Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR KERJA MAHASISWA

Pertemuan: LEMBARAN KERJA 10 SKS : 3


11 MATA KULIAH : Supervisi, Monitorin dan Kode :
Hari/ Tanggal: Evaluasi Program PLS Waktu : 10’
18 April 2022 Prodi PEMAS FIP Unimed
Materi: tantangan dan permasalahan implementasi emperik Supervisi, Monitoring, dan
Evaluasi Program PLS
Capaian Pembelajaran : mengidentifikasi tantangan dan permasalahan implementasi emperik
Supervisi, Monitoring, dan Evaluasi Program PLS

Soal:
1. Tuliskan hasil identifikasi Anda tentang tantangan dan masalah implementasi emperik
Supervisi, Monitoring, dan Evaluasi Program PLS sebagai hasil pengumpulan data yang
telah Anda lakukan selama ini (Angket, wawancara, observasi, dll)
2. Tuliskan hasil analisis Anda tentang berbagai tantangan dan masalah implementasi
Supervisi, Monitoring, dan Evaluasi Program PLS

Jawaban:

1.
1. Kunjungan lapangan

Untuk melakukan pengamatan langsung terhadap hasil kerja, sinkronisasi antara


perencanaan program dengan inplementasinya, dampak dan manfaat bagi penerima, serta
hambatan dan kendala yang dihadapi. Pengamatan atau observasi adalah teknik pengumpulan
data dimana pengumpulan data dilakukan dengan mengamati secara langsung pada kejadian
atau proses di lapangan. Dalam pengamatan, diperlukan alat untuk mencatat atau merekam
peristiwa penting yang terjadi. Alat bantu yang dipakai dalam observasi antara lain; alat
perekam, checklist, skala penilaian, dan kartu skor.
Lalu tantangan dan masalah yang dihadapi yaitu: Kesulitan koordinasi saat bekerja, Laporan
kunjungan yang tertunda, Kesulitan dalam melakukan pembagian tugas, Data kunjungan harian
dan laporan yang tidak sinkron.

2. Wawancara
Metode wawancara (interview) merupakan proses untuk memperoleh data dengan
mengadakan tanya-jawab antara pewawancara dengan responden dengan bertatapmuka
langsung. Pengumpulan dengan cara ini dapat digunakan untuk memperoleh data dari semua
lapisan masyarakat, mulai dari yang buta huruf sampai yang berpendidikan tinggi. Namun,
dapat juga karena terlalu mendalam data yang diperoleh, akan menjadi agak jauh dari tujuan
penelitian yang utama. Perolehan data dan ketepatan data sangat tergantung pada
keterampilan pewawancara. Jika kemampuan pewawancara baik, akan dapat menciptakan
situasi dan kondisi sehingga responden mau mengungkapkan data seperti yang diinginkan.
Lalu tantangan dan masalah yang dihadapi yaitu: Membutuhkan banyak waktu dan tenaga baik
dari peneliti maupun responden; Keberhasilan proses wawancara disesuaikan dari kepandaian
wawancara atau peneliti dalam menggali informasi dari narasumber; Interpretasi peneliti dapat
dipengaruhi oleh responden, hingga menjadi tidak objektif; Ketika wawancara dilakukan,
responden harus mampu berbicara dengan jelas dan benar; Kecukupan data disesuaikan pada
kesediaan responden untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara; Untuk
objek yang luas komen dibutuhkan pewawancara yang cukup banyak.

3. Kuesioner

Metode penyebaran kuesioner adalah cara pengumpulan data dimana responden


menjawab pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun sebelumnya, dengan menggunakan alat
yang berupa daftar pertanyaan atau kuesioner. Dengan metode ini dapat dikumpulkan data
yang baanyak dalam relative cepat.
Lalu tantangan dan masalah yang dihadapi yaitu: Peneliti tidak dapat melihat reaksi responden
ketika memberikan informasi melalui isian kuesioner; Responden tidak memberikan jawaban
dalam waktu yang telah ditentukan; Responden memberikan jawaban secara asal-asalan;
Kembalinya kuesioner tergantung pada kesadaran responden dalam menjawab dan mengantar
lewat kantor pos.
4. Review dokumen;
Review dokumen adalah cara pengumpulan data-data sekunder. Data sekunder ini
merupakan data yang telah ada, atau data yang telah dikumpulkan oleh lembaga-lembaga yang
terkait. Kelebihan metode ini, peneliti tidak langsung berhubungan dengan responden. Cara ini
akan menghemat waktu dan biaya yang diperlukan untuk penelitian. Kekurangan metode ini,
peneliti hanya dapat memperoleh data yang telah ada dan terbatas pada apa yang telah
dikumpulkan. Kadang-kadang untuk dapat memperoleh data terhambat oleh sistem birokrasi.

5. Angket

Angket disebut juga kuesioner atau self administrated quesioner adalah teknik
pengumpulan data dengan cara mengirimkan suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk
diisi. Lalu tantangan dan masalah yang dihadapi yaitu: Jika ada pertanyaan yang kurang jelas
tidak bisa mendapat keterangan lebih lanjut; Pertanyaan dalam angket biasanya bersifat agak
kaku tidak dapat dirubah sesuai dengan keadaan sekitarnya; Sulit memberikan jaminan, bahwa
semua angket yang telah dikeluarkan itu akan kembali seluruhnya.

2. A)  Mengedepankan Formalitas, Mengabaikan Esensi

Kadang kita menghadapi supervisor  di lapangan yang melakukan pekerjan tidak serius
atau asal-asalan, dan hanya mementingkan formalitas; ia hanya datang, melihat-melihat,
mengisi buku tamu, bertanya sebentar, meminta tanda tangan, dan kemudian pulang. Banyak
pula kepala sekolah yang hanya ingin mempertahankan jabatan tanpa melakukan
pemberdayaan dan pengembangan pribadi dan lembaga secara terprogram. Kesibukan di
jadikan alasan utama padahal jabatan adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan
secara serius dan penuh pengabdian baik didunia maupun akhirat.

B)  Kurangnya Fasilitas


Fasilitas lembaga PLS merupakan sarana vital bagi realisasi tujuan yang dicanangkan.
Laboratorium komputer, bahasa, pelatihan, sosial dan lain-lain sangat membantu pamong
dalam mempercepat pemahaman dan melahirkan skill berharga bagi warga beajar. Dengan
saran ini praktik bisa dilakukan sewaktu-waktu secara kreatif dan penuh tanggung jawab,
pamong berperan sebagai dinamisator, fasilitator, dan monivator dalam melatih warga belajar
untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya scara terus menerus.

C)  Pemimpin Yang Kurang Berwibawa

Kewibawaan sangat penting untuk menggerakan perubahan. Kewibawaan seseorang


mampu menggerakan orang lain secara alami dengan kekuatan spiritualitasnya, aura yang
memancar dengan kuat untuk mempengaruhi orang–orang  di sekitarnya. Kewibawaan dapat
muncul dengan kejujuran, konsistesi dalam menerapkan aturan, tidak pandang bulu, dan
mempertanggung jawabkan perbuatan yang  telah dilakukan.

D) Lemahnya Kreatifitas

Supervisi membutuhkan kreativitas tinggi dari para supervisor untuk mencari solusi dari
problem yang mendera di lapangan. Supervisor harus jeli membaca masalah, menganalisis,
mengurai faktor penyebab dari berbagai problem yang dihadapi, dan harus dapat mengambil
langkah yan tepat demi tercapai solusi yang efektif. Supervisor harus mempuyai data yang
akurat dan obyektif, khususnya pengawas dan penilik yang biasanya sehari–hari tidak mengikuti
proses belajar mengajar di lembaga PLS. Belum banyak supervisor yang memiliki kretivitas
timggi dalam memecahkan masalah. Disinilah pentingnya supervisor meningkatkan kompetensi
secara maksimal, sehingga ia mempu mengembangkan gaya berikir yang kreatif, kritis, inovatif,
dan produktif. Sebab dari kretivitas berfikir itulah lahir ide-ide baru yang dapat menggerkan
perubahan  dan mendorong  kemajuan di sekolah. Sudah seharusnya para supervisor
mempelajari ilmu yang berkaitan dengan mutu dan kualitas sekolah dan menpelajari kendala-
kendala yang dihadapi oleh para pamong dan personil lembaga PLS, dan kiat-kiat apa yang
membuat lembaga PLS dan pamong berkualiatas dan berhasil menciptakan out put yang sesuai
dengan undang-undang pendidikan dan out come yang bermanfaat di masyarakat. Sudah
waktunya para  supevisor aktif mengikuti informasi di media massa, cetak, maupun elektronik
mengenai pola dan pembaharuan baru yang terjadi setiap saat sehingga ia bisa
mentranformasikan kepada bawahan secara cepat dan akurat.

Nama : Terima Kristina Nilai :


NIM : 1193171014
Prodi/ Fakultas : penmas/fip Paraf Dosen:

Anda mungkin juga menyukai