Anda di halaman 1dari 43

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING


PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SUKADALEM 1 KEC.
WARINGINKURUNG KAB. SERANG

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian


Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

MUNAWAROH
151 0206 2013CA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANTEN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Munawaroh

NIM : 151 0206 2013CA

Program Studi : PGSD

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING PADA
SISWA KELAS IV SD NEGERI SUKADALEM 1 KEC. WARINGINKURUNG
KAB. SERANG
Pembimbing I, Pembimbing II,

R. Eko Santoso, M.T. Naylur Rosyid, M.Pd.


NIDN.0418116805 NIDN.0404058704

Diketahui dan Disahkan,


Ketua Program Studi PGSD

Nia Kurniasih, M.M


NIDN.0422128004

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-

Nya yang telah diberikan sehingga paneliti dapat menyelesaikan penyusunan

proposal skripsi dapat diselesaikan. Dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana di STKIP banten. Proposal skripsi ini dapat

diselesaikan karena adanya dukungan bantuan serta bimbingan dari berbagai

pihak. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Dr.Ir.H.Ahmad Yanuar Syauqi, M.BAT. selaku Ketua Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Banten

2. Fatmawati, M.Pd. selaku Wakil Ketua I STKIP Banten

3. Nia Kurniasih, M.M. selaku Wakil Ketua II STKIP Banten

4. R. Eko Santoso, M.T. selaku Pembimbing I yang selalu memudahkan

dalam setiap proses bimbingan proposal

5. Naylur Rosyid, M.Pd. selaku Pembimbing II yang selalu memberikan ilmu

dalam menyusun proposali ini

6. Nia Kurniasih, M.M. selaku ketua program studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar

7. Para dosen Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Banten.

8. Staf dan karyawan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Banten

9. Orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan dan motivasi bagi

penulis

i
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi ini

masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran

yang bersifat membangun dari semua pihak. Penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis pribadi dan para pembaca.

Banten, Maret 2022

Penyusun

Munawaroh

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................................i


KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
B. Indentifikasi Masalah...............................................................................................4
C. Batasan Masalah.......................................................................................................4
D. Rumusan Masalah....................................................................................................5
E. Tujuan Penelitian.....................................................................................................5
F. Manfaat Penelitian...................................................................................................5
G. Sistematika Penulisan..............................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................................8
A. Landasan Teori.........................................................................................................8
1. Pengertian Model Quantum Learning....................................................................8
2. Langkah-Langkag Model Quantum Learning.....................................................10
3. Indikator Model Quantum Learning....................................................................11
4. Kelebihan Model Quantum Learning...................................................................13
5. Pengertian Hasil Belajar........................................................................................13
6. Fungsi dan Tujuan Hasil Belajar..........................................................................17
7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar..............................................18
8. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas..................................................................19
9. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas.................................................20
B. Kerangka Bepikir...................................................................................................22
C. Penelitian Terdaulu yang Relevan........................................................................23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................25
A. Metode Penelitian...................................................................................................25
B. Subjek dan Lokasi Penelitian................................................................................29
C. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................30
D. Teknik Analisis Data.................................................................................................32
E. Rencana Penelitian.................................................................................................34

iv
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................35
LAMPIRAN....................................................................................................................37

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPA adalah suatu mata pelajaran dengan materi

pembelajaran yang masih bersifat abstrak bagi peserta didik tingkat SD yang

masih konkrit pemikirannya. Salah satu upaya untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik terhadap pemahaman IPA dilihat dari segi proses,

maka diperlukan suatu model pembelajaran menuju ke arah yang lebih baik yaitu

pembelajaran yang mencakup suatu proses interaksi positif antara guru dan

peserta didik. Peserta didik dapat membangkitkan kemampuan untuk

berkomunikasi dalam pembelajaran, menyediakan stimulus belajar,

mengaktifkan respon murid, memberikan balikan dengan segera dan melatih

peserta didik untuk menyimpulkan hasil pembelajaran secara mandiri.

Di masa sekarang banyak orang mengukur keberhasilan suatu pendidikan

hanya dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh

dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif,

afektif, maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat

keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah

dilakukan di sekolah-sekolah.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas riil kelas IV SD

Negeri Sukadalem 1 Kec. Waringinkurung Kab. Serang kegiatan belajar mengajar

di sekolah pada umumnya cenderung tidak menarik, sehingga beberapa


2

pelajaran ditakuti dan selalu dianggap sulit oleh peserta didik, termasuk di

dalamnya adalah IPA.

Mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk

mengimbangi perkembangan teknologi. Untuk meningkatkan mutu pembelajaran

tersebut, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Permasalahan yang dihadapi

siswa di SD adalah hasil belajar IPA yang belum tuntas yakni belum mencapai

angka minimal daya serap 68% yang telah ditentukan. Salah satu faktor dalam

pembelajaran IPA guru lebih banyak berceramah, sehingga siswa menjadi cepat

bosan dan menyebabkan hasil belajar IPA rendah. Guru belum menghayati

hakekat IPA karena pembelajaran di sekolah baru menekankan produk saja. Hal

itu ditambah dengan pendapat siswa bahwa pelajaran IPA dianggap sulit,

sehingga tidak menarik untuk belajar, sehingga berdampak pada rendahnya hasil

belajar yang diperoleh siswa. Rendahnya hasil belajar siswa juga terjadi pada

Ujian Akhir Sekolah (UAS) untuk mata pelajaran IPA kelas VI dengan nilai rata-

rata 6,08.

Berikut hasil nilai rata-rata UAS Kelas IV SD Negeri Sukadalem 1 Kec.

Waringinkurung Kab. Serang Tahun Ajaran 2020/2021. Pada tabel berikut dapat

dibandingkan perolehan nilai pelajaran IPA diantara lima mata pelajaran yang

diujikan.

Tabel 1.1 Nilai rata-rata hasil UAS Kelas IV SD Negeri Sukadalem 1

Kec. Waringinkurung Kab. Serang Tahun Ajaran 2020/2021

No Mata Pelajaran Rata-Rata Nilai UAS

1 PPKN 75
3

2 Bahasa Indonesia 70

3 Matematika 60

4 IPA 60

5 IPS 72

Hal tersebut, diperkirakan karena kurangnya pemahaman siswa terhadap

konsep pembelajaran IPA. Mereka menganggap pelajaran IPA sulit dipahami.

Untuk anak-anak yang taraf berpikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka

semua yang diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar, dan dikecap akan kurang

berkesan kalau sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat

menyerap hal yang bersifat abstrak. Perlu diketahui bahwa tingkat pemahaman

tiap-tiap siswa tidak sama, sehingga kecepatan siswa dalam mencerna bahan

pengajaran berbeda.

Upaya memperbaiki kondisi pembelajaran IPA seperti di atas dapat

dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kuantum (quantum

learning) adalah sebuah pilihan tepat bagi guru SD guna meningkatkan hasil

belajar peserta didik dalam belajar IPA. Lebih dari itu, model pembelajaran ini

menjadikan pengajaran dan pembelajaran lebih menggairahkan. Peneliti

merasa yakin bahwa model pembelajaran ini sangat cocok untuk diterapkan

dalam proses pembelajaran IPA di SD. Penggunaan metode pengajaran yang

tepat diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan

pemahamannya terhadap materi. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam


4

kesempatan ini akan dicobakan metode Quantum Learning untuk pembelajaran

IPA kelas IV di SD Negeri Sukadalem 1 Kec. Waringinkurung Kab. Serang.

B. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang ada dapat

diidentifikasikan sebagai berikut

1. Kegiatan belajar mengajar di sekolah pada umumnya cenderung tidak

menarik, sehingga beberapa pelajaran ditakuti dan selalu dianggap

sulit oleh peserta didik

2. Hasil belajar siswa yang belum tuntas yakni belum mencapai angka

minimal daya serap 68% yang telah ditentukan

3. Salah satu faktor dalam pembelajaran guru lebih banyak berceramah,

sehingga siswa menjadi cepat bosan dan menyebabkan hasil belajar siswa

rendah

4. Tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidak sama, sehingga kecepatan siswa

dalam mencerna bahan pengajaran berbeda

C. Batasan Masalah

Untuk mengefektifkan proses penelitian, peneliti memberikan batasan

pengkajian sebagai berikut.

1. Penelitian ini hanya dilaksanakan untuk materi pembelajaran tematik

2. Materi yang digunakan adalah materi semester 2

3. Tema materi yang digunakan adalah tema 7


5

4. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Sukadalem 1

Kec. Waringinkurung Kab. Serang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran quantum learning di Kelas

IV SD Negeri Sukadalem 1 Kec. Waringinkurung Kab. Serang?

2. Bagaimana hasil belajar siswa kelas IV Negeri Sukadalem 1 Kec.

Waringinkurung Kab. Serang?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pelaksanaan model pembelajaran quantum learning di

Kelas IV SD Negeri Sukadalem 1 Kec. Waringinkurung Kab. Serang

2. Untuk memberikan gambaran hasil belajar siswa kelas IV Negeri

Sukadalem 1 Kec. Waringinkurung Kab. Serang.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan

memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu

sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar

siswa.
6

1. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau

masukan kepada pengajar (guru) dalam memberikan pelajaranpelajaran

yang dinilai sulit dipahami oleh siswa dalam menerima pelajaran.

Quantum Learning memberikan cara belajar dalam suasana yang lebih

nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam

menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya

2. Manfaat bagi siswa

a. Siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar.

3. Bagi Guru

a. Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan model pembelajaran

Quantum Learning sebagai metode pembelajaran.

b. Guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas

yang bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.

c. Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang

lebih bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.

4. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan

proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

5. Bagi Peneliti

Memberikan sumbangan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas.


7

G. Sistematika Penulisan

Susunan proposal dalam penelitian ini terdiri dari bab-bab sebagai berikut :

1. BAB I Pendahuluan berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah,

batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan

2. BAB II Landasan Teori terdiri dari deskripsi teori, kerangka berpikir, dan

penelitian terdahulu yang relevan

3. BAB III Metodologi Penelitian terdiri dari metode penelitian, subjek dan

lokasi penelitian, Teknik pengumpulan data, Teknik analisis data, Teknik

pengujian keabsahan data, rencana penelitian


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengertian Model Quantum Learning

Menurut Fauziah (2013) mengatakan bahwa model quantum learning

merupakan model pembelajaran yang ideal karena menekankan kerja sama

antar peserta didik dan guru untuk mencapai tujuan bersama. Model

pembelajaran ini juga merupakan salah satu model pembelajaran yang

berusaha menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara

menggunakan unsur yang ada pada peserta didik dan lingkungan belajar

melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas, sehingga memungkinkan

peserta didik dapat belajar secara optimal, yang pada gilirannya dapat

meningkatkan pemahaman serta hasil belajar peserta didik.

Quantum Learning adalah pengajaran yang dapat mengubah suasana

belajar yang menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa

menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain

(Leliana blogspot, 2011).

Menurut DePorter & Hernacki (2011:14), “Quantum learning adalah

seperangkat model dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis

untuk semua tipe orang dan segala usia”. Model Quantum Learning dapat

menciptakan kondisi belajar nyaman dan menyenangkan bagi siswa, memberikan

gambaran untuk mendalami materi dengan mantap dan berkesan. Seorang siswa
9

harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya.

Dengan begitu, siswa akan dengan cepat mendalami materi yang diajarkan.

Quantum learning dikatakan sebagai sebuah model karena mempunyai

langkahlangkah (sintaks) yang digunakan oleh guru sebagai pedoman dalam

merancang dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Seperti yang diungkapkan

oleh Trianto (2012:53) bahwa “model pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman

bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan

pembelajaran”.

Pembelajaran dengan model quantum learning lebih berorientasi pada cara

membelajarkan siswa agar ikut berperan aktif dalam pembelajaran. Suatu

pembelajaran akan menjadi efektif dan bermakna apabila ada interaksi antara

siswa dan sumber belajar dengan materi, fasilitas, penciptaan suasana dan

kegiatan belajar yang tidak monoton diantaranya melalui penggunaan musik

pengiring. Interaksi ini berupa keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar.

Menurut DePorter & Hernacki (2011:12) belajar dengan menggunakan quantum

learning akan memberikan berbagai manfaat yaitu: 1) bersikap positif, 2)

meningkatkan motivasi, 3) keterampilan belajar seumur hidup, 4) kepercayaan diri

dan 5) sukses atau hasil belajar yang meningkat. Dalam kegiatan pembelajaran di

kelas, quantum learning menggunakan berbagai macam metode. Penggunaan

berbagai metode dalam pembelajaran akan membuat siswa menikmati kegiatan


10

belajarnya dan tidak merasakan belajar yang monoton, serta perbedaan

karakteristik pada siswa dapat terpenuhi.

Model Quantum Learning adalah salah satu model pembelajaran yang

berisi petunjuk, strategi, proses pembelajaran yang dibuat menyenangkan, dan

bermakna (Agusnanto, 2013). Model Quantum learning juga memberikan

kesadaran bagi para pembelajar khususnya siswa tentang pentingnya belajar.

Tumbuhnya kesadaran siswa tersebut salah satunya dikarenakan adanya AMBAK

(Apa Manfaat BAgiKu). AMBAK adalah motivasi yang didapat dari pemilihan

secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan (Porter dan

Hernacki, 2015). Hal ini menjelaskan bahwa dalam setiap diri siswa akan

tertanam kekuatan berupa dorongan untuk melakukan sesuatu karena dalam

pembelajaran menjanjikan adanya manfaat bagi dirinya atau dapat dikatakan

munculnya kekuatan AMBAK. Selain itu, desain suasana pembelajaran yang

demokratis, saling membelajarkan dan menyenangkan pun memberikan peluang

lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara optimal sehingga

pembelajaran yang kurang menarik dapat diatasi karena siswa diajak belajar

dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, serta lebih bebas dalam

menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.

2. Langkah-Langkag Model Quantum Learning

Menurut DePorter & Hernacki (2011:45) langkah-langkah yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep quantum learning adalah (1)

kekuatan AMBAK; (2) penataan lingkungan belajar; (3) memupuk sikap juara; (4)
11

bebaskan gaya belajar; (5) membiasakan mencatat dan (5) membiasakan

membaca. Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca, karena

dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah

wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya membiasakan

siswa untuk membaca, baik buku pelajaran maupun buku-buku yang lain.

3. Indikator Model Quantum Learning

Indikator model pembelajaran Quantum Learning disusun berdasarkan

karakterisik dari model Quantum Learning itu sendiri dengan rincian sebagai

berikut:

No Indikator Sub Indikator

1 Identifikasi tujuan dan manfaat a. Mengetahui manfaat dan tujuan

belajar pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan

b. Memiliki semangat dalam

mencapai keberhasilan

c. Memanfaatkan waktu dengan

sebaik baiknya dalam

meningkatkan kemampuannya

2 Menciptakan lingkungan belajar a. Mengetahui factor-faktor yang

yang positif mempengaruhi suasana belajar

b. Mampu menata lingkungan

belajar yang tepat


12

3 Membebaskan gaya belajar a. Mengetahui dengan baik

kekurangan dan kelebihan yang

dimilikinya

b. Mampu menemukan strategi

belajar yang sesuai dengan gaya

belajarnya

4 Menumbuhkan sikap kreativitas a. Mampu berinteraksi dan

dan juara bekerjasama bersama orang lain

dengan baik

b. Dapat belajar dari kesalahan dan

memperbaikinya

c. Keberanian untuk menghadapi

kemungkinan kegagalan yang

akan dating

5 Merayakan Keberhasilan a. Menunjukan sikap positif

terhadap keberhasilan yang

dicapai.
13

4. Kelebihan Model Quantum Learning

Kelebihan dari model quantum learning adalah suasana yang diciptakan

kondusif, kohesif, dinamis, interaktif, partisipatif dan saling menghargai. Setiap

pendapat siswa sangat dihargai. Proses belajarnya sangat komunikatif.

Membiasakan siswa untuk melatih aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat

menciptakan suatu produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan

lingkungannya. Pendidik mampu menyatu dan membaur pada dunia peserta didik

sehingga pendidik bisa lebih memahami peserta didik dan menjadi modal utama

untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan (Leliana

blogspot, 2011).

Pembelajaran quantum learning lebih mengutamakan keaktifan peran serta

siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca inderanya baik

melalui penglihatan, pendengaran, pengecapan, pembau dan perabaan, sehingga

hasil penelitian quantum learning terletak pada modus berbuat, yaitu katakan dan

lakukan, dimana proses pembelajaran quantum learning mengutamakan keaktifan

siswa.

5. Pengertian Hasil Belajar

Dalam proses memperoleh hasil belajar yang baik diperlukan metode

pembelajaran yang tepat artinya yang sesuai dengan kondisi dan keadaan

kehidupan sehari-hari, sehingga apa yang menjadi hasil belajar dapat terpenuhi

dengan jumlah pengukuran hasil belajar di atas standar yang ada. Menurut

Sudjana hasil belajar pada hakikatnya adalah kemampuan yang dimiliki siswa
14

setelah menerima pengalaman belajar, mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif,

dan psikomotor.1 Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah

laku yang telah terjadi melalui proses pembelajaran. Perubahan tingkah laku dapat

berupa kemampuan-kemampuan peserta didik setelah melakukan aktifitas belajar

yang menjadi hasil perolehan belajar. Dengan demikian, hasil belajar merupakan

perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami pembelajaran.

Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

nilai yang diberikan kepuasan kepada individu yang belajar. Menurut Sudjana

hasil belajar pada hakikatnya adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah

menerima pengalaman belajar, mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor.2

Hasil belajar menurut pemikiran Gagne dalam M.Thobroni & Arik

Mustofa berupa informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

keterampilan motorik, dan sikap. Informasi verbal merupakan kemampuan dalam

mengungkapkan pengetahuan baik dam bentuk bahasa, lisan maupun.3

Menurut Purwanto hasil belajar adalah pencapaian tujuan pendidikan pada

siswa yang mengikuti proses belajar mengajar. 4 Hasil belajar merupakan suatu

proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar

hubungan timbal balik,dalam proses belajar mengajar guru dituntut untuk mampu

1
Sudjana, Nana. (2016). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. h.5
2
Ibid. h.3
3
Muhammad Thobroni & Arik Mustofa. (2013). Belajar & Pembelajaran: Pengembangan Wacana Dan Praktik
Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional . Yogyakarta:Ar-Ruzz Media. H. 22
4
Purwanto. (2016). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta, Pustaka Pelajar, h. 46.
15

membimbing dan memfasilitasi siswa agar dapat memahami materi yang

diberikan dan menggali potensi-potensi siswa secara menyeluruh dan terpadu.

Kemudian, menurut Winkel dalam Purwanto hasil belajar adalah

perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah

lakunya.5 Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja

dari setiap siswa tingkah laku dalam belajar dimana seseorang yang belum paham

mengenai materi diajarkan dengan belajar menjadi mengerti. Individu yang

bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan dibanding

sebelum mengikuti suatu proses belajar.

Selanjurtnya menurut Gagne dalam Purwanto hasil belajar adalah

terbentuknya konsep yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada

dilingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi

stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori-

kategori.6

Menurut William Buton dalam Oemar Hamalik hasil-hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan,nilai-nilai, pengertian- pengertian, sikap-sikap, apresiasi,

abilitas, dan keterampilan.7 Dimana seperangkat keyakinan atau perilaku atu

prinsip prilaku yang telah mempribadi dalam diri atau kelompok setelah

mengikuti pembelajaran.

Menurut Purwanto mengungkapkan hasil belajar merupakan perolehan

dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (endes are being

attained). Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan dicapai
5
Ibid. h. 45
6
Ibid. hH.42
7
Oemar Hamalik., (2015). Proses Belajar Mengajar. Jakarta, Bumi Aksara, h. 31.
16

oleh anak melalui kegiatan belajarnya.8 Dalam pembelajaran setiap siswa

mempunyai potensinya masing-masing potensi-potensi tersebut akan berkembang

melalaui belajar dengan sungguh-sungguh.

Selanjutnya Nana Sudjana berpendapat bahwa hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif, afektif, dan

psikomotorik. ketiga bidang adalah aspek atau kemampuan yang dimiliki oleh

siswa yang belajar bahwasannya siswa yang belajar akan mengalami perubahan

yang relevan sesuai dengan tujuan pengajaran.

Menurut Dimyati dan Mudjiono berpendapat bahwa hasil belajar

merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran pelaku aktif

pembelajaran adalah guru. 9


Menuurut Purwanto hasil belajar adalah prestasi

yang dapat digunakan oleh guru untuk menilai hasil pelajaran. 10 Dari proses dan

pengalaman belajar terdapat hasil atau sebuah prestasi nilai-nilai dari setiap siswa

untuk penilaian yang dilakukan oleh guru.

Menurut Wragg dalam Aaunurrahman mengemukakan hasil belajar

ditandai dengan perubahan tingkah laku juga dapat menyentuh perubahan pada

aspek afektif termasuk perubahan aspek emosional.11 Aspek emosional adalah

sebuah kemampuan mental untuk merespon dan mengatasi masalah dalam proses

belajar mengajar.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah perubahan tingkah laku atau keterampilan yang berupa pengetahuan,

8
Purwanto. (2016). Opcit. h. 45
9
Dimyati, Mudjiono. (2013) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta, Rineka Cipta, hh. 253
10
www. E- jurnal.com (2013)
11
Aunurrahman. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Bandung, Alfabeta. h.37
17

pemahaman, sikap dan aspek lain melalui serangkaian kegiatan membaca,

mengamati, mendengar, meniru, menulis, dan lain sebagainya, sebagai bentuk

pengalaman individu dengan lingkungan. Hasil belajar ditentukan oleh evaluasi.

Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa

melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar. Tujuan utama evaluasi

adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah

mengikuti suatu kegiatan pembelajaran.

6. Fungsi dan Tujuan Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana fungsi dan tujuan penilaian hasil belajar yaitu:12

a. Fungsi penilaian hasil belajar

Penilaian hasil belajar berfungsi sebagai alat untuk mengetahui tujuan

pembelajaran. Dengan melakukan penilaian maka guru dapat mengetahui

sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai. Jika terdapat tujuan yang belum

tercapai maka dapat dilakukan perbaikan. Perbaikan yang dilakukan dalam

pembelajaran merupakan umpan balik dari penilaian yang dilakukan.

Perbaikan dapat dilakukan dalam hal tujuan pembelajaran, kegiatan belajar

siswa, strategi atau cara mengajar guru dan lain-lain. Penilaian hasil

belajar juga berfungsi sebagai dasar dalam menyusun laporan kemajuan

belajar siswa yang akan ditunjukan kepada wali murid. Dengan adanya

laporan hasil belajar, guru dapat memberikan informasi kepada wali murid

dalam kemampuan belajar siswa pada masing-masing bidang mata

12
Sudjana, Nana. (2016). Opcit.h.4-5
18

pelajaran. Laporan belajar disajikan dalam bentuk nilai prestasi yang

dicapai siswa.

b. Tujuan penilaian hasil belajar

Sedangkan tujuan penilaian hasil belajar yaitu untuk mendeskripsikan

kecakapan belajar siswa. Dalam hal ini dapat diketahui kelebihan serta

kekurangan mata pelajaran yang ditempuh dari nilai yang diperoleh siswa.

Kemudian tujuan lain dari penilaian belajar untuk mengetahui

keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran disekolah. Keberhasilan

dalam proses pembelajaran di sekolah juga dapat diperoleh dari hasil

penilaian, jika nilai siswa tinggi serta tujuan pembelajaran tercapai maka

dapat dikatakan proses pembelajaran berhasil.

Tujuan penilaian hasil belajar dijadikan dalam menentukan tindak lanjut

penilaian. Jika ditemui hasil belajar yang belum mencapai tujuan

pembelajaran maka dapat dilakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam

program pendidikan. Guru dapat menerapkan strategi dalam pelaksanaan

pembelajaran. Selain itu tujuan penilaian hasil belajar dijadikan sebagai

pertanggungjawaban sekolah kepada pihak yang berkepentingan seperti

pemerintah, masyarakat dan wali murid.

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan yaitu

faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen adalah suatu faktor yang ada

dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor
19

yang berasal dari luar individu. Menurut Slameto faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar itu adalah:

1. Faktor intern meliputi:

a. Faktor jasmaniah yang terdiri atas faktor kesehatan dam cacat tubuh.

b. Faktor psikologi terdiri atas intelegensi, perhatian, bakat minat, motif,

kematangan dan kelelahan.

2. Faktor eksteren meliputi:

a. Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga dan

keperluan keluarga.

b. Faktor sekolah yang terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi

guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah dan alat

pelajaran.

c. Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat,

massa media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. 13

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan Hasil

belajar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam individu itu

sendiri dan juga diluar individu tersebut.

8. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas merupakan pengembangan dari penelitian

tindakan. Penelitian tindakan (action research) dikembangkan dengan tujuan


13
Slameto.(2010). Opcit.h.4
20

untuk mencari penyelesaian terhadap masalah sosial. Penelitian tindakan diawali

dengan kajian terhadap suatu masalah secara sistematis. Hasil kajian ini dijadikan

dasar untuk menyusun suatu rencana kerja (tindakan) sebagai upaya untuk

mengatasi masalah tersebut. Kegiatan berikutnya adalah pelaksanaan tindakan

dilanjutkan dengan observasi dan evaluasi. Hasil observasi dan evaluasi

digunakan sebagai masukkan melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada saat

pelaksanaan tindakan. Hasil refleksi kemudian dijadikan landasan untuk

menentukan perbaikan serta penyempurnaan tindakan selanjutnya.

9. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang

terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut

dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan

untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya.

Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna

memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Hasil yang

diharapkan melalui PTK adalah peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan

hasil pembelajaran, diantaranya peningkatan kinerja siswa, perbaikan mutu proses

pembelajaran, peningkatan kualitas penggunaan media dan alat bantu belajar,

perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi, perbaikan masalah-masalah

pendidikan di sekolah, dan peningkatan kualitas dalam penerapan kurikulum dan

pengembangan kompetensi siswa. Dengan memperhatikan tujuan dan hasil yang


21

dapai dapat dicapai melalui PTK, terdapat sejumlah manfaat PTK antara lain

sebagai berikut:

1. Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan

bagi para pendidik (guru) untuk meningkatkan kulitas pembelajaran.

Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat dijadikan sebagai bahan

artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan antara lain

disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.

2. Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan

menulis artikel ilmiah di kalangan pendidik. Hal ini ikut mendukung

professionalisme dan karir pendidik.

3. Mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar pendidik dalam

satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan

masalah dalam pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.

4. Meningkatkan kemampuan pendidik dalam upaya menjabarkan kurikulum

atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal,

sekolah, dan kelas. Hal ini turut memperkuat relevansi pembelajaran bagi

kebutuhan peserta didik.

5. Memupuk dan meningkatkan keterlibatan, kegairahan, ketertarikan,

kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran

di kelas. Di samping itu, hasil belajar siswa pun dapat meningkat.

6. Mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang,

nyaman, menyenangkan, serta melibatkan siswa karena strategi, metode,


22

teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian

bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.

B. Kerangka Bepikir

Kerangka pemikiran dari usulan proposal penelitian ini sebagai berikut:

Input Masalah
Berbagai macam keluhan dalam pembelajaran IPA di SD seperti;
malas belajar, membosankan (jenuh), kurang bergairah, tidak menarik,
dan keluhan-keluhan lain dari para peserta didik, adalah permasalahan
mendasar yang harus segera diatasi.

Proses
Menurut DePorter & Hernacki (2011:45) langkah-langkah yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep quantum
learning adalah
1. Kekuatan AMBAK
2. Penataan lingkungan belajar
3. Memupuk sikap juara
4. Bebaskan gaya belajar
5. Membiasakan mencatat
6. Membiasakan membaca

Perubahan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Negeri Sukadalem 1 Kec.

Waringinkurung Kab. Serang.


23

C. Penelitian Terdaulu yang Relevan

Penelitian terdaulu yang relevan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

No Nama Judul Masalah Metode Hasil

1 Arifin Penerapan Penelitian ini  Hasil Pada


Djenawa Model merupakan siklus I
Pembelajaran penelitian dengan rata-
Quantum tindakan kelas. rata hasil
Learning belajar
Sampelnya
siswa
Untuk berjumlah 31 mencapai
Meningkatkan orang. Teknik 70,29
Hasil Belajar pengumpulan  Dengan
Ipa data yang persentase
Peserta digunakan hasil belajar
Didik dalam secara
Kelas V penelitian ini klasikal
Sekolah adalah sebesar
Dasar observasi, tes 70,29%.
dan  Dari 31
dokumentasi orang siswa,
21
diantaranya
telah
mencapai
nilai diatas
KKM. Pada
siklus I
ketuntasan
belajar
mencapai
70,29%.
 Sedangkan
pada siklus
II rata-rata
hasil belajar
siswa
mencapai
85,45
dengan
persentase
24

hasil belajar
secara
klasikal
sebesar
85,45%.
Sehingga
rata
-rata hasil
belajar siswa
meningkat
sebesar 15,16.
Dari 31 orang
siswa,
semuanya telah
mencapai nilai
diatas
KKM sehingga
ketuntasan
belajar
mencapai 100%
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas atau action

research. Menurut Wina Sanjaya mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas

dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas

melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan

cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta

menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut.14

Tujuan utama PTK adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar.

Grundy dan Kemmis dalam Wina Sanjaya menyebutkan bahwa tujuan penelitian

tindakan meliputi tiga hal, yakni peningkatan praktik, pengembangan profesional,

dan peningkatan situasi tempat praktik berlangsung. Penelitian ini merupakan

penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Hal

ini berarti peneliti tidak melakukan penelitian sendiri, akan tetapi berkolaborasi

dan bekerjasama dengan guru kelas.15

Model penelitian yang dimaksud adalah prosedur-prosedur kegiatan yang

dilalui di dalam Penelitian Tindakan Kelas. Di dalam PTK ini, model yang

dipakai adalah model Kemmis dan Mc Taggart dari Deakin University Australia,

yaitu model spiral. Dalam model spiral ini kegiatannya terdiri dari perencanaan,

14
Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Group.h.26
15
Ibid. h.30-31
26

tindakan, observasi dan refleksi. Adapun tahapan pada setiap siklus dapat

digambarkan seperti di bawah ini.seperti yang tampak pada gambar dibawah ini :

Gambar 3.1 : Proses Penelitian Tindakan Menurut Kemmis dan Mc Taggart

(Wijaya & Dedi, 2010:21)

Kegiatan pada masing-masing siklus mempunyai empat komponen yaitu

tahap perencanaan (plan), pelaksanaan (action), observasi (observation), dan

refleksi (reflection). Siklus II dan siklus III dilaksanakan apabila tahap-tahap pada

siklus I tidak terlaksana dengan baik serta hasilnya belum maksimal. Adapun

langkah-langkah yang dibuat peneliti dapat dilihat sebagai berikut :


27

Permasalahan
Perencanaan Tindakan Siklus I
Guru lebih banyak berceramah,
sehingga siswa menjadi cepat  RPP
bosan dan menyebabkan hasil  Instrumen tes
belajar IPA rendah

Pengamatan/ Pengumpulan Pelaksanaan Tindakan Siklus I


Data Tindakan Siklus I Pelaksanaan siklus I dilaksanakan 2 x
1. Lembar Observasi pertemuan
Siswa
2. Lembar Observasi
Guru
3. Lembar Tes
Hasil Refleksi Tindakan Siklus I

Refleksi Tindakan Siklus I

Perencanaan Tindakan Siklus II


Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan 2 x  RPP
pertemuan  Instrumen tes

Pengamatan/ Pengumpulan Data


Tindakan Siklus II Refleksi Tindakan Siklus II
 Lembar Observasi Siswa
 Lembar Observasi Guru
 Lembar Tes
Perencanaan Tindakan Siklus III
 RPP
Pelaksanaan Tindakan Siklus III  Instrumen tes
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan 2 x
pertemuan

Refleksi Tindakan Siklus III


Pengamatan/ Pengumpulan Data
Tindakan Siklus III
 Lembar Observasi Siswa
 Lembar Observasi Guru Pengolahan data dan penarikan
 Lembar Tes Kesimpulan seluruh siklus
Gambar 3.2 Langkah-langkah Penelitian

Tahap-tahap yang akan dilaksanakan pada siklus I dan II dalam Pedoman

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, dijelaskan sebagai berikut :

1. Tahap perencanaan (plan)

Meliputi rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki,

meningkatkan, atau merubah perilaku dan sikap sebagai solusi. Adapun

kegiatannya yaitu :

a. Menetapkan subyek penelitian yaitu siswa kelas IV dan tempat

pembelajaran untuk mempermudah memperoleh data

b. Mengidentifikasi masalah kemudian mengambil masalah yang paling

esensial. Di dalam PTK ini masalah yang diambil adalah hasil belajar

siswa yang kurang dalam pembelajaran tematik dikarenakan penilaian

yang kurang tepat.

c. Merumuskan tindakan untuk perbaikan dengan tepat dan sesuai yaitu

dengan model quantum leraning

d. Menyusun rencana penelitian berupa rangkaian kegiatan disertai siklus

tindakannya.

2. Tahap pelaksanaan (action)

Meliputi apa yang dilakukan guru atau peneliti sebagai upaya perbaikan,

peningkatan, atau perubahan yang diinginkan. Kegiatan dalam tahap pelaksanaan

ini yaitu setelah memperoleh gambaran tentang pembelajaran tematik bagaimana

keadaan siswa, bagaimana guru menilai, kondisi kelas, serta sarana pembelajaran

maka dilakukan tindakan yaitu penggunaan penilaian portofolio dalam


29

pembelajaran tematik sehingga ketiga aspek kemampuan siswa dapat dinilai

dengan obyektif.

3. Tahap observasi (observation)

Meliputi kegiatan mengamati atas hasil atau dampak dan proses dari

tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan pada siswa. Tahap ini diperlukan

adanya alat atau instrumen penelitian. Kegiatannya yaitu mengamati proses dan

hasil bahwa model quantum learning sesuai digunakan dalam pembelajaran

tematik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Tahap refleksi (reflection)

Disini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas proses dan

hasil tindakan dari berbagai kriteria. Kegiatannya yaitu melakukan evaluasi untuk

mengukur peningkatan hasil belajar siswa melalui berbagai instrumen apakah

penilaian lebih efektif setelah diterapkan model quantum learning.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa IV SD Negeri Sukadalem 1 Kec.

Waringinkurung Kab. Serang. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun

ajaran 2021/2022.

Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan April 2022.

Adapun tempat penelitian adalah di SD Negeri Sukadalem 1 Kec.

Waringinkurung Kab. Serang.


30

C. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data

hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan

data. Kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data atau disebut dengan teknik pengumpulan

data. 16 Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

1. Lembar Observasi

Observasi digunakan untuk merekam data tentang perilaku, aktivitas, dan

proses lainnya. Di dalam observasi ini peneliti menggunakan observasi untuk

mengamati aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran tematik dengan model

quantum learning. Adapaun lembar aktivitas siswa dan guru dapat dilihat sebagai

berikut :

Tabel. 3.1 Indikator Lembar Observasi Siswa

Peneliti memberikan skor kepada masing-masing indikator yang akan

diamati menggunakan skala likert empat jawaban alternatif yaitu sangat baik,
16
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. h.193
31

baik, tidak baik, dan sangat tidak baik. Rincian dari skala tersebut adalah sebagai

berik17

Tabel 3.2 Kriteria Jawaban

Sumber : Endang Mulyatiningsih

2. Tes, tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lainnya yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu. Pelaksanaannya di setiap

akhir siklus setelah dilakukannya tindakan.18 Tes dalam penelitian ini berupa

pilihan ganda berjumlah 25 soal. Adapun kisi-kisi instrumen dapat dilihat pada

lampiran.

3. Dokumentasi, dalam pelaksanaan dokumentasi peneliti menggunakan

kumpulan foto-foto yang diambil saat proses pembelajaran berlangsung.

Pengambilan foto dilakukan oleh rekan sejawat yang membantu dalam proses

pelaksanaan penelitian. Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang

diperoleh selama penelitian dilakukan. Dokumen yang digunakan berupa daftar

17
Endang Mulyatiningsih. (2013). Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung:

Alfabeta. H29

18
Suharsimi Arikunto.(2013). Prosedur Penelitian Sebagai Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.h150
32

nilai siswa, pedoman observasi, dan dokumentasi berupa foto saat

pembelajaran berlangsung.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis tersebut

untuk menggambarkan bahwa tindakan yang dilaksanakan dapat menimbulkan

adanya perbaikan, peningkatan dan perubahan ke arah lebih baik jika

dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Pendekatan kuantitatif dimana semua

informasi atau data diwujudkan dalam bentuk angka, analisanya berdasarkan

angka tersebut dengan analisis statistik. Pada akhir setiap siklus I dan II dihitung

nilai rata-ratanya. Kemudian dideskripsikan hasil rerata tes siswa tersebut. Jika

hasil tes siswa mengalami kenaikan sesuai standar nilai yang telah ditentukan,

maka diasumsikan bahwa penerapan model quantum learning dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV.

Menurut Hadi Sutrisno cara untuk mencari rata-rata (mean) menggunakan

rumus : 19

Keterangan :

M : Mean (nilai rata-rata)

ΣX : Jumlah nilai total yang diperoleh siswa


19
Hadi Sutrisno (2010). Metodologi Riset. Yogyakarta: Pustaka Belajar. H40
33

N : Jumlah siswa

Kemudian untuk peningkatan hasil belajar secara klasikal jika 75% dari

seluruh peserta didik dalam kelas telah mencapai nilai 75. Untuk menghitung

kriteria peningkatan hasil belajar secara klasikal adalah dengan rumus :

Keterangan :

P : Nilai Peningkatan hasil Belajar secara klasikal

Σn1 : Jumlah siswa tuntas belajar secara klasikal

Σn : Jumlah total siswa

Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil

belajar siswa yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif (tes dan produk) dari

total pencapaian sebelumnya menjadi minimal nilai 75. Hasil belajar siswa

dikatakan meningkat belajar secara individu apabila mencapai nilai 75. Sedangkan

untuk peningkatan hasil belajar secara klasikal jika mencapai 75% dari siswa

mendapat nilai 75.

E. Rencana Penelitian

Tabel 3.3 Rencana Penelitian


34

N KEGIATAN MARET APRIL MEI JUNI


O MINGGU MINGGU MINGGU MINGGU
4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 PERENCANAAN
SIKLUS I
2 PELAKSANAAN
SIKLUS I
3 OBSERVASI
SILKUS I
4 REFLEKSI
SIKLUS 1
5 PERENCANAAN
SIKLUS II
6 PELAKSANAAN
SIKLUS II
7 OBSERVASI
SIKLUS II
8 REFLEKSI
SIKLUS II
9 PERENCANAAN
SIKLUS III
10 PELAKSANAAN
SIKLUS IIII
11 OBSERVASI
SILKUS IIII
12 REFLEKSI
SIKLUS 1III
13 PENGOLAHAN
DATA
DAFTAR PUSTAKA

Agusnanto. (2015). Penerapan Model Pembelajaran Quantum Learning Dan

Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Pada Mata Diklat Programmable Logic Controller Di Smk

Muhammadiyah 3 Yogyakarta. Skripsi Program Studi Pendidikan

Mekatronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

DePorter, Bobbi & Mike Hernacki. 2011. Quantum Learning: Membiasakan

Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Fauziah, N., M. Masykuri., & A. Nugroho. (2013). Studi Komparasi

Metode Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

Menggunakan Peta Pikiran (Mind Mapping) dan Peta Konsep

(Concept Mapping) Terhadap Prestasi Belajar Peserta didik pada Materi

Pokok Sistem Periodik Unsur Peserta didik Kelas X Semester Ganjil

SMA Negeri Kebakkramat Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal

Pendidikan Kimia. 2(2):132-139. [diakses 24-1-2022]

Leliana, 2011. Pengertian Quantum Learning. Tersedia pada

http://leliana85.blogspot.com/2011/0 2/model-pembelajaran-

quantumlearning.html (diakses pada 20 Januari 2013).

Slameto,. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, cet. 3;

Jakarta: PT Rineka Cipta

Sudjana, Nana. (2016). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.


36

Suharsimi Arikunto.(2013). Prosedur Penelitian Sebagai Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.

Trianto. (2010). Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi

Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana

Trianto. (2012). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Jakarta: Bumi Aksara

Wina Sanjaya. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Group
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai