ........................................
... ... ...
........................................ ........................................ ........................................
... ... ...

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Jelaskan: pasien tidak mengatakan memiliki pengalaman masalalu yang tidak


menyenangkan.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Asalah Keperawatan

IV.FISIK
1. Tanda Vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 80x/ menit
S : 36, OC
RR : 20x/ menit
2. Ukur:
TB : 170 cm
BB : 62 kg
3. Pasien Tidak Ada Keluhan Fisik
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

V.PSIKOSOSIAL

Keterangan :
: Laki – Laki : Tinggal satu rumah
: Perempuan : Hubungan Keluarga
: klien : Meninggal
: Cerai
Jelaskan: Klien berjenis kelamin laki-laki, memiliki 3 bersaudara, klien anak
pertama, 2 laki-laki dan tinggal bersama orang tuanya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien mengatakan tubuhnya baik dan tiak ada
masalah atau keluhan lain, pasien mengatakan
menyukai seluruh anggota tubuhnya.

b. Identitas : Klien mampu menyebutkan namanya Tn.M jenis


kelamin laki-laki.

c. Peran : Klien mengatakan Ia anak ke-1 dari 3 bersaudara


yang terdiri dari 2 laki-laki
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang
kerumah ingin berkumpul dengan kelurga serta
melakukan aktifitas sehari-hari

e. Harga diri : Klien mengatakan dia merasa malu berinteraksi

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang : Klien mengatakan memiliki orang yang berarti
berarti dalam hidupnya yaitu orangtuanya

b. Peran serta : Klien mengatakan tidak pernah mengikuti


dalam kegiatan kegiatan kelompok/masyarakat
kelompok/
masyarakat

c. Hambatan : Klien mengatakan tidak ada hambatan dalam


dalam berhubungan dengan orang lain
berhubungan
dengan orang
lain

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

4. Spiritual
a. Nilai dan : Klien mengatakan beragama islam, serta merasa
keyakinan tidak ada yang bertentangan dengan
keyakinannya dalam pengobatan

b. Kegiatan : Klien mengatakan jarang melakukan kegiatan


ibadah ibadah

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan
Tidak rapi  Penggunaan pakaian Cara berpakaian
tidakseperti
sesuai biasanya

Jelaskan:
Klien tampak tidak rapi, penggunaan pakaian tidak seperti tidak sesuai seperti
memakai pakaian terbalik, rambut acak-acak.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap  Inkoheren


Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan

Loghorea Echolalia

Jelaskan: Klien tampak menjawab pertanyaan dengan cepat dan tidak jelas volume
suara pelan atau kecil terkadang berespon lambat, terkadang menjawab
bingung/ tidak tau, serta tidak dapat memulai pembicaraan
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

Aktivitas Motorik:


Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor


Kompulsif

Jelaskan: klien mampu beraktifitas secara mandiri dalam kehidupan sehari-hari


Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3. Alam Perasaaan

 Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan: Klien terlihat senang saat diajak bicara tersenyum-senyum malu saat diajak
berkomunikasi
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
4. Afek

Datar  Tumpul Labil Tidak sesuai


Jelaskan : Klien tampak kurang dapat mengekspresikan perasaannya, klien tampak
tersenyum-senyum malu saat diwawancari
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
5. Interaksi Selama Wawancara

Bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

 Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan : Klien tampak cukup kooperatif, klien juga terkadang terlihat sambil
mengalihkan pandangan dengan menundukkan kepala kebawah atau tatapan mata
melihat kebawah.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

6. Persepsi : Halusinasi

 Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : Klien mengatakan tidak mendengar suara bisikan-bisikan, melihat sesuatu,


meraba merasa hal lain, mencium bau/aroma, serta tidak merasakan pengecpan yang
palsu atau tidak nyata.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

7. Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea blocking pengulangan


pembicaraan/persevarasi

neologisme

Jelaskan : Klien mampu menjawab pertanyaan yang diajukan perawat


Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
8. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis


Waham

Agama Somatik Kebesaran Curiga

nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol


pikir

Jelaskan : Klien tidak mengalami waham


Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

9. Tingkat Kesadaran

bingung sedasi stupor

Disorientasi

 waktu tempat orang


 

Jelaskan : Klien dalam keadaan sadar penuh ( Compos Mentis), serta tau sedang
berada dimana, jam atau waktu, serta beberapa orang disekitar
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
10. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang  Gangguan daya ingat jangkapendek

Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi

Jelaskan : Klien mampu mengingat dengan baik


Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

11. Tingkat Konsentrasi Dan Berhitung

mudah beralih  tidak mampu konsentrasi Tidak mampu berhitung


sederhana

Jelaskan : Klien tidak mudah beralih dan mampu berkonsentrasi serta mampu
berhitung seperti 1-10 atau 2+2=4
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

12. Kemampuan Penilaian

Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan : Klien mampu mengetahui pekerjaan perawat, ketika ditanyakan klien


mampu menilai kerapian perawat
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

13. Daya Tilik Diri

Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : Klien mengatakan mengetahui kesalahannya ingin memukul orang lain


karena emosi dalam pengaruh alkhol/ tidak sadar
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
 Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan : Klien mampu makan ataupun minum secara mandiri
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. BAB/BAK

 Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan : Klien mampu BAB/BAK ke wc secara mandiri


Masalah Keperawatan : Tidak ada asalah keperawatan

3. Mandi

Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan : Klien mampu mandi secara mandiri


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Berpakaian/ Berhias
 Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan : Klien mampu berpakaian, serta menyisir rambut secara mandiri


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
5. Istirahat Dan Tidur

Tidur siang lama : - s/d - jam

Tidur malam lama : 20.00 WIB s/d 05.00 jam

Kegiatan sebelum / sesudah tidur : tidak ada


Jelaskan : Klien mandi dan sikat gigi sebelum tidur dan mandi serta sikat gigi
setelah bangun pagi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Penggunaan Obat

Bantuan minimal  Bantual total

Jelaskan : Klien mampu mminum obat sendiri tanpa bantuan dari perawat
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
7. Pemeliharaan Kesehatan

Perawatan lanjutan  Ya tidak

Perawatan pendukung Ya tidak

Jelaskan : Klien memerlukan perawatan lanjutan karena pasien belum sembuh


total
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
8. Kegiatan Di Dalam Rumah

Mempersiapkan makanan  Ya Tidak

Menjaga kerapihan rumah  Ya Tidak

Mencuci pakaian  Ya Tidak

Pengaturan keuangan Ya  Tidak

Jelaskan : Sebelum masuk RSJ klien bisa mepersiapkan makanan, menjaga


kerapian rumah, mencuci pakaian secara mandiri
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatn

9. Kegiatan di luar rumah

Belanja Ya  Tidak

Transportasi Ya  Tidak

Lain-lain Ya  Tidak

Jelaskan : klien mampu berbelanja diluar rumah sendiri dengan jalan kaki, karena
klien tidak memiliki alat transportasi
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Keperawatan

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain  Minum alcohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya ......................... lainnya .................................

Masalah Keperawatan : Koping Indivindu Tidak Efekti

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

Masalah dengan : Klien memiliki keluarga yang mendukung kesembuhan


dukungan kelompok, klien selama dirawat di RSJ maupun dirumah
spesifik
Masalah berhubungan : Klien mengatakan ada keluarga yang selalu
dengan lingkungan, mendukung kesembuhannya
spesifik
Masalah dengan : Klien mengatakan pendidikan terakhir yang ditempuh
pendidikan, spesifik adalah SMP
Masalah dengan : Klien mengatakan sebelum sakit masuk RSJ klien
pekerjaan, spesifik berkerja sebagai penambang emas
Masalah dengan : Klien tinggal serumah dengan kedua orangtuanya dan
perumahan, spesifik saudaranya, sebelumnya klien telah bercerai
Masalah ekonomi, : Klien mengatakan memeiliki masalah ekonomi
spesifik dikarenakan pekerjaanya yang jarang mendapatkan
hasil yang baik
Masalah dengan : Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan
pelayanan kesehatan, kesehatan, karena rumah klien dekat dengan
spesifik puskesmas
Masalah lainnya, : Tidak ada
spesifik

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

X. Pengetahuan Kurang Tentang:

Penyakit jiwa system pendukung


Faktor presipitasi penyakit fisik

Koping  obat-obatan

Lainnya :

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

ANALISA DATA

Data Masalah
DS : Resiko Perilaku Kekerasan
- Perawat mengatakan Tn.M
menggamuk dan melempar
barang- barang yang ada di
kamarnya
DO :
- Mata tampak merah
- Mata melotot
- Tampak Gelisah
- Suara meninggi dan keras

Subjektif Koping Individu Tidak Efektif


- Klien mengatakan sering merasa kesal
dan marah

Objektif
Klien tampak kesal
XI. Aspek Medik
Diagnosa Medik :
F20.1 (Skizofrenia hebefrenik)
Terapi Medik :
No Nama Obat Dosis Efek Samping Indikasi

1 Lorezepam 2x1 - Ngantuk Untuk mengatasi gangguan


- Pusing kecemasan atau kejang.obat
- Sakit Kepala ini juga dapat digunakan
- Mual untukmengatasi rasa gelisah
- Penglihatan buram atau cemas sebelum tidakan
- Mulut kering operasi dan insomnia yang
terkait dengan gangguan
kecemasan

2 Trihexyphenid 3x1 - Konstipasi Untuk mengatasi gejala


yl - Pusing penyakit parkinson dan
- Mulut kering gejala ekstrapiranidal akibat
- Mual dan muntah penggunaan obat
- Sakit kepala tertentu termasuk
- Lelah lemas dan antipsikotik.
mengantuk

3 Diazepam 3x1 - Ngantuk Untuk mengatasi gangguan


- Pusing kecemasan meredakan
- Lelah kejang,kaku otot,atau
- Penglihatan sebagai obat penenang
buram sebelum operasi.selain
- Gangguan itu,obat ini juga bisa di
keseimbangan gunakan dalam pengobatan
- Tubuh gemetar gejala putus alkohol

XII. Daftar Masalah Keperawatan


- Resiko Perilaku Kekerasan
- Koping Individu Tidak Efektif
XIII. Daftar Diagnosis Keperawatan ( sesuai urutan prioritas )
- Resiko Perilaku Kekerasan

XIV Pohon Masalah

Effect Risiko Perilaku Kekerasan

Core
Promblem Koping Individu Tidak Efektif

Cause Gangguan Konsep Diri: Harga Diri


Rendah (HDR)
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Nama klien : Tn. D Diagnosis Medis : F20.2


No. CM : Ruangan : Benuas

XVII. INTERVENSI
No DIAGNOSA TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS INTERVENSI
1 Resiko Perilaku Klien dapat mengontrol Setelah 3 x interaksi Lakukan tindakan SP 1 Resiko Perilaku
Kekerasan halusinasi Kekerasan
1. Klien dapat mengidentifikasi
penyebab, tanda dan gejala 1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala
perilaku kekerasan yang perilaku kekerasan yang dilakukan akibat
dilakukan dan akibat perilaku perilaku kekerasan
kekerasan 2. Jelaskan cara mengontrol perilaku
2. Klien dapat Menjelaskan cara kekerasan : fisik, obat, verbal, dan spiritual
mengontrol perilaku kekerasan 3. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan
fisik, obat, verbal dan spiritual secara fisik : tarik nafas dalam dan pukul
3. Klien dapat berlatih cara kasur dan bantal
mengontrol perilaku kekerasan 4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
secara fisik tarik nafas dalam, latihan fisik
pukul kasur dan bantal
4. Klien dapat memasukkan dalam
jadwal kegiatan untuk latihan
fisik
Setelah 3 x interaksi Lakukan SP 2 Resiko Perilaku Kekerasan

1. Klien mampu mengevaluasi 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, beri pujian


kegiatan latihan fisik dan 2. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan
memberi pujian
2. Klien mampu melatih cara dengan obat (6 benar obat, guna, dosis,
mengontrol perilaku kekerasan frekuensi, cara, kontinuitas minum obat,
dengan obat (6 benar obat, guna,
akibat jika obat tidak diminum sesuai
dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat, akibat program, akibat putus obat)
jika obat tidak diminum sesuai 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
program, akibat putus obat)
3. Klien mampu memasukan pada latihan fisik dan minum obat
jadwal kegiatan untuk latihan
fisik dan minum obat

Setelah 3 x interaksi Lakukan SP 3 Resiko Perilaku Kekerasan


1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan obat,
1. Klien mampu mengevaluasi serta beri pujian
kegiatan latihan fisik dan obat
serta beri pujian 2. Latih pasien mengontrol perilaku
2. Klien mampu melatih pasien kekerasan secara verbal (3 cara, yaitu
mengontrol perilaku kekerasan
secara verbal (3 cara, yaitu mengungkapkan, meminta, menolak
mengungkapkan, meminta, dengan benar)
menolak dengan benar)
3. Klien mampu memasukan pada 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
jadwal kegiatan untuk latihan latihan fisik, minum obat dan verbal
fisik, minum obat dan verbal
Setelah 3 x interaksi Lakukan SP 4 Resiko Perilaku Kekerasan

1. Klien mampu mengevaluasi 1. Evaluasi latihan fisik , obat dan verbal.


latihan fisik, obat dan verbal dan Beri pujian
beri pujian 2. Latih pasien mengontrol perilaku
2. Klien mampu melatih pasien kekerasan secara spiritual (2 kegiatan)
mengontrol perilaku kekerasan 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
secara spiritual (2 kegiatan) latihan fisik, minum obat, verbal dan
3. Klien mampu Masukkan pada spiritual
jadwal kegiatan untuk latihan
fisik, minum obat, verbal dan
spiritual

5 Setelah 3 x interaksi Lakukan SP 5 Resiko Perilaku Kekerasan

1. Klien mampu mengevaluasi 1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 & 2,


kegiatan latihan fisik 1 & 2, minum obat, verbal dan spiritual, beri pujian
minum obat, verbal dan 2. Nilai kemampuan yang telah mandiri
spiritual, beri pujian 3. Nilai apakah perilaku kekerasan terkontrol
2. Klien mampu menilai
kemampuan yang telah mandiri
3. Klien mampu menilai apakah
perilaku kekerasan terkontrol
XVIII. IMPLEMENTASI ( CATATAN PERKEMBANGAN)

NO Hari/Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI FARAF


.
1. Jumat, 14 SP 1 Resiko Perilaku Kekerasan S:
Januari 2022 1. Klien mengatakan masih belum bisa menahan
Membina hubungan saling percaya
1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kesal
kekerasan yang dilakukan akibat perilaku kekerasan
2. Jelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan : fisik, obat, O:
verbal, dan spiritual - Klien cukup kooperatif
3. Latih cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik : - Klien tampak gelisah
tarik nafas dalam dan pukul kasur dan bantal - Klien belum bisa melatih cara mengontrol
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik perilaku kekerasan secara fisik : tarik nafas
dalam dan pukul kasur dan bantal

A: Resiko Perilaku Kekerasan

P:
5. Lakukan bina hhubungan saling percaya
6. Masalah belum teratasi, ulangi sp 1
7. Evaluasi latih cara mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik : tarik nafas dalam dan
pukul kasur dan bantal
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Oleh :
INDAH PERMATA SARI
NIM : 2021-01-14901-028

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2022
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SP 1)
Nama Mahasiswa : Indah Permata Sari
Nama Pasien : Tn. M
Hari/Tanggal : Jumat, 14 Januari 2022
Hari Ke/Pertemuan Ke : I (Pertama) SPTK 1
Dx Kep : Resiko Perilaku Kekerasan

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien :
a. Data subjektif
- Klien mengatakan masih belum bisa menahan kesalnya
b. Data objektif
- Pandangan mata klien tajam
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak kooperatif dan mampu menjawab pertanyaan perawat
2. Diagnosa Keperawatan :
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan Khusus
1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala
perilaku kekerasanyang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan
2) Klien dapat Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik, obat, verbal
dan spiritual
3) Klien dapat berllatih cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik tarik nafas
dalam, pukul kasur dan bantal
4) Klien dapat memasukkan dalam jadwal kegiatan untuk latihan fisik
4. Tindakan Keperawatan
1) Mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dilakukan
dan akibat perilaku kekerasan
2) Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik, obat, verbal dan spiritual
3) Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik tarik nafas dalam, pukul
kasur dan bantal
4) Memasukkan dalam jadwal kegiatan untuk latihan fisik

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN
1. FASE ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
“ Selamat pagi pak perkenalkan nama saya Indah Permata Sari,bisa di
panggil indah pak, saya adalah mahasiswa dari STIKES EKA HARAP
Palangka Raya. Hari ini saya dinas pagi dari pukul 07. 00-13.00 WIB, dan
saya akan merawat bapak disini. Kalau boleh tau, nama bapak siapa dan
suka dipanggil apa? Baiklah mulai sekarang saya akan panggil bapak D saja,
yaa”.
b. Evaluasi/Validasi
c. “ Kalau boleh tau, sudah berapa lama bapak disini? Apakah bapak masih
ingat siapa yang membawa kesini? Bagaimana perasaan bapak saat ini? Saya
lihat bapak sering tampak marah dan kesal, sekarang bapak masih merasa
kesal atau marah?
d. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang hal-hal yang
membuat bapak marah dan bagaimana cara mengontrolnya? Baik ?
Waktu : Berapa lama bapak punya waktu untuk berbincang-bincang dengan
saya? Bagaimana kalau 15 menit saja ?
Tempat : bapak senangnya kita berbicara dimana? Dimana saja boleh kok,
asal ibu merasa nyaman. Baiklah, berarti kita berbicara di ruangan ini saja ya
ibu? “.

2. FASE KERJA
“Nah, sekarang coba bapak ceritakan, apa yang membuat bapak M merasa
marah?” terus?” lalu saat ibu sedang marah apa yang ibu rasakan ? Apakah bapak
merasa sangat kesal,mata melotot, dan ingin marah?”.
Setelah itu apa yang bapak lakukan?”
“Apakah dengan cara itu marah/kesal bapak dapat terselesaikan? “ ya tentu
“tidak, apa kerugian yang bapak alami?”
“ Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik?” maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?” “jadi,
ada berapa cara untuk mengontrol kemarahan, bapak. Yaitu Salah satunya adalah
dengan cara fisik .jadi melalui kegiatan fisik, rasa marah bapak bisa tersalurkan”.
“Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu ? namanya teknik
nafas dalam. Begini pak, kalau bapak masih merasakan marah , maka berdiri atau
duduk dengan rileks, lalu tarik nafas dari hidung, tahan sebentar lalu
keluarkan/tiup perlahan-lahan melalui mulut” “ Ayo bapak coba lakukan apa
yang saya praktikan tadi,bapak berdiri atau duduk dengan rileks tarik nafas dari
hidung, bagus…., tahan dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 Kali.” “Bagus
sekali, bapak sudah bisa melakukannya”.“ Nah… bapak D tadi telah melakukan
latihan teknik relaksasi nafas dalam, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara
rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa
melakukannya”.

3. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien subjektif : bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-
bincang dan melakukan latihan tehnik relaksasi nafas dalam tadi? Ya… betul,
dan kelihatannya bapak terlihat sudah lebih rileks”. Evaluasi perawat (objektif
setelah reinforcemen) : “Coba bapak sebutkan lagi apa yang membuat bapak
marah, lalu apa yang bapak rasakan dan apa yang akan bapak lakukan untuk
meredakan rasa marah. “coba tunjukkan pada saya cara teknik nafas dalam yang
benar.“wah…. Bagus, bapak masih ingat semua…..”.
2. Tindak Lanjut Klien
“Bagaimana kalau kegiatan ini rutin dilakukan sekali dalam 1 hari dan ditulis
dalam jadwal kegiatan harian bapak”.

Anda mungkin juga menyukai