Dalam terjemahan KJV : The Lord gave the word: great was the
company of those that published it. (Tuhan memberi Firman: Besarlah
kumpulan mereka yang memberitakannya).
Dalam terjemahan Luther : Der HERR gab das Wort mit großen
Scharen Evangelisten. (Tuhan memberi Firman melalui kelompok
pemberita sukacita yang besar).
Dan yang mau dikatakan di sini dalam Mazmur 68:12 ini sebenarnya
siapakah yang pembawa kabar baik itu?
Dan pada dulunya yang mana misionaris Jerman mengatakan bahwa yang
menjadi pemberita Injil itu adalah semuanya laki-laki. Tetapi kita melihat
ada perubahan yang besar bahwasannya dimana dengan adanya Zuster
Elfriede Harder yaitu seorang perempuan yang mengabarkan Injil.
Pada tafsiran yang dijelaskan akhirnya Beliau lebih menyetujui teks dalam
terjemahan Bibel Toba dimana kata pembawa kabar baik itu adalah
merujuk pada perempuan. Berarti pada kesimpulannya ini bahwa Mazmur
ini ada memberikan perhatian khusus terhadap perempuan. Sehingga pada
saat ini kita ketahui muncullah feminisme. Teologi feminis adalah
perjuangan kita secara kontekstual bukan teks tetapi yang bersama-sama
denan teks yaitu konteks.
Kemudian belajar dari kisah seorang tokoh yang bernama Yulia Hutabarat.
Dimana ada seorang anak Remaja yang mana ia menghafalkan Mazmur
68:12 ini. Yang mana bernama Yulia Hutabarat, dia belajar sekolah guru
di Solo. Hendri greiner pada tahun 1932 datang di sekolah itu lalu
bercerita kepada anak-anak itu bahwa sekolah teologi akan dibuka di
Depok dan sekarang pindah ke Jakarta yaitu STT Jakarta. Lalu pada saat
inilah Yulia bertanya, Apakah bisa seorang perempuan menjadi pekabar
Injil?
Dan dijawab bahwasannya perempuan tidak bisa menjadi seorang
pembawa berita Injil itu. Dan tanpa sepengetahuan Yulia Hutabarat
ternyata sudah ada sekolah perempuan di Laguboti yang didirikan oleh
Zuster Elfriede Harder.
Yulia Hutabarart ini Ayahnya bernama Demang Renatus Hutabarat dan
Ibunya bernama Marselina Lumbantobing. Dan kita lihat sejarahnya
bahwasannya Ayahnya dihukum ketika membela keadilan di situlah Yulia
lahir maka kelahirannya bermartabat. Yulia Hutabart masuk ke dalam
pergerakan yang ada di Laguboti kepada anak-anak. Yang mengajarkan
Pendidikan, kebersihan dan lain-lain. Gerakan perempuan yang ada di
Laguboti mengajarkan Pendidikan dan Kesehatan serta dengan
mengajarkan penginjil dirumah sendiri.
Tujuannya adalah menjadi Perempuan penginjil di rumah. Dan
menghasilkan suatu Gerakan perempuan. Dan juga gerakan sosial yang
ada di tanah Batak, sesudah dibuka rumah sakit di Balige dicari anak-anak
yang sekolah rakyat. Mereka diandakaikan untuk mengajarkan injil melalu
Bidan. Dan gerakan lain adalah munculnya guru-guru yang perempuan
dari sini mereka pergi ke Padang panjang lalu kalau ada uang mereka ke
Solo.
Yulia Hutabarat lalu dia menjadi guru di Pematang Siantar salah satu yaitu
sikolah anak ni raja, yang ada di Narumonda. Lalu Yulia menuliskan
sebuah buku “Perempuan di Rumah Tuhan” di dalamnya menuliskan
buku tentang kisah Yulia Hutabarat dan sejarah gerakan perempuan.
Jadi Gerakan yang masuk. Tampil setelah menikah Yulia Hutabarat masuk
ke dalam Gerakan politik partai Kristen di Sibolga. Menjadi pemimpin
wanita partai Kristen Indonesia. Dia masuk kepada gerakan politik dimana
partai pendidikan Kristen baru bergerak pada saat itu lalu dia menjadi
pemimpin partai Kristen Indonesia. Ketika muncul persatuan wanita
Kristen itu umunya adalah HKBP jadi siapa yang aktif di lembaga
tersebut. Melalui Seksi Ina HKBP (Sebagai wujud perempuan di rumah
Tuhan). Melalui punguan Ina ini perempuan harus dipertimbangkan. Lalu
dia ikut berjuang supaya dia bisa ikut di Sinode Godang. Dari sinilah
perempuan itu semakin disuarakan dan diterima.
Refleksinya yang bisa kita lihat adalah melalui sejarah ini banyak
perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh para misionaris perempuan
dan juga melihat dari perjuangan seeorang tokoh yaitu Yulia Hutabarat
yang berjuang dalam gerakan perempuan. Jadilah perempuan-perempuan
kuat dalam pekerjaan pelayanan dan berjuang melakukan yang terbaik.