BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
oleh kelas yang berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan (teacher
center), sehingga ceramah akan menjadi pilihan utama dalam menentukan strategi
belajar. Oleh sebab itu, sering kali guru mengabaikan pengetahuan awal siswa.
Untuk itu diperlukan suatu metode belajar yang memberdayakan siswa. Metode
klasik dan metode pengajaran modern. Namun banyak juga yang menggabungkan
antara metode pengajaran klasik dan metode pengajaran modern. Akan tetapi
pemerintah saat ini adalah CTL (Contextual Teaching and Learning). Metode
CTL yang diterapkan pemerintah saat ini mungkin juga memberi pengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa mulai dari motivasi belajar siswa juga hingga faktor eksternal siswa
2
pribadi, dalam penelitian yang dilakuan lebih mengerucut pada metode pengajaran
yang dilakukan dan motivasi belajar siswa dalam mencapai hasil belajar siswa.
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
yang tinggi terhadap Sains (IPA) agar memperoleh hasil belajar yang optimal.
penting dalam pembelajaran dan pencapaian hasil belajar. Karena minat belajar
yang tinggi akan menjadikan siswa senang dan suka pada mata pelajaran dan
hasil yang dicapai adalah hasil belajar siswa akan maksimal. (jelaskan lebih
terhadap hasil belajar siswa jika kita tinjau dari motivasi belajar siswa. CTL
Motivasi Belajar tinggi pada siswa dan sebaliknya. Motivasi belajar yang tinggi
pelajaran fisika disukai, karena metode pengajaran guru yang membuat siswa
nyaman dengan metode pengajaran yang dilakukan oleh guru. Oleh karena itu
Pemerintah saat ini saya melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Metode
Contextual Teaching and Learning terhadap hasil belajar IPA SMP ditinjau dari
pertanyaan tentang metode CTL yang diadopsi dari Amerika Serikat itu.
4
B. Identifikasi Masalah
1. Mengapa hasil belajar IPA disekolah tingkat pertama pada umumnya rendah ?
2. Apakah rendahnya hasil belajar IPA Fisika disekolah disebabkan oleh metode
3. Sejauh mana peningkatan hasil belajar IPA Fisika siswa setelah belajar dengan
4. Sejauh mana peningkatan hasil belajar IPA Fisika siswa setelah belajar dengan
5. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran CTL dan sikap siswa terhadap
motivasi belajar ?
6. Apakah metode pembelajaran masih dianggap sebagai hal yang penting dalam
belajar siswa ?
9. Apakah ada perbedaan hasil belajar IPA Fisika antara siswa yang diajar dengan
menggunakan metode CTL dan siswa yang diajar dengan menggunakan metode
konvensional?
10. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran CTL dengan motivasi belajar
11. Pada siswa yang bermotivasi tinggi, manakah yang lebih baik hasil belajarnya
antara yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran CTL dan dengan
12. Pada siswa yang bermotivasi rendah, apakah hasil belajarnya lebih baik jika
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini menjadi lebih terarah, maka penulis akan membatasi
penelitian ini hanya pada masalah ada atau tidaknya pengaruh pembelajaran
CTL dan motivasi siswa terhadap hasil belajar IPA Fisika. Agar tidak timbul
1. Motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam diri dan mengarah
konvensional.
4. Hasil belajar fisika dibatasi pada pokok bahasan ..... kelas .... semseter... tahun
ajaran.....
6
D. Perumusan Masalah
1. Adakah perbedaan hasil belajar IPA Fisika siswa yang menggunakan metode
2. Adakah pengaruh interaksi metode belajar dan motivasi belajar terhadap hasil
3. Apakah hasil belajar IPA Fisika siswa yang menggunakan metode pembelajaran
CTL lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan menggunakan metode
4. Apakah hasil belajar IPA Fisika siswa yang menggunakan metode pembelajaran
E. Tujuan Penelitian
antara tingkat motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa jika menggunakan
metode pengajaran CTL dan konvensional dalam mata pelajaran IPA Fisika.
7
1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil hasil belajar IPA Fisika
konvensional.
rendah.
F. Manfaat penelitian
pendidikan.
8
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini penulis sajikan dalam lima bab, dengan sistematika
sebagai berikut :
Bab I :Pendahuluan. Pada bab ini akan di bahas tentang latar belakang
bab ini akan diuraikan tentang landasan teori kerangka berpikir dan
hipotesis penelitian.
Bab III : Metodologi Penelitian. Pada bab ini akan dibahas tentang
penelitian.
BAB II
A. Landasan Teori
melalui proses belajar. Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri
dikatakan belajar bila didalam dirinya terjadi suatu proses kegiatan yang
disertai usaha, karena tanpa usaha tidak dapat dikatakan belajar. Dengan
kita cermati dari definisi tentang belajar yaitu perubahan tingkah laku,
tingkah lakunya.
perubahan tingakh laku dalam belajar adalah perubahan itu terjadi secara
sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat aktif dan positif, bukan
laku yang dialami seseorang dikatakan sebagai hasil belajar. Dengan kata
11
lain, perubahan tingkah laku yang dialami seseorang tidak serta merta
belajar adalah proses aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh manusia
sifat-sifat yang ada dalam dirinya kearah yang lebih baik sebagai hasil
belajar. Yang berarti bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan,
kemampuan bertindak.
negatif dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individu maupun kelompok.. hasil tidak akan pernah tercipta selama orang
Mas’ud Khasan Abdul Qohar, prestasi adalah apa yang telah diciptakan,
seseorang yang sudah belajar tidak sama keadaanya dengan saat ketika
belum belajar.
namun intinya sama yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Jadi hasil
adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja baik secara
laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan
tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa, dari ragu-ragu menjadi
tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon
yang diterapkan guru agar siswa memilika semangat beajar yang tinggi
1. Kontruktivisme
dimilikinya.
16
2. CTL (menemukan)
penyimpulan (conclusion).
3. Bertanya (Quitioning)
yang tau ke yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada
komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam
5. Pemodelan (Modeling)
6. Refleksi (Reflektion)
d. Metode Konvensional
tanpa variasi kreatif, kalau saja siswa ditanya ada saja alasan yang mereka
konvensional yang artinya bahwa guru lebih banyak mengajar IPA Fisika
dalam kelas yang menciptakan berbagai efek baik sosial, moril maupun
penggunaannya.
dipakai bila materi yang akan disampaikan terlalu berat dan peserta terlalu
saja. Dampak yang terjadi kemudian adalah ide-ide yang baru yang
Ceramah merupakan metode yang terjadi secara satu arah. Guru yang
5. Jika murid gagal menangkap hal-hal yang penting dari suatu ceramah,
bertautan.
saja, akan tetapi juga terjadi pada guru. Dampak yang timbul adalah guru
untuk dapat menangkap apa yang telah dijelaskan. Hal tersebut akan
dalam proses belajar mengajar, siswa kurang berperan aktif, yang pada
22
materi-materinya.
membawa kerangka kubus atau balok mengenai rusuk, titik sudut dan
2. Hakikat Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Motivasi banyak sekali dibicarakan para ahli, hal ini dapat kita
tersebut.
dari motivasi yang ada pada dirinya. Yang membedakan adalah tingkat
adalah tenaga atau faktor yang terdapat di dalam diri manusia yang
sikap tertentu.
yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri
perasaan dan juga energi untuk melakukan sesuatu. Semua ini dilakukan
bahwa dua orang atau lebih melakukan kegiatan yang sama dengan
nilainya.
3) Tidak ada alat, metode atau teknik tertentu yang dapat memotivasi
memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.
menggunakan media dan alat bantu yang menarik perhatian peserta didik,
sebagainya.
menghindari hukuman.
belajar ada dua hal yaitu : (1) siswa belajar karena didorong oleh
IPA Fisika : (1) siswa bermotivasi terhadap IPA Fisika. Ini berarti bahwa
hasil belajar akan lebih baik jika siswa dibangkitkan motivasinya; (2)
cita-cita, sikap-sikap dan rasa ingin tahu siswa; (6) setiap siswa ingin
yang kuat siswa akan terdorong untuk berusaha menguasai pelajaran yang
disukainya tersebut.
B. Kerangka Berpikir
1. Perbedaan Hasil Belajar IPA Fisika antara Siswa Yang Diajar Dengan
diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah
optimisme dirilah yang mampu untuk mencapainya. Agar hasil belajar ingin
terjadi.
penelitian ini adalah metode ceramah. Bila metode caramah yang digunakan
tergantung pada kemampuan verbal baru. Dalam hal ini guru harus dapat
mengantar persepsi siswa, dari hal yang abstrak ke arah nyata secara verbal
siswa atas pertanyaan guru sering tidak dapat atau sulit untuk berkembang
menggunakan metode CTL akan dapat memperoleh hasil belajar yang lebih
konvensional.
nilai, dan segala ketentuan yang ada dalam kehidupan organisasi, tidak
boleh bertentangan dengan norma, atau sistem nilai, dan segala ketentuan
31
dorongan dari dalam diri secara utuh yang biasa disebut dengan motivasi.
sadar.
Dengan motivasi belajar yang kuat siswa akan terdorong untuk berusaha
motivasi tinggi akan berusaha memperoleh yang terbaik dari usaha yang
keinginan dan tujuan dari apa yang ingin dicapai. Demikian pula halnya
dalam belajar, motivasi merupakan dorongan yang ada dalam diri siswa
untuk memperoleh nilai dan tujuan belajar yang tinggi. Siswa yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi akan berusaha dengan keras untuk mendapatkan
Kegiatan belajar yang dilakukan oleh para siswa perlu adanya sebuah
motivasi yang sangat besar terutama dari dalam diri sendiri. Agar hasil
dikembangkan sejak dini. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam
belajar IPA Fisika tentu saja memiliki hasil belajar IPA Fisika yang baik,
sebaliknya siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajar IPA Fisika
maka akan memperoleh hasil belajar IPA Fisika yang rendah pula.untuk itu
kepada peserta didiknya agar dapat menghasilkan hasil belajar IPA Fisika
yang maksimal.
didiknya mencapai hasil yang baik. Namun untuk prestasi tersebut tentu
saja tidaklah mudah, untuk itu diperlukan bebrapa faktor pendukung. Salah
Telah disebutkan diatas tadi bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar
yang tinggi maka akan memperoleh hasil belajar yang baik atau sebaiknya.
33
Motivasi memberikan spirit dan semangat kepada siswa dalam upaya untuk
dan kemungkinan. Faktor yang paling besar adalah keinginan siswa untuk
memperoleh hasil yang maksimal dalam belajar yang disebut motivasi dan
belajar tinggi, metode CTL akan memberikan pengaruh yang lebih baik
terhadap hasil belajar IPA Fisika dibanding dengan metode ceramah atau
konvensional.
pada metode ini, secara verbal, melalui pertanyaan dari guru, perhatian
lebih baik terhadap hasil belajar IPA Fisika dibanding dengan metode CTL.
C. Hipotesis Penelitian
Dari kajian teori dan kerangka berpikir diatas penulis dapat menurunkan
konvensional.
siswa yang diajar dengan menggunakan metode CTL lebih rendah dari
yang diajar dengan menggunakan metode CTL lebih tinggi daripada siswa
BAB III
METODE PENELITTAN
1. Tempat Penelitian
karena fasilitas dan prestasi sekolah tersebut sangat baik dan penulis juga
2. Waktu Penelitian
Bulang/Minggu
Jenis Kegiatan Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Persetujuan x
Studi Pendahuluan x x
Penelitian Subjek x x
Penyusunan
x x
Instrumen
Pelaksanaan
x x
Eksperimen
Pengumpulan Data x x
Pengolahan Data x x x x
Penulisan Laporan x x x x
Sidang Tesis x
36
B. Metode Penelitian
memberikan jenis perlakuan yang berbeda pada dua kelompok belajar siswa.
kedalam siswa memiliki motivasi belajar tinggi dan siswa memiliki motivasi
perlakuan (treatment) atribut yang ada terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa,
yang didasarkan atas ketepatan prosedur dan data yang dikumpulkan serta
tidaknya hasil penelitian ini untuk digeneralisasikan pada subjek lain yang
tidak memiliki kondisi dan karakteristik sama. Agar tujuan tersebut tercapai,
yang sama, dalam jangka waktu yang sama dan oleh guru yang sama.
dalam variable internal waktu yang tidak terlalu lama. Dengan demikian
pretest pada kedua kelompok sample. Hal ini dilakukan agar pengalaman
perlakuan.
sama pada siswa lain yang tidak menjadi anggota sample, sehingga jika
terjadi mortalitas dapat secepatnya diganti dengan siswa lain yang setara.
kontrol seimbang. Hal ini dilakukan agar kondisi awal pada kedua kelas
berbeda.
c. Perlakuan untuk semua siswa dalam satu kelas belajar sama baik yang
2 sebagai berikut :
konvensional
konvensional
1. Populasi Target
SDSN Tebet Timur 15 Pagi Jakarta Selatan yang berjumlah 60 orang siswa
2. Populasi Terjangkau
39
adalah siswa kelas V SDSN Tebet Timur 15 Pagi Jakarta pada tahun
3. Sampel
siswa yang terbagi atas dua kelompok yaitu 20 orang siswa sebagai
penelitian ini terdapat empat kelompok dengan tingkat dan jenis metode
4. Teknik Sampling
sekolah tempat penlitian. (2) memilih kelas sebagai tempat penelitian. (3)
tingkat motivasi belajar siswa, yaitu dengan mengambil 33% untuk motivasi
belajar tinggi dan 33% untuk motivasi belajar rendah (4) mendata anggota
tersebut, penentuan sampel dalam penelitian ini pun dilakukan melalui dua
tahap, yaitu:
Karena hanya terdiri dari 2 kelas paralel maka ditentukan satu kelas
untuk kelompok eksperimen dan satu kelas untuk kelas kontrol, dengan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Dalam
belajarnya tertinggi dan terendah pada kelas eksperimen serta 33% siswa
urutan motivasi belajar tertinggi dan terendah pada kelas control. Proses
belajar pada siswa yang ada di kelas eksperimen dan kelas control.
konvensional.
1. Variabel Penelitian
Variabel bebas 1, dalam hal ini merupakan variable treatment (X1) yaitu
Variabel bebas 2, dalam hal ini sebagai variable atribut (X2), yaitu
motivasi belajar siswa, dibedakan atas motivasi belajar tinggi dan motivasi
belajar rendah.
Variabel terikat, dalam hal ini sebagai variable kriterium (Y), yaitu hasil
belajar IPA Fisika siswa untuk kompetensi dasar sifat-sifat bangun ruang
2. Sumber Data
42
Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari siswa. Untuk lebih jelas
B. Instrumen Penelitian
a. Definisi Konseptual
tujuan tertentu. Dengan motivasi belajar yang kuat siswa akan terdorong
b. Definisi Operasional
c. Kisi-kisi
variable yang diteliti dengan sumber data darimana data diambil dan
n x. y x y
rxy
n x 2
x
2 n y 2 y 2
Kriterianya adalah jika r atau sama dengan angka korelasi rtabel maka
45
rAC
k
1 Si 2
;
k 1
St 2 dimana :
1. Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes
2. Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti bahwa tes hasil belajar
20 12,45
rKR 1 0,81
20 1 54,3
Karena r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti skala
reliabilitas tinggi.
47
a. Definisi Konseptual
Fisika.
b. Definisi Operasional
dibidang IPA Fisika yang diperoleh melalui tes pilihan ganda sebanyak
bahasan pecahan
c. Kisi-kisi soal
digunakan rumus :
B
P =
JS
Keterangan :
P = Indeks kesukaran
Dimana :
Dari tabel diatas rata-rata taraf kesukaran butir soal adalah 0,665 yang
BA BB
D = PA – PB, Dengan PA= dan PB=
JA JB
Keterangan :
50
xi x t pi
rpb Keterangan :
St qi
tabel nilai r product moment pada taraf signifikan 5%. Setelah dilakukan
perhitungan validitas, butir soal dikatakan valid jika nilai rhitung lebih besar
dari nilai rtabel (rhitung > rtabel) untuk taraf signifikan α = 5% dan n = jumlah
anggota sampel.
52
rumus :
1 2
k PiQi
r
11 k 1 St
dimana :
Perangkat soal dikatakan reliable jika rhitung > rtabel , α = 5%, n = jumlah
anggota sample.
rKR
k
1
PiQi
k 1 St 2
1. Analisis Deskriptif
data akan diolah dan dianalisis ukuran pemusatan dan letak seperti mean,
mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan layak untuk dianalisis lebih
3. Uji Hipotesis
diketahui data layak untuk diolah lebih lanjut, maka langkah berikutnya
2. Hipotesis Satistik
a. Hipotesis 1
H0 : μ01 μ02
b. Hipotesis 2
H0 : Int.AxB = 0
H :Int. AxB ≠ 0
a. Hipotesis 3
H0 : µ11 µ12
d. Hipotesis 4 :
H0 : µ21 µ22
56
BAB IV
A. Deskripsi Data
Tabel 12
KET :
1. Skor Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang Belajar dengan Metode
CTL
obyektif bentuk pilihan ganda dengan 4 opsi jawaban, sebanyak 20 butir soal.
Masing-masing butir soal jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah
diajarkan dengan metode CTL. Skor empiris tertinggi 18 dan terendah 12.
Dari perhitungan statistic diperoleh nilai rata-rata 14,65 median 14,5 modus
14, standar deviasi 1,66 dan varians 2,76. Hasil perhitungan secara lebih
Statistics
nilai yang cukup baik. Standar deviasi 1,66 menyatakan bahwa jawaban siswa
mengenai tes yang diberikan pada siswa yang diajar dengan menggunakan
metode CTL tidak banyak beragam. Untuk memperjelas hasil tersebut dapat
Histogram
4
Frequency
Mean =14.65
Std. Dev. =1.663
N =20
0
10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00
HBM Metode Inquiri
Gambar 1.
Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar IPA Fisika
Siswa Yang Belajar dengan Metode CTL
2. Skor Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang Belajar dengan Metode
Konvensional
obyektif bentuk pilihan ganda dengan 4 opsi jawaban, sebanyak 20 butir soal.
Masing-masing butir soal jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah
modus 11, standar deviasi 1,35 dan varians 1,84. Hasil perhitungan secara
Statistics
memperoleh nilai yang kurang baik. Standar deviasi 1,35 menyatakan bahwa
jawaban siswa mengenai tes yang diberikan pada siswa yang diajar dengan
sebagai berikut:
61
Histogram
4
Frequency
Mean =10.50
Std. Dev. =1.357
N =20
0
8.00 10.00 12.00 14.00
HBM Metode Konvensional
Gambar 2
Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang
Belajar dengan Metode Konvensional
3. Skor Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang Belajar Dengan Metode
obyektif bentuk pilihan ganda dengan 4 opsi jawaban, sebanyak 20 butir soal.
Masing-masing butir soal jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah
diajarkan dengan metode CTL dan motivasi belajar tinggi Skor empiris
tertinggi 18 dan terendah 14. Dari perhitungan statistic diperoleh nilai rata-rata
62
15,7 median 15,5 modus 15, standar deviasi 1,33 dan varians 1,78 berikut
perhitungannya :
Tabel 15. Analisis Deskriptif Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang
Belajar dengan Metode CTL dan Motivasi Belajar Tinggi
Statistics
yang baik. Standar deviasi 1,33 menyatakan bahwa jawaban siswa mengenai
tes yang diberikan pada siswa yang diajar dengan menggunakan metode CTL
dengan motivasi belajar tinggi tidak banyak beragam. Untuk memperjelas hasil
Histogram
2
Frequency
Mean =15.70
Std. Dev. =1.337
N =10
0
13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00
MTD. INQUIRI MTVSI TINGGI
Gambar 3. Histogram Siswa Yang Belajar dengan Metode CTL dan Motivasi
Belajar Tinggi
4. Skor Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang Belajar Dengan Metode
obyektif bentuk pilihan ganda dengan 4 opsi jawaban, sebanyak 20 butir soal.
Masing-masing butir soal jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah
diajarkan dengan metode CTL dan motivasi belajar rendah Skor empiris
tertinggi 16 dan terendah 12. Dari perhitungan statistic diperoleh nilai rata-rata
13,6 median 13,5 modus 13 standar deviasi 1,26 dan varians 1,6. Berikut
perhitungannya :
Tabel 16. Analisis Deskriptif Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang
Belajar dengan Metode CTL dan Motivasi Belajar Rendah
64
Statistics
nilai yang cukup baik. Standar deviasi 1,26 menyatakan bahwa jawaban siswa
mengenai tes yang diberikan pada siswa yang diajar dengan menggunakan
metode CTL dengan motivasi belajar rendah tidak banyak beragam. Untuk
sebagai berikut:
65
Histogram
3
Frequency
Mean =13.60
Std. Dev. =1.265
N =10
0
11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00
MTD.INQUIRI MTVSI RENDAH
Gambar 4. Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar IPA Fisika Siswa
Yang Belajar dengan Metode CTL dan Motivasi Belajar Rendah
5. Skor Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang Belajar Dengan Metode
obyektif bentuk pilihan ganda dengan 4 opsi jawaban, sebanyak 20 butir soal.
Masing-masing butir soal jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah
empiris tertinggi 13 dan terendah 10. Dari perhitungan statistic diperoleh nilai
66
rata-rata 11,2 median 11 modus 11, standar deviasi 1,13 dan varians 1,28
berikut perhitungannya :
Tabel 17. Analisis Deskriptif Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang
Belajar dengan Metode Konvensional dan Motivasi Belajar Tinggi
Statistics
nilai yang tidak begitu baik. Standar deviasi 1,13 menyatakan bahwa jawaban
siswa mengenai tes yang diberikan pada siswa yang diajar dengan
beragam. Untuk memperjelas hasil tersebut dapat dilihat melalui histogram dan
Histogram
3
Frequency
Mean =11.20
Std. Dev. =1.135
N =10
0
9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00
MTD. KONVENSIONAL MTVSI TINGGI
6. Skor Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang Belajar Dengan Metode
obyektif bentuk pilihan ganda dengan 4 opsi jawaban, sebanyak 20 butir soal.
Masing-masing butir soal jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika salah
9,8 median 9,5 modus 9, standar deviasi 1,22 dan varians 1,51 berikut
perhitungannya :
Tabel 18. Analisis Deskriptif Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang
Belajar dengan Metode Konvensional dan Motivasi Belajar Rendah
Statistics
yang tidak jelek. Standar deviasi 1,22 menyatakan bahwa jawaban siswa
mengenai tes yang diberikan pada siswa yang diajar dengan menggunakan
Untuk memperjelas hasil tersebut dapat dilihat melalui histogram dan polygon
sebagai berikut:
69
Histogram
3
Frequency
Mean =9.80
Std. Dev. =1.229
N =10
0
7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00
MTD. KONVENSIONAL MTVSI RENDAH
Gambar 6
Histogram dan Poligon Frekuensi Hasil Belajar IPA Fisika Siswa Yang
Belajar dengan Metode Konvensional dan Motivasi Belajar Rendah
dengan SPSS 15.0 Distribusi dikatakan normal jika nilai signifikansi >
0,05. Data hasil perhitungan uji normalitas data adalah sebagai berikut:
70
MTD. MTD.
MTD.INQUIRI KONVENSIO KONVENSIO
MTD. INQUIRI MTVSI NAL MTVSI NAL MTVSI
MTVSI TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH
N 10 10 10 10
Normal Parameters a,b Mean 15.7000 13.6000 11.2000 9.8000
Std. Deviation 1.33749 1.26491 1.13529 1.22927
Most Extreme Absolute .200 .182 .270 .242
Differences Positive .200 .182 .270 .242
Negative -.134 -.124 -.145 -.158
Kolmogorov-Smirnov Z .631 .577 .854 .767
Asymp. Sig. (2-tailed) .820 .894 .460 .599
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Jika nilai sig < 0,05; maka data tidak beridistribusi normal.
Taraf
No Kelompok Nilai sig Kesimpulan
signifikansi
1 A1 0.744 0.05 berdistribusi normal
2 A2 0.713 0.05 berdistribusi normal
3 A1B1 0.820 0.05 berdistribusi normal
4 A1B2 0.894 0.05 berdistribusi normal
5 A2B1 0.460 0.05 berdistribusi normal
6 A2B2 0.599 0.05 berdistribusi normal
Dari rangkuman data tersebut terlihat bahwa semua nilai sig > dari 0,05.
2. Uji Homogenitas
homogenitas data hasil penelitian dilakukan melalui uji Bartlet dari data
kelompok hasil belajar yaitu hasil belajar siswa yang diajar dengan
serta hasil belajar siswa yang memiliki motiasi tinggi dan motivasi rendah.
a. Membuat table
sebagai berikut:
= 2,41
= (0,38)(36)
= 13,68
= (2,3)(13,68 – 13,339)
= (2,3)(0,341) = 0,78
X20,95=7,81 dan nilai X2hitung =0,78 maka jelaslah bahwa X2 =0,78 <7,81
Karena tidak terdapat interaksi maka tidak dilakukan uji lanjut. Dari
1. Pengujian Hipotesis 1
H0 : μ01 μ02 ( tidak ada perbedaan hasil belajar IPA Fisika siswa yang
konvensional)
H1 : μ01 > μ02 (hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan
ceramah)
75
jalur) di atas, diperoleh hasil analisis data pada kelompok hasil belajar IPA
Fisika antara metode CTL dengan (antara factor) diperoleh harga Fhitung =
111,328 lebih besar dari harga Ftabel = 4,11 pada tingkat signifikansi 5%. Ini
belajar IPA Fisika siswa. Rata-rata hasil belajar IPA Fisika yang belajar
diperoleh hasil: mean 14,15; median 14; modus 15 dengan standar deviasi
1,78 dan varian 3,18 serta skor tertinggi 18 dan terendah 12. Sedangkan
konvensional diperoleh hasil belajar IPA Fisika: mean 10,15, median 10,15,
modus 10 dengan standar deviasi 1,08 dan varians 1,16 serta nilai tertinggi
Dari data ini terlihat bahwa selain teruji hasil belajar IPA Fisika siswa
signifikan daripada hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan
76
variasi perolehan skor antar siswa pada kelompok yang belajar dengan
metode CTL lebih uniform (homogen) dari pada yang belajar dengan
metode konvensional. Hal ini karena simpangan baku skor hasil belajar IPA
Fisika siswa yang belajar dengan metode CTL sebesar 1,78 sedangkan pada
1,08. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA Fisika
siswa yang diajar dengan menggunakan metode CTL lebih tinggi daripada
2. Pengujian Hipotesis 2
Fisika)
Dari table rangkuman ANOVA di atas diperoleh Fhitung (I) = 0,79 lebih
kecil dibandingkan dengan Ftabel = 4,11 dengan signifikansi 0,05. Ini berarti
pada pengujian hipotesis kedua menerima H0 dan menolak H1, yaitu tidak
motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA Fisika. Hal tersebut juga dapat
77
yaitu 9,8. Dari hasil tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh interaksi
antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA
3. Pengujian Hipotesis 3
Hipotesis yang akan diuji dalam hipotesis ketiga yaitu dinyatakan dalam
H0 : µ11 µ12 (Hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan
H1: µ11 > µ12 (Hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan
bermotivasi tinggi).
diperoleh ttabel = t(0,05;10+10-2) = 2,101. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak
dan H1 diterima, yaitu hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar dengan
belajar IPA Fisika siswa dengan metode konvensional pada siswa yang
bermotivasi tinggi. Hal tersebut juga dapat dilihat dari hasil analisis
bahwa hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar menggunakan metode
diterima.
4. Pengujian Hipotesis 4
Hipotesis yang akan diuji dalam hipotesis ketiga yaitu dinyatakan dalam
H0 : µ21 µ22 (Hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan
H1: µ21 > µ22 (Hasil belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan
bermotivasi rendah)
diperoleh ttabel = t(0,05;10+10-2) = 2,101. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak
dan H1 diterima, yaitu hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar dengan
belajar IPA Fisika siswa dengan metode konvensional pada siswa yang
bermotivasi rendah. Hal tersebut juga dapat dilihat dari hasil analisis
hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar menggunakan metode CTL
diterima.
111,328 yang berarti lebih besar dari harga F tabel = 4,11 pada tingkat
terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa. Rata-rata hasil belajar IPA Fisika
diperoleh hasil: mean 14,15; median 14; modus 15 dengan standar deviasi
1,78 dan varian 3,18 serta skor tertinggi 18 dan terendah 12. Sedangkan
konvensional diperoleh hasil belajar IPA Fisika: mean 10,15, median 10,15,
modus 10 dengan standar deviasi 1,08 dan varians 1,16 serta nilai tertinggi
dengan cara siswa melakukan pencarian akan lebih membekas dalam otak
kemampuannya sendiri.
Hasil pengujian hipotesis kedua diperoleh Fhitung (I) = 0,79 lebih kecil
dibandingkan dengan Ftabel = 4,11 dengan signifikansi 0,05. Ini berarti pada
motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA Fisika. Hal tersebut juga dapat
rendah dan belajar menggunakan metode konvensional yaitu 9,8. Dari hasil
pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa.
tidak berpengaruh terhadap hasil belajar IPA Fisikanya. Dengan demikian maka
tidak terdapat pengaruh interaksi antara model pembelajaran IPA Fisika dan
motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA Fisika dan hipotesis ditolak.
taraf signiifikansi 0,05 diperoleh ttabel = t(0,05;10+10-2) = 2,101. Karena thitung >
ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, yaitu hasil belajar IPA Fisika siswa
signifikan daripada hasil belajar IPA Fisika siswa dengan metode konvensional
pada siswa yang bermotivasi tinggi. Hal tersebut juga dapat dilihat dari
CTL telah mampu memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar
taraf signiifikansi 0,05 diperoleh ttabel = t(0,05;10+10-2) = 2,101. Karena thitung >
ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, yaitu hasil belajar IPA Fisika siswa
konvensional pada siswa yang bermotivasi rendah. Hal tersebut juga dapat
CTL telah mampu memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
pengolahan data pada bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar dengan metode belajar
CTL lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan metode belajar
terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa. Hal ini diperoleh hasil harga Fhitung
= 111,328 yang berarti lebih besar dari harga F tabel = 4,11 pada tingkat
secara signifikan dan dapat diterima. Selain itu, juga didukung oleh
perolehan rerata skor hasil IPA Fisika siswa yang diajar dengan metode
CTL lebih besar daripada hasil belajar IPA Fisika yang diajar dengan
pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPA Fisika siswa.
Hal ini diperoleh dari Fhitung (I) = 0,79 lebih kecil dibandingkan dengan Ftabel
= 4,11 dengan signifikansi 0,05. Ini berarti pada pengujian hipotesis kedua
konvensional pada siswa yang memiliki motivasi tinggi. Hal ini diperoleh
dari thitung = 8,18 dan untuk taraf signiifikansi 0,05 diperoleh ttabel = t(0,05;10+10-
2) = 2,101. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, yaitu hasil
belajar IPA Fisika siswa yang belajar dengan menggunakan metode CTL
lebih tinggi secara signifikan daripada hasil belajar IPA Fisika siswa
diperoleh ttabel = t(0,05;10+10-2) = 2,101. Karena thitung > ttabel maka H0 ditolak
dan H1 diterima, yaitu hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar dengan
belajar IPA Fisika siswa dengan metode konvensional pada siswa yang
bermotivasi rendah.
87
B. Implikasi
interaksi pengaruh metode belajar IPA Fisika dan tingkat motivasi belajar
terhadap hasil belajar IPA Fisika. Secara keseluruhan ditemukan bahwa hasil
belajar IPA Fisika siswa yang diajar dengan metode belajar CTL lebih tinggi
daripada metode belajar konvensional. Hal ini karena dalam proses belajar
IPA Fisika yang menggunakan metode CTL, siswa diajar belajar melalui
konsep atau alam pemikiran yang sudah dipahami oleh siswa sebelumnya.
Dalam konsep metode belajar CTL dituntut kemampuan guru untuk dapat
motivasi belajar tinggi, hasil belajar IPA Fisika jauh lebih tinggi
untuk yang bermotivasi belajar rendah diperoleh hasil belajar IPA Fisika yang
hampir sama antara metode belajar CTL dengan metode belajar konvensional.
metode belajar IPA Fisika dengan tingkat motivasi belajar terhadap hasil
belajar IPA Fisika siswa. Oleh karena itu dalam memilih metode belajar IPA
Fisika yang tepat bagi guru juga harus memperhatikan tingkat motivasi belajar
peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan hasil
kapsitasnya sebagai seorang pendidik atau guru IPA Fisika harus mampu
siswa agar dapat dilakukan pemilahan dan perlakuan yang tepat dalam
belajar IPA Fisika pada kompetensi dasar pecahan yang lebih baik daripada
upaya peningkatan hasil belajar IPA Fisika, hendaknya para guru perlu
menerapkan metode belajar CTL dalam proses kegiatan belajar IPA Fisika.
C. Saran
saran terkait yang dapat penulis sampaikan pada penelitian ini adalah :
1. Hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar dengan metode belajar CTL
lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan metode belajar konvensional.
2. Hasil belajar IPA Fisika siswa yang belajar dengan metode belajar CTL
lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan metode belajar konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hakim Nasution, 1982, Landasan IPA Fisika, Bhrata Karya Aksara,
Jakarta.
Buchori Kifli dan Mustofa Usman,1985, Prinsip-prinsip IPA Fisika, Sinar Baru,
Bandung.
Herman Hudoyo, 1990, Strategi Mengajar IPA Fisika, IKIP Malang, Malang.
Mudjiono dan Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran Edisi Revisi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sunarto dkk. 2006. Perkembangan Peserta Didik Edisi Revisi. Jakarta: rineka
Cipta.
Sudjana Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar Edisi Revisi.
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Syah, Darwyan dkk. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Diadit Media.
Instrumen Penelitian
Pilihlah Salah satu jawaban a,b,c atau d yang dianggap benar dengan memberikan
tanda silang (x) pada jawaban.
10. Aku terdiri atas sisi alas, sisi atas dan sisi tegak. Bentuk sisi alas sama dengan
sisi atas. Sisi tegakku berbentuk persegi atau persegi panjang. Aku adalah…
a. Prisma c. tabung
b. limas d. kubus
b. 2 d. 4
15. Bangun yang tidak memiliki simetri lipat adalah….
a. b. c. d.
Berilah tanda cek list (√) pada jawaban disamping menurut pribadi kamu.
Kurang Tidak
No Pernyataan Setuju
Setuju setuju
1 Belajar IPA Fisika harus dengan niat sendiri
Belajar IPA Fisika tanpa disuruh oleh guru dan
2
orang tua sangat menyenangkan
Belajar IPA Fisika tanpa bantuan orang lain
3
sangat sulit
Saya berharap bahwa mata pelajaran IPA Fisika
4
tidak diujikan secara Nasional
Kemauan yang keras dalam belajar cermin
5
pribadi siswa
6 Saya belajar jika ada dorongan dari orang lain
Bagi saya belajar akan lebih menarik jika semua
7
kebutuhan akan belajar terpenuhi
8 Saya mau belajar oleh guru tertentu saja
9 Semangat belajar perlu ditanamkan sejak dini
Belajar merupakan kebutuhan yang kurang
10
penting untuk saat sekarang ini
IPA Fisika menjadi penting artinya jika sesuai
11
dengan cita-cita saya
Tanpa belajar teknologi di dunia ini juga akan
12
berkembangseperti saat ini
Orang tua dan guru merupakan factor penting
13
dalam proses belajar
14 Anak yang unggul adalah anak yang rajin belajar
15 Kesempatan belajar setiap anak tidak sama
Dalam proses belajar tidak dibutuhkan ketelitian
16
hanya kemauan yang keras saja
Dalam proses belajar setiap siswa harus
17
mendapat perhatian yang sama dari guru
Belajar merupakan dasar perkembangan ilmu
18
pengetahuan
Saya senang belajar jika saya mengerti apa
19
yang saya pelajari
Jika saya ingin menjadi bintang kelas maka saya
20
harus rajin belajar
Data Penelitian
96
KET :
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 12.00 2 10.0 10.0 10.0
13.00 3 15.0 15.0 25.0
14.00 5 25.0 25.0 50.0
15.00 4 20.0 20.0 70.0
16.00 3 15.0 15.0 85.0
17.00 2 10.0 10.0 95.0
18.00 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
98
Histogram
4
Frequency
Mean =14.65
Std. Dev. =1.663
N =20
0
10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00
HBM Metode Inquiri
Statistics
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 8.00 1 5.0 5.0 5.0
9.00 4 20.0 20.0 25.0
10.00 5 25.0 25.0 50.0
11.00 6 30.0 30.0 80.0
12.00 2 10.0 10.0 90.0
13.00 2 10.0 10.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Histogram
4
Frequency
Mean =10.50
Std. Dev. =1.357
N =20
0
8.00 10.00 12.00 14.00
HBM Metode Konvensional
100
Statistics
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 14.00 2 20.0 20.0 20.0
15.00 3 30.0 30.0 50.0
16.00 2 20.0 20.0 70.0
17.00 2 20.0 20.0 90.0
18.00 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Histogram
2
Frequency
Mean =15.70
Std. Dev. =1.337
N =10
0
13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00 19.00
MTD. INQUIRI MTVSI TINGGI
101
Statistics
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 12.00 2 20.0 20.0 20.0
13.00 3 30.0 30.0 50.0
14.00 3 30.0 30.0 80.0
15.00 1 10.0 10.0 90.0
16.00 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Histogram
3
Frequency
Mean =13.60
Std. Dev. =1.265
N =10
0
11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00
MTD.INQUIRI MTVSI RENDAH
102
Statistics
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 10.00 3 30.0 30.0 30.0
11.00 4 40.0 40.0 70.0
12.00 1 10.0 10.0 80.0
13.00 2 20.0 20.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Histogram
3
Frequency
Mean =11.20
Std. Dev. =1.135
N =10
0
9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00
MTD. KONVENSIONAL MTVSI TINGGI
103
Statistics
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 8.00 1 10.0 10.0 10.0
9.00 4 40.0 40.0 50.0
10.00 2 20.0 20.0 70.0
11.00 2 20.0 20.0 90.0
12.00 1 10.0 10.0 100.0
Total 10 100.0 100.0
Histogram
3
Frequency
Mean =9.80
Std. Dev. =1.229
N =10
0
7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00
MTD. KONVENSIONAL MTVSI RENDAH
104
MTD. MTD.
MTD.INQUIRI KONVENSIO KONVENSIO
MTD. INQUIRI MTVSI NAL MTVSI NAL MTVSI
MTVSI TINGGI RENDAH TINGGI RENDAH
N 10 10 10 10
Normal Parameters a,b Mean 15.7000 13.6000 11.2000 9.8000
Std. Deviation 1.33749 1.26491 1.13529 1.22927
Most Extreme Absolute .200 .182 .270 .242
Differences Positive .200 .182 .270 .242
Negative -.134 -.124 -.145 -.158
Kolmogorov-Smirnov Z .631 .577 .854 .767
Asymp. Sig. (2-tailed) .820 .894 .460 .599
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang
V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan
simetri
Kegiatan Inti
Siswa diberikan kerangka kubus dan balok. Selanjutnya diberikan tugas untuk
menentukan mana yang disebut rusuk, titik sudut dan banyak rusuk serta titik sudut.
Beberapa orang siswa maju ke depan untuk menyebutkan rusuk dan titik sudut serta
banyaknya.
Guru memeberikan penjelasan mengenai rusuk, titik sudut, bidang dan sifat-sifat kubus
dan balok.
Siswa dibagi menjadi 6 kelompok untuk melakukan diskusi.
Siswa diberikan tugas untuk menentukan banyaknya rusuk, titik sudut dan bidang serta
sifat-sifat bangun ruang yang lain seperti tabung, prisma, kerucut dengan memberikan
alat peraga secara bergiliran
Perwakilan siswa tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
Guru memberikan penjelasan yang benar mengenai sifat-sifat bangun ruang kepada
siswa.
Menguji pemahaman, kemampuan dan keterampilan siswa dalam soal-soal latihan.
Kegiatan akhir
Guru mengulang kembali mengenai sifat-sifat bangun ruang, memberikan pekerjaan rumah
dan mengiformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
IX. Penilaian :
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Pilihan ganda
Instrumen
Lembar Kerja Siswa
III. Indikator : Menggambar bangun ruang dari sifat-sifat bangun yang diberikan
IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang
V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan
simetri
Kegiatan Inti
Siswa menyiapkan peralatan yang akan digunakan untuk membuat bangun ruang.
Siswa diminta untuk membuat bangun ruang menurut bayangan mereka.
Guru mengambil hasil karya siswa yang sduah benar dan yang belum.
Guru memberikan langkah-langkah membuat bangun ruang, memberikan beberapa
contoh membuat kubus, prisma, limas, tabung dan kerucut.
Siswa mengikuti langkah-langkah yang diinstruksikan guru.
Siswa melakukan praktek menggambar bangun ruang dan membuat bangun ruang dari
kertas.
Menguji pemahaman, kemampuan dan keterampilan siswa dalam soal-soal latihan.
Kegiatan akhir
Guru mengulang kembali mengenai sifat-sifat bangun ruang, memberikan pekerjaan rumah
dan mengiformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
107
IX. Penilaian :
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Uraian
Instrumen
1. Gambarlah sebuah kubus yang panjang sisinya 4 cm!
2. Gambarlah sebuah balok dengan panjang 6 cm, tinggi 4 cm dan lebar 3 cm!
3. Gambarlah sebuah prisma tegak segi tiga! Ukuran bebas
4. Gambarlah sebuah limas segi tiga! Ukuran bebas
IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang
V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan
simetri
Kegiatan Inti
Setiap siswa ditugaskan membawa kotak bekas (tisu, sabun, dll). Melakukan praktek
membongkar kotak tersebut sehingga kotak berbentuk jaring-jaring, setelah itu siswa
membuat sendiri jarring-jaring kubus dan balok sesuai dengan kreasinya yang berbeda dari
jaring-jaring kubus dan balok yang telah ada.
Kegiatan akhir
Guru mengulang kembali cara menggambar macam-macam jarring-jaring bangun ruang,
memberikan pekerjaan rumah dan menginformasiokan materi yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya.
108
IX. Penilaian :
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Praktek
Instrumen
Lembar kerja siswa
IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang
V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan
simetri
Kegiatan Inti
Siswa diberikan tugas untuk menghitung volume bangun ruang.
Guru memberikan rumus untuk menghitung volume bangun ruang,
Bersama-sama mendiskusikan masalah kesebangunan dengan bantuan arahan guru
mencari syarat-syarat kesebangunan.
Mengadakan tanya-jawab pada siswa mengenai kesebangunan bangun datar.
Mendiskusikan suatu permasalahan mengenai kesebangunan
Menguji kemampuan dan pemahaman siswa dalam soal latihan.
Kegiatan akhir
109
IX. Penilaian :
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Uraian
Instrumen
Lembar kerja siswa
110
IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang
V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan
simetri
Kegiatan Inti
Guru memberi sedikit penjelasan dengan membawa kerangka kubus atau balok mengenai
rusuk, titik sudut dan rusuk untuk mengidentifikasi sifat-sifat bangun ruang.
Melakukan diskusi kelompok dengan arahan guru untuk menentukan sifat-sifat bangun
ruang tabung, prisma, kerucut, lima melakukan diskusi kelompok dengan arahan guru
untuk menentukan sifat-sifat bangun ruang tabung, prisma, kerucut, lima.
Menguji pemahaman, kemampuan dan keterampilan siswa dalam soal-soal latihan.
Kegiatan akhir
Guru mengulang kembali mengenai sifat-sifat bangun ruang, memberikan pekerjaan rumah
dan mengiformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
IX. Penilaian :
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Pilihan ganda
Instrumen
Lembar Kerja Siswa
111
III. Indikator : Menggambar bangun ruang dari sifat-sifat bangun yang diberikan
IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang
V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan
simetri
Kegiatan Inti
Guru memberikan langkah-langkah membuat bangun ruang, memberikan beberapa
contoh membuat kubus, prisma, limas, tabung dan kerucut.
Siswa melakukan praktek menggambar bangun ruang dan membuat bangun ruang dari
kertas.
Menguji pemahaman, kemampuan dan keterampilan siswa dalam soal-soal latihan.
Kegiatan akhir
Guru mengulang kembali mengenai sifat-sifat bangun ruang, memberikan pekerjaan rumah
dan mengiformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan berikutnya.
IX. Penilaian :
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Uraian
Instrumen
5. Gambarlah sebuah kubus yang panjang sisinya 4 cm!
6. Gambarlah sebuah balok dengan panjang 6 cm, tinggi 4 cm dan lebar 3 cm!
112
IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang
V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan
simetri
Kegiatan Inti
Setiap siswa ditugaskan membawa kotak bekas (tisu, sabun, dll). Melakukan praktek
membongkar kotak tersebut sehingga kotak berbentuk jarring-jaring, setelah itu siswa
membuat sendiri jarring-jaring kubus dan balok sesuai dengan kreasinya yang berbeda dari
jaring-jaring kubus dan balok yang telah ada.
Kegiatan akhir
Guru mengulang kembali cara menggambar macam-macam jarring-jaring bangun ruang,
memberikan pekerjaan rumah dan menginformasiokan materi yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya.
IX. Penilaian :
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Praktek
Instrumen
Lembar kerja siswa
113
IV. Tujuan Pembelajaran : Mengetahui sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang
V. Materi Ajar : Sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang, kesebangunan dan
simetri
Kegiatan Inti
Bersama-sama mendiskusikan masalah kesebangunan dengan bantuan arahan guru
mencari syarat-syarat kesebangunan.
Mengadakan tanya-jawab pada siswa mengenai kesebangunan bangun datar.
Mendiskusikan suatu permasalahan mengenai kesebangunan
Menguji kemampuan dan pemahaman siswa dalam soal latihan.
Kegiatan akhir
Guru mengulang kembali mengenai syarat-syarat kesebangunan pada bangun datar,
memberikan pekerjaan rumah dan mengiformasikan materi yang akan dibahas pada
pertemuan berikutnya.
IX. Penilaian :
Teknik
Tes dan non tes
Bentuk
Uraian
Instrumen
Lembar kerja siswa
114